BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi, Waktu, dan Subyek Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. merumuskan masalah sampai dengan menarik kesimpulan (Purwanto,

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif-dekriptif. Desain penelitian ini dipilih dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 tanggal 18 20

BAB III METODE PENELITIAN. dengan analisis data dan penyajian secara kuantitatif/statistik.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Yogyakarta menurut pendapat siswa berada pada kategori cukup baik, dengan

EVALUASI PELAKSANAAN MUATAN LOKAL KETERAMPILAN DI SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto. Sukardi (2008: 165)

LAMPIRAN 1 HASIL OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, sedangkan The Political and Economics Risk Consultancy (PERC)


BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. bahasa terbaik yang mengajarkan bahasa Prancis kepada siswa siswinya dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dipakai adalah penelitian inferensial. Penelitian inferensial

BAB III METODE PENELITIAN. rinci (Nana Syaodih, 2007:287). Penelitian ini menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL TUGAS AKHIR SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini menggunakan dua instrumen untuk mengumpulkan data (a) angket,

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1

PERSEPSI SISWA KELAS X TKJ TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN IPPK DI SMK TAMANSISWA JETIS YOGYAKARTA. Oleh : Resti Kurnia Yulianti

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan suatu produk baru melalui proses pengembangan dan validasi.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif ( descriptive research).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Syaodih Sukmadinata (2009: 72) menyatakan bahwa metode penelitian deskriptif

Proses pembelajaran melalui praktikum di bengkel merupakan. perwujudan dari suatu teori ke dalam bentuk nyata. Kegiatan praktik juga akan

Kelurahan Bendan Duwur terdapat 40 pertanyaan yang masing-masing. pertanyaan memiliki empat alternatif jawaban, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. yang ada. Data yang terkumpul diwujudkan dalam bentuk angka-angka. akan menunjukkan sejauh mana dua hal saling berhubungan.

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR ISI.. vi DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. A. Latar Belakang Masalah.

BAB III METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai tujuannya. Desain

3. Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didik kelas VII di SMP Negeri 2 Pariaman, maka dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang strategi pembelajaran batik kelas pada siswa kelas I

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kerja review ahli, hasil uji coba kelompok kecil dan hasil uji coba empiris.

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menggali, menghimpun data dan mengumpulkan data yang diperlukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. apapun tetapi hanya mengungkapkan fakta-fakta yang ada di sekolah.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Kaliwungu yang beralamat di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal pada

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat dan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian ex

III. METODOLOGI PENELITIAN. representasi kimia ini adalah metode penelitian dan pengembangan (Research

Kata Kunci : Layanan Informasi Karir, Pemilihan Karir

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang

TINGKAT KEPUASAN PESERTA DIDIK TERHADAP SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN JASMANI TAHUN AJARAN 2015/2016 DI SMA NEGERI 1 BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre experimental (Sugiyono, 2009).

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April dan Mei Semester genap Tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian. Metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mulai dari tenaga, media pembelajaran bahkan kurikulum yang akan digunakan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian. Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka jenis penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMP Negeri 14 Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN. atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Pendekatan

3. Belum ada yang meneliti tentang kesadaran gender siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut dikenal sebagai metode penelitian. Metode penelitian digunakan dan

TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS (PENJAS ADAPTIF) DI SEKOLAH DASAR INKLUSI SE-KECAMATAN SENTOLO

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket uji coba

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah sebagai berikut,

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

PERSEPSI GURU PEMBIMBING TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA PRAKTIK KKN-PPL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DI SMK PIRI 1 YOGYAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pendeskripsian data berisi penyajian data untuk masing-masing aspek

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (Field Research), yaitu

SEMINAR NASIONAL PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI PADA PRAKTIKUM PEMROGRAMAN WEB DI SMK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STUDI EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI CIPP PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN BADUNG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian sebagai pedoman dan cara-cara (metode) berkaitan dengan kegiatan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan berdasarkan hasil perhitungan kuantitatif untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan peneliti adalah penelitian

TANGGAPAN PESERTA DIDIK TERHADAP PEMBELAJARAN KEBUGARAN JASMANI DI KURIKULUM 2013 KELAS X SMK N 1 DEPOK SLEMAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi, Waktu, dan Subyek Penelitian 1. Deskripsi Lokasi SMP Negeri 15 Yogyakarta ada sejak sebelum kemerdekaan atau lebih tepatnya masa Hindia Belanda, sekolah ini merupakan Sekolah Teknik atau AMBA SCHOOL. Sekitar tahun 1975, dengan adanya penataan sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) banyak Sekolah Teknik (ST) yang beralih fungsi menjadi SMP. Hanya tersisa ST 7, ST 8, ST 9 dan ST 10. ST 7 jurusan Pengerjaan Logam. ST 8 dengan jurusan Kelistrikan dan Bangunan. Kedua sekolah ini berada menempati lokasi Jl. Tegal Lempuyangan 61 Yogyakarta. Kedua sekolah ini dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yaitu Bapak Muslam (almarhum). Pada tahun 1978, ST 7 pindah keluar kota dan beralih fungsi menjadi SMP, sedangkan ST 8 tetap berada di lokasi, tetapi jurusan pengolahan logam yang sebelumnya merupakan jurusan ST 7, menjadi salah satu jurusan yang ada di ST 8. Berdasarkan SK Mendikbud RI No.0259/O/1994 tanggal 5 Oktober 1994 tentang alih fungsi ST/SKKP menjadi SMP, maka ST 8 beralih fungsi menjadi SMP Negeri 19 Yogyakarta. Jurusan sebagai cirri sekolah teknik dihapus dan diganti dengan keterampilan. SMP Negeri 19 Yogyakarta merupakan SMP dengan program keterampilan, dengan 3 program keterampilan yaitu Logam, Listrik dan Bangunan. 85

