KATA PENGANTAR. Sungailiat, Oktober 2010 Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Bangka HERMANSYAH AH, SH PEMBINA TK.I NIP

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dasar Hukum, Pengertian dan Kewenangan

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

Regulasi sanitasi Industri Pangan

GUBERNUR SUMATERA BARAT

LAMPIRAN 2 RENCANA KEGIATAN UNTUK MENGIKHTIARKAN KEMUDAHAN KEGIATAN PENYULUHAN KABUPATEN BANGKA TAHUN 2013

RENCANA KERJA TAHUNAN PENYULUH PERTANIAN KABUPATEN BANGKA TAHUN : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

MATRIKS PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN KABUPATEN BANGKA TAHUN : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

Programa Penyuluhan Kab.Bangka

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2001

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27 ayat (2), dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945;

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

Dasar Hukum, Pengertian dan Kewenangan

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 19 TAHUN 2009 T E N T A N G

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KATEGORI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

VT.tBVV^ WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TENTANG PERLINDUNGAN PANGAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN DITINJAU DARI ASPEK PASCA PANEN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI (ULASAN)

Kuesioner Penelitian

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

No. 1071, 2014 BPOM. Pangan. Olahan yang Baik. Cara Produksi. Sertifikasi. Tata Cara.

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dan pembinaan dari pemerintah. Akibat kemajuan ilmu teknologi pangan di dunia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

*40875 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 2004 (28/2004) TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ina Kristiani, 2013

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

Tahun Bawang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya, khususnya makanan basah dibutuhkan oleh manusia. Namun, ketika isu formalin dan bahan-bahan kimia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Undang Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang : Pangan

METODE PENELITIAN. Kota (n=20) Kabupaten (n=27) Purposive. Gambar 2 Cara Penarikan Contoh Penelitian. SDN Akreditasi A Penjaja (n=11)

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu

Konsumsi Buah Dan Sayur Susenas Maret Dalam rangka Hari Gizi Nasional, 25 Januari 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENINGKATAN MUTU SAYURAN MELALUI SERTIFIKASI PRIMA 3 PADA KAWASAN PRIMA TANI PAAL MERAH KOTA JAMBI. Abstrak

I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR... TAHUN... TENTANG JEJARING KEAMANAN PANGAN DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEMANDIRIAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat-Nya Laporan Hasil Uji Mutu Pangan Segar dan Olahan di Kabupaten Bangka selesai disusun. Laporan ini memuat hasil pengujian sampel produk segar dan olahan yang ada di Kabupaten Bangka. Sampel produk yang diuji berupa pangan segar, yaitu komoditas buah-buahan dan sayur-sayuran dan produk olahan berupa bakso. Jumlah sampel yang diuji sebanyak 29 (dua puluh sembilan) sampel pangan segar dan 8 (delapan) sampel pangan olahan. Lokasi pengambilan sampel untuk pangan segar adalah tersebar di 8 (delapan) kecamatan di Kabupaten Bangka yang diambil secara acak di beberapa lokasi kebun petani, sedangkan lokasi pengambilan sampel untuk pangan olahan diambil dari 8 (delapan) pedagang bakso yang ada di Kota Sungailiat. Dengan dilaksanakannya pengujian sampel produk segar dan olahan yang ada di Kabupaten Bangka, diharapkan dapat mengetahui sejauh mana keamanan produk pangan segar dan olahan yang ada di Kabupaten Bangka. Selain itu hasil pengujian sampel ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat sebagai konsumen yang ingin mengetahui tentang keamanan produk pangan yang ada di Kabupaten Bangka. Semoga kegiatan pengujian sampel produk pangan ini dapat terus dilaksanakan agar terjaganya keamanan pangan yang dikonsumsi di Kabupaten Bangka dan kepada semua pihak yang telah berperan hingga tersusunnya Laporan ini, kami ucapkan banyak terima kasih. Sungailiat, Oktober 2010 Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Bangka HERMANSYAH AH, SH PEMBINA TK.I NIP. 19530419 198303 1 004 1 L a p o r a n H a s i l U j i M u t u P a n g a n S e g a r d a n O l a h a n d i K a b u p a t e n B a n g k a

