BAB II. Landasan Teori

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. Analisa Kedudukan dan Peran Perempuan Dalam Amsal 31: Analisa Penulis Tentang Kedudukan dan Peran Perempuan Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013

WANITA DAN STRUKTUR SOSIAL ( Suatu Analisa Tentang Peran Ganda Wanita Indonesia) Dra. LINA SUDARWATI

BAB I. Pendahuluan. Banyak ilmu yang mengkaji tentang manusia, masing masing dengan

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jender merupakan salah satu isu yang sampai saat ini masih menjadi

Kalender Doa Proyek Hana Mei 2014 Berdoa Bagi Para Ibu

BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media

BAB I PENDAHULUAN. biologis melainkan merupakan fungsi dari kondisi sosial budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang wanita Jepang yang masih kuno dan tradisional masih

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. feminisme yang berkembang mulai abad ke-18 telah menjadi salah satu penanda

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS

Kalender Doa Proyek Hana SEPTEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin

Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

Kalender Doa Juni 2015 Berdoa Untuk Wanita Arab

FEBRUARI Berdoa untuk Mengakhiri Pernikahan Anak-anak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dibandingkan dengan laki-laki 1. Fenomena ini terdapat juga pada

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

MASA DEWASA AWAL. Dra. Aas Saomah, M.Si JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. ( kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari...

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

4. Kajian Sosio-Teologis Terhadap Perubahan Peran Perempuan dalam Keluarga

BAB IV KESIMPULAN. publik. Secara lebih khusus, Mansfield Park menceritakan posisi perempuan pada

Kalender Doa Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga pembangunan industri tidak hanya mencapai kegiatan mandiri saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB III PERCERAIAN DI KALANGAN EKS TKI DI DESA GENUK WATU KECAMATAN NGORO KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan

Kesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi,

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

Assalamu alaikum wr. wb.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. peran wanita berbeda bagi setiap masyarakat (Hutajulu, 2004).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. rumah adalah ayah, namun seiring dengan berkembangnya zaman, tidak

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEREMPUAN DALAM AMSAL 31:10-31 (Studi Antropologi Budaya Terhadap Kedudukan dan Peran Perempuan Dalam Amsal 31:10-31)

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

I. PENDAHULUAN. dalam keluarga dibanding pria. Wanita di mana-mana mencurahkan tenaganya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

DOAKAN PARA WANITA DAN PARA GADIS AGAR MEREKA MEMILIH KESUCIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakatnya. Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik. Berbagai jenis pekerjaan dijalani untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB 1. Pendahuluan Latar Belakang

Kalender Doa April Berdoa Bagi Wanita Yang Sangat Miskin

Transkripsi:

BAB II Landasan Teori Pengantar Manusia adalah makhluk sosial yang kehidupannya selalu berkembang. Dalam peradaban manusia ada tipe-tipe masyarakat yang tumbuh seiring berjalannya waktu. Dalam hal ini masing-masing tipe kelompok masyarakat mempunyai perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini diakibatkan karena manusia mengalami evolusi, begitupun juga dengan peran sosial yang ada didalam setiap tipe masyarakat tersebut. 2.1 Masyarakat Pemburu dan Peramu Struktur masyarakat pemburu paling sederhana dibandingkan dengan semua masyarakat manusia. Pembagian kerja didasarkan atas umur dan perbedaan jenis kelamin secara ketat. Berburu dilakukan oleh para lelaki dan meramu untuk para perempuan. Walaupun perempuan kadang-kadang juga berburu atau memasang perangkap untuk binatang yang kecil, mereka tidak pernah terlibat dalam perburuan binatang besar. Telah umum diketahui, bahwa laki-laki cenderung mendapat status yang lebih tinggi dibanding dengan wanita di antara pemburu. 1 Dalam kegiatan berburu tampaknya telah diatur suatu pola kepemimpinan dalam masyarakat ini di mana laki-laki memiliki tanggung jawab utama yaitu untuk menyediakan daging dan perempuan untuk menyediakan sayuran, buah, kerang, dan makanan lain yang lebih mudah dikumpulkan dari 1 Stephen K. Sanderson, Makrososiologi, (Jakarta : Rajawali, 2010), 87

