BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU BAHASA INDONESIA MERENCANAKAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DENGAN TEKNIK PELATIHAN ON-THE-JOB TRAINING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru sebagai salah satu dari komponen pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga pendidik (guru) dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada setiap proses pembelajaran di kelas, guru dan peserta didik terlibat

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru adalah pelaku utama dalam pendidikan, karena guru yang berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya fenomena globalisasi, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Di dalam penilaian tersebut guru merancang jenis penilaian yang seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan mendapat perhatian besar dari pemerintah dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional No. 20/2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekolompok orang (kepala sekolah guru-guru, staf, dan siswa) untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN NURUL FITRI ISTIQOMAH,2014

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah sebuah sistem yang kompleks dimana

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

(Seminar Nasional Lembaga Kebudayaan) Edisi 1 Tahun 2017 Halaman E-ISSN

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan kepribadian dan akhlak mulia. Menurut Undang-Undang. mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan fisik dan alat reproduksi menjadi sempurna. terlibat konflik dengan orang tua karena perbedaan pandangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

MANFAAT HASIL PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SEBAGAI KESIAPAN GURU PRODUKTIF

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. ideal yang terlihat ketika guru berinteraksi dengan peserta didik melalui

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SOSIOLOGI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan. mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. membentuk dan mendewasakan serta menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang, bahwa pendidikan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Di era saat ini, pendidikan sangatlah memiliki peranan yang penting.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hasim Bisri, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pusat kegiatan pembelajaran dan guru sebagai fasilitator. Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHUL PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal dan dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan suatu upaya

M PENGARUH MEDIA VIDEO DOKUMENTASI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBUAT TOPENG DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah salah satu unsur terpenting pada komponen pendidikan. Sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa. Keberhasilan pendidikan terletak pada kemampuan guru mengajar di dalam kelas.. Keberhasilan suatu pembelajaran di kelas ditentukan oleh kompetensi guru yang terdiri dari: kepribadian kompetensi professional, kompetensi pedagogik, kompetensi dan kompetensi sosial. Seorang guru diharapkan mampu mengimplementasikan kompetensi yang dimilikinya untuk mencapai tujuan pembelajaran. UU Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 39 ayat (2), menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang profesional secara akademis adalah guru (1) memiliki keahlian atau kecakapan akademis dalam bidang ilmu tertentu; (2) cakap mempersiapkan penyajian materi (pembuatan silabus, program tahunan, program semester) yang akan menjadi acuan penyajian; (3) cakap melaksanakan penyajian materi, melaksanakan evaluasi atas pelaksanaan yang dilakukan; (4) kecakapan sosial, spiritual,sehingga bisa membawa murid kearah perkembangan yang benar; dan (5) mampu memperlakukan siswa secara adil dan secara manusiawi. Selanjutnya Sagala 1

2 (2013:181) mengatakan salah satu tugas profesional guru adalah menyusun sendiri perangkat pembelajaran, yaitu silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). UU N0. 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 (a) tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa standar prestasi kerja guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran hasil pembelajaran. Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan seorang guru profesional harus mampu merencanakan pembelajaran yaitu menyusun sendiri silabus program tahunan, program semester dan RPP. Selanjutnya Ambarita (2010:10) mengatakan merencanakan adalah proses penataan tujuan-tujuan dan menetapkan sejak awal secara tepat bagaimana tujuan itu akan diperoleh. Pendapat di atas dapat diambil kesimpulan didalam perencanaan tercantum tujuan yang akan dicapai dan bagaimana cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sanjaya (2011:3) mengatakan bahwa bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimana lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam menerapkannya, maka semuanya kurang bermakna. Artinya kemampuan guru merencanakan pembelajaran sangat dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan pembelajaran. Menurut Usman (1990: 1), proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Suryobroto (2002: 19) proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan sampai evaluasi