DAFTAR ISI Hal I. II. III. IV. V. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... PENDAHULUAN A. Latar Belakang... B. Maksud dan Tujuan... C. Sasaran... D. Keluaran... E. Ruang Lingkup... PELAKSANAAN PENGUJIAN SAMPEL A. Pengertian... B. Pemantauan Lokasi dan Jenis Sampel... C. Pengujian Sampel... ANALISIS HASIL PENGUJIAN SAMPEL A. Kecamatan Sungailiat... B. Kecamatan Pemali... C. Kecamatan Bakam... D. Kecamatan Merawang... E. Kecamatan Belinyu... F. Kecamatan Puding Besar... G. Kecamatan Riau Silip... H. Kecamatan Mendo Barat... KESIMPULAN... PENUTUP... i ii 1 2 3 3 3 5 5 7 8 19 25 35 45 49 51 57 67 68 2 L a p o r a n H a s i l U j i M u t u P a n g a n S e g a r d a n O l a h a n d i K a b u p a t e n B a n g k a

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia, selain itu pangan merupakan komoditi dagang yang sangat berperan dalam kehidupan ekonomi. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mencegah pangan dari kemungkinan adanya bahaya karena cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Keamanan Pangan telah menjadi salah satu isu sentral dalam perdagangan produk pangan. Penyediaan pangan yang cukup disertai dengan terjaminnya keamanan, mutu dan gizi pangan untuk dikonsumsi merupakan hal yang tidak bisa ditawar dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Tuntutan konsumen akan keamanan pangan juga turut mendorong kesadaran produsen menuju iklim persaingan sehat yang berhulu pada jaminan keamanan bagi konsumen. Keamanan pangan adalah sebuah sistem yang digunakan untuk menjamin agar penyakit atau bahan yang berbahaya tidak turut dikonsumsi oleh manusia. Rangkaian tahapan proses mulai dari lahan pertanian (on farm) sampai dengan pangan terhidang di meja merupakan tahapan penting dalam menjamin keamanan pangan produk yang akan dikonsumsi. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang dilakukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu dan merugikan serta membahayakan kesehatan manusia. Adapun mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi, standar perdagangan terhadap bahan makanan, makanan dan minuman. Mutu dan keamanan pangan tidak hanya berpengaruh langsung terhadap kesehatan manusia, tetapi juga mempengaruhi persaingan internasional yang semakin ketat di bidang perdagangan makanan yang menuntut diproduksinya makanan 3 L a p o r a n H a s i l U j i M u t u P a n g a n S e g a r d a n O l a h a n d i K a b u p a t e n B a n g k a

bermutu dan aman. Dalam hal penyediaan makanan yang aman dan bermutu pemerintah telah mengatur penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 722/Menkes/IX/1988 yang diperbaharui dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1168/Menkes/X/1999. Namun kenyataannya peraturan tersebut masih sering dilanggar oleh produsen pangan, khususnya produsen kecil ataupun rumah tangga. Pemakaian BTM yang tidak memenuhi syarat termasuk penggunaan BTM yang jelas-jelas dilarang, seperti pemanis, pewarna, pengenyal, pengawet maupun penggunaannya melebihi batas yang diizinkan. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap keamanan dan mutu pangan antara lain disebabkan oleh faktor kemiskinan dan rendahnya tingkat kesadaran akan pemenuhan konsumsi pangan yang baik, khususnya dalam memanfaatkan kekayaan alam yang ada di sekitar kita. Sebagai contoh, kurang kreatifnya kita memanfaatkan lingkungan halaman dan pekarangan yang bila dimanfaatkan dapat menjadi sumber potensi pangan dan pendapatan yang menjanjikan. Di tahun 2010 Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Bangka melakukan uji analisis sampel pangan segar dan olahan yang bekerja sama dengan Pusat Penelitian Biologi Lipi Bogor. Uji sampel pangan segar diambil dari petani sayuran yang ada di 8 (delapan) Kecamatan yang ada di Kabupaten Bangka dan uji pangan olahan berupa bakso diambil dari 8 (delapan) pedagang bakso yang ada kota Sungailiat. Total sampel yang diuji adalah sebanyak 29 (dua puluh sembilan) sampel pangan segar dan 8 (delapan) sampel pangan olahan. B. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud a. Melakukan pengujian dan analisis residu pestisida produk pangan segar dan bahan berbahaya pada pangan olahan; b. Dapat menjamin keamanan dan mutu pangan bagi kebutuhan konsumsi masyarakat; c. Bagi produsen diharapkan dapat memperlancar proses pemasaran yang dapat meningkatkan pendapatan usaha dan kelangsungan usaha ekonominya. 4 L a p o r a n H a s i l U j i M u t u P a n g a n S e g a r d a n O l a h a n d i K a b u p a t e n B a n g k a