berburu. 2 Seperti yang telah dikatakan bahwa karena wanita harus melahirkan maka wanita tidak diikut sertakan dalam hal berburu. Menghadapkan wanita pada kepada resiko berarti menghadapkan keturunan kepada resiko. 3 Pekerjaan wanita tidak memerlukan perjalanan dengan jarak yang jauh agar dapat dikerjakan sambil mengurusi anak. Sanderson, mengatakan bahwa kontribusi kaum pria untuk mencari melalui perburuan juga ternyata memberi mereka kesempatan untuk mengontrol kaum wanita. Apabila kaum pria sedikit saja terlibat dalam perburuan atau apabila monopoli kaum pria atas daging adalah rendah, maka peran kaum pria kecil untuk kontrolnya atas kaum wanita. Dengan demikian Friedl menyimpulkan bahwa dominasi kaum pria paling besar apabila pria monopoli produksi ekonomi, dan kesetaraan berdasarkan jenis kelamin hampir tercapai dalam kehidupan masyarakat pemburu dan peramu, jika pria dan wanita bekerja sama dalam kegiatan mencari bahan makanan (daging). 4 Lebih lanjut kaum laki-laki mendominasi kaum perempuan karena kaum laki-laki dinilai lebih besar atau lebih cerdas, mereka pemburu yang baik dan pejuang yang berani, dan lebih meyakinkan dalam pembuatan keputusan kelompok. Perbedaan ini muncul sebagai perbedaan kekuatan dan kekuasaan daripada kesenjangan material. Sama dengan kalangan perempuan, perbedaan kemampuan dengan laki-laki atas dasar keterampilan pada tugas-tugas domestik, kesuburan. 5 2 Patrick Nolan & Gerhard Lenski, Human Societies (An Introduction To Macrosociology), (London : Paradigma, 2008), 80 3 Wiliam A. Haviland, Antropologi edisi keempat jilid 2, (Jakarta : Erlangga, 1985), 22 4 Stephen K. Sanderson, Makrososiologi..., 399 5 Rodney Stark, Sociology second edition, (California : Wadsworth Publishing Company Belmont, 1987), 255

2.2 Masyarakat Hortikultur Dalam masyarakat ini wanita dianalisis dari dua bagian : matrilineal dan patrilineal. Pada umumnya status kaum wanita lebih tinggi di kalangan petani hortikultur yang mempraktekan keturunan matrilineal. 6 Dikalangan ini, kaum wanita merupakan fokus struktur sosial secara keseluruhan, dan hal ini mengangkat kedudukan sosial mereka karena setiap keturunan dihitung dari anak perempuan bukan anak laki-laki. Namun, walaupun masyarakat matrilineal menempatkan kaum wanita dalam pandangan yang cukup tinggi, kaum wanita tetap berada di bawah secara politis terhadap pria. Matrilieal memang mengurangi dominasi pria, tapi tidak menghilangkannya. Dalam masyarakat patrilineal, kaum wanita adalah pengasil ekonomi bagi kelompok pria yang diorganisasi melalui dan didominasi oleh suami mereka. Oleh karena itu, akibatnya ialah status kaum wanita dalam masyarakat tersebut pada umumnya cukup rendah, dan tentunya lebih rendah dari kalangan matrilineal. Mereka tidak memperoleh penghargaan dan pengaruh sampai mereka mencapai usia tua, dan malah mereka hanya memperolehnya melalui hubungan dengan anak laki-laki atau sanak saudara laki-laki 7 2.3 Masyarakat Agraris Salah satu ciri kuat dalam masyarakat agraris adalah jurang yang luas dalam kekuasaan, hak istimewa, dan prestise yang terjadi antara kelas dominan dan subordinatnya. Masyarakat agraris adalah masyarakat yang paling 6 Stephen K. Sanderson, Makrososiologi..., 400 7 Ibid...401