3 dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran. Pengajaran yang baik memerlukan perencanaan yang baik, melalui penyusunan perangkat pembelajaran yaitu Silabus dan RPP. Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar proses pembelajaran untuk Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyebutkan bahwa setiap guru wajib menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan menggunakannya sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran. Penyusunan RPP yang baik akan sangat memengaruhi terhadap perilaku pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Kemampuan menyusun perencanaan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran merupakan bagian dari kompetensi pedagogik guru yang harus dimiliki oleh guru untuk bisa melakukan pembelajaran yang mendidik sebagai persyaratan guru profesional. Perencanaan program sistem pengajaran berfungsi untuk memberikan arah pelaksanaan pembelajaran sehingga menjadi terarah dan efisien. Kegiatan-kegiatan dalam melaksanakan fungsi perencanaan diantaranya meliputi memperkirakan tuntutan dan kebutuhan, menentukan tujuan, menulis silabus kegiatan pembelajaran, menentukan topik-topik yang akan dipelajari, mengalokasikan waktu, serta menentukan sumber-sumber yang diperlukan. Salah satu bagian dari perencanaan pembelajaran yang sangat penting dibuat oleh guru sebagai pengarah pembelajaran adalah Silabus dan RPP. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar mengajar peserta didik untuk mencapai kompetensi dasar. Selain itu silabus juga memuat teknik penilaian seperti apa untuk menguji sejauh mana keberhasilan pembelajaran.

4 RPP adalah instrumen perencanaan yang lebih spesifik dari silabus. RPP ini dibuat untuk memandu guru dalam mengajar agar tidak melebar jauh dari tujuan pembelajaran. RPP disusun untuk setiap kompetensi dasar yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. RPP disusun secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan untuk memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Keberhasilan tujuan pendidikan ditentukan bagaimana kurikulum (Silabus dan RPP) diimplementasikan pada satuan pendidikan, dalam bentuk kegiatan pembelajaran serta pada desain atau rencana pembelajaran yang telah ditetapkan. Pada pelaksanaannya seringkali tidak sesuai dengan desain pembelajaran sehingga mengakibatkan ketidak tercapaian tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan guru tidak mampu menyusun sendiri Silabus dan RPP yang baik, sebagian besar dari guru langsung mengambil dari internet atau mengcopy paste dari teman guru yang serumpun. Guru tidak mampu membuat RPPnya sudah tentu, tidak mampu juga melaksanakan pembelajaran. Belum baiknya RPP yang disusun oleh para guru tersebut adalah disebabkan oleh dua hal, yaitu: (1) pemahaman guru terhadap cara penyusunan RPP yang masih sangat kurang di antaranya adalah belum mampu merumuskan kesesuaian indikator dengan Kompetensi Dasar, ketidaksesuaian merumuskan indikator dengan tujuan, ketidaksesuaian indikator dengan materi, ketidaksesuaian indikator dengan langkah pembelajaran, ketidaksesuaian indikator dengan alokasi waktu, ketidaksesuaian indikator dengan metode dan media, ketidaksesuaian indikator dengan instrumen penilaian; dan (2) proses penyusunan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang masih rendah yang terlihat dari hasil

5 observasi ke sekolah masih banyak ditemukan bahwa guru-guru dalam merencanakan pembelajaran utamanya dalam menyusun RPP hanya mengadopsi yang sudah ada tanpa mengadaptasi disesuaikan dengan kondisi peserta didik sehingga terlihat jelas sekali bahwa dokumen perencanaan pembelajaran disiapkan hanya untuk memenuhi kepentingan administrasi tanpa diketahui makna dan manfaatnya. Kegiatan melaksanakan pembelajaran yang seharusnya merupakan implementasi dari perencanaan yang sudah disusun juga masih belum menunjukkan kemampuan melaksanakan yang maksimal dikarenakan guru hanya mengejar jumlah jam mengajar tanpa memperhatikan ketentuan-ketentuan yang seharusnya dilaksanakan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, seperti yang tercantum dalam Standar Proses Pembelajaran untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Ketidakmampuan guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran menyebabkan ketidakberhasilan guru dalam memaksimalkan situasi belajar siswa. Kegiatan pembelajaran akan mengalami kegagalan kalau tidak menghasilkan kegiatan belajar siswa yang akan berimplikasi lebih lanjut yang dapat berdampak pada kegagalan pendidikan. Permasalahan ketidakmampuan guru dalam memaksimalkan aktivitas belajar siswa juga terlihat dari ketidakmampuan guru dalam pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diampu mengakibatkan kegagalan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu permasalahan ketidakmampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, guru belum paham berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik dalam mata pelajaran yang diampu menjadi penyebab terjadinya hasil pembelajaran yang belum menunjukkan hasil belajar