Pada tahun 1997 SMP Negeri 19 berubah menjadi SLTP Negeri 15 Yogyakarta berdasarkan SK Mendikbud RI No. 034/O/1997 tanggal 7 Maret 1997 tentang perubahan nomenklatur SMP menjadi SLTP serta organisasi dan tata kerja SLTP. Beberapa sekolah yang berada di luar kota tidak lagi menyandang label sebagai sekolah kota Yogyakarta. SMP Negeri 15 Yogyakarta berada di luar kota, atau tepatnya di wilayah kecamatan Gamping - Sleman. Saat ini sekolah tersebut bernama SMP Negeri 3 Gamping. SMP Negeri 15 Yogyakarta merupakan satu-satunya sekolah teknik jenjang SMP di Yogyakarta. Sedangkan untuk siswinya, bersekolah di SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) yang kini berganti nama menjadi SMP Negeri 4 Yogyakarta. Seiring dengan adanya kebijakan pemerintah yang melarang mempekerjakan anak di bawah umur, semua sekolah teknik jenjang SMP dihapus. Adanya peninggalan beberapa peralatan teknik yang sangat lengkap tersebut akhirnya setelah berdiskusi dan bersamaan dengan perubahan kebijakan kurikulum menjadi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), diputuskan memasukkan pelajaran teknik di muatan lokal (mulok) yang sifatnya wajib. Sekolah ini memberikan tiga pelajaran mulok yaitu teknik bangunan untuk kelas VII, teknik pengerjaan logam untuk kelas VIII dan teknik listrik untuk kelas IX. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 15 Yogyakarta, Jalan Tegal Lempuyangan No. 61, Yogyakarta. Sekolah ini memiliki 3 86

keterampilan yang masuk dalam pelajaran muatan lokal keterampilan yaitu keterampilan teknik bangunan, keterampilan pengolahan logam dan keterampilan teknik listrik. Keterampilan yang digunakan dalam penelitian ini hanya pada keterampilan teknik bangunan, pelajaran muatan lokal keterampilan muatan lokal ini ada pada kelas VII tahun ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 336 siswa yang diambil sampel 68 siswa dan guru pelajaran 5 orang. Sarana dan prasarana yang ada di sekolah ini adalah : a. Ruang belajar sejumlah 30 kelas b. 3 ruang praktik keterampilan c. 3 ruang laboratorium d. 2 ruang BK e. 1 ruang guru f. 2 koperasi siswa g. 1 ruang perpustakaan h. 2 ruang UKS 2. Deskripsi Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama dua minggu, dimulai pada tanggal 21 Mei 2012 dan berakhir pada tanggal 2 Juni 2012. 87

3. Deskripsi Subyek Penelitian Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 15 Yogyakarta yaitu sejumlah 336 orang siswa dengan sampel sebanyak 68 orang siswa. Disamping itu untuk memperkuat hasil penelitian, subyek pada penelitian ini ditambah dengan guru muatan lokal keterampilan teknik bangunan sejumlah 5 orang guru. B. Deskripsi Data Penelitian Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik angket atau kuesioner serta menggunakan pedoman observasi. Teknik angket merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawabnya. Pengumpulan data dilakukan pada sumber data yaitu siswa dan guru mata pelajaran muatan lokal keterampilan teknik bangunan. Indikatorindikator tersebut sebagai acuan pelaksanaan penelitian evaluasi pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta. Data pada penelitian ini berupa data kuantitatif deskriptif. Untuk data kuantitatif digunakan analisis statistik deskriptif dengan persentase. Skala pengukuran instrumen pada penelitian ini digunakan skala likert, dengan rentangan skor antara 1 sampai dengan 4, sehingga diperoleh rerata (mean) ideal = 2,5 dan SD ideal 0,5. Dari rerata dan SD ideal tersebut dapat ditentukan kriteria penilaian evaluasi pada penelitian ini, dan disajikan pada tabel berikut ini (Suharsimi Arikunto, 2009: 40) 88

Tabel 18. Kriteria Penafsiran Pelaksanaan Program Muatan Lokal Keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta No. Norma Penilaian Rentang Skor Interpretasi 1. M i +1,5SD i s.d. M i +3SD i 3,26 4,00 Baik 2. M i s.d. M i +1,5SD i 2,51 3,25 Cukup Baik 3. M i -1,5SD i s.d. M i 1,76 2,50 Kurang Baik 4. M i -3SD i s.d. M i -1,5SD i 1,00 1,75 Tidak Baik Pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta pada penelitian ini diukur dengan instrumen yang berjumlah 43 item yang valid pada ujicoba instrumen penelitian (uji validitas dan reliabilitas). Penskoran akhir pada penelitian ini adalah jumlah skor dibagi dengan jumlah pernyataan, sehingga semua aspek/indikator mempunyai rentang yang sama, yaitu 1 sampai dengan 4. Skor akhir merupakan rata-rata skor pada empat aspek (context, input, process, dan product), hal ini ditempuh untuk memudahkan dalam menginterpretasikan hasil penelitian. Berdasarkan analisis data dengan bantuan software komputer diperoleh rerata pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta sebesar 2,933; median 2,93; modus 2,95 dan standart deviasi sebesar 0,308. Rerata skor tersebut berada pada interval kelas 2,51 s.d. 3,25 kategori cukup baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori cukup baik. Pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berdasarkan pengkategoriannya dapat dilihat pada tabel berikut ini. 89