terstratifikasi di antara semua masyarakat praindustri. 8 Menurut Lenski, sistem stratifikasi umumnya dibagi dalam beberapa strata sosial; 1) Kelas Penguasa, 2) Kelas Pelayan dan Imam, 3) Kelas Pedagang, 4) Kelas Petani, 5) Kelas Pengrajin, 6) Kelas Najis/Haram dan terdegradasi dan yang terakhir 7) Kelas Buangan. 9 Pada dasarnya kelas penguasa, pelayan dan imam serta pedagang memiliki hak-hak istimewa. Sanderson mengatakan bahwa empat kelas yang disebut pertama dianggap kelompok kelas yang memiliki hak-hak istimewa. 10 Namun, kelompokkelompok yang memiliki hak istimewa terpenting tentu saja elite ekonomi politik; kelas penguasa dan pemerintah. Pemerintah dalam masyarakat agraris - raja, penguasa, kaisar, atau apapun namanya, adalah orang yang secara resmi menjadi pemimpin politik. 2.3.1 Kelas Penguasa Kelas pengusaha terdiri dari mereka yang mempunyai tanah dan menerima keuntungan dari kepemilikan tersebut. Pada kenyataannya kelas penguasa dan pemerintah biasanya merupakan tuan tanah sekaligus penguasa politik, dan hal ini merupakan hubungan penting antara kedua segmen kehidupan elite tersebut. Jumlah populasi mereka tidak lebih dari satu atau dua persen dari populasi keseluruhan. 11 Kepemilikan tanah dan jabatan publik jelas adalah dua sumber utama pendapatan bagi kelas penguasa. Oleh karena itu, kedua hal ini merupakan sarana alternatif untuk mereka mendapatkan tujuan yang berbeda. Umumnya para pemilik tanah ketika mereka lepas dari jabatan publik, hal kepemilikan mereka 8 Ibid...153 9 Gerhard E. Lenski, Power And Privilege, (New York : The University of Carolina Press, 1966), 284 10 Stephen K. Sanderson, Makrososiologi..., 153 11 Ibid...153

gunakan terutama sebagai sarana untuk memperoleh prestise dan keamanan ekonomi, sementara jabatan publik digunakan terutama untuk kemajuan politik dan ekonomi. 12 2.3.2 Kelas Pelayan Dalam setiap masyarakat agraris, kelas penguasa dan pemerintah selalu mempunyai para pengikut, yang merupakan tentara profesional, pembantu rumah tangga, dan pengikut pribadi, semuanya melayani mereka dalam berbagai kapasitas. Mereka dan keluarganya, disebut "kelas pelayan". Namun, terlepas dari perbedaan-perbedaan tersebut, fungsi dasar mereka adalah selalu melayani orang yang sama yakni elit politik. Dalam hal ini mereka dipisahkan dari kelas penguasa, tetapi memiliki kedudukan yang lebih tinggi dalam masyarakat, dan untuk tingkat yang terbatas bersama dalam surplus ekonomi. 13 Dapat dikatakan pengikut yang dimiliki kaum penguasa sangat penting karena mereka yang melakukan tugas penting dari penguasa dan menjadi penghubungan antara kaum penguasa dengan masyarakat umum. Sebagian besar para pengikut yang melakukan pekerjaan ini terlibat dalam pengaruh surplus ekonomi dari produsen ke elit politik. 2.3.3. Kelas Imam Dari antara hak-hak istimewa yang terdapat dalam masyarakat agraris, para pemimpin organisasi agama, atau kelas Imam merupakan salah satu yang juga mendapat hak istimewa. Istilah Imam mengacu hanya kepada mereka yang memediasi hubungan antara Tuhan, atau dewa, dan manusia melalui ritus kurban. 12 Gerhard E. Lenski, Power...,229 13 Ibid...243-244

Rabi, imam, dan semua pemimpin agama lain yang kehidupan dan status dalam masyarakatnya bergantung terutama pada peran kepemimpinan mereka dalam sistem keagamaan. Tugas imam ini bervariasi dalam suatu masyarakat agraris, terutama di mana untuk tradisi keagamaan yang menyimpang. di beberapa masyarakat mereka adalah orang yang menjadi media hubungan dasar antara Allah dan manusia, di lain pihak mereka memiliki fungsi mengajar terkhususnya mengontrol perilaku dan menjaga kepercayaan setiap orang dalam dan untuk mencari keselamatan. Ada juga perintah untuk para Imam yakni selibat atau tidak berketurunan. 14 Para Imam sering memiliki kekayaan dalam masyarakat agraris, dan pola hubungan mereka sangat dekat pada kelas penguasa dan pemerintah. Hak istimewa yang dimiliki rohaniawan ini disebabkan karena persekutuan mereka dengan kelas elite. Kelas elite umumnya mencari para Imam untuk mendukung tindakan-tindakan eksploitatif dan penindasan mereka. Untuk itulah para imam yang menolong mereka mendapat imbalan. Namun hal ini tidak berarti hubungan antara kelas penguasan dan imam tidak rapuh. 15 2.3.4 Kelas Pedagang Kelas pedagang merupakan kelas yang juga mempunyai hak istimewa. Tentu saja pedagang berkecimpung dalam aktivitas perdagangan yang merupakan bagian penting dari perekonomian kota masyarakat agraris. Kelas pedagang sangat diperlukan oleh kelas elit karena menyediakan barang-barang mewah. Walaupun banyak pedagang yang tetap miskin, banyak juga yang menimbun harta 14 Ibid...256-257 15 Stephen K. Sanderson, Makrososiologi..., 155

