BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang mesti didapatkan oleh semua orang, karena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

2015 PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional di Indonesia dilaksanakan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya pendidikan tersebut, lebih lanjut diuraikan dalam Undang- Undang Pendidikan Nomor 20 tahun 2003, Pasal 5 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

PEMBINAAN DISIPLIN ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH. (Studi Kasus di SLB Pelita Bangsa Kesamben Jombang) SKRIPSI

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sebelumnya istilah Disabilitas. disebagian masyarakat Indonesia berbeda dengan

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia, 2014 (ribu orang)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 1/5

BAB VI PENUTUP Praktek Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Matauli Pandan mampu membangun interaksi komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang. negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayu Dwi Sulistiyo, 2014

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah Konsep pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kecerdasan,

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari belum mengerti sampai mengerti agar lebih maju dan handal dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yang isinya disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diwujudkan melalui pendidikan. Pendidikan sangat diperlukan

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu, sehingga tidak boleh adanya diskriminasi. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan

warga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 Tiap-tiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyandang cacat tubuh atau disabilitas tubuh merupakan bagian yang tidak

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menunjukkan bakat di lingkungan masyarakat. Pendidikan diarahkan

PERAN GURU DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN KHUSUS PADA LINGKUP PENDIDIKAN FORMAL (SEKOLAH LUAR BIASA/SEKOLAH KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi

BAB III KONSEP PENGASUHAN ANAK DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Kelancaran proses pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia kearah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk itu perlu adanya usaha-usaha yang. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Galih Wiguna, 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMBELAJAR YANG MENDIDIK DAN BERKARAKTER

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. itulah sebabnya manusia dijuluki sebagai animal educandum dan animal

ANALISIS UNDANG-UNDANG NO 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan hal yang mesti didapatkan oleh semua orang, karena dengan mendapatkan pendidikan seseorang dapat mengembangkan dirinya sesuai dengan kebutuhan dirinya sendiri. Pendidikan sebagai modal utama manusia untuk bertahan hidup, karena dengan mendapatkan pendidikan manusia akan memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kecerdasan, kemandirian, percaya diri, kepribadian, keterampilan, akhlak yang mulia serta dengan mendapatkan pendidikan akan meningkatkan pendapatan seseorang. Pendidikan merupakan hal terpenting karena secara sadar dan terencana bahwa didalam pendidikan ada suatu proses dan tujuan seseorang agar lebih baik. Pendidikan adalah salah satu cara untuk membangun suatu bangsa, karena dengan seseorang mendapatkan pendidikan secara bertahap akan meningkatkan kemapuan dirinya untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, lingkungannya kemudian bangsanya sampai dunia. Sepanjang hayat pendidikan itu harus didapatkan. Hak manusia mendapatkan pendidikan sudah terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 khususnya bagi masyarakat Indonesia bahwa tercantum dalam pasal 31 ayat 1 bahwa: 1

2 Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan disebutkan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Dalam UU No. 20/2003 pasal 5, bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus, warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus, warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus serta setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Jelas sekali bahwa pendidikan di Indonesia sangat diperhatikan oleh pemerintahan Indonesia, pendidikan adalah hal yang terpenting selain sandang, pangan, papan. Pendidikan tidak memandang seseorang itu dari segala kekurangannya, pendidikan harus merata didapatkan oleh kalangan masyarakat apapun. Berbagai cara apapun dan kondisi seperti apapun pendidikan harus didapatkan oleh masyarakat Indonesia. Remaja adalah bagian dari lapisan masyarakat yang mesti mendapatkan pendidikan, karena remaja adalah lapisan masyarakat yang sedang tumbuh berkembang menuju masyarakat dewasa. Dengan mendapatkan pendidikan, remaja akan mendapatkan pengalaman-pengalaman yang penting, agar tumbuh kembangnya lebih baik, sehingga di masa dewasanya akan mejadi bagian dari masyarakat dewasa yang memiliki keterampilan, kemampuan, kepribadian yang seimbang, semuanya itu akan bermanfaat lebih, bagi diri sendiri, keluarga, bahkan orang lain, tanpa merugikan banyak orang.