Frekuensi (%) Tabel 19. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Program Muatan Lokal Keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta No. Rentang Skor Kategori Skor Frekuensi N % 1. 3,26 4,00 Baik 11 16,2 2. 2,51 3,25 Cukup Baik 51 75,0 3. 1,76 2,50 Kurang Baik 6 8,8 4. 1,00 1,75 Tidak Baik 0 0,0 Total 68 100,0 Berdasarkan distribusi frekuensi tersebut di atas dapat dibuat histogram distribusi frekuensi sebagai berikut: 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 75.0% 16.2% 8.8% 0.0% Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Pelaksanaan Program Muatan Lokal Keterampilan Gambar 2. Histogram Pelaksanaan Program Muatan Lokal Keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta Berdasarkan tabel serta histogram yang disajikan di atas, diketahui bahwa dari 68 siswa sebagai sampel penelitian, 16,2% siswa menyatakan pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada 90

pada kategori baik; 75,0% siswa menyatakan cukup baik; dan 8,8% siswa menyatakan kurang baik, serta tidak ada siswa yang menyatakan tidak baik. Mayoritas siswa (75,0%) menyatakan cukup baik, dengan demikian dilihat dari reratanya maupun dari mayoritasnya, dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori cukup baik. Analisis berikutnya adalah menganalisis pada masing-masing komponen, sub komponen dan indikator dari pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta. Sebelum diuraikan lebih lanjut, berikut diuraikan perhitungan rerata skor pada setiap komponen. Hasil perhitungan rerata tiap-tiap komponen dari evaluasi pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 20. Hasil Perhitungan Rerata pada Tiap-tiap Komponen Pelaksanaan Program Muatan Lokal Keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta No. Indikator/Aspek Jumlah Item N Rerata Kategori 1. Context (konteks) 7 68 2,83 Cukup Baik 2. Input (masukan) 13 68 3,17 Cukup Baik 3. Process (proses) 14 68 2,83 Cukup Baik 4. Product (produk) 9 68 2,91 Cukup Baik Total (Pelaksanaan Program Muatan Lokal Keterampilan) 43 68 2,93 Cukup Baik Secara visual pencapaian skor rerata pada setiap komponen evaluasi pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta disajikan pada histogram berikut ini. 91

Pencapaian Skor 4.00 3.75 3.50 3.25 3.00 2.75 2.50 2.25 2.00 1.75 1.50 1.25 1.00 3.17 2.83 2.83 2.91 Context Input Process Product PELAKSANAAN MUATAN LOKAL KETERAMPILAN TEKNIK BANGUNAN Gambar 3. Histogram Pencapaian Skor Pelaksanaan Program Muatan Lokal Keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta 1. Komponen Konteks (Context) Hasil analisis data dengan bantuan software komputer diketahui pada komponen context pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta, diperoleh rerata sebesar 2,83; median 2,80; modus 2,80 dan standart deviasi sebesar 0,292. Rerata skor tersebut berada pada interval kelas 2,51 s.d. 3,25 kategori cukup baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa context pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori cukup baik. Context pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berdasarkan pengkategoriannya dapat dilihat pada tabel berikut ini. 92

Frekuensi (%) Tabel 21. Distribusi Komponen Context pada Pelaksanaan Program Muatan Lokal Keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta No. Rentang Skor Kategori Skor Frekuensi n % 1. 3,26 4,00 Baik 9 13,2 2. 2,51 3,25 Cukup Baik 44 64,7 3. 1,76 2,50 Kurang Baik 15 22,1 4. 1,00 1,75 Tidak Baik 0 0,0 Total 68 100,0 Berdasarkan distribusi frekuensi tersebut di atas dapat dibuat histogram distribusi frekuensi sebagai berikut: 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 64.7% 22.1% 13.2% 0.0% Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Context Pelaksanaan Program Muatan Lokal Keterampilan Gambar 4. Histogram Komponen Context Pelaksanaan Program Muatan Lokal Keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta Berdasarkan tabel serta histogram yang disajikan di atas, diketahui bahwa dari 68 siswa sebagai sampel penelitian, 13,2% siswa menyatakan context pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori baik; 64,7% siswa 93

menyatakan cukup baik; dan 22,1% siswa menyatakan kurang baik, serta tidak ada siswa yang menyatakan tidak baik. Mayoritas siswa (64,70%) menyatakan cukup baik, dengan demikian dilihat dari reratanya maupun dari mayoritasnya, dapat dinyatakan bahwa komponen context pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori cukup baik. Pencapaian pada sub-variabel dan indikator dari context pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta, disajikan pada tabel 22. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada kedua sub-variabel pada komponen context berada pada kategori cukup baik. Adapun pada indikator atau item pernyataan terdapat beberapa yang berada pada kategori kurang baik, yaitu: Saya melatih kemampuan keterampilan teknik bangunan di luar jam sekolah dan Setelah lulus SMP, saya mau meneruskan ke jurusan teknik bangunan. 94