mereka, dan bahkan sedikit dari mereka lebih kaya dari pada kelas pemerintah. Namun diluar keuntungan material, para pedagang mempunyai prestise yang rendah. Tidak jarang banyak yang berusaha meniru gaya hidup pemerintah untuk menaikan kelas mereka. 16 Dalam sistem status tradisional di Cina dan Jepang, kelas pedagang mempunyai peringkat dekat atau di bagian bawah skala sosial, dan di atas kelas petani dan pengrajin. Kegiatan perdagangan membuat mereka terbebas dari otoritas kelas penguasa. Ini berarti bahwa di bidang ekonomi pedagang berdiri dalam hubungan pasar dengan kelas penguasa, bukan hubungan otoritas. Hal ini menguntungkan untuk kelas pedagang untuk mengimbangi kelas penguasa. 17 2.3.5 Kelas Petani Dalam masyarakat agraris, populasi terbesar adalah para petani. Sebagai suatu kelas, para petani mempunyai status ekonomi, politik dan sosial yang lebih rendah. Keadaan perekonomian mereka pada umumnya serba kekurangan, walaupun kadar eksploitasi terhadap mereka bervariasi dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya. Beban umum yang menimpa para petani adalah pajak, sebagai alat utama yang memisahkan surplus produksi dari mereka sendiri. Beban lain yang harus ditanggung petani selain pajak salah satunya adalah convee, atau kerja paksa. Sistem ini memaksa para petani untuk bekerja seharian untuk penguasa mereka dan negara. Dalam beberapa masyarakat agraris, penguasa dapat bebas mengambil apapun yang ia sukai milik sang petani tanpa membayar. Di Eropa pada abad pertengahan, apabila seorang mati, maka penguasa dapat 16 Ibid...154 17 Gerhard E. Lenski, Power..., 249

menyatakan bahwa itu hasil kejahatan petani. Lebih jauh lagi, apabila anak gadis petani melangsungkan pernikahan tanpa sepengetahuan atau tidak direstui oleh penguasa, maka ayah si gadis terkena denda. 18 2.3.6 Kelas Seniman Dibawah kelas petani terdapat dua kelas lagi dalam tatanan masyarakat agraris. Salah satunya adalah kelas seniman, atau pengrajin. Para seniman biasanya berasal dari para petani yang kehilangan hak milik. Walaupun pendapatan dan seniman tumpang tindih, pendapatan seniman biasanya lebih buruk dari pada petani. Banyak dari kaum seniman yang hidup dalam kelaparan. 19 Antara kekayaan dan pendapatan dari kelas petani dan pengrajin, pendapatan ratarata pengrajin tampaknya tidak begitu besar seperti yang didapat oleh petani. sebagian besar pengrajin itu mungkin karyawan dari kelas pedagang, upah para anggota kelas ini sebagian besar didapat hari hasil kerja serta ketrampilan mereka untuk menyuplai barang-barang yang didagangkan. 20 2.3.7 Kelas Najis dan Terdegradasi Berdasarkan orientasi beberapa masyarakat agraris, ada satu kelas yang disebut "Najis/Haram". Contoh yang paling tedekat dapat dilihat dalam masyarakat Hindu, ada orang-orang yang tak tersentuh dari masyarakat berdasarkan sistem kasta, kelompok serupa ada dalam masyarakat agraris. Kelompok ini ada secara turun temurun sesuai perkembangan. Ini mencerminkan kecenderungan bahwa orang-orang dalam kelompok ini adalah orang yang 18 Stephen K. Sanderson, Makrososiologi..., 155-156 19 Ibid...157 20 Gerhard E. Lenski, Power..., 278-279

