KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO)

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : 1453/HK.402/DRJD/2005

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1186/HK.402/DRJD/2002

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1187/HK.402/DRJD/2002

KEPUTUSAN DI REKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK.1858/ HK.402/ DRJD/ 2003

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.653/AJ.202/DRJD/2001 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SEWA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR :SK.967/AJ.202/DRJD/2007 TENTANG

BENTUK, WARNA DAN UKURAN SURAT PERSETUJUAN PENGANGKUTAN ALAT BERAT DAN PENGANGKUTAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERIAN SURAT IZIN KERJA (SIK) DI TERMINAL BUS KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468); 4. Peraturan Presiden Nomor 47

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 90 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

CONTOH 1 : PERMOHONAN IZIN USAHA ANGKUTAN

-2- Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK.2257/AJ.003/DRJD/2006. Tentang

TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tenta

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM TIDAK DALAM TRAYEK

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 84 TAHUN 1999 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TERMINAL BARANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1993 TENTANG ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYESUAIAN JARINGAN TRAYEK DALAM WILAYAH KOTA KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KOTA BATU

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 17 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN MASSAL

TAHUN : 2006 NOMOR : 04

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KP.288 TAHUN 2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 85 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERLAKUAN KEWAJIBAN MELENGKAPI DAN MENGGUNAKAN SABUK KESELAMATAN

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

WALIKOTA TASIKMALAYA

Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 51 TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH ROKAN HILIR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DI JALAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK.1763/AJ.501/DRJD/2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor: SK.4285/AJ.402/DRJD/2007

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 66 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PARKIR UNTUK UMUM MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LOMBA TERTIB LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KOTA

DEPARTEMEN PERBUHUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor: SK.3315/AJ.405/DRJD/ /HM.101/DRJD/2005 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1993 TENTANG ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

NOMOR PM 103 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN PENGENDALIAN KENDARAAN YANG MENGGUNAKAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL BONGKAR MUAT BARANG DI KABUPATEN JEMBRANA

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 3214/HK.402/DRJD/2006 TENTANG

CONTOH : TANDA BUKTI PEMBAYARAN KARCIS ANGKUTAN ANTAR KOTA ANTAR PROPINSI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 41 TAHUN 1993 TENTANG ANGKUTAN JALAN

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 9 TAHUN 2000 (9/2000) TENTANG TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUMAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

K E P U T U S A N DI R EKT UR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, NOMOR : SK.1185/PR.301/DRJD/2002 T ENT ANG

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 10 Tahun 2003 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 45 TAHUN 2003 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2009

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2010 NOMOR 5

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP-447 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN

2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 5587); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang J

Transkripsi:

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003 Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO) DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Menimbang : a. bahwa dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 84 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum, telah diatur mengenai pool dan agen perusahaan otobus; b. bahwa tempat pool dan agen dari perusahaan otobus dapat dipergunakan sebagai tempat untuk menaikkan dan/atau menurunkan penumpang; c. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat tentang Penyelenggaraan Pool dan Agen Perusahaan Otobus (PO). Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480); 2. Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3527); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3529); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 6. Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001, Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen;

7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 84 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum; 8. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 24 Tahun 2001 tentang Organisasi Tata Kerja Departemen Perhubungan. MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO) B A B I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Angkutan antar kota adalah angkutan dari satu kota ke kota lain dengan mempergunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur; 2. Perusahaan angkutan umum adalah perusahaan yang menyediakan jasa angkutan orang dan/atau barang dengan kendaraan umum di jalan; 3. Perusahaan Otobus Antar Kota adalah perusahaan yang menyediakan jasa angkutan orang dengan kendaraan umum di jalan pada trayek Antar Kota Dalam Propinsi dan Antar Kota Antar Propinsi; 4. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara; 5. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang dan hewan di jalan; 6. Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas; 7. Terminal Penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan angkutan umum;

8. Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal; 9. Pool adalah tempat untuk istirahat kendaraan, pemeliharaan dan perbaikan kendaraan yang dapat digunakan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang; 10. Agen adalah tempat untuk pemesanan dan penjualan tiket yang berlokasi di terminal, pool dan tempat lain yang memungkinkan; 11. Loket adalah bangunan pada pool dan/atau agen yang digunakan untuk pemesanan dan/atau penjualan tiket; 12. Kepala Dinas Propinsi adalah pejabat di tingkat Propinsi yang bertanggung jawab di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; 13. Kepala Dinas Kota/Kabupaten adalah pejabat di tingkat Kota/Kabupaten yang bertanggung jawab di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. B A B II POOL Bagian Pertama Jenis dan Fungsi Pool Pasal 2 (1) Pool Angkutan antar kota terdiri dari : a. Pool utama; b. Pool pendukung (2) Pool utama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a adalah pool yang digunakan sebagai tempat istirahat kendaraan, pemeliharaan dan perbaikan kendaraan dan dapat digunakan pula sebagai kantor perusahaan angkutan umum serta dapat digunakan untuk menaikkan dan/atau menurunkan penumpang. (3) Pool pendukung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, adalah pool yang digunakan sebagai kantor perusahaan angkutan umum dan dapat digunakan untuk menaikkan dan/atau menurunkan penumpang.

Bagian Kedua Persyaratan Pembangunan Pool Paragraf 1 Lokasi Pool Pasal 3 Lokasi pool angkutan penumpang ditetapkan dengan memperhatikan : a. rencana tata ruang Kota/Kabupaten; b. kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar pool; c. analisis dampak lalu lintas; d. kelestarian lingkungan. Paragraf 2 Persyaratan Pool Pasal 4 Setiap pool harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. memiliki kapasitas parkir yang memadai sekurang-kurangnya 5 (lima) unit bus; b. jarak pool ke terminal terdekat cukup jauh; c. tidak menimbulkan kemacetan lalu lintas disekitar lokasi pool, berupa : 1) Mempunyai jalan masuk-keluar (akses) pool, sekurang-kurangya 50 meter; 2) Mempunyai jalan masuk-keluar (akses) pool dengan lebar sekurangkurangnya 5 meter, sehingga manuver kendaraan dapat dilakukan dengan mudah; 3) Dilengkapi dengan fasilitas celukan masuk-keluar kendaraan, sehingga kendaraan yang akan masuk keluar pool mempunyai ruang dan waktu yang cukup untuk melakukan perlambatan/percepatan; 4) Apabila volume kendaraan masuk-keluar pool cukup padat, pada lokasi sebelum masuk dan setelah keluar pool harus dipasang lampu kelap-kelip (flashing light) warna kuning; d. tidak ada pembebanan biaya tambahan terhadap penumpang;

e. lokasi pool terletak pada lintasan trayek yang dilalui oleh bus-bus yang menggunakan pool; f. tidak mengganggu jadwal perjalanan bus dari terminal sesuai kartu pengawasan g. pool harus terdaftar di instansi pemberi izin. Paragraf 3 Pembangunan Pool Pasal 5 (1) Pembangunan pool harus dilengkapi dengan : a. rancang bangun pool; b. analisis dampak lalu lintas; c. analisis mengenai dampak lingkungan; (2) Pembuatan rancang bangun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a harus memperhatikan pasal 4. Pasal 6 (1) Pembangunan pool yang digunakan untuk menaikkan dan/atau menurunkan penumpang dapat dilaksanakan oleh 1 (satu) atau lebih Perusahaan Otobus (PO); (2) Pembangunan pool angkutan penumpang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat mengikutsertakan Badan Hukum Indonesia dengan tetap mengutamakan fungsi pool. Paragraf 4 Fasilitas Pool Pasal 7 (1) Pool yang digunakan untuk menaikkan dan/atau menurunkan, minimal harus dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut : a. geduang/ruang kantor; b. ruang tunggu penumpang dan/atau pengantar/penjemput;