Tabel 22. Pencapaian Rerata Skor pada Sub-Variabel dan Indikator Context No. Sub-variabel dan Indikator (Item Pernyataan) Rerata Kategori 1. Kebutuhan siswa yang belum terpenuhi 2,87 Cukup Baik a. Saya sangat ingin mempelajari 3,22 Cukup Baik keterampilan teknik bangunan. b. Saya ingin memahami keterampilan 3,03 Cukup Baik teknik bangunan. c. Saya serius dalam mempelajari 3,16 Cukup Baik keterampilan teknik bangunan. d. Saya rajin mempelajari materi 2,54 Cukup Baik keterampilan teknik bangunan sebelum diajarkan oleh guru keterampilan. e. Saya melatih kemampuan 2,40 Kurang Baik keterampilan teknik bangunan diluar jam sekolah. 2. Kesesuaian program muatan lokal 2,78 Cukup Baik keterampilan pengolahan logam a. Saya memahami materi pelajaran 3,31 Cukup Baik keterampilan teknik bangunan yang diberikan oleh pihak sekolah. b. Setelah lulus SMP, saya mau meneruskan ke jurusan teknik bangunan. 2,25 Kurang Baik 2. Komponen Masukan (Input) Berdasarkan analisis data pada komponen input pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta, diperoleh rerata sebesar 3,17; median 3,16; modus 3,00 dan standart deviasi sebesar 0,361. Rerata skor tersebut berada pada interval kelas 2,51 s.d. 3,25 kategori cukup baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa input pada 95

Frekuensi (%) pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori cukup baik. Input pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berdasarkan pengkategoriannya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 23. Distribusi Komponen Input pada Pelaksanaan Program Muatan Lokal Keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta No. Rentang Skor Kategori Skor Frekuensi n % 1. 3,26 4,00 Baik 26 38,2 2. 2,51 3,25 Cukup Baik 42 61,8 3. 1,76 2,50 Kurang Baik 0 0,0 4. 1,00 1,75 Tidak Baik 0 0,0 Total 68 100,0 Berdasarkan distribusi frekuensi tersebut di atas dapat dibuat histogram distribusi frekuensi sebagai berikut: 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 61.8% 38.2% 0.0% 0.0% Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Input Pelaksanaan Program Muatan Lokal Keterampilan Gambar 5. Histogram Komponen Input Pelaksanaan Program Muatan Lokal Keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta 96

Berdasarkan tabel serta histogram yang disajikan di atas, diketahui bahwa dari 68 siswa sebagai sampel penelitian, 38,2% siswa menyatakan input pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori baik; dan 61,8% siswa menyatakan cukup baik; serta tidak ada siswa yang menyatakan kurang baik dan tidak baik. Mayoritas siswa (61,8%) menyatakan cukup baik, dengan demikian dilihat dari reratanya maupun dari mayoritasnya, dapat dinyatakan bahwa komponen input pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori cukup baik. Pencapaian pada sub-variabel dan indikator dari input pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta, disajikan pada tabel 24. Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa pada aspek kesiapan guru berada pada kategori baik; sedangkan aspek kesiapan siswa dan kesiapan sarana dan prasarana berada pada kategori cukup baik. Pada aspek kesiapan siswa, terdapat satu indikator yang berada pada kategori cukup baik, yaitu Saya memiliki motivasi dalam mengikuti pelajaran keterampilan teknik bangunan, sedangkan dua aspek lainnya berada pada kategori baik. 97

Tabel 24. Pencapaian Rerata Skor pada Sub-Variabel dan Indikator Input No. Sub-variabel dan Indikator (Item Pernyataan) Rerata Kategori 1. Kesiapan Siswa 3,24 Cukup Baik a. Saya mengikuti pelajaran teknik bangunan 3,28 Baik dengan baik. b. Saya memiliki motivasi dalam mengikuti 3,01 Cukup Baik pelajaran keterampilan teknik bangunan. c. Saya memiliki semangat dalam mempelajari 3,41 Baik keterampilan teknik bangunan. 2. Kesiapan guru 3,38 Baik a. Guru keterampilan memiliki pengalaman 3,50 Baik dalam memberikan materi keterampilan teknik bangunan. b. Guru keterampilan teknik bangunan memiliki 3,46 Baik sikap yang baik dalam memberikan pelajaran keterampilan. c. Guru keterampilan sering menunjukkan sikap 3,28 Baik tidak senang dalam memberikan pelajaran keterampilan. d. Guru keterampilan memiliki semangat yang 3,32 Baik besar dalam memberikan pelajaran teknik bangunan kepada siswa. e. Guru keterampilan teknik bangunan selalu 3,35 Baik berusaha untuk meningkatkan minat siswa dalam mempelajari keterampilan teknik bangunan. 3. Kesiapan sarana dan prasarana 2,89 Cukup Baik a. Tempat praktik teknik bangunan memadai. 2,71 Cukup Baik b. Kelengkapan alat-alat praktik teknik 3,00 Cukup Baik bangunan lengkap. c. Pihak sekolah memfasilitasi buku-buku 2,85 Cukup Baik panduan baik teori maupun praktik untuk mempelajari keterampilan teknik bangunan. d. Buku panduan keterampilan teknik bangunan 2,76 Cukup Baik yang ada di sekolah baru dan gampang dipelajari oleh siswa. e. Semua laporan baik teori maupun praktik keterampilan teknik bangunan, dicatat. 3,10 Cukup Baik 98