"layak" untuk dihindari. orang-orang ini mencerminkan orang-orang yang rendah daripada kelas masyarakat lain pada umumnya. 21 2.3.8 Kelas Buangan Di paling bawah sistem kelas dalam setiap masyarakat agraris, ada kelas yang cukup besar yaitu orang yang dibuang atau buangan. Anggota masyarakat ini adalah orang-orang yang tidak dibutuhkan. Berbagai macam jenis orang-orang dalam tipe ini, mulai dari penjahat kecil, para pengemis, serta pengangguran, dan bahkan ada yang hidup hanya dengan sedekah dari orang lain. Kelas ini, yang Lenski sebut sebagai Kelas Buangan. 22 Dalam bukunya Sanderson dikenal dengan orang-orang yang terpaksa hidup dibawah belas kasihan dan sedekah orang lain. 23 2.3.9 Perempuan Dalam Masyarakat Agraris Perubahan tentang peran dan posisi perempuan dalam suatu masyarakat relatif terjadi, perubahan ini dipicu oleh perubahan sosial yang terus berlangsung. Perubahan dalam peran dan posisi perempuan juga tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini difasilitasi oleh politik dan budaya patriarki yang menganggap bahwa lakilaki lebih superior dibanding perempuan yang inferior. 24 Oleh karena kelompok yang berkuasa punya pengaruh terbesar terhadap kebudayaan, maka segi pandang mereka menjadi ukuran, dan kelompok bawahan sering menerima saja pandangan tentang diri mereka sendiri sebagai kaum yang lemah, kurang berinisiatif dan harus puas dalam peran melayani. Analisis ini dapat diterapkan baik bagi wanita 21 Ibid...280 22 Ibid...281 23 Stephen K. Sanderson, Makrososiologi..., 157 24 Nur Syam, Antropologi, (Yogyakarta : LkiS, 2007), 154

maupun kelompok-kelompok etnis minoritas. 25 Keadaan perempuan yang berada dalam masyarakat agraris memang paling memprihatikan. Dalam keluarga, dominasi laki-laki adalah aturan mutlak. Suami memperoleh hak mutlak terhadap harta miliknya. Di India, di bawah hukum Hindu, satu-satunya barang yang dimiliki secara mutlak oleh seorang perempuan adalah hadiah pernikahan atau hadiah dari kerabatnya. Sama halnya dengan hukum Syariah dalam agama Islam, anak perempuan hanya mewarisi setengah dari harta yang dimiliki oleh anak lakilaki. Seorang suami juga bisa menceraikan istrinya dengan alasan apapun, sementara istri hanya bisa menceraikan suaminya dengan alasan-alasan tertentu seperti kekejaman, atau tidak menafkai istri tersebut. 26 Digambarkan juga bahwa kewajiban-kewajiban seorang istri adalah patuh sepenuh kepada suaminya, tidak boleh berbeda pendapat dengan suami, bertanya, atau bahkan membantah dalam hal-hal tertentu. Sebaliknya laki-laki atau suami tidak diminta untuk mematuhi istrinya. 27 Karena kaum pria mengontrol politik dan berkuasa, kaum wanita hanya diorientasikan dalam urusan rumah tangga dan kegiatan yang berkaitan dengan itu. Dengan demikian berkembanglah apa yang disebut oleh Martin dan Voorhies yaitu dikhotomi luar-dalam atau oleh yang lain disebut pembedaan publik domestik. 28 Ini mencakup dibaginya kehidupan sosial menjadi dua dunia terpisah dan berbeda. Di satu pihak, terdapat satu lingkungan kegiatan publik yang berlangsung di luar rumah. Lingkungan ini meliputi ekonomi, politik, kehidupan 25 Anne Borrowdale, Tugas Rangkap Wanita : mengubah sikap orang kristen, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1993), 30 26 Patrick Nolan & Gerhard Lenski, Human..., 92 27 Nawal El Saadawi, Perempuan Dalam Budaya Patriarki, (Yogyakarta : Pustaka Prlajar Offset, 2005), 286. 28 Stephen K. Sanderson, Makrososiologi..., 402

