- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

dokumen-dokumen yang mirip
- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

P E N U T U P P E N U T U P

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 406 TAHUN 1991 TENTANG

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

LUAS AREAL DAN PRODUKSI / PRODUKTIVITAS PERKEBUNAN RAKYAT MENURUT KABUPATEN TAHUN Jumlah Komoditi TBM TM TT/TR ( Ton ) (Kg/Ha/Thn)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 159 TAHUN 1980

BERITA RESMI STATISTIK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

TABEL II.B.1. KEGIATAN ANEKA USAHA KEHUTANAN DI KABUPATEN/ KOTA TAHUN

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan

Lampiran 1 Nomor : 7569 /D.3.2/07/2017 Tanggal : 26 Juli Daftar Undangan

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR: 21/Kpts/KPU-Prov-014/2013 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

DAFTAR PERDA/PERKADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR YANG DIBATALKAN OLEH GUBERNUR JAWA TIMUR

RESUME PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 IHPS I TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis

Nomor : KT.304/ 689 /MJUD/XI/2014 Surabaya, 20 Nopember 2014 Lampiran : - Perihal : Awal Musim Hujan 2014/2015 Prov. Jawa Timur.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG BADAN KOORDINASI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KABUPATEN / NO ORGANISASI PERANGKAT DAERAH ALAMAT KANTOR KOTA. Dinas PMD Kab. Trenggalek

GUBERNUR JAWA TIMUR UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2O1O GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lampiran 1. Tabel Durbin-Watson LAMPIRAN

RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI KABUPATEN PACITAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

DAFTAR PENERIMA SURAT KELOMPOK IV

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI SRAGEN,

Transkripsi:

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH I. UMUM Bahwa bumi air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Adapun pelaksanaannya diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dengan tetap mengakui hak ulayat masyarakat hukum adat dan memperhatikan aspirasi masyarakat. Secara filosofis bahwa air tanahadalah karunia Allah, sehingga air merupakan sumber kehidupan dan penghidupan. Sebagai sumber kehidupan, bermakna bahwa setiap makhluk hidup tak dapat hidup tanpa air, sedangkan sebagai sumber penghidupan bermakna bahwa air sebagai sumber mencari mata pencaharian atau sumber kelangsungan suatu kegiatan sosial, budaya dan ekonomi. Air secara teknis merupakan sumber daya yang terbarukan melalui suatu siklus hidrogeologi. Dalam daur hidrogeologi air tanah merupakan air yang terdapat didalam bumi. Air dalam beberapa ujudnya di bumi ini selalu bergerak dalam suatu peredaran alami. Air hujan sebagian besar akan mengalir di permukaan sebagai air permukaan seperti sungai, danau atau rawa, dan sebagian kecil akan meresap kedalam tanah yang bila meresap terus hingga zona jenuh akan menjadi air tanah. Bagian yang meresap dekat permukaan akan diuapkan kembali lewat tanaman (Evapotranspiration) dan penguapan (Evaporation) yang terjadi langsung pada tubuh air (water body) yang terbuka. Dengan pemahaman dimaksud maka besarnya air yang meresap (infiltration) sangat dipengaruhi oleh keadaan batuan setempat yang dilaluinya. Disamping itu dengan adanya rembesan lainnya berupa limbah, karena aktifitas yang terjadi baik di permukaan ataupun bawah permukaan, akan sangat berpotensi memberikan pencemaran baik terhadap air permukaan maupun air tanah. Untuk mempertahankan keberadaan air khususnya air tanah agar kuantitas dan kualitas air tanah

- 2 - tanah dapat stabil diperlukan upaya manusia diantaranya melalui pembatasan jumlah pengambilan, penentuan lokasi pengeboran/ penggalian, teknik pengeboran, kontruksi dalam pengambilan dan pemanfaatan secara efisien. Pada dasarnya pemanfaatan air tanah pada daerah imbuhan hanya diperuntukkan bagi kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat, sedangkan di daerah lepasan sesuai potensi dan kondisi air tanah digunakan untuk semua kebutuhan termasuk untuk usaha. Penyadapan air tanah pada akuifer dangkal diperuntukkan bagi kegiatan usaha dengan debit pengambilan yang tidak begitu besar, sedangkan pemanfaatan air tanah dalam jumlah besar diharuskan melakukan pengambilan air tanah pada akuifer dalam. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 a. Yang dimaksud dengan Asas kelestarian adalah pendayagunaan air tanah diselenggarakan dengan menjaga kelestarian fungsi air tanah secara berkelanjutan. b. Yang dimaksud dengan Asas keseimbangan adalah keseimbangan antara fungsi sosial, fungsi lingkungan hidup, dan fungsi ekonomi. c. Yang dimaksud dengan Asas kemanfaatan umum adalah pengelolaan air tanah dilaksanakan untuk membeikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan umum secara efektif dan efisien. d. Yang dimaksud dengan Asas keterpaduan dan keserasian adalah pengelolaan air tanah dilakukan secara terpadu dalam mewujudkan keserasian untuk berbagi kepentingan dengan memperhatikan sifat alami air yang dinamis. e. Yang dimaksud dengan Asas keadilan adalah pengelolaan air tanah dilakukan secara merata keseluruh lapisan masyarakat di wilayah tanah air sehingga setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama untuk berperan dan menikmati hasilnya secara nyata. f. Yang