6 yang maksimal terlihat dari keberhasilan dalam persentasi ketuntasan belajar tiaptiap sekolah. Imron, (2000:5) mengatakan bahwa (1) guru sering mengeluh kurikulum yang berubah-ubah, (2) guru sering mengeluhkan kurikulum yang syarat dengan beban, (3) seringnya siswa mengeluh dengan cara mengajar guru yang kurang menarik, (4) masih belum dapat dijaminnya kualitas pendidikan sebagai mana mestinya. Mendapatkan hasil belajar yang optimal, banyak dipengaruhi oleh komponen-komponen belajar mengajar. Sebagai contoh bagaimana cara mengorganisasi materi, metode yang diterapkan media yang digunakan, dan lainlain. Guru memiliki posisi yang menentukan keberhasilan dalam pembelajaran karena fungsi guru memiliki fungsi utama mulai dari merancang, mengelola dan mengevaluasi pembelajaran dalam suatu sekolah. Keberhasilan suatu pembelajaran diawali dengan perencanaan yang sangat matang. Perencanaan pembelajaran yang dilakukan dengan baik, ini merupakan setengah dari suatu keberhasilan sudah dapat tercapai, tinggal setengahnya lagi yang terletak pada pelaksanaan pembelajaran. Secara umum pada saat ini ada gejala atau fenomena dalam proses pembelajaran seringkali tanpa didukung dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang baik, pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan tanpa persiapan dari guru menjadikan proses pembelajaran yang tidak dapat diterima dan tidak menarik bahkan tidak menyenangkan bagi siswa, kedatangan guru tidak tepat waktu, meninggalkan kelas sebelum waktunya, kegiatan penilaian yang tidak terorganisir dengan baik sehingga hasil evaluasi tidak tercapai.

7 Kunci keberhasilan pengajaran sebenarnya terletak pada perencanaan yang sudah dibuat oleh guru melalui perangkat pembelajaran yang disusunnya. Hasil telaah RPP dengan menggunakan APKG 1 pada observasi awal yang dilakukan peneliti terhadap 15 orang guru di SMK Negeri 1 Merdeka pada tanggal 31 Oktober sampai dengan 2 Nopember 2013, ditemukan antara lain: (1) guru belum membuat bahan belajar/ materi pelajaran ( guru tergantung pada buku teks); (2) tidak membuat jenis evaluasi; (3) guru tidak membuat media yang sesuai dengan topik pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik, dan belum menggunakan model pembelajaran yang dapat menarik perhatian peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat lihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1.1 Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran No Indikator Persentase Perolehan % 1 Kemampuan guru merumuskan tujuan pembelajaran 82,33% 2 Kemampuan menyusun bahan belajar/materi pembelajaran 46,67% 3 Kemampuan guru memilih metode/strategi pembelajaran 46,33% 4 Kemampuan guru memilih media pembelajaran/sumber 48,33% belajar 5 Kemampuan guru menyusun evaluasi 45,00% Sumber: Hasil telaah instrumen observasi awal terhadap 15 orang guru di SMK Negeri 1 Merdeka Brastagi tanggal 31 Oktober s/d 2 Nopember 2013. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran masih jauh dari yang diharapkan. Persentase dari 5 aspek yang dinilai hanya satu aspek dalam kategori baik yaitu kemampuan guru merumuskan tujuan pembelajaran. Pada 4 aspek yang lain persentase perolehan guru masih dalam kategori kurang baik.

8 Apabila situasi perencanaan pembelajaran yang demikian dibiarkan dalam waktu yang berlangsung lama dapat menyebabkan penurunan minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga aktivitas belajar siswa menjadi rendah yang dimungkinkan akan berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah pula. Oleh sebab itu untuk mengatasinya perlu diupayakan tindakan antisipatif untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan cara mengadakan pembinaan oleh pengawas sekolah. Pembinaan ini dilakukan melalui kegiatan supervisi akademik sesuai dengan salah satu Standar Kompetensi Pengawas Sekolah dalam Permendiknas nomor 12 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Pengawas Sekolah yaitu kompetensi supervisi akademik. Pembinaan yang dilakukan menggunakan teknik pelatihan metode on-the-job training, pendekatan dan metode yang tepat akan berdampak positif terhadap hasil yang diharapkan. Menurut Lantip dan Sudiyono (2011:94) Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui kegiatan supervisi, guru sebagai ujung tombak dalam kegiatan pendidikan diharapkan dapat memiliki kinerja yang baik dalam mewujudkan pembelajaran berbasis karakter yang bermutu, sehingga dapat mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan supervisi akademik diharapkan, supervisor memengaruhi perilaku guru agar semakin baik dalam merencanakan pembelajaran. Selanjutnya perilaku guru memengaruhi perilaku peserta didik dalam proses belajarnya. Porses belajar yang semakin baik akan memengaruhi

9 hasil belajar yang dicapainya. Salah satu teknik supervisi akademik kelompok adalah pelatihan yang dapat dilakukan kepada guru-guru yang mempunyai permasalahan yang sama. Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan di atas dalam rangka meningkatkan kompetensi guru merencanakan pembelajaran dengan bantuan pengawas (supervisor) melalui supervisi akademik dengan teknik pelatihan OJT (On-The- Job Training). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas diidentifikasi guru kurang mampu merencanakan pembelajaran. Hal ini disebabkan pelaksanaan supervisi akademik kurang maksimal oleh pengawas sekolah. Selama ini kehadiran pengawas di sekolah hanya sekedar bertamu dan sesekali bertanya dan melihat-lihat administrasi sekolah kemudian pulang setelah mengisi daftar kunjungan, kehadirannya sangat tidak diharapkan. Faktor yang memengaruhi kemampuan guru sekaligus solusi terhadap permasalahan adalah motivasi internal, watak, konsep diri, pendidikan, pengalaman mengajar, lama mengajar lingkungan, workshop, magang, kepemimpinan, bakat, latihan dan supervisi akademik. Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuan professionalnya dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya yakni melaksanakan pembelajaran yang mendidik. Jenis bantuan yang diberikan adalah aspek-aspek yang terkait dengan pembelajaran antara lain penyusunan kurikulum, silabus dan RPP strategi pembelajaran, penggunaan media, dan penilaian hasil belajar. Melaksanakan supervisi akademik dalam rangka

10 perbaikan pembelajaran dapat dilakukan dengan teknik individual dan kelompok. Teknik individual yang terdiri dari kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, intervisitasi, penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar, dan menilai diri sendiri. Sedangkan teknik bersifat kelompok terdiri dari pertemuan orientasi bagi guru baru, panitia penyelenggara, rapat guru, studi kelompok antar guru, diskusi, tukar menukar pengalaman, lokakarya, pelatihan, diskusi panel, seminar, simposium, demonstrasi mengajar, perpustakaan jabatan, buletin supervisi, membaca langsung, organisasi jabatan, laboratorium kurikulum, perjalanan sekolah untuk anggota staf. Supervisi akademik teknik pelatihan on-the-job training merupakan salah satu teknik yang digunakan pengawas untuk membina guru untuk meningkatkan kemampuannya merencanakan pembelajaran sehingga tercapai pembelajaran yang berkualitas di dalam kelas. Pembinaan dapat dilakukan pada saat guru melaksanakan tugasnya sehingga tidak perlu meninggalkan pekerjaannya. Melalui supervisi akademik teknik pelatihan diharapkan guru lebih terampil merencanakan pembelajaran yang diampunya C. Pembatasan Masalah Terdapat beberapa masalah yang dihadapi guru pada saat melaksanakan tugasnya salah satunya pada saat merencanakan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran mencakup penyusunan silabus dan RPP yang merupakan salah satu aspek yang terkait dengan pembelajaran. Supervisor memberikan bantuan kepada guru yang mempunyai masalah yang sama yakni dalam menyusun silabus dan RPP. Penelitian ini dibatasi hanya meneliti supervisi akademik melalui on-the-job training

11 untuk meningkatkan kemampuan guru bahasa Indonesia merencanakan pembelajaran di SMK Kabupaten Karo. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalah penelitian adalah apakah dengan supervisi akademik dengan teknik pelatihan onthe-job training dapat meningkatkan kemampuan guru bahasa Indonesia merencanakan pembelajaran di SMK Kabupaten Karo? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah supervisi akademik dengan teknik pelatihan On-The-Job Training dapat meningkatkan kemampuan guru bahasa Indonesia merencanakan pembelajaran di SMK Kabupaten Karo. F. Manfaat Penelitian Tindakan Hasil penelitian peningkatan kompetensi guru merencanakan pembelajaran melalui supervisi akademik melalui On-The-Job Training diharapkan memberikan manfaat, antara lain: 1. Manfaat teoretis Manfaat teoretis berguna berguna untuk pengembangan teori kompetensi guru dan teori supervisi. Teknik supervisi yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan kompetensi guru. 2. Manfaat praktis,

12 Hasil penelitian ini dapat digunakan berbagai pihak, untuk pengawas sekolah, kiranya hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membimbing guru baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan kompetensinya, untuk kepala sekolah pelatihan on-the-job training dapat digunakan membimbing guru baik individual maupun kelompok, untuk guru sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kemampuannya dalam menyusun perangkat pembelajaran, untuk peneliti lain sebagai bahan rujukan dalam penelitian selanjutnya untuk meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi pembelajaran.