religius, pendidikan, dan sabagainya. Lingkungan ini dimonopoli oleh dan untuk pria. Di pihak lain, terdapat lingkungan kegiatan rumah tangga atau domestik. Suatu lingkungan yang pada pokoknya bersangkutan dengan masak-memasak, membersihkan, mencuci dan mengasuh anak-anak. Lingkungan ini dipandang bersifat kewanitaan. Suatu ciri yang tersebar luas mengenai kehidupan dalam kebanyakan masyarakat agraris ialah disisihkan dan dibatasinya kaum wanita dari banyak kegiatan mereka. Kaum wanita dilarang memiliki hak milik, terlibat dalam politik, mengenyam pendidikan, atau terlibat dalam kegiatan di luar rumah. Dalam banyak masyarakat agraria, kaum wanita dipandang kaum yang rendah dan bergantung pada kaum pria. Dalam budaya patriarki orang dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan, masing-masing belajar menjadi pemuda dan gadis yang tumbuh menjadi pria dan wanita. 29 Mereka diajari perilaku, sikap, peran dan aktifitas yang pantas bagi mereka, dan bagaimana seharusnya mereka berhubungan dengan orang lain. Dalam budaya patriarki kaum perempuan dikondisikan untuk melengkapi dan melayani laki-laki. Begitupun dalam hukum masyarakat agraris kaum wanita dipandang sebagai tidak bebas, tidak matang, dan membutuhkan perlindungan dan pengawasan kaum pria, konsep-konsep itu sangat dalam tertanam dalam agama dan moralitas. 30 Perbedaan jenis kelamin dengan berbagai cara dinyatakan secara kultural. Hal yang paling mencolok ialah pembagian fungsi-fungsi masyarakat, pembagian 29 Yosef Lalu, Pr. Katekese Umat, (yogyakarta : Kanisius, 2007), 216 30 Stephen K. Sanderson, Makrososiologi..., 402-403

pekerjaan antara dua jenis kelamin. 31 Suatu hal yang tetap ialah pembagian untuk melahirkan anak, yang oleh alam dikhususkan untuk wanita. Secara psikologis wanita diperlengkapi dengan kelenjar-kelenjar susu yang memberikan kemampuan kepadanya untuk terus memberi makan bayinya sampai tahun yang kedua. Karena itu tidak heran bahwa wanita begitu sering mendapat fungsi mengurus. Ortner memberikan pandangan bahwa faktanya perempuan dipandang lebih dekat secara alami dengan dunia domestik ketimbang dunia luar (publik) atau kehidupan sosial. Pada akhirnya peran perempuan sebagai ibu untuk mengurus anak-anak dan keluarga berasal dari alam/budaya. Rosaldo mendefinisikan dunia domestik sebagai lembaga, kegiatan, bentuk-bentuk hubungan yang sifatnya mengatur, khususnya untuk ibu dan anak. 32 Sementara itu lazimnya ialah wanita mencurahkan perhatian pada pemeliharaan primer yaitu pada pemeliharaan anak, dan sekunder, pada pengurusan suami. Ini membuat pembagian tugas menjadi suatu keharusan, dan dengan sendirinya pembagian itu ada sangkut pautnya dengan kenyataan, bahwa pria lebih besar dan kuat daripada wanita. Wanita mencari pekerjaannya di dekat rumah, karena ia terikat pada rumah oleh anak dan bayi. Selaras dengan itu dialah yang pertama-tama mengurus pengumpulan makanan dari tumbu-tumbuhan, kerang dan serangga, sedangkan pria umumnya bersama dengan laki-laki lain, pergi berburu dengan menempuh jarak yang lebih jauh, karena binatang menghindari berdekatan dengan manusia. 31 J. Van Baal, Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya, (Jakarta : Gramedia, 1987), 13 32 Henrietta L. Moore, Feminism and Anthropology, (Cambridge : Polity, 1988),21-22