Dari lima indikator pada aspek kesiapan guru, semuanya berada pada kategori baik. Adapun dari lima indikator pada aspek kesiapan sarana dan prasarana semuanya berada pada kategori cukup baik. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada komponen input ini, kesiapan siswa dalam mengikuti pelaksanaan muatan lokal keterampilan bangunan cukup baik, karena respon, sikap, motivasi dan minat siswa dalam mengikuti pelajaran terlihat cukup baik. Kesiapan guru dalam melaksanakan pelajaran muatan lokal keterampilan juga cukup baik karena dilihat dari respon, sikap, motivasi dan minat guru dalam memberikan pelajaran. Sarana dan prasarana muatan lokal keterampilan teknik bangunan terlihat baik, fasilitas yang dimiliki sekolah ini sangat lengkap, karena pada dasarnya sekolah ini merupakan sekolah teknik yang kelengkapan alat praktiknya dapat membekali keterampilan siswa untuk siap kerja, tetapi pada pembelajaran muatan lokal keterampilan saat ini, hanya alat-alat sederhana yang dipergunakan untuk membekali pengetahuan siswa tentang teknik bangunan. 3. Komponen Proses (Process) Hasil analisis data pada komponen process pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta, diperoleh rerata sebesar 2,83; median 2,85; modus 2,94 dan standart deviasi sebesar 0,323. Rerata skor tersebut berada pada interval kelas 2,51 s.d. 3,25 kategori cukup baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa process pada 99

Frekuensi (%) pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori cukup baik. Process pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berdasarkan pengkategoriannya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 25. Distribusi Komponen Process pada Pelaksanaan Program Muatan Lokal Keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta No. Rentang Skor Kategori Skor Frekuensi n % 1. 3,26 4,00 Baik 6 8,8 2. 2,51 3,25 Cukup Baik 48 70,6 3. 1,76 2,50 Kurang Baik 14 20,6 4. 1,00 1,75 Tidak Baik 0 0,0 Total 68 100,0 Berdasarkan distribusi frekuensi tersebut di atas dapat dibuat histogram distribusi frekuensi sebagai berikut: 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 70.6% 20.6% 8.8% 0.0% Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Process Pelaksanaan Program Muatan Lokal Keterampilan Gambar 6. Histogram Komponen Process Pelaksanaan Program Muatan Lokal Keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta 100

Berdasarkan tabel serta histogram yang disajikan di atas, diketahui bahwa dari 68 siswa sebagai sampel penelitian, 8,8% siswa menyatakan process pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori baik; 70,6% siswa menyatakan cukup baik; dan 20,6% siswa menyatakan kurang baik; serta tidak ada siswa yang menyatakan tidak baik. Mayoritas siswa (70,6%) menyatakan cukup baik, dengan demikian dilihat dari reratanya maupun dari mayoritasnya, dapat dinyatakan bahwa komponen process pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori cukup baik. Pencapaian pada sub-variabel dan indikator dari process pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta, disajikan pada tabel 26. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada ketiga aspek dari komponen process pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta, yaitu: partisipasi siswa, penguasaan guru, dan kesesuaian sarana atau prasarana berada pada kategori cukup baik. 101

Tabel 26. Pencapaian Rerata Skor pada Sub-Variabel dan Indikator Process No. Sub-variabel dan Indikator (Item Pernyataan) Rerata Kategori 1. Partisipasi Siswa 2,59 Cukup Baik a. Membaca buku keterampilan teknik bangunan 2,01 Kurang Baik di perpustakaan. b. Memahami buku bacaan keterampilan teknik 2,74 Cukup Baik bangunan yang ada di perpustakaan. c. Mencari informasi tentang keterampilan 2,06 Kurang Baik teknik bangunan di internet. d. Bertanya dalam kelas dan juga menjawab 2,66 Cukup Baik pertanyaan guru keterampilan teknik bangunan. e. Diskusi dengan teman ketika mengerjakan 3,15 Cukup Baik tugas keterampilan teknik bangunan. f. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru 2,93 Cukup Baik keterampilan dengan tepat waktu. 2. Penguasaan guru 3,08 Cukup Baik a. Mendapatkan pelajaran tentang masalahmasalah 3,21 Cukup Baik dalam bidang teknik bangunan dari guru keterampilan. b. Guru keterampilan teknik bangunan 3,40 Baik memberikan materi yang mudah dimengerti. c. Materi yang diberikan oleh guru keterampilan 3,32 Baik tidak dapat membantu saya dalam mempelajari teknik bangunan. d. Ketika guru keterampilan teknik bangunan 2,38 Kurang Baik menyampaikan materi, suasananya sangat menyenangkan dan tenang. 3. Kesesuaian sarana dan prasarana 2,83 Cukup Baik a. Alat praktik yang digunakan untuk 2,96 Cukup Baik pelaksanaan pembelajaran keterampilan teknik bangunan sangat lengkap. b. Alat-alat praktik yang digunakan relatif baru 2,28 Kurang Baik dan baik c. Kesesuaian alat praktik yang digunakan 3,13 Cukup Baik dengan materi yang disampaikan oleh guru keterampilan teknik bangunan. d. Alat praktik keterampilan teknik bangunan yang digunakan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. 2,94 Cukup Baik 102