c. tempat untuk parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan dengan kapasitas sekurang-kurangnya 5 (lima) unit mobil bus; d. tempat parkir bagi mobil para pengantar dan/atau taksi; e. loket penjualan tiket; f. kamar kecil/toilet. (2) Selain fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pool juga dapat dilengkapi dengan fasilitas bagi penumpang penyandang cacat sesuai kebutuhan; (3) Pool yang digunakan untuk tempat istirahat, pemeliharaan dan perbaikan kendaraan, harus dilengkapi dengan fasilitas untuk pemeliharaan dan perbaikan kendaraan. Bagian Ketiga Penyelenggaraan Pool Pasal 8 (1) Penyelenggaraan pool sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan oleh 1 (satu) atau beberapa perusahaan otobus (PO); (2) Penyelenggaraan pool sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah penggunaannya ditetapkan oleh : a. Gubernur DKI Jakarta, untuk pool yang berlokasi di wilayah DKI Jakarta; b. Bupati/Walikota, untuk pool yang berlokasi di Kabupaten/Kota di luar wilayah DKI Jakarta. (3) Apabila pool tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka penetapannya dapat dibatalkan oleh : a. Direktur Jenderal Perhubungan Darat untuk pool yang melayani angkutan Antar Kota Antar Propinsi; b. Kepala Dinas Propinsi untuk pool yang melayani angkutan Antar Kota Dalam Propinsi;

Pasal 9 Penyelenggaraan pool angkutan penumpang meliputi kegiatan : a. pengelolaan; b. pemeliharaan; c. penertiban pool. Pasal 10 (1) Pengelolaan pool penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a, meliputi kegiatan : a. perencanaan; b. pelaksanaan; c. pengawasan operasional pool. (2) Kegiatan perencanaan operasional pool sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, sekurang-kurangnya meliputi : a. penetapan pelataran pool; b. penataan fasilitas penumpang/pengantar/penjemput; c. penataan arus lalu lintas; d. penyajian daftar rute dan tarif; e. penataan kantor, loket dan fasilitas lainnya. (3) Kegiatan pelaksanaan operasional pool sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, meliputi : a. pengaturan tempat tunggu dan arus kendaraan; b. pengaturan kedatangan dan keberangkatan kendaraan; c. pengaturan lalu lintas dalam pool; d. pencatatan dan pelaporan operasional kendaraan dan penumpang. (4) Kegiatan pengawasan operasional pool sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, meliputi pengawasan terhadap : a. tarif angkutan; b. kelaikan jalan kendaraan;

c. kapasitas muatan yang diizinkan; d. pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa angkutan. Pasal 11 (1) Pemeliharaan pool angkutan penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b, dilakukan untuk menjamin agar pool dapat berfungsi sekurang-kurangnya sesuai dengan fungsi; (2) Pemeliharaan pool sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi kegiatan : a. menjaga kebersihan dan keutuhan bangunan pool; b. menjaga kebersihan dan keutuhan pelataran pool; c. merawat seluruh peralatan yang diperuntukkan untuk operasional pool. Pasal 12 Penertiban pool sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c, dilakukan terhadap kegiatan yang dapat mengganggu fungsi pokok pool. B A B III AGEN Bagian Pertama Persyaratan Agen Pasal 13 Agen harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. hanya dipergunakan sebagai tempat penjualan tiket; b. tidak diperbolehkan sebagai tempat pemberangkatan bus; c. tidak ada pungutan tambahan terhadap penumpang;

Bagian Kedua Penyelenggaraan Agen Pasal 14 Penggunaan suatu tempat/lokasi sebagai agen wajib memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 15 Penyelenggaraan agen meliputi pengelolaan, pemeliharaan dan penertiban yang dapat dilakukan oleh 1 (satu) atau beberapa perusahaan otobus. Pasal 16 Penggunaan agen dilakukan berdasarkan analisis dan rekomendasi dari Kepala Dinas Propinsi DKI Jakarta untuk agen yang berlokasi di DKI Jakarta dan Kepala Dinas Kota/Kabupaten untuk agen yang berlokasi di wilayah Kota/Kabupaten. Pasal 17 Agen yang terletak di dalam pool atau terminal pemberangkatan, persinggahan dan/atau tujuan dapat digunakan sebagai tempat untuk menaikkan dan/atau menurunkan penumpang. B A B IV PENGAWASAN POOL DAN AGEN Pasal 18 (1) Pengawasan dan penilaian terhadap penyelenggaraan pool dan agen dilakukan oleh Kepala Dinas Propinsi DKI Jakarta untuk pool dan agen yang berlokasi di wilayah DKI Jakarta atau Kepala Dinas Kota/Kabupaten untuk pool dan agen yang berlokasi di wilayah Kota/Kabupaten bersangkutan; (2) Pengawasan dan penilaian pool dan agen sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi : a. Tarif angkutan; b. Pelayanan kepada pengguna jasa angkutan; c. Persyaratan administratif kendaraan; d. Kelaikan kendaraan yang dioperasikan;

(3) Hasil pengawasan dan penilaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terhadap penyelenggaraan pool dan agen harus dilaporkan secara berkala setiap bulan kepada : a. Direktur Jenderal Perhubungan Darat untuk trayek Antar Kota Antar Propinsi; b. Kepala Dinas Propinsi untuk trayek Antar Kota Dalam Propinsi. (4) Hasil pengawasan dan penilaian terhadap penyelenggaraan pool dan agen digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan di dalam pemberian izin trayek angkutan antar kota. B A B V TANGGUNG JAWAB Pasal 19 Perusahaan otobus bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pool dan/atau agen yang dimiliki. Pasal 20 Terhadap pool dan agen yang dikelola oleh beberapa perusahaan otobus, tanggung jawab dilakukan secara bersama-sama B A B VI SANKSI Pasal 21 (1) Izin penyelenggaraan pool dan/atau agen dapat dapat dicabut apabila : a. penyelenggaraan pool dan/atau agen tidak sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan; b. penyelenggaraaan pool dan/atau agen menyimpang dari persyaratan yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 13. (2) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui proses peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 1 (satu) bulan.

Pasal 22 Pencabutan izin penyelenggaraan pool dan/atau agen dapat dilakukan tanpa melalui proses peringatan, dalam hal : a. Penyelenggaraan pool dan/atau membahayakan kepentingan bangsa dan negara; b. Penyelenggaraan pool dan/atau agen membahayakan keselamatan penumpang dan masyarakat disekitarnya. Pasal 23 Penetapan pencabutan izin penyelenggaraan pool dilakukan oleh pejabat pemberi izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2). B A B VII SISTEM INFORMASI Pasal 24 Penyelenggara pool dan/atau agen angkutan antar kota wajib mengumumkan serta mencantumkan waktu keberangkatan, lintasan trayek, nomor kendaraan, jenis pelayanan serta tarif yang berlaku pada masing-masing trayek ditempat yang mudah dilihat oleh calon penumpang. B A B VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 25 (1) Pool tertentu dapat digunakan sebagai terminal dalam keadaan tingkat kepadatan terminal tinggi, seperti; dalam pelaksanaan angkutan Lebaran, Natal dan Tahun Baru; (2) Pool sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus menempatkan petugas yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Propinsi untuk wilayah DKI Jakarta atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota untuk wilayah lainnya. Pasal 26 Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Kepala Dinas Propinsi dan Kepala Dinas Kabupaten/Kota mengawasi dan melaksanakan Keputusan ini. B A B IX

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 27 (1) Pool dan/atau agen yang pada saat berlakunya Keputusan ini telah ada dan belum memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Keputusan ini tetap dapat beroperasi sebagai pool dan/atau agen selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak berlakunya Keputusan ini harus memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam keputusan ini. (2) Apabila pool dan/atau agen sampai batas waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum menyesuaikan, pool dan/atau agen yang bersangkutan akan ditutup. B A B X KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : J A K A R T A Pada Tanggal : 22 Januari 2003 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Ttd Ir. ISKANDAR ABUBAKAR, MSc. NIP. 120 092 889 Salinan Keputusan ini disampaikan kepada : 1. Menteri Perhubungan; 2. Sekretaris Jenderal Departemen Perhubungan; 3. Inspektur Jenderal Departemen Perhubungan; 4. Para Gubernur Propinsi; 5. Direktur Lalu Lintas Mabes POLRI; 6. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Darat; 7. Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat; 8. Para Bupati/Walikota; 9. Para Kepala Dinas Perhubungan/Dinas LLAJ Propinsi; 10. Para Kepala Dinas Perhubungan/Dinas LLAJ Kota/Kabupaten; 11. DPP Organda di Jakarta.