Murdock dan Provost (1973) telah berusaha untuk mengidentifikasikan pekerjaan-pekerjaan yang paling kosisten untuk maskulin dan feminin yang dapat dijumpai di seluruh dunia. 33 Mereka mengidentifikasikan spekerjaan maskulin yang paling konsisten sebagai berikut: memburu binatang; mengerjakan logam; melebur biji-biji; pekerjaan soldier; pekerjaan pertukangan kayu; membuat instrumen musik; menangkap dengan perangkap; membuat kapal; pekerjaan batu; mengerjakan tulang-tulang; tanduk; manambang; dan lain-lain. Pekerjaan feminin yang paling konsisten ialah yang mencakup mengumpulkan bahan bakar, mempersiapkan minuman, meramu, dan menyediahkan bahan makanan dari tumbuh-tumbuhan liar, produksi bahan susu, mencuci, mengambil air, dan memasak. Kaum wanita dikelompokan dalam bagian mangasuh anak dan melakukan kegiatan umum dalam rumah tangga. Kegiatan yang secara konsisten diperuntukan untuk kaum pria ialah kegiatan yang memerlukan kekuatan fisik yang lebih besar, sebaliknya bagi yang feminin relatif kurang berbahaya. Status kaum wanita didalam masyarakat agraris pada umumnya rendah sehingga mereka diperlakukan seperti orang yang belum dewasa dan yang selalu bergantung. Dunia agraria adalah dunia yang hampir seluruhnya berpusat pada dan didominasi oleh kaum laki-laki. 34 Banyak teori yang menjelaskan tentang kaum laki-laki yang berkuasa terhadap wanita tetapi salah satu penjelasan yang paling masuk akan adalah kenyataan bahwa wanita lebih disibukan dalam melahirkan dan membesarkan anak ketimbang laki-laki, terutama bila jumlah keturunan yang banyak dibutuhkan untuk mengimbangi tingkat kematian yang 33 Stephen K. Sanderson, Makrososiologi..., 395-396 34 Ibid...397

tinggi dan kebutuhan terhadap tenaga kerja. 35 Sebuah Amsal Cina Kuno menyatakan bahwa Seorang perempuan mengikuti ayahnya sebelum menikah, suaminya setelah menikah, dan anak laki-laki-lakinya setelah suaminya mati. 36 2.4 Masyarakat Industri Industri merupakan masa dimana produksi barang yang menggunakan bahan bakar canggih dan mesin. 37 Untuk itu, masyarakat industri tidak didasarkan pada membuat orang untuk bekerja lebih keras, tetapi untuk "bekerja lebih cerdas". 38 Dalam masyarakat ini kaum wanita masih tetap dibatasi pada pekerjaan yang beprestis rendah dan dibayar rendah, misalnya, pekerjaan tulis menulis, kesekertariatan, dan jasa. Kaum wanita juga mendominasi pekerjaan yang mempunyai komponen pengasuhan yang kuat, seperti guru sekolah dasar dan perawat. Kesempatan yang diperoleh kaum wanita untuk masuk ke dalam posisi posisi managerial dan eksekutif dalam kehidupan perusahaan sangat kecil. Kaum pria masih tetap memonopoli profesi berstatus tinggi, seperti arsitek,hukum, kedokteran, teknik, dan mengajar di universitas. Aliran Marxis menggambarkan bahwa kapitalisme menimbulkan konsekuensi negatif bagi posisi kaum wanita. Meskipun mereka mempunyai status bawahan, pada umumnya dalam lingkungan kehidupan sosial kaum wanita pada banyak hal telah beremansipasi sejak timbulnya kapitalisme. 39 Sebagai contoh mereka telah mencapai persamaan politik dan hukum dengan kaum pria, 35 Nawal El Saadawi, Perempuan Dalam Budaya Patriarki, (Yogyakarta : Pustaka Prlajar Offset, 2005), 228 36 Bernard T. Adeney, Etika Sosial Lintas Budaya, (yogyakarta : Kanisius, 2000), 301 37 John J. Macionis, Society The Basics Third Edition, (New Jersey : Prencite-Hall, 1992), 42 38 Rodney Stark, Sociology...,263 39 Stephen K. Sanderson, Makrososiologi..., 403

dan kaum wanita tidak lagi dipandang semata-mata sebagai rendah dan bergantung pada pria. Marx dan Engels menganggap bahwa masuknya perempuan dalam tenaga kerja bayaran adalah langkah awal menuju emansipasi mereka dari penindasan wilayah domestik. Bahkan, tenaga kerja perempuan dibayar dalam ekonomi sosialis dan kapitalis, meskipun hal ini berarti bahwa perempuan membawa beban kerja ganda sehingga penindasan mereka diperbesar. Wanita dalam pekerjaan bayaran tetap bertanggung jawab atas rumah tangga dan untuk pengurusan anak, sementara pekerjaan rumah tangga sedikit dibagikan kepada suami mereka. 40 114 40 R. A. Sydie, Natural Women Cultured Men, (New York : New York University, 1987),