2. Tujuan Adapun tujuan dari pengujian residu pestisida pangan segar dan olahan adalah untuk : a. Menyediakan data dan informasi tentang situasi keamanan pangan segar dan olahan yang beredar di masyarakat; b. Memantau dan menganalisis pangan yang dikonsumsi masyarakat; c. Mendapatkan informasi tentang cara penanganan dan pemakaian pestisida pada petani selaku produsen bahan pangan yang akan dipasarkan serta dikonsumsi; d. Mengetahui kandungan residu pestisida pada tanaman yang diproduksi petani. C. SASARAN Sasaran pengujian residu pestisida pangan segar dan olahan adalah agar terpantaunya keamanan pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat melalui analisis sampel tanaman dan makanan yang di produksi dan beredar di pasaran di Kabupaten Bangka agar aman dan bebas dari kandungan bahan berbahaya untuk dikonsumsi. D. KELUARAN Keluaran dari pengujian residu pestisida pangan segar dan olahan adalah tersedianya data/informasi hasil analisis tanaman dan makanan yang diambil secara acak di wilayah Kabupaten Bangka. E. RUANG LINGKUP Ruang lingkup pengujian residu pestisida pangan segar dan olahan meliputi : a. Kegiatan pengumpulan sampel tanaman dan makanan di Kabupaten Bangka. b. Sampel pangan meliputi sayur-sayuran dan buah-buahan yaitu kacang panjang, paria, terong, bengkuang, mentimun, pepaya, cabe hijau besar, labu, cesin, bayam, kangkung, salak, dan jeruk yang diambil di 8 kecamatan yang ada di Kabupaten Bangka. 5 L a p o r a n H a s i l U j i M u t u P a n g a n S e g a r d a n O l a h a n d i K a b u p a t e n B a n g k a

c. Sampel makanan berupa bakso dari 8 pedagang yang ada di Kota Sungailiat. d. Sampel yang telah di uji selanjutnya dibuat laporan hasil pengujian sebagai bukti untuk pedoman dalam upaya mencegah dan mengatasi serta menentukan kebijakan tentang konsumsi pangan bagi masyarakat di Kabupaten Bangka. 6 L a p o r a n H a s i l U j i M u t u P a n g a n S e g a r d a n O l a h a n d i K a b u p a t e n B a n g k a

II. PELAKSANAAN PENGUJIAN SAMPEL A. PENGERTIAN 1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air yang diolah maupun yang tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat gizi untuk mendukung hidup manusia 2. Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia 3. Makanan Jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual untuk umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran dan hotel 4. Sanitasi Pangan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan berkembangbiaknya jasad renik dan patogen dalam makanan dan minuman yang dapat merusak pangan dan membahayakan manusia. 5. Bahan Tambahan Pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat dan bentuk pangan, baik yang mempunyai atau tidak mempunyai gizi seperti bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental. 6. Mutu Pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi dan standar perdagangan terhadap bahan makanan dan minuman. B. PEMANTAUAN LOKASI DAN JENIS SAMPEL Lokasi untuk pengambilan sampel pangan segar meliputi 8 kecamatan yaitu Kecamatan Sungailiat, Kecamatan Pemali, Kecamatan Merawang, Kecamatan Mendo Barat, Kecamatan Puding Besar, Kecamatan Bakam, Kecamatan Belinyu, dan Kecamatan 7 L a p o r a n H a s i l U j i M u t u P a n g a n S e g a r d a n O l a h a n d i K a b u p a t e n B a n g k a

Riau Silip. Sedangkan lokasi untuk pengambilan sampel pangan olahan adalah di Kota Sungailiat. Jenis sampel pangan segar dan olahan yang diuji adalah sebagai berikut : 1. Kecamatan/Kota Sungailiat a. Kelurahan Sinar Baru : pangan segar berupa kacang panjang dan terong b. Desa Rebo : pangan segar berupa paria, mentimun dan bengkuang c. Pangan olahan berupa Bakso 2. Kecamatan Pemali a. Desa Sempan : pangan segar berupa terong dan kacang panjang b. Desa Air Duren : pangan segar berupa pepaya 3. Kecamatan Bakam a. Desa Bakam : pangan segar berupa mentimun dan labu b. Desa Dalil : pangan segar berupa paria dan terung c. Desa Mabat : pangan segar berupa cabe hijau besar 4. Kecamatan Merawang a. Desa Pagarawan : pangan segar berupa cesin/sawi, bayam dan salak b. Desa Balun Ijuk : pangan segar berupa cesin/sawi dan kangkung 5. Kecamatan Belinyu a. Desa Gunung Muda : pangan segar berupa cesin/sawi dan bayam 6. Kecamatan Puding Besar a. Desa Labu : pangan segar berupa salak hijau. 7. Kecamatan Riau Silip a. Desa Mapur : pangan segar berupa kacang panjang b. Desa Berbura : pangan segar berupa terong c. Desa Deniang : pangan segar berupa jeruk. 8. Kecamatan Mendo Barat a. Desa Mendo : pangan segar berupa cabe kecil b. Desa Kemuja : pangan segar berupa cabe hijau besar dan jeruk c. Desa Petaling : pangan segar berupa kacang panjang dan pepaya 8 L a p o r a n H a s i l U j i M u t u P a n g a n S e g a r d a n O l a h a n d i K a b u p a t e n B a n g k a

C. PENGUJIAN SAMPEL PANGAN SEGAR DAN OLAHAN Pengujian yang dilakukan terhadap pangan segar adalah berupa analisis multi residu pestisida meliputi Organochlorine, Organophosphate, dan Carbamat dengan metode uji menggunakan GC-KOMPES 1997. Sedangkan pengujian terhadap pangan olahan berupa makanan jajanan bakso adalah berupa analisis Boraks dan Formalin dengan metode uji Spectrofotometri. 9 L a p o r a n H a s i l U j i M u t u P a n g a n S e g a r d a n O l a h a n d i K a b u p a t e n B a n g k a

IV. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil uji mutu pangan segar dan olahan di Kabupaten Bangka adalah sebagai berikut : 1. Hasil uji pangan olahan berupa sampel bakso di Kota Sungailiat tidak mengandung formalin dan boraks sehingga aman untuk dikonsumsi. 2. Hasil uji pangan segar berupa sampel bengkuang dari Desa Rebo, Jeruk dari Desa Deniang, pepaya dari Desa Air Duren, salak hijau dari Desa Labu, terong dari Desa Berbura, salak dari Desa Pagar Awan, kangkung dari Desa Balun Ijuk, jeruk dari Desa Kemuja dan pepaya dari Desa Petaling tidak mengandung residu pestisida sehingga aman untuk dikonsumsi. 3. Hasil uji pangan segar berupa sampel kacang panjang dan terong dari Kelurahan Sinar Baru, paria dan mentimun dari Desa Rebo, terong dan kacang panjang dari Desa Sempan, mentimun dari Desa Bakam, paria dan terung dari Desa Dalil, cabe dari Desa Mabat, kacang panjang dari Desa Mapur, sawi dan bayam dari Desa Pagarawan, sawi dari Desa Balun Ijuk, sawi dan bayam dari Desa Gunung Muda, cabe hijau besar dari Desa Kemuja, dan kacang panjang dari Desa Petaling mengandung residu pestisida yang semua kandungan residunya masih di bawah ambang batas maksimum yang telah ditetapkan berdasarkan SKB Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian Nomor : 881/MENKES/SKB/VIII/1996/711/Kpts/TP.270/8/96 tentang Batas Maksimum Residu Pestisida Pada Hasil Pertanian, Mutu Buah dan Sayuran sehingga semua bahan pangan segar yang diuji aman untuk dikonsumsi. 10 L a p o r a n H a s i l U j i M u t u P a n g a n S e g a r d a n O l a h a n d i K a b u p a t e n B a n g k a

V. PENUTUP Keamanan pangan yang menjadi isu sentral dalam produk pangan tidak hanya berpengaruh langsung terhadap kesehatan manusia, tetapi juga terhadap kegiatan perdagangan produk produk pangan baik dalam skala regional maupun internasional. Setiap perusahaan berusaha untuk menyediakan produk pangan yang bermutu dan aman dikonsumsi. Seiring bergesernya budaya konsumsi masyarakat dari sekedar mengkonsumsi pangan bergizi kepada pangan yang aman dan bermutu menuntut adanya upaya untuk memberikan informasi kepada masyarakat umum mengenai keamanan pangan, selain perlunya dilakukan kegiatan koordinasi dan integrasi antar instansi yang menangani keamanan pangan sehingga diharapkan penanganan keamanan pangan dapat berjalan dengan baik di pusat dan daerah. Keamanan pangan adalah sebuah sistem yang digunakan untuk menjamin agar penyakit atau bahan yang berbahaya tidak turut dikonsumsi oleh manusia. Rangkaian tahapan proses mulai dari lahan pertanian (on-farm) sampai dengan pangan terhidang di meja merupakan tahapan penting dalam menjamin keamanan pangan yang akan dikonsumsi. Berdasarkan hasil pengujian terhadap sampel pangan segar dan olahan yang ada di Kabupaten Bangka menunjukkan bahwa zat berbahaya yang terkandung di dalam sampel produk yang diuji masih dibawah ambang batas bahkan ada yang tidak terdeteksi. 11 L a p o r a n H a s i l U j i M u t u P a n g a n S e g a r d a n O l a h a n d i K a b u p a t e n B a n g k a