3 Kenyataannya masih banyak remaja yang tidak mendapatkan pendidikan, sehingga tumbuh kembangnya tidak bisa seutuhnya. Faktor yang menjadikan remaja tidak mendapatkan pendidikan salah satunya adalah faktor sosial ekonomi yang menjauhkan dari kesejahteraan. Pendidikan di Indonesia mayoritas dilaksanakan melalui pendidikan formal yang mesti menggunakan biaya, bahkan pendidikan jalur non formal yang diadakan oleh sebagian masyarakat, mesti menggunakan biaya yang sangat mahal melebihi pendidikan jalur formal. Walaupun pemeritah mengadakan pendidikan gratis, tapi pada kenyataannya tidak gratis sepenuhnya, seperti alat tulis, buku paket belajar, seragam sekolah, semuanya itu mesti mengeluarkan biaya pribadi. Kenyataan ini, mengakibatkan mereka tergolong ke dalam salah satu remaja termarjinalkan (terpinggirkan). Biasanya sebagian remaja termarjinalkan memilih untuk menjadi pekerja muda, dan ada yang terpaksa hidup di jalanan yang kehidupannya tidak layak untuk remaja yang sedang tumbuh berkembang. Pilihan ini yang akan berdampak sebaliknya, remaja termarjinalkan akan mendapatkan kehidupan kerasnya jalanan, bebasnya kehidupan jalanan, yang akan mengarahkan remaja termarjinalkan menjadi sampah masyarakat. Remaja termrjinalkan, akan semakin termarjinalkan apabila sama sekali tidak mendapatkan pendidikan seutuhnya. Kehawatiran ini yang mesti diperhatikan oleh semua masyarakat Indonesia, karena apabila tidak diperhatikan dan tidak diatasi, akan melahirkan terus menerus masyarakat termarjinalkan, yang akan menjadi masalah semua masyarakat di masa sekarang bahkan di masa yang akan datang.

4 Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan sebagian masyarakat adalah upaya yang mengarah dan memiliki tujuan yang baik, akan tetapi sangat disayangkan sekali dari tujuan baiknya masih saja ada sebagian yang memiliki tujuan mengadakan pendidikan untuk kepentingan pribadi, sebagai lahan bisnis yang tidak memaksimalakan kualitas pendidikannya. Tidak perlu putus asa, dengan kenyataan yang seperti itu, masih ada sebagian masyarakat yang benarbenar peduli akan pentingnya pendidikan bagi remaja, bahkan bagi remaja termarjinalkan untuk mendapatkan pendidikan seutuhnya tanpa mengeluarkan biaya sedikit pun atau bisa dikatakan gratis seutuhnnya. Salah satunya sekolah jalur non formal yaitu Sekolah Otonom Sanggar Anak Akar Jakarta Timur. Hal lain yang menarik adalah walaupun SOSAA (Sekolah Otonom Sanggar Anak Akar) tergolong sekolah non formal tetapi peserta didiknya diberikan pelajaranpelajaran yang serupa dengan sekolah formal seperti matematika, bahasa Inggris, bahasa Indonesia dan sastra Indonesia, fisika dan pelajaran lainnnya. Kelebihan lainnnya sekolah ini memberikan ilmu-ilmu hidup seperti disiplin, kebersihan, kekeluargaan, tenggang rasa, tolong-menolong, dan pendidikan sosial lainnya, bahkan pendidikan seni seperti seni teater, seni rupa, dan seni musik. Betapa pentingnya pendidikan bagi setiap orang. Dengan menyentuh semua kalangan masyarakat akan menjadikan masyarakat lebih baik dan memiliki nilai. Pendidikan sangatlah luas, banyak sekali upaya lain yang dapat mendorong tercapainya tujuan pendidikan, salah satunya pembinaan. Pembinaan yang di dalamnya terdapat upaya yang dapat membantu masyarakat untuk memiliki kpribadian yang seimbang dan keterampilan sesuai dengan minat dan bakat,

5 sehingga memudahkan tercapainya tujuan pendidikan. Pembinaan yang sesuai dengan minat dan bakat salah satunya pembinaan musik. Seseorang yang belajar musik tidak cukup dengan keterampilan musik saja, tetapi yang terpenting lainya adalah sikap atau prilaku yang dapat mencerminkan keindahan, selaras, dan keseimbangan antara kepribadian dengan keterampilan. Remaja termarjinalkan yang tidak memiliki nilai di lingkungan masyarakat secara luas, setelah mengikuti pembinaan musik akan merubahnya menjadi bagian masyarakat yang memiliki nilai lebih. Dengan pembinaan musik dapat mengangkat taraf hidup mereka lebih baik, maka penulis mengambil judul PEMBINAAN MUSIK BAGI REMAJA TERMARJINALKAN DI SEKOLAH OTONOM SANGGAR ANAK AKAR JAKARTA TIMUR. B. RUMUSAN MASALAH Pembinaan musik bagi remaja termarjinalkan di Indonesia belum menyeluruh, apabila dibiarkan akan berdampak buruk bagi masa depan suatu bangsa dan hak remaja mendapatkan pendidikan tidak akan terpenuhi, semakin banyaknya remaja yang hidup di bawah garis kemiskinan, dan akan semakin meningkatnya kriminalitas. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana proses pembinaan musik bagi remaja termarjinalkan, selanjutnya penulis uraikan dalam beberapa bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana pola pembinaan musik bagi remaja termarjinalkan? 2. Bagaimana hasil dari proses pembinaan musik bagi remaja termarjinalkan?

6 C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan penelitian ini adalah untuk dapat menjawab seluruh permasalahan yang terdapat di dalam penelitian. Secara rinci tujuan yang ingin dicapai tersebut adalah sebagai berikut: 1. Peneliti ingin mengetahui gambaran tentang pembinaan musik bagi remaja termarjinalkan di Sekolah Otonom Sanggar Anak Akar. 2. Peneliti ingin mengetahui pola pembinaan musik bagi remaja termarjinalkan di Sekolah Otonom Sanggar Anak Akar. 3. Peneliti ingin mengetahui hasil pembinaan musik bagi remaja termarjinalkan di Sekolah Otonom Sanggar Anak Akar. D. DEFINISI OPERASIONAL Guna menghindari adanya kesalah pahaman dalam penafsiran pengertian istilah yang terdapat dalam judul penelitian, maka dalam hal ini peneliti memberikan batasan sebagai berikut: 1. Pembinaan Musik Pembinaan dan Pengembangan pada dasarnya upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan suatu dasar-dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras, serta di berikan ilmu pengetahuan musik dan keterampilan musik sesuai dengan bakat, kecenderungan atau keinginan serta kemampuan-

7 kemampuannya, sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesamanya maupun lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri. 2. Remaja Termarjinalkan Remaja biasanya sebutan bagi masyarakat yang memiliki usia dari 12-15 tahun bahkan 18-22 tahun masih dikatakan remaja juga. Termarjinalkan memiliki arti terpinggirkan jika di artikan ke dalam bahasa Indonesia seperti di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Anak terpinggirkan menurut Ibe karyanto dikandung maksud yang lebih subtantif menyangkut ketidakadilan yang dilakukan pemerintah dan masyarakat umum, yakni ketidakadilan struktural, kultural dan tidakan represi fisik. Remaja termarjinalkan sebenarnya memiliki arti yang luas, tetapi penulis batasi bahwa remaja termarjinalkan yang penulis maksud salah satunya adalah remaja putus sekolah, remaja pekerja muda, remaja bekerja di jalan, remaja sebagai pemulung, remaja korban penggusuran atau dapat di golongkan remaja yang kehilangan hak sosial ekonomi, sehingga mengakibatkan kehidupannya tidak sejahtera. E. SISTEMATIKA PENULISAN 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian

8 D. Definisi Operasional E. Sistematika Penulisan 2. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembinaan Dalam Konteks Pendidikan Humanis B. Pendidikan Musik C. Remaja D. Remaja Termarjinalkan 3. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian B. Instrumen Penelitian C. Teknik Pengumpulan Data D. Pengolahan Data E. Tahap Penelitian 4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dinamika Harian B. Hasil Penelitian Pembinaan Musik Bagi Remaja Termarjinalkan di Sekolah Otonom Sanggar Anak Akar C. Pembahasan Pembinaan Musik Bagi Remaja Termarjinalkan di Sekolah Otonom Sanggar Anak Akar 5. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan B. Rekomendasi