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada komponen proses berjalan dengan cukup baik. Dilihat dari partisipasi siswanya dalam mengikuti pelajaran muatan lokal keterampilan yaitu (1) kelengkapan bahan bacaan termasuk cukup baik karena sekolah memberikan fasilitas buku bacaan pendukung walaupun belum terlalu lengkap dan jumlahnya terbatas, (2) kehadiran siswa dalam pelajaran sangat antusias karena siswa datang keruang praktik teknik bangunan tepat waktu, (3) Keaktifan siswa dalam diskusi juga baik karena siswa sering berdiskusi saat menyelesaikan soal yang diberikan guru dan melaksanakan tugas kelompok dengan baik, (4) Ketepatan siswa dalam mengumpulkan tugas tepat waktu, terlihat dari tugas yang diselesaikan sebelum waktunya dan ada beberapa siswa yang dapat menyelesaikan tugas tambahan untuk menambah nilai siswa tersebut. Penguasaan guru dalam komponen proses ini adalah baik. Dilihat dari penguasaan guru, penyampaian materi dan pengelolaan kelas dengan baik. Siswa juga terlihat antusias untuk mempelajari muatan lokal keterampilan. Suasana praktik juga tenang saat guru menjelaskan pelajaran sebelum praktik. Kesiapan sarana dan prasarana juga baik karena alat-alat praktik lengkap dan sesuai dengan kebutuhan siswa, dan jumlah yang disediakan juga banyak sehingga masing-masing siswa dapat mempergunakan alat praktik dan lebih mengerti cara kerja alat yang digunakan. 103

4. Komponen Hasil (Product) Dari analisis data dengan statistik deskriptif pada komponen product pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta, diperoleh rerata sebesar 2,91; median 2,87; modus 2,87 dan standart deviasi sebesar 0,391. Rerata skor tersebut berada pada interval kelas 2,51 s.d. 3,25 kategori cukup baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa product pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori cukup baik. Product pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berdasarkan pengkategoriannya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 27. Distribusi Komponen Product pada Pelaksanaan Program Muatan Lokal Keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta No. Rentang Skor Kategori Skor Frekuensi n % 1. 3,26 4,00 Baik 10 14,7 2. 2,51 3,25 Cukup Baik 50 73,5 3. 1,76 2,50 Kurang Baik 8 11,8 4. 1,00 1,75 Tidak Baik 0 0,0 Total 68 100,0 Berdasarkan distribusi frekuensi tersebut di atas dapat dibuat histogram distribusi frekuensi sebagai berikut: 104

Frekuensi (%) 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 73.5% 11.8% 14.7% 0.0% Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Product Pelaksanaan Program Muatan Lokal Keterampilan Gambar 7. Histogram Komponen Product Pelaksanaan Program Muatan Lokal Keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta Dari tabel serta histogram di atas, diketahui bahwa dari 68 siswa sebagai sampel penelitian, 14,7% siswa menyatakan product pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori baik; 73,5% siswa menyatakan cukup baik; dan 11,8% siswa menyatakan kurang baik; serta tidak ada siswa yang menyatakan tidak baik. Mayoritas siswa (73,5%) menyatakan cukup baik, dengan demikian dilihat dari reratanya maupun dari mayoritasnya, dapat dinyatakan bahwa komponen product pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori cukup baik. 105

Pencapaian pada sub-variabel dan indikator dari product pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta, disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 28. Pencapaian Rerata Skor pada Sub-Variabel dan Indikator Product No. Sub-variabel dan Indikator (Item Pernyataan) Rerata Kategori 1. Siswa mempelajari hal-hal baru 2,81 Cukup Baik a. Dapat mengerjakan pekerjaan teknik 3,15 Cukup Baik bangunan. b. Dapat menyelesaikan praktik 2,84 Cukup Baik keterampilan teknik bangunan dengan tepat waktu. c. Cepat dalam mengerjakan tugas 2,78 Cukup Baik praktik keterampilan teknik bangunan. d. Hasil teknik bangunan sudah baik. 2,46 Kurang Baik 2. Kebutuhan siswa terpenuhi 3,01 Cukup Baik a. Kemampuan dalam keterampilan 3,28 Baik teknik bangunan bertambah. b. Mengetahui kemampuan yang 3,18 Cukup Baik dimiliki saya dalam bidang teknik bangunan. c. Dapat mengetahui kemampuan dalam 2,93 Cukup Baik keterampilan teknik bangunan. d. Mendapat bekal keterampilan teknik 3,03 Cukup Baik bangunan untuk meneruskan ke tingkat pendidikan selanjutnya. e. Mempersiapkan karir dengan bekal keterampilan teknik bangunan yang sudah saya dapatkan. 2,66 Cukup Baik Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa pada kedua aspek dari komponen product pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta, yaitu: siswa dapat mempelajari hal-hal 106

