Sutjipto Ridwan: Galeri dengan lukisan yang memikat hati

dokumen-dokumen yang mirip
Perkebunan produktif di lereng pegunungan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi berbagai kebutuhan di setiap aspek kehidupan. Berkembangnya sebuah masyarakat juga berasal dari komunikasi baik yang

4 Temperamen Manusia

KHOFIFAH INDAR PARAWANSA: Sang Pecinta Alam yang Meretas Jalur Pendakian

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Azzela Mega Saputri, 2013

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR

Most Conceptual. Personal Dewasa

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian yang penulis alami, ada kejadian-kejadian pada masa lalu yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

SAIFULLAH YUSUF Sang Penghibur yang Terus Mengalir

KONSEP PERANCANGAN. 1. Ide Desain Ide dari desain mebel yang akan dibuat berangkat dari keinginan desainer untuk memberikan makna terhadap sebuah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai peristiwa yang sarat dengan nilai-nilai moral yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keluarga yang kokoh akan menghasilkan anak-anak yang kokoh juga.

Tanggung Jawab (Responsibility) Etika Profesi dan Rekayasa #2 Dian Retno Sawitri

Bayanaka Canggu. tentang sebuah rumah peristirahatan di Bali, 2007 oleh: Fransiska Prihadi 1

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE FIELD TRIP PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI GEMOLONG 1 TAHUN AJARAN 2009/2010

Cinta Kedua. Majalah Parents Desember Sepenggal kisah tentang kekuatiran untuk jatuh cinta lagi.

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

2

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Most Expanding. Personal Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa

BAB I PENDAHULUAN. atau pedoman dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

III. METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. media atau sarana yang digunakan untuk mengekspresikan diri. Musik adalah

: Campuran merah dan hitam membentuk suasana yang tegas dan. : Memperkuat gaya kontemporer dan oriental.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STAYING TRUE TO YOUR MORAL COMPASS

Alexander Christian Nugroho

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk hidup berkeluarga. Setiap calon pasangan yang akan menikah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi seseorang yang berasal dari pengalaman, pemikiran, perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan bersegmentasikan anak muda. Dalam membawakan program radio, Iqbal Ramadhan

KEBAIKAN RAHASIA (Perbuatan-perbuatan Tersembunyi), 10 November 2012

KOPI DI CANGKIR PELANGI..

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi khususnya teknologi

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

ASTA CITRA ANAK INDONESIA

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: Sam Poole ID: HC Tanggal: 23 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia berada pada kemajuan jaman yang sangat pesat. Karenanya setiap

PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB IV PENUTUP. masyarakat Eropa pada umumnya. Semangat revolusi Perancis sangat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan

Devi Tirttawirya FIK UNY 1

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pekan Raya Jakarta ke-43, 10 Juni 2010 Kamis, 10 Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. pun semakin berkembang seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISISISWA KELAS VI SD ISLAM QURROTA A YUN NGUNUTMELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Selain unsur visualisasi, teknik sapuan kuas yang ada di atas kanvas juga

DISKRIPSI CIPTAAN LUKISAN JALAN KE CANDI

BAB I PENDAHULUAN. kunci dari sukses tidaknya informasi dapat sampai ke masyarakat. Kehidupan

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegaitan tersebut dilakukan dengan sukarela

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada dengan arah strategis organisasi. Arah strategis organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HOGANDEVELOP INSIGHT. Laporan Untuk: John Doe ID: HC Tanggal: 4 November HOGAN ASSESSMENT SYSTEMS INC.

Modul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik, baik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, dimana anak-anak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGAMALAN SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA TIMPANG TINDIHNYA KEADILAN DI NEGERI KEPULAUAN. Dosen : Drs.

Jusuf Kalla dan Wiranto: Perpaduan progresitas dan loyalitas. Oleh: Nurlyta Hafiyah, Niniek L. Karim, Bagus Takwin, dan Dicky Pelupessy

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

Transkripsi:

Sutjipto Ridwan: Galeri dengan lukisan yang memikat hati Galeri lukisan selalu dikemas dalam nuansa yang tenang, hangat dan unik. Galeri yang membuat pengunjung yang berada didalamnya terbius akan keindahan keindahan lukisan. Selayaknya sebuah galeri lukisan kedua pasangan cagub dan cawagub ini berbagi peran untuk menampilkan sebuah karya seni yang memikat. Galeri lukisan yang mampu memikat hati pengunjungnya dihasilkan dari perpaduan yang manis antara pelukis dan kuratornya, keduanya seakan tanpa disadari membagi perannya dengan tujuan yang sama. Karena kehadiran pelukis yang berperan untuk menyajikan ide ide imajinatifnya dalam goresan goresan kuas untuk menjadikannya sebuah lukisan, dan kehadiran promotor yang berperan untuk menempatkan konteks konteks lukisan tersebut dalam ruang pemahaman sosial, politik dan budaya secara lebih luas dan progresif. Terlebih lagi, peran keduanya ini memiliki tujuan yang sama, memiliki galeri lukisan yang ramai pengunjung dengan karya karya seni berkualitas didalamnya Selayaknya hubungan antara pelukis dan kuratornya dalam sebuah galeri lukisan, dapat digunakan untuk menggambarkan perpaduan antara Sutjipto dan Ridwan Hisjam. Sutjipto dapat diibaratkan sebagai seorang pelukis yang bertugas untuk mengisi galeri tersebut. Diperlukan ide ide yang unik untuk mengisi galeri tersebut, dan Sutjipto adalah individu yang tepat untuk itu. Harmonisnya lingkungan sekitar dirasakan sebagai energi tersendiri baginya, waktu kecil itu rasanya dimanjakan oleh orang di seluruh lingkungan desa, kata Sutjipto dengan berbinar binar. Ungkapannya tentang masyarakat desa yang guyub, relasi relasi personal yang kuat merupakan dunia yang ideal bagi Sutjipto, yang memberinya energi untuk menciptakan ide ide imajinatif. Seakan berbagi peran dengan Sutjipto, Ridwan Hisjam dapat diibaratkan sebagai sang kurator dalam galeri tersebut. Nalurinya sebagai pengusaha mengharuskannya 1

untuk peka terhadap peluang peluang yang ada di depannya. Bagi Ridwan dengan mengoptimalisasikan setiap potensi dapat digunakan untuk mengatasi masalah. Hal ini nampak dari keputusannya untuk membangun perumahan ketika jaman Menpera Akbar Tandjung, saat itu dia melihat peluang untuk menciptakan perumahan sederhana, dan pada akhirnya dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan atas perumahan. Layaknya seorang kurator, Ridwan tahu betul bagaimana menempatkan gagasangagasan yang diciptakan oleh Sutjipto dari kejeliannya membaca peluang. Seorang pelukis ketika memutuskan untuk memulai melukis dan apa yang akan dilukisnya lebih didasari oleh pertimbangan akan nilai nilai yang diyakininya. Begitu pula dengan dengan Sutjipto, selayaknya seorang pelukis dalam setiap keputusan yang diambilnya Sutjipto lebih mengedepankan nilai nilai yang diyakininya, contohnya ketika dia memilih untuk tetap berkiprah di PNI walaupun harus mengorbankan pekerjaannya. Sedangkan Ridwan, dalam setiap pengambilan keputusannya lebih mengedepankan alasan alasan yang bersifat rasional. Selain itu, keputusan yang diambil bersifat spontan sesuai dengan situasi yang dihadapi. Ini merupakan ciri khas seorang kurator yang selalu menggunakan pertimbangan tepat guna dalam setiap kali mengemas sebuah galeri. Perpaduan keduanya akan nampak ketika dihadapkan pada tuntutan untuk menghasilkan sebuah karya lukisan, disatu sisi pelukis lebih menikmati proses yang berpijak pada nilai nilai diyakininya, dilain pihak sang kurator lebih mempertimbangkan sisi efisiensi dan produktivitas. Bagi kurator, kesetiaan akan nilai nilai sebagai sesuatu yang memberatkan dan membuatnya kehilangan kelincahan mengoptimalkan peluang. Galeri lukisan yang dihasilkan keduanya, akan dapat menjangkau berbagai segmentasi pasar. Tanpa mengurangi keunikan dan idealisme dari sang pelukis, sang kurator dengan cerdik menempatkan karya karya yang dihasilkan pelukisnya, sehingga dapat dinikmati oleh banyak orang. Seperti seorang kurator yang berusaha untuk memperkenalkan sebuah karya, maka dia akan menggunakan pendekatan yang persuasif, mengajak orang untuk berkenalan, membuka pembicaraan menurutnya sebagai cara yang digunakan untuk menarik pengunjung galerinya, terutama dengan perpaduan gaya bicaranya yang 2

energik, membuat Sutjipto sebagai pelukis merasa yakin bahwa pasangannya mampu mengkomunikasikan apa yang menjadi ide atau gagasannya. Selayaknya seorang pelukis di sebuah galeri dia lebih terkesan bekerja di balik layar, dan sang kurator sebagai orang yang bertugas menarik pengunjung untuk menikmati galerinya, begitulah pembagian peran keduanya untuk membuat galerinya ramai didatangi pengunjung. Tidak hanya sekedar menerima karya lukisan dari pelukis begitu saja, Kurator akan mendorong dan terus memotivasi sang pelukis untuk menghasilkan karya karya yang terbaik. Selain itu, dirinya terkadang juga memberikan saran atas karya seperti apa yang akan diciptakan, hal ini bukan karena kurator ingin mencampuri porsi dan wewenang pelukis, akan tetapi lebih mengarah pada saran atas pertimbanganpertimbangan praktis terhadap sebuah karya, contohnya tren pasar yang berkembang, segmentasi pasar yang akan dibidik dari galerinya nanti, dan hal ini dapat digunakan pertimbangan bagi pelukis disamping nilai nilai yang tetap dipegang teguh pelukis tersebut. Hal ini akan nampak bagi Sutjipto dan Ridwan ketika menghadapi sebuah perbedaan pendapat. Sutjipto mengangankan sebuah situasi harmonis dimana segala sesuatu bisa berjalan sesuai dengan nilai nilai yang diyakininya. Perbedaan pendapat akan dihadapinya berdasar nilai nilai tersebut. Sebaliknya, Ridwan lebih senang membicarakan perbedaan tersebut panjang lebar disertai alasan alasan praktis tentang pendapatnya. Bagi Sutjipto alasan praktis ini tidak selamanya bisa diterima, tetapi dengan pendekatan yang cerdas, alasan ini akan tampak sesuai dengan nilai nilai sang pelukis. Seperti seorang pelukis yang menerima saran dari kuratornya dan mengakomodir ke dalam lukisannya, tanpa harus kehilangan taste dari lukisannya. Ketika harus dihadapkan pada kerja tim, kedua pasangan ini akan memberikan warnanya masing masing dalam tim tersebut. Sutjipto memberi warna yang imajinatif, kaya akan gagasan gagasan yang orisinal. Dengan pendekatannya ramah dan hangat, warna yang ditampilkannya akan menginspirasi orang lain untuk bertindak atau melakukan sesuatu yang berarti. 3

Sedangkan Ridwan Hisjam menyajikan warna yang berbeda. Sebagai individu yang penuh dengan semangat dan pandai melihat peluang peluang di sekitarnya, Ridwan mengkomunikasikan setiap peluang itu sebagai harapan. Dimana ada harapan pasti ada semangat. Warna yang diberikannya kepada tim adalah pengobar semangat atas peluang yang ada. Hubungan keuda perean ini sangatlah erat dan saling melengkapi. Sebagai seorang konseptor pelukis memiliki visi ke depan pada setiap karya karyanya, sedangkan kurator selalu berada disamping pelukis untuk memberi semangat bahwa ada peluang di depan mata untuk menyajikan sebuah karya, dan menjadikannya sebagai karya yang memberi nilai guna secara praktis. Galeri dengan pengunjungnya Ramai atau sepinya pengunjung dari sebuah galeri lukisan ditentukan oleh bagaimana kedua orang ini memainkan perannya. Sang pelukis menumpahkan semua imajinasinya dalam kain kanvas sehingga bisa menciptakan karya karya memikat yang membuat pengunjung dapat menikmati keindahannya. Sementara promotor galeri dengan pesona dan kelihaiannya dalam berinteraksi dengan orang lain mampu memikat pengunjung untuk datang dan merasa nyaman di galeri mereka. Keduanya dapat membuat galeri ramai, jika keduanya dapat bekerja sama secara sinergis. Sang promotor bisa melihat sisi unik lukisan karya sang pelukis. Sisi unik tersebut dikemas dan ditampilkan kepada publik dengan cara yang menarik dan spektakuler. Upaya menjadikan jenis lukisan sang pelukis menjadi sebuah pusat perhatian dan sumber inspirasi bagi orang banyak. Sang promotor bekerja mencapai target dengan tetap memperhatikan sisi intimasi dan romantik pelukis. Upaya upaya mendengarkan, membangun kepercayaan dan relasi yang nyaman menjadi kunci dasarnya. Sementara, sang pelukis bisa konsentrasi dalam berkarya. Menciptakan lukisanlukisan yang memikat. Menikmati seluruh proses penciptaan lukisan krayanya dengan penuh dan utuh. Tapi perlu tetap membuka ruang ruang komunikasi dengan orang 4

orang di luar orang orang dekatnya, terutama dengan promotor sebagai rekan yang akan bekerja dengannya. Gambaran besar lukisannya dikomunikasikan panjang lebar agar pasangannya mengerti benar lukisannya. Ketika paham, sang promotor akan lebih mudah menarik pengunjung ke galeri. Sang pelukis juga perlu lebih terbuka dan mendengarkan sang promotor. Bagaimanapun, kecermatan sang promotor membaca situasi adalah sisi yang patut dihargai. Sosok Sutjipto dan Ridwan adalah individu yang memiliki cara pandang yang unik pada lingkungan di sekitar mereka. Keduanya terbuka akan ide baru, mereka cenderung mudah menerima atau gagasan gagasan yang belum bisa dibuktikan atau dirasakan. Informasi informasi abstrak tersebut akan mereka olah untuk menjadi suatu konsepkonsep baru. Tetapi mereka juga harus tetap awas pada kondisi dan perubahan nyata yang terjadi di lingkungan mereka. Mereka juga harus memperhatikan detil detil dari kondisi yang dihadapi agar tidak terjebak pada sebuah gambaran atau ide yang sifatnya belum konkrit. Sebagaimana dalam setiap hubungan, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh kedua peran ini untuk bisa menampilkan suatu kolaborasi yang apik. Apa yang mendasari mereka dalam mengambil sebuah keputusan, bagaimana cara mereka mengutarakan pendapat dan maksud masing, bisa menjadi sebuah nada sumbang dalam untaian nada yang berupaya mereka rangkai. Si pelukis bisa terlalu berkutat dengan idealisme nilai nilai yang diyakininya dan terkadang mengacuhkan harapan masyarakat luas. Sepenuhnya memperhatikan imajinasi imajinasi yang tergambarkan dalam bayangannya. Pelukis kemudian dapat kehilangan koneksi dengan kenyataan di dunia luar. Selain itu, keyakinan akan nilai nilai idealisme yang kuat terkadang menjadi penghalang komunikasinya dengan sang kurator. Di lain pihak, sang promotor lebih mendasarkan keputusan keputusan yang dia buat berdasarkan logika dan sarionalitas. Ini dilakukannya untuk mencari dan memanfaatkan peluang peluang yang ada. Kerangka berpikir ini bisa membuatnya terlalu mendikte pelukis dalam berkarya, menyebabkan rekannnya menjadi tidak 5

nyaman dan justru kehilangan produktivitasnya dalam menciptakan suatu karya atau gagasan. Promotor yang tidak memberikan celah bagi pelukisnya untuk berimajinasi membuat karya yang dihasilkan pun asal asalan, cenderung mengikuti pasar dan tidak memiliki taste yang khas. 6