- 3 - f. Yang dimaksud dengan Asas kemandirian adalah pengelolaan air tanah dilakukan dengan memperhatikan kemampuan dan keunggulan sumber daya setempat. g. Yang dimaksud dengan Asas transparansi dan akuntabilitas adalah pengelolaan air tanah dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Ayat (1) Cekungan air tanah yang lintas Kabupaten/Kota di Jawa Timur terdiri dari: a. Cekungan air tanah Surabaya Lamongan melintasi : Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Tuban dan Kabupaten Bojonegoro. b. Cekungan air tanah Tuban melintasi : Kabupaten Tuban dan Kabupaten Lamongan. c. Cekungan air tanah Brantas melintasi : Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Kediri, Kabupaten Madiun, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, Kota Surabaya, Kota Mojokerto, Kota Malang, Kota Blitar, Kota Madiun dan Kota Kediri. d. Cekungan air tanah Bulukawang melintasi : Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Blitar. e. Cekungan air tanah Pasuruan melintasi : Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan dan Kabupaten Mojokerto. f. Cekungan air tanah Probolinggo melintasi : Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Lumajang. g. Cekungan air tanah Jember - Lumajang melintasi : Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember. h. Cekungan air tanah Besuki melintasi : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Bondowoso. i. Cekungan

- 4 - i. Cekungan air tanah Bondowoso - Situbondo melintasi : Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo. j. Cekungan air tanah Wonorejo melintasi : Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Situbondo k. Cekungan air tanah Ketapang melintasi : Kabupaten Sampang, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Bangkalan. l. Cekungan air tanah Sampang - Pamekasan melintasi : Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Bangkalan. m. Cekungan air tanah Sumenep melintasi : Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Pamekasan. Ayat (2) Untuk cekungan lintas Provinsi yang rekomendasi teknisnya di berikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia atau yang ditunjuk maka koordinasinya dilakukan oleh Gubernur. Cekungan lintas dimaksud terdiri dari: a. Cekungan air tanah Ngawi - Ponorogo melintasi : Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Wonogiri dan Kota Madiun. b. Cekungan air tanah Randublatung melintasi : Kabupaten Blora, Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Bojonegoro. c. Cekungan air tanah Lasem melintasi : Kabupaten Rembang dan Kabupaten Tuban. d. Cekungan air tanah Wonosari melintasi : Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Wonosari dan Kabupaten Pacitan. Ayat (3) Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8

- 5 - Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Ayat (1) Yang dimaksud dengan Pelaksanaan adalah pelaksanaan pembangunan konstruksi, operasi dan pemeliharaan dalam penyediaan sarana dan prasarana dalam mendukung pelaksanaan kegiatan konservasi, pendayagunaan dan pencegahan intrusi dan amblesan tanah. Ayat (2) Ayat (3) Pasal 14 Ayat (1) Yang dimaksud dengan pemantauan dan evaluasi adalah pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan air tanah yang dilaksanakan oleh instansi yang terkait pengelolaan air tanah. Ayat (2) Ayat (3) Pasal 15 Pasal 16

- 6 - Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29

- 7 - Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Ayat (1) Cukup Jelas. Ayat (2) Penentuan debit pengambilan air tanah pada akuifer tidak tertekan didasarkan pada lampiran III Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 1451K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan dibidang Pengelolaan Air Bawah Tanah. Ayat (3) Cukup Jelas. Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39

- 8 - Pasal 39 Pasal 40 Pasal 41 Pasal 42 Pasal 43 Pasal 44 Pasal 45 Pasal 46 Pasal 47 Pasal 48 Pasal 49 Pasal 50 Pasal 51

- 9 - Pasal 51 Pasal 52 Pasal 53 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10