baru dan kebutuhan siswa terpenuhi, berada pada kategori cukup baik. Pada aspek siswa dapat mempelajari hal-hal baru, dari empat item pernyataan tiga diantaranya berada pada kategori cukup baik; dan satu item pernyataan, yaitu hasil teknik bangunan sudah baik berada pada kategori kurang baik. Dari lima pernyataan untuk mengukur aspek kebutuhan siswa terpenuhi, empat pernyataan berada pada kategori cukup baik; dan satu pernyataan yaitu kemampuan dalam keterampilan teknik bangunan bertambah berada pada kategori baik. Berdasarkan observasi komponen produk, hasilnya baik karena siswa mempelajari hal-hal baru dalam keterampilan teknik bangunan, siswa juga dapat melakukan praktik sendiri dengan baik sesuai dengan tatacara pelaksanaan praktik, hasil yang ada juga baik dan sebagian juga diletakkan di tempat khusus sehingga tamu yang masuk ke SMP N 15 Yogyakarta dapat melihat hasil keterampilan teknik bangunan di sekolah tersebut. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa siswa semakin terampil dan kemampuan yang dimiliki siswa mulai muncul untuk membekali siswa dalam pemilihan karir siswa selanjutnya. C. Pembahasan Penelitian ini membuktikan bahwa pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta, berada pada kategori cukup baik; dengan pencapaian skor sebesar 2,93 (skala 1-4) berada pada kategori baik (2,51-3,25). Dari 68 siswa sebagai sampel penelitian, 16,2% siswa 107

menyatakan pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori baik; 75,0% siswa menyatakan cukup baik; dan 8,8% siswa menyatakan kurang baik, serta tidak ada siswa yang menyatakan tidak baik. Dilihat dari mayoritasnya, mayoritas siswa (75,0%) menyatakan cukup baik, dengan demikian dilihat dari reratanya maupun dari mayoritasnya, dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori cukup baik. 1. Peranan komponen konteks yang berkaitan dengan lingkungan pendukung program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta Komponen konteks adalah untuk menilai kebutuhan, permasalahan, aset dan peluang untuk membantu pembuatan keputusan, menetapkan tujuan, dan prioritas serta membantu menilai tujuan, prioritas dan hasil (Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar, 2010: 46). Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan hasil analisis data membuktikan bahwa komponen konteks (context) pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori cukup baik dengan pencapaian skor 2,83 (skala 1-4). Dari 68 siswa sebagai sampel penelitian, 13,2% siswa menyatakan context pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori baik; 64,7% siswa menyatakan cukup 108

baik; dan 22,1% siswa menyatakan kurang baik, serta tidak ada siswa yang menyatakan tidak baik. Mayoritas siswa (64,70%) menyatakan cukup baik, dengan demikian dilihat dari reratanya maupun dari mayoritasnya, dapat dinyatakan bahwa komponen context pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori cukup baik. Hasil ini membuktikan bahwa komponen konteks yang berkaitan dengan lingkungan pendukung cukup berperan dalam pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta. Analisis pada kedua sub-variabel pada komponen context, yaitu (1) kebutuhan siswa yang belum terpenuhi dan (2) kesesuaian program muatan lokal keterampilan pengolahan logam; semuanya berada pada kategori cukup baik. Hampir semua pernyataan berada pada kategori cukup baik; pada aspek ini terdapat dua pernyataan yang berada pada kategori kurang baik, yaitu: Saya melatih kemampuan keterampilan teknik bangunan di luar jam sekolah dan Setelah lulus SMP, saya mau meneruskan ke jurusan teknik bangunan. Pernyataan tersebut berarti mengungkapkan bahwa siswa kurang melatih dirinya dalam keterampilan bangunan selain di sekolah. Kemampuan siswa tersebut tidak diasah lagi di luar sekolah, siswa tersebut hanya mendapatkan pembelajaran keterampilan di dalam sekolah sehingga kemampuan dalam keterampilan tersebut masih kurang karena pelatihannya hanya dilakukan di sekolah. Orientasi jangka panjang siswa 109

juga kurang, lanjutan keterampilan bangunan akan diterima siswa pada tingkat pendidikan selanjutnya, tetapi banyak siswa yang tidak memiliki keinginan untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang mendukung pengembangan keterampilan teknik bangunan. Semua ini juga akan berpengaruh pada hasil keterampilan siswa saat ini. Pemberian keterampilan di tingkat SMP masih sangat sederhana dan harus ditingkatkan pada tingkat pendidikan selanjutnya. 2. Peranan komponen masukan yang berkaitan dengan kemampuan dasar siswa saat menerima muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta Komponen masukan (input) merupakan model yang digunakan untuk menentukan bagaimana cara agar penggunaan sumber daya yang ada bisa mencapai tujuan serta secara esensial memberikan informasi tentang apakah perlu mencari dari pihak lain atau tidak. Komponen masukan juga membantu menentukan prosedur dan desain untuk mengimplementasikan program (Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar, 2010: 46). Berdasarkan penelitian yang dilakukan hasil analisis data membuktikan bahwa komponen masukan (input) pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori cukup baik dengan pencapaian skor 3,17 (skala 1-4). Dari 68 siswa sebagai sampel penelitian, 38,2% siswa menyatakan input pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada 110

pada kategori baik; dan 61,8% siswa menyatakan cukup baik; serta tidak ada siswa yang menyatakan kurang baik dan tidak baik. Dilihat dari mayoritasnya, mayoritas siswa (61,8%) menyatakan cukup baik, dengan demikian dilihat dari reratanya maupun dari mayoritasnya, dapat dinyatakan bahwa komponen input pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori cukup baik. Hasil ini membuktikan bahwa komponen masukan yang berkaitan dengan kemampuan dasar siswa saat menerima muatan lokal keterampilan cukup berperan terhadap pelaksanaan muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta. Analisis pada tiap aspek dari komponen masukan, dari tiga aspek, pada aspek kesiapan guru berada pada kategori baik; sedangkan aspek kesiapan siswa dan kesiapan sarana dan prasarana berada pada kategori cukup baik. Pada aspek kesiapan siswa, terdapat satu indikator yang berada pada kategori cukup baik, yaitu Saya memiliki motivasi dalam mengikuti pelajaran keterampilan teknik bangunan, sedangkan dua aspek lainnya berada pada kategori baik. Dari lima indikator pada aspek kesiapan guru, semuanya berada pada kategori baik. Adapun dari lima indikator pada aspek kesiapan sarana dan prasarana semuanya berada pada kategori cukup baik. 111

3. Peranan komponen proses yang berkaitan dengan pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta Komponen proses (process) diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana (Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar, 2010: 47). Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hasil analisis data membuktikan bahwa komponen proses (process) pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori cukup baik dengan pencapaian skor 2,83 (skala 1-4). Dari 68 siswa sebagai sampel penelitian, 8,8% siswa menyatakan process pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori baik; 70,6% siswa menyatakan cukup baik; dan 20,6% siswa menyatakan kurang baik; serta tidak ada siswa yang menyatakan tidak baik. Dilihat dari mayoritasnya, mayoritas siswa (70,6%) menyatakan cukup baik, dengan demikian dilihat dari reratanya maupun dari mayoritasnya, dapat dinyatakan bahwa komponen process pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori cukup baik. Hasil ini membuktikan bahwa komponen proses yang berkaitan dengan pelaksanaan program muatan lokal keterampilan cukup berperanan terhadap pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta. Proses pelaksanaan muatan lokal 112

keterampilan berjalan dengan cukup baik sesuai dengan rencana pelaksanaan muatan lokal tersebut. Analisis pada pada ketiga aspek dari komponen process pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta, yaitu: partisipasi siswa, penguasaan guru, dan kesesuaian sarana/prasarana berada pada kategori cukup baik. Pada tiap-tiap pernyataan/indikator dari aspek partisipasi siswa, dari enam pernyataan, empat pernyataan berada pada kategori cukup baik, yaitu: (1) memahami buku bacaan keterampilan teknik bangunan yang ada di perpustakaan; (2) bertanya dalam kelas dan juga menjawab pertanyaan guru keterampilan teknik bangunan; (3) diskusi dengan teman ketika mengerjakan tugas keterampilan teknik bangunan; dan (4) mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru keterampilan dengan tepat waktu. Dua pernyataan berada pada kategori kurang baik, yaitu: (1) membaca buku keterampilan teknik bangunan di perpustakaan; dan (2) mencari informasi tentang keterampilan teknik bangunan di internet. Pada aspek penguasaan materi guru, dari empat pernyataan, dua diantaranya berada pada kategori baik, yaitu: (1) guru keterampilan teknik bangunan memberikan materi yang mudah dimengerti; dan (2) materi yang diberikan oleh guru keterampilan tidak dapat membantu saya dalam mempelajari teknik bangunan; sedangkan satu lainnya berada pada kategori cukup baik, yaitu: mendapatkan pelajaran tentang masalahmasalah dalam bidang teknik bangunan dari guru keterampilan; serta satu 113

indikator berada pada kategori kurang baik, yaitu: ketika guru keterampilan teknik bangunan menyampaikan materi, suasananya sangat menyenangkan dan tenang. Pada aspek kesesuaian sarana dan prasarana dari empat indikator, tiga diantaranya berada pada kategori cukup baik, yaitu: (1) alat praktik yang digunakan untuk pelaksanaan pembelajaran keterampilan teknik bangunan sangat lengkap; (2) kesesuaian alat praktik yang digunakan dengan materi yang disampaikan oleh guru keterampilan teknik bangunan; dan (3) alat praktik keterampilan teknik bangunan yang digunakan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. 4. Hasil (product) pelaksanaan program muatan lokal keterampilan untuk siswa di SMP Negeri 15 Yogyakarta Komponen produk adalah untuk menunjukkan kemajuan dari terlaksananya suatu program pembelajaran (Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar, 2010: 47). Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hasil analisis data membuktikan bahwa komponen produk (product) pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori cukup baik dengan pencapaian skor 2,91 (skala 1-4). Dari 68 siswa sebagai sampel penelitian, 14,7% siswa menyatakan product pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori baik; 73,5% siswa menyatakan cukup baik; dan 11,8% siswa menyatakan kurang baik; serta tidak ada siswa yang menyatakan tidak baik. 114

Dilihat dari mayoritasnya, mayoritas siswa (73,5%) menyatakan cukup baik, dengan demikian dilihat dari reratanya maupun dari mayoritasnya, dapat dinyatakan bahwa komponen product pada pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori cukup baik. Hasil ini membuktikan bahwa pelaksanaan program muