II. TINJAUAN PUSTAKA. media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. ruang-ruang terbuka yang tidak produktif. Hidroponik merupakan salah satu

PEMBUATAN HIDROTON BERBAGAI UKURAN SEBAGAI MEDIA TANAM HIDROPONIK DARI CAMPURAN BAHAN BAKU TANAH LIAT DAN DIGESTATE

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap jenis sayuran memiliki karakteristik dan manfaat kandungan gizinya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2. KERANGKA TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik berarti melakukan budidaya tanaman tanpa media tanah. Dalam

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

TANAH. Oleh : Dr. Sri Anggraeni, M,Si.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hidroponik yang ada yaitu sistem air mengalir (Nutrient Film Technique). Konsep

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar mata pencarian

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

SOIL COMPONENT EKOSARI R. 2011

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sirih Merah. (Duryatmo 2005). Oleh karena itu, menurut Candra (2010) dalam Sudewo (2005),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dewasa ini, karena sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa

I. PENDAHULUAN. Kailan (Brassica oleraceae var achepala) atau kale merupakan sayuran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia pertanian, tanah mempunyai peranan yang penting, tanah sangat

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

DASAR-DASAR ILMU TANAH

I. PENDAHULUAN. Melon ( Cucumis melo L) merupakan salah satu jenis sayuran buah yang memiliki

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

Tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusunnya yang meliputi bahan organik yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

Munawar Raharja POLTEKKES BANJARMASIN Jurusan Kesehatan Lingkungan Banjarbaru

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan.

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

Pengaruh Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7.

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

PERTUMBUHAN TANAMAN Gelombang Cinta (Anthurium plowmanii keris) PADA MEDIA CAMPURAN ARANG SEKAM DAN PUPUK KANDANG DENGAN PENAMBAHAN STARBIO SKRIPSI

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Bab II MINERAL NUTRISI HIDROPONNIK NFT UNTUK TUMBUHAN TOMAT

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di

Disebut Hidroponik, apabila menggunakan air bersih dan nutrisi sebagai media tanam

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Organik dan Pupuk Sintesis (Anorganik) Pupuk adalah bahan yang diberikan pada tanah, air atau daun dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

I. PENDAHULUAN. inflasi, substitusi impor dan memenuhi permintaan dalam negeri (Direktorat Jendral

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

IV. SIFAT FISIKA TANAH

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 05: Sifat Fisika (1)-Tekstur Tanah

Lingkungan dan Media tanam hidroponik ROMMY A LAKSONO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

I. PENDAHULUAN. energi dan serat kasar. Konsumsi ternak rumiansia akan hijauan makanan ternak ±

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidroponik Hidroponik merupakan cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak keuntungan seperti: 1) lebih efisien dalam penggunaan lahan, 2) penggunaan nutrisi lebih efisien, 3) tidak membutuhkan banyak tenaga kerja, 4) perawatan lebih mudah, 5) produktivitas tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan cara konvensional, 6) dan tidak dipengaruhi oleh iklim (Lingga, 2005). 2.2 Media Tanam Hidroponik Hidroponik dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu hidroponik kultur air, hidroponik substrat, dan aeroponik. Hidroponik kultur air menggunakan metode sirkulasi dan non sirkulasi, yang larutan nutrisinya bekerja langsung pada daerah perakaran. Hampir sama dengan hidroponik kultur air, aeroponik menggunakan cara pengkabutan larutan nutrisi pada daerah perakaran. Pada hidroponik substrat menggunakan media padat selain tanah. Bahan media tanam dalam hidroponik substrat dipilih yang fleksibel, gembur, memiliki kemampuan menyimpan dan meneruskan air, serta aerasi yang baik. Di samping itu, media tanam harus bebas dari zat racun, pestisida, dan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme,

7 nematoda, dan lainnya. Sehingga media tanam berada dalam keadaan yang steril sebelum digunakan (Departement of Agriculture, 2013). Media tanam pada hidroponik substrat memiliki fungsi yang sama dengan tanah yaitu sebagai media yang mampu menyerap dan menyediakan air, nutrisi, dan oksigen bagi akar tanaman. Kemampuan mengikat air suatu media tanam bergantung pada ukuran partikel, bentuk, dan porositasnya, sehingga dalam penggunaan media tanam pada hidroponik substrat harus disesuaikan dengan jenis hidroponik yang akan digunakan. Misalnya untuk irigasi tetes menggunakan media yang memiliki substrat dengan partikel lebih halus. Media tanam yang digunakan dalam hidroponik substrat seperti pasir, batu apung, serbuk gergaji, dan kerikil harus disterilkan sebelum digunakan (Lingga, 2005). Zona perakaran merupakan bagian yang penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman karena dari zona tersebutlah akar dapat menyerap nutrisi, udara, dan air. Jenis dan komposisi media tanam dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Media tanam yang memiliki aerasi baik, dapat menghasilkan kualitas tanaman yang baik. Menurut Ningsih (2014), penggunaan media kascing dengan bulk density 0,6 g/ml pada pembibitan selada menghasilkan daya kecambah lebih tinggi dari pada media arang sekam dengan bulk density 0,18 g/ml. Bulk density atau bobot isi adalah rasio antara massa total media poros dan volume total dari media tersebut. Islami dan Utomo (1995) menyatakan bahwa besarnya bulk density atau tingkat kepadatan media dipengaruhi oleh ukuran dan struktur partikel penyusunnya, sehingga menentukan besarnya rongga pori yang terbentuk.

8 Kecepatan dari penyerapan air pada suatu bahan ditentukan oleh materi penyusun bahan dan juga luas permukaan dari bahan tersebut, semakin luas permukaan dari bahan maka akan semakin cepat proses penyerapan air oleh bahan. Materi penyusun dari bahan juga menentukan proses penyerapan air karena berkaitan dengan rongga yang terdapat pada bahan. Rongga tersebut dapat menampung air yang terserap. Kemampuan suatu bahan dalam menyimpan dan menyerap air juga dipengaruhi oleh adanya kemampuan mengembang dan mengkerutnya bahan sehingga air dapat terserap masuk ke dalam bahan (Islami dan Utomo, 1995). Kemampuan menyimpan air suatu bahan dipengaruhi oleh materi penyusun bahan dan struktur dari bahan tersebut. Kapasitas penyimpanan air (field capasity) adalah jumlah kapasitas air yang dapat disimpan oleh suatu bahan. Keadaan ini dapat dicapai jika bahan diberi air sampai terjadi kelebihan air, setelah kelebihan air dibuang. Jadi pada keadaan ini semua rongga pori mikro terisi. Keadaan air pada bahan dapat terjadi karena adanya berbagai macam gaya yang bekerja untuk mempertahankan air tetap di dalam pori. Gaya-gaya yang bekerja untuk menahan air tetap di dalam pori berasal dari absorbsi molekul air oleh padatan bahan, gaya tarik menarik antar molekul air, adanya larutan garam dan gaya kapiler (Islami dan Utomo, 1995). Menurut Djajadi dkk (2010), kemampuan daya simpan air suatu media tanam dipengaruhi oleh jenis media tanam. Menurut Setiaji (2000) dalam Djajadi (2010), penggunaan jenis media tanam yang memiliki struktur berongga seperti zeolit dapat meningkatkan kemampuan daya simpan air sesuai dengan ukuran rongganya.

9 2.3 Hidroton sebagai Media Tanam Hidroponik Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan menghasilkan ide-ide baru di bidang pertanian, seperti pembuatan kerikil sintetis sebagai media tanam hidroponik atau dalam Bahasa Inggris dikenal dengan istilah Expended Clay Pebbles. Kerikil sintetis merupakan kerikil buatan dari tanah liat yang dibakar pada suhu tinggi. Sekarang sudah ada produk kerikil sintetis, yang disebut dengan hidroton, yang banyak dijual secara online (Anonim, 2014a). Hidroton merupakan nama produk media tanam hidroponik yang terkenal di kalangan petani hidroponik Jerman. Hidroton dibuat dari tanah liat yang dibakar pada suhu 1000 C. Dengan pori-pori kecil seperti spons, hidroton sangat baik untuk mencegah kelebihan air. Hidroton sebagai media tanam hidroponik dapat digunakan pada sistem Nutrient Flow Technique (NFT), pasang-surut, drip, dan Deep Film Technique (DFT) (Anonim, 2014a). Produk kerikil sintetik yang juga terkenal di kalangan petani hidroponik selain hidroton adalah LECA. Light Expended Clay Aggregate (LECA) merupakan nama dari sebuah produk kerikil sintetis yang dibuat dari tanah liat dan dibakar pada suhu 1200 derajat. Green Building Concrete (GBC) India memproduksi LECA sebagai media tanam hidroponik dan sebagai material bangunan. Ukuran diameter dari LECA berkisar antara 4 25 mm. LECA memiliki rentang bulk density antara 0,380 0,710 g/cm 3 tergantung kepada ukuran partikel. Bulk density LECA (dengan ukuran granul 8 12 mm) yang diukur dengan wadah seluas 1 m 2 dengan kedalaman 50 mm memiliki bulk density kering sebesar 0,350 g/cm 3.

10 LECA memiliki ph mendekati 7 (netral), dan kemampuan menyerap air (water holding capacity) dari LECA (0 25 mm) sebesar 18 % (Anonim, 2014b). Tanah dapat mengembang dan mengkerut akibat proses pembasahan dan pengeringan. Suhu pembakaran tanah yang mengandung bahan organik dapat menyebabkan perubahan sifat fisik dan sifat kimia tanah. Sifat fisik tanah setelah mengalami pembakaran akan mengalami peningkatan kepadatan tanah dan penurunan porositas total, kadar air tanah tersedia, dan permeabilitas tanah. Peningkatan kepadatan tanah terjadi karena proses pemanasan api yang menyebabkan tanah mengembang serta ruang pori tanah rusak. Pada pembakaran tanah yang mengandung bahan organik dapat membakar bahan organik dan menguapkan kandungan hara. Sifat kimia tanah setelah pembakaran mengalami penurunan kandungan bahan organik, nitrogen, fosfor, kalium, dan kalsium (Yudasworo, 2001). 2.4 Bahan Baku Hidroton 2.4.1 Tanah Liat (clay soil) Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman yang menyediakan unsur hara dan mineral bagi tanaman serta tempat akar tumbuh dan berkembang. Tanah terdiri dari partikel liat, debu, dan pasir yang memiliki persentase berbeda-beda yang disebut sebagai tekstur tanah. Tekstur tanah berpengaruh terhadap kemampuan tanah dalam menyimpan dan menghantarkan air serta menyediakan unsur hara bagi tanaman. Tanah bertekstur liat memiliki kandungan partikel liat lebih dari 35 %, porositas tinggi mencapai 60 % namun sebagian besar pori berukuran kecil

11 sehingga daya hantar airnya kecil. Tanah liat memiliki kemampuan menyimpan air dan hara yang tinggi (Islami dan Utomo, 1995). Partikel tanah merupakan susunan dari partikel-partikel tanah. Dalam proses pembentukan partikel tanah, partikel liat berperan sebagai bahan pengikat karena liat dapat diabsorbsi pada permukaan butiran pasir (Islami dan Utomo, 1995). Tanah terdiri dari bahan padatan yang bersifat anorganik dan organik, namun jumlah bahan organik yang terkandung dalam tanah lebih sedikit yaitu kurang dari 5 %. Bahan organik tanah merupakan bahan yang berasal dari sisa-sisa bahan jasad hidup yang mengalami penguraian oleh mikroorganisme tanah. Kandungan bahan organik tanah dapat ditingkatkan dengan memberikan pupuk kandang ataupun kompos. Bahan organik dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah seperti meningkatkan kapasitas simpan air. Pada tanah liat, bahan organik mempengaruhi struktur tanah sehingga daya hantar air dan udara menjadi lebih lancar (Suhardi, 1985). Menurut Zulkarnaen dkk (2013), bahwa penambahan bahan organik dapat meningkatkan porositas tanah dan kemantapan partikel tanah yang disebabkan karena proses dekomposisi bahan organik. Hanafiah (2005) menyatakan bahwa semakin poros tanah maka akar akan semakin mudah untuk menelusup tanah dan semakin mudah air dan udara untuk bersirkulasi. Tanah liat merupakan bahan baku utama dalam pembuatan hidroton. Seperti halnya dalam pembuatan keramik, tanah liat digunakan karena memiliki sifat-sifat yaitu : 1) bersifat plastis apabila dicampurkan dengan air, 2) bersifat poros karena

12 mengandung partikel yang sangat halus sehingga susut keringnya tinggi, dan 3) sifat keras dan kuat bila dibakar pada suhu tertentu. Tanah liat tersusun dari silinium oksida (SiO 2 ), alumunium oksida (Al 2 O 3 ), dan air dengan perbandingan 47 % : 39 % : 14 %. Kandungan unsur mineral dan bahan organik dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah liat seperti kemungkinan mencair, warna, dan tingkat kepadatan setelah dibakar (Astuti, 1997). Suhu dan waktu pembakaran sangat mempengaruhi sifat menggelas dari tanah liat. Pada pembuatan keramik, ada tiga tahap pembakaran tanah liat yaitu: 1) Tahap menghilangkan uap air, dimulai dari awal pembakaran sampai suhu mencapai 500 C. Pada tahap ini, air yang terikat pada molekul tanah liat menguap, selain itu unsur karbon dan bahan organik terbakar habis. 2) Tahap penggelasan, dimulai dari suhu 500 C hingga 800 C, sebagian dari unsur pembentuk gelas dalam tanah liat akan mencair menjadi gelas jika dipanaskan pada suhu tinggi dan akan menjadi keras jika didinginkan. 3) Tahap pendinginan, jika bahan telah matang maka bahan didinginkan (Astuti, 1997). Silikat merupakan unsur hara penunjang yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Mineral silikat yang terdapat pada tanah liat memiliki daya tahan terhadap pelapukan yang tinggi dibandingkan dengan mineral nonsilikat. Sumber silikat dalam tanah dapat diberikan dengan penambahan pupuk bersilikat (Hanafiah, 2005).

13 2.4.2 Digestate Proses digesterisasi kotoran sapi menghasilkan gas metana dan karbon dioksida yang disebut sebagai biogas. Slurry atau digestate merupakan produk sampingan pembuatan biogas yang memiliki viskositas lebih tinggi dibandingkan dengan kotoran sapi. Digestate dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang dapat mendukung kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Digestate memiliki ph, kandungan nutrisi (N, P, dan K), dan kandungan bahan kering lebih tinggi dari bahan baku berupa kotoran sapi (Tabel 1). Tabel 1. Rata-rata kandungan bahan kering, ph, dan nutrisi pada kotoran sapi dan digestate. Bahan ph Persen Bahan Kering Kandungan nutrisi (Kg/ton) Total N Amm-N P K Ammoniak- N / total N Kotoran sapi 7,1 7,0 4,3 2,6 0,8 3,4 0,6 Digestate 7,6 4,9 4,6 3,3 1,0 2,8 0,7 Sumber: Ortenblad, 2000 Penurunan nitrogen disebabkan karena penguapan amoniak yang terjadi selama penyimpanan dan proses digesterisasi serta dinitrifikasi (Ortenblad, 2000). Digestate dari ternak sapi memiliki warna hijau kecoklatan yang sangat pekat. Menurut Siregar (2014), digestate merupakan campuran yang sulit dipisahkan dan memiliki kandungan fraksi padat (Total solid) mencapai 9,77 % lebih rendah

14 dibandingkan fraksi cairnya. Digestate dalam bentuk padat dan cair memiliki kandungan NPK yang berbeda (Tabel 2). Tabel 2. Kandungan NPK digestate dalam bentuk padat dan cair No Digestatee N-Total(%) P-Total(ppm) K-Total(ppm) 1 Padat 0,02 2,89 466,01 Cair 0,38 2 Sumber: Siregar, R.R., 2014 161,65 937,51