ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

Perbandingan Tegangan Residu Arester SiC dan ZnO Terhadap Variasi Front Time

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Petir adalah suatu fenomena alam yang memiliki kekuatan sangat besar

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia

Proteksi Terhadap Petir. Distribusi Daya Dian Retno Sawitri

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

II. TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

PENGARUH TEGANGAN IMPULS LEWAT DENYAR PADA ISOLATOR KERAMIK TERSUSUN SERI

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

SIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

KOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI

OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH

Pengujian Tegangan Impuls Pada Isolator Tonggak Pin ( PinPost) Untuk Saluran Udara Tegangan Menengah

Model Arrester SiC Menggunakan Model Arrester ZnO IEEE WG

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG

LUQMAN KUMARA Dosen Pembimbing :

UJI TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRANSFORMATOR TERDESTILASI PADA TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN TEGANGAN IMPULS DI PT. BAMBANG DJAJA

BAB III LIGHTNING ARRESTER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS TEGANGAN BERULANG TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

Rancang Bangun Pemotong Surja Tegangan Pada kwh Meter Tiga Fasa Menggunakan PCB (Printed Circuit Board)

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI IMPULS

KEMAMPUAN ARESTER UNTUK PENGAMAN TRANFORMATOR PADA GARDU INDUK SRONDOL 150 KV

PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH

ANALISIS RANGKAIAN GENERATOR IMPULS UNTUK MEMBANGKITKAN TEGANGAN IMPULS PETIR MENURUT BERBAGAI STANDAR

BAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut

BAB III LIGHTNING ARRESTER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract

KOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009

BAB I PENDAHULUAN. lebih impuls yang disebabkan oleh adanya operasi hubung-buka (switching. ketahanan peralatan dalam memikul tegangan lebih impuls.

Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton

BAB I PENDAHULUAN. fenomena partial discharge tersebut. Namun baru sedikit penelitian tentang

Oleh: Dedy Setiawan IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya N., ST., M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. gelombang berjalan juga dapat ditimbulkan dari proses switching atau proses

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB II TEORI DASAR GELOMBANG BERJALAN DAN PEMBUMIAN (PENTANAHAN)

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan

Institut Teknologi Padang Jurusan Teknik Elektro BAHAN AJAR SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK. TATAP MUKA XV. Oleh: Ir. Zulkarnaini, MT.

BAB I PENDAHULUAN. Tegangan tinggi dapat diukur dengan menggunakan alat ukur elektroda bola-bola.

Pengaruh Front Time terhadap Tegangan Residu Arester ZnO 18 kv

ANALISIS PENGARUH KEADAAN SUHU TERHADAP TEGANGAN TEMBUS AC DAN DC PADA MINYAK TRANSFORMATOR. Sugeng Nur Singgih, Hamzah Berahim Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang mudah dalam

Abstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol.

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum. Pada dasarnya suatu gangguan ialah setiap keadaan sistem yang menyimpang

Pengujian Recloser Tegangan Menengah Menggunakan Tegangan Tinggi Impuls

SIMULASI DISTRIBUSI TEGANGAN PETIR DI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PENYULANG KENTUNGAN 2 YOGYAKARTA

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

Vol.3 No1. Januari

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. energi pun meningkat dengan tajam,salah satunya kebutuhan akan energi listrik di tanah air.

II. TINJAUAN PUSTAKA. (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin

BAB I LATAR BELAKANG. berlangsung secara aman dan efisien sepanjang waktu. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menyalurkan listrik secara

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

STUDI PENGARUH STRAY CAPACITANCE TERHADAP KINERJA ARRESTER TEGANGAN TINGGI 150 KV DENGAN FINITE ELEMENT METHODS (FEM)

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

KINERJA RANGKAIAN R-C DAN R-L-C DALAM PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI IMPULS

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS KARPET INTERLOCKING PT. BASIS PANCAKARYA LAPORAN

Studi Pengaman Tegangan Lebih pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150kV yang Dilindungi oleh Arester Surja

BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover

BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT)

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan listrik, salah satunya adalah isolasi. Isolasi adalah suatu alat

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR

1. BAB I PENDAHULUAN

PERCOBAAN - I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK

METODE PENELITIAN. Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan

Dasman 1), Rudy Harman 2)

SIMULASI DAN ANALISIS PENGARUH TEGANGAN LEBIH IMPULS PADA BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV

BAB II LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN WATAK PERLINDUNGAN ARESTER ZnO DAN SiC PADA PERALATAN LISTRIK MENURUT LOKASI PENEMPATANNYA

Hendri Kijoyo Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Insttut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

ANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH

BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Preparasi, Pencetakan dan Penyinteran Varistor

BAB I PENDAHULUAN. dibangkitkan oleh sebuah sistem pembangkit perlu mengalami peningkatan nilai

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK

I. PENDAHULUAN. menyalurkan tenaga listrik ke pusat-pusat konsumsi tenaga listrik, yaitu gardugardu

PENGARUH POSISI STUB ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR PIRING GELAS

Transkripsi:

86 Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.2 ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK Tegangan lebih adalah tegangan yang hanya dapat ditahan untuk waktu yang terbatas. Tegangan lebih petir merupakan tegangan lebih aperiodik yang disebabkan karena sebab luar (External Over Voltage). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah arester jenis oksida logam (ZnO) dengan tegangan dasar 20 KV tipe POLIM-D 20 N buatan perusahaan ABB Swiss dan arester dari bahan keramik dengan tegangan dasar 18 KV buatan USA. Hasil pengujian yang diperoleh memperlihatkan bahwa arester polimer lebih konsisten dalam melakukan pemotongan tegangan impuls petir dan pemotongan tegangan impuls petir pada arester polimer cenderung lebih stabil, yaitu ditunjukkan dengan grafik yang linier. Sedangkan untuk arester keramik pada awalnya pemotongan yang dilakukan sangat kecil namun pada pengujian ketiga dan keempat menunjukkan hasil yang lebih baik. Kata kunci : Tegangan Lebih, Arester, Tegangan Impuls Petir. A. Pendahuluan Dalam sistem tenaga listrik sering terjadi gangguan yang dapat mengakibatkan terhentinya pelayanan daya listrik sebagian atau seluruhnya. Penyebab utama dari gangguan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, adanya hubung singkat dengan kawat tanah, dua kawat fasa ke tanah atau hubung singkat tiga fasa sehingga terjadi kenaikan tegangan lebih yang melampaui tingkat ketahanan isolasi. Di dalam operasi penyaluran tenaga listrik mungkin terjadi tegangan lebih yang ditimbulkan oleh surja petir yang menyebabkan penembusan pada isolasi, misalnya : isolator, bushing, transformasi, kabel, serta peralatan lainnya. Petir merupakan percikan bunga api yang sangat besar (potensial yang sangat besar) disebabkan oleh muatan listrik antara awan terhadap bumi. Apabila petir menyambar jaringan listrik maka energi kilat yang terhimpun pada konduktor yang tersambar mengakibatkan naiknya tegangan pada sistem. Untuk melindungi peralatan dari kerusakan yang ditimbulkan oleh surja petir maka dibutuhkan arester. Arester bersifat sebagai by-pass di sekitar isolasi yang membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus kilat ke sistem pentanahan sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih dan tidak merusak isolasi peralatan listrik. Rumusan Masalah Sistem tenaga listrik pada saat beroperasi sering mengalami gangguan, yang dapat mengakibatkan terganggunya pelayanaan penyaluran daya energi listrik kepada konsumen. Gangguan tersebut sering terjadi pada jaringan distribusi tegangan menengah 20 KV yang disebabkan tegangan lebih yang ditimbulkan oleh beberapa faktor seperti sambaran petir, sehingga dengan permasalahan gangguan tersebut maka penulis mencoba membandingkan sistem kerja dari dua jenis arester yang berbeda yaitu arester polimer dan arester keramik, sebagai sistem pengaman tegangan lebih pada jaringan distribusi tegangan menengah 20 KV. Berdasarkan pada uraian di atas maka permasalahan yang akan diteliti adalah seberapa besar kemampuan dari dua jenis arester (polimer dan keramik) dalam melakukan pemotongan terhadap berbagai variasi tegangan lebih yang terjadi karena surja petir. Pada penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM, sambaran petir diganti dengan tegangan impuls.

Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.2 87 Batasan Masalah Penulis dalam hal ini menitikberatkan pembatasan masalah pada : 1. Besarnya potongan dari arester polimer terhadap variasi tegangan impuls. 2. Besarnya potongan dari arester keramik terhadap variasi tegangan impuls. 3. Perbandingan besarnya potongan terhadap variasi tegangan impuls petir dari kedua jenis arester (arester polimer dan arester keramik). 4. Hanya menitik beratkan pada kinerja arester. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui atau menganalisa seberapa besar kemampuan dari arester polimer dan arester keramik dalam melakukan pemotongan terhadap tegangan lebih yang diakibatkan oleh adanya gangguan surja petir, pada jaringan distribusi tegangan menengah 20 KV. Tinjauan Pustaka Tegangan Lebih Tegangan lebih adalah tegangan yang hanya dapat ditahan untuk waktu yang terbatas. Tegangan lebih petir merupakan tegangan lebih aperiodik yang disebabkan karena sebab luar (External Over Voltage). Petir merupakan muatan listrik di udara, yang terjadi : 1. Di antara awan-awan, 2. Antara pusat-pusat muatan di dalam awan tersebut, 3. Antara awan dan tanah. Lebih banyak pelepasan muatan (discharge) terjadi antara awan-awan dan di dalam awan itu sendiri dibandingkan pelepasan muatan yang terjadi antara awan ke tanah, tetapi petir awan tanah ini sudah cukup besar untuk dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada benda-benda di permukaan tanah. Petir merupakan proses alam yang terjadi di atmosfir pada waktu hujan (thunder strom). Muatan akan terkonsentrasi di dalam awan atau bagian dari awan, dan muatan yang berlawanan akan timbul pada permukaan tanah di bawahnya. Jika muatan bertambah, beda potensial antara awan dan tanah akan naik, maka kuat medan di udarapun akan naik. Jika kuat medan ini melebihi kuat medan di antara awan-awan tersebut maka akan terjadi pelepasan muatan. Kuat medan yang diperlukan untuk memulai aliran (streamer) adalah E B = 10 40kV / m, pada awan yang mempunyai ketinggian 1-2 km di atas tanah dapat menghasilkan tegangan 100 MV. Melihat bahaya yang ditimbulkan akibat adanya sambaran petir pada sistem tenaga listrik pada umumnya dan peralatan pada khususnya, maka perlu diketahui cara masuknya petir pada peralatan sistem tenaga listrik sehingga dapat ditentukan sistem dan peralatan pengamannya. Hal ini harus diperhatikan mengingat tegangan lebih yang ditimbulkan oleh surja petir dapat melebihi kekuatan isolasi peralatan yang dapat menyebabkan lompatan api (flashover). Pengertian Arester Arester adalah alat proteksi bagi peralatan listrik terhadap tegangan lebih, yang disebabkan oleh surja petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini memiliki sifat by-pass di sekitar isolasi yang membentuk jalan dan mudah dilalui oleh arus kilat ke sistem pentanahan sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan tidak merusak isolasi peralatan listrik Pada keadaan normal arester bersifat sebagai isolator, namun apabila terjadi tegangan surja alat ini berubah fungsi yaitu bersifat sebagai konduktor yang tahanan relative rendah, sehingga dapat mengalirkan arus yang tinggi ke tanah. Setelah surja hilang, arester harus dapat dengan cepat kembali menjadi isolasi. Apabila tegangan lebih surja datang melewati terminal arester akan terpotong dengan berubahnya arester sebagai konduktor dan mengalirkan tegangan lebih tersebut ke tanah. Tegangan sisi akan terus merambat menuju terminal peralatan yang diproteksi. Pembangkitan Tegangan Impuls Tegangan impuls diperlukan dalam pengujian tegangan menengah akibat tegangan lebih dalam dan luar serta untuk meneliti mekanisme tembus. Umumnya tegangan impuls dibangkitkan dengan melucutkan muatan

88 Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.2 kapasitor tegangan menengah (melalui sela bola) pada suatu rangkaian resistor dan kapasitor. Nilai puncak dari tegangan impuls dapat ditentukan dengan bantuan sela ukur atau dengan rangkaian elektronik yang dikombinasikan dengan pembagian tegangan. Alat ukur tegangan impuls yang dipakai adalah oscilloscope sinar katoda yang memungkinkan penentuan nilai-nilai sesaat melalui pembagian tegangan. Serikat mempunyai standar 1,5 x 40 µs. Standar gelombang impuls Jepang (JIS) 1 x 40 µs. Toleransi untuk muka dan ekornya adalah masing-masing : Jepang 0,5-2 µs dan 35-50 µs, Inggris 0,5-1,5 dan 40-60 µs, dan Amerika Serikat 1,0-2,0 dan 30-50 µs. Untuk surja hubung (switching surge), bentuk gelombangnya adalah 50-1000 µs (terutama 100-300 µs) untuk muka, dan sekitar 3000 µs untuk ekor. B. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi Jurusan Teknik Elektro Universitas Gajah Mada. Hari / Tanggal : Senin - Sabtu, 22-27 Agustus 2005 Gambar 1. Bentuk tegangan impuls Dimana ; Vs : tegangan puncak Tt : ekor gelombang = 50 µs Tf : muka gelombang = 1,2 µs V : kelebihan tegangan ± 0,05 x Vs Bentuk gelombang impuls standar yang digunakan menurut gambar di atas adalah standar dari IEC yaitu 1,2 x 50 µs, sedangkan dalam penelitian yang digunakana adalah gelombang impuls menurut standar Jepang yaitu 1 x 40 µs, karena peralatan yang dipergunakan adalah berasal dari Jepang. Gelombang penuh adalah gelombang yang tidak terputus karena lompatan api atau tembusan (puncture), mempunyai waktu muka gelombang Tf (µs) dan waktu sampai setengah puncak Tt (µs). gelombang ini dinyatakan dengan sandi ± (Tf x Tt) µs, dengan polaritasnya sekaligus. Bentuk gelombang standar menurut IEC adalah ± (1,2 x 50 µ sec). Besarnya (amplitude) osilasi frekuensi tinggi (V 1 ) pada muka gelombang menurut standar IEC harus kurang dari 5% dari harga puncak di sekitar puncak. Standar-standar Jerman dan Inggris menetapkan Tf x Tt = 1 x 50 µs. IEC merekomendasikan = 1,2 x 50 µs. Amerika Bahan dan Alat yang digunakan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah arester jenis oksida logam (ZnO) dengan tegangan dasar 20 KV tipe POLIM-D 20 N buatan perusahaan ABB Swiss dan arester dari bahan keramik dengan tegangan dasar 18 KV buatan USA. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan yang disediakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi Jurusan Teknik Elektro UGM, antara lain adalah : Satu unit generator impuls buatan, Testing Transformer, Silicon Recetifier and Insulation Base, DC Voltage Multiplier, Capasitor, Resistance Devider, Oscilloscope Le Croy 9354 AL, Control Board, Untai Trigger, Kamera Digital Rangkaian Pengujian Arester Pengujian arester menggunakan rangkaian pengujian impuls terdapat pada gambar 6, dan beberapa alat yang dihubungkan, yaitu berupa satu set pembangkit tegangan tinggi DC, alat ini terdiri dari : 1) Testing Transformer buatan Tokyo Jepang dengan kapasitas 5 KVA 2) Silicon Recetifier and Insulation Base buatan Tokyo Jepang 3) DC Voltage Multiplier

Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.2 89 4) Capasitor buatan perusahaan Marcon Tokyo Jepang, Diagram blok pengujian arester diperlihatkan dalam gambar 2. (74,5 x 75) / (74,5 + 75) = 37,4 Ω Sehingga perbandingan tegangan secara keseluruhan adalah : 50 (20990 + 37,4) : (37,4) = 28100 Gambar 2. Diagram blok pengujian Pembagi Tegangan Pembagi tegangan berfungsi untuk memperkecil tegangan, dalam hal ini agar tegangan yang masuk ke oscilloscope tidak melebihi dari kemampuan yang dimiliki oleh oscilloscope tersebut. Ada dua buah pembagi tegangan pada peralatan pembangkit tegangan tinggi ini yaitu : 1) Nilai perbandingan input dan output pembagi tegangan pertama adalah : (20990 + 74, 5) : 74, 5 = 282, 7 : 1 2) Pembagi tegangan kedua adalah : (24, 5 + 0, 5) : 0, 5 = 50 : 1 Gambar 3. Rangkaian pembagi tegangan Sedangkan apabila kedua pembagi tegangan telah terhubung maka tahanan 74,5 Ω pada pembagi tegangan I terhubung secara paralel dengan tahanan 75 Ω dari pembagi tegangan II, sehingga besarnya menjadi : Jenis Penelitian Penelitian menggunakan metode penelitian eksperimen, yaitu suatu penelitian dimana peneliti sengaja membangkitkan suatu kejadian atau keadaan, kemudian diteliti bagaimana akibatnya. Dengan kata lain eksperimen adalah suatuu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan. Jalan Penelitian Langkah pertama adalah merangkai generator impuls dengan alat-alat yang diperlukan (sebut sajaa sebagai rangkaian generator impuls) untuk memperoleh variasi tegangan impuls yang dibutuhkan pada tiap-tiap percobaan. Kemudian mengeset dan mengkalibrasi oscilloscope, agar pada setiap percobaan dapat langsung tersimpan dalam memori dan hasil tampilan dari oscilloscope difoto dengan kamera digital (sebagai pengganti printer) bila telah sesuai dengan program yang diinginkan, dan baru hilang dari memori bila ditekan RUN. Tampilan yang tertera pada layar oscilloscope seperti dalam hasil terdapat di halaman lampiran. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Membangkitkan tegangan impuls dengan berbagai variasi tegangan, yang dimulai dari tegangan impuls 80 KV. Lalu dihubungkan dengan untai trigger. Kemudian dilakukan pengamatan pada layar oscilloscope, dan didapatkan tegangann peak to peak, yang kemudian di ambil gambar gelombangnya. 2. Menghubungkan rangkaian generator impuls dengan arester ZnO 20 KV tipe POLIM-D dan

90 Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.2 diberi tegangan impuls 80 KV. Lalu dihubungkan dengan untai trigger. Kemudian dilakukan pengamatan pada layar oscilloscope, dan didapatkan tegangan peak to peak, yang kemudian di ambil gambar gelombangnya. 3. Menghubungkan rangkaian generator impuls dengan arester keramik 18 KV dan diberi tegangan impuls 80 KV. Lalu dihubungkan dengan untai trigger. Kemudian dilakukan pengamatan pada layar oscilloscope, dan didapatkan tegangan peak to peak, yang kemudian di ambil gambar gelombangnya. 4. Seperti langkah (1), (2) dan (3) tetapi variasi tegangan impulsnya di ubah-ubah masingmasing sebesar 100 KV, 120 KV dan maksimal sampai 140 KV. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Data Penelitian Data yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap uji kemampuan kedua arester dalam memotong tegangan impuls yang disajikan dalam bentuk tegangan peak to peak pada oscilloscope adalah sebagai berikut : Tabel 1. Tegangan Peak to Peak pada Oscilloscope Tegangan Tegangan Peak to Peak pada Impuls Oscilloscope (V) (KV) Impuls Polimer Keramik 80 2,812 1,797 2,234 100 3,50 1,84 2,28 120 4,31 1,91 2,00 140 5,03 2,00 2,03 Pembahasan Tegangan pada oscilloscope seperti pada tabel di atas merupakan tegangan yang telah diperkecil melalui rangakaian pembagi tegangan. Tegangan sesunguhnya yang diperoleh dari masing-masing percobaan beberapa variasi tegangan impuls pada kedua jenis arester yang disajikan dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut : Tabel 2. Tegangan impuls petir sesungguhnya Tegangan Impuls (KV) setelah dipotong oleh arester Tegangan Arester Polimer (KV) Tegangan Arester Keramik (KV) 79,017 50,496 62,775 98,350 51,704 64,068 121,111 53,671 56,200 141,343 56,200 57,043 Tegangan pemotong arrester (V) Grafik tegangan impuls petir setelah dipotong oleh arrester 70000 60000 50000 40000 Gambar 4. Grafik tegangan impuls petir sesungguhnya setelah dipotong oleh Arester Berdasarkan Gambar 4. dapat diketahui bahwa arester polimer lebih konsisten dalam melakukan pemotongan tegangan impuls petir yaitu ditunjukkan dengan grafik yang linier. Hasil pemotongan tegangan impuls petir pada arester polimer cenderung lebih stabil, dan menghasilkan tegangan impuls petir yang lebih kecil. Sedangkan pada arester keramik, hasil tegangan setelah dipotong tetap lebih besar dari yang dipotong oleh arester polimer meskipun pada pengujian ke tiga dan keempat menunjukkan hasil pemotongan yang lebih baik dari pengujian pertama dan kedua. Berdasarkan hasil pengujian dari kedua arester, yaitu arester polimer dan arester keramik, maka besar potongan tegangan impuls petir dari masing-masing arester beserta besar prosentasenya adalah : 79017 98350 121111 141343 Tegangan impuls (V) Arrester Polimer Arrester Keramik

Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.2 91 Tabel 3. Besar potongan tegangan impuls petir (%) Tegangan Perpotongan (KV) Prosentase (%) Impuls (KV) Polimer Keramik Polimer Keramik 79,017 28,521 16,242 36,10 % 20,56 % 98,350 46,646 34,282 47,43 % 34,86 % 121,111 67,440 64,911 55,68 % 53,60 % 141,343 85,143 84,300 60,24 % 59,64 % Tegangan terpotong arrester (V) 90000 70000 50000 30000 10000 Besar potongan tegangan impuls 79017 98350 121111 141343 Tegangan impuls (V) Arrester Polimer Gambar 5. Grafik besar potongan tegangan impuls Arrester Keramik pada arester polimer cenderung lebih stabil yaitu ditunjukkan dengan grafik yang linier. 3. Terdapat perbedaan besar pemotongan pada tegangan yang sama, untuk arester jenis polimer maupun arester jenis keramik, khususnya pada tegangan impuls 80 KV dan 100 KV. 4. Bentuk gelombang impuls setelah terpotong oleh arester polimer berbeda dengan bentuk gelombang setelah terpotong arester keramik, pada arester polimer tidak ada arus susulan sedangkan pada arester keramik terdapat arus susulan karena arester ini tidak dapat memutus arus susulan. 5. Selama pengujian, kerja dari kedua jenis arester dalam memotong tegangan impuls selalu berhasil dan tidak mengalami kegagalan sama sekali. Berdasarkan Gambar 5. dapat diketahui bahwa besar potongan tegangan impuls petir oleh arester polimer memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan arester keramik. Besar tegangan impuls petir yang terpotong oleh arester polimer lebih besar dari arester keramik. Dan besar tegangan impuls petir yang terpotong oleh arester polimer selalu stabil sesuai kenaikan tegangan impuls petir yang diujikan. D. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi Jurusan Teknik Elektro Universitas Gajah Mada, maka dapat di ambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kinerja dari arester jenis polimer lebih baik dibandingkan arester jenis keramik, karena dari semua pengujian yang dilakukan arester ini dapat memotong tegangan impuls lebih besar. 2. Arester polimer lebih konsisten dalam melakukan pemotongan tegangan impuls petir dan pemotongan tegangan impuls petir

92 Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.2 Arester Gambar 6. Rangkaian Impuls 4. Permasalahan yang diteliti sebaiknya lebih luas. Saran Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai unjuk kerja dari arester jenis polimer dan arester jenis keramik, maka dapat diambil beberapa saran antara lain : 1. Perlu adanya peralatan yang lengkap sesuai standar yang ditetapkan untuk memperoleh suatu hasil yang maksimal dan akurat. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kemampuan arester dalam melakukan pemotongan terhadap tegangan lebih akibat adanya surja petir. 3. Perlu adanya pengujian beberapa kali pada setiap poinnya, agar diperoleh data yang tepat dan benar. Biografi Tri Cahyaningsih,mahasiswa lulsuanteknik Elektro UNNES Hamzah Berahim,dosen Teknik Elektro UGM Subiyanto, dosen Teknik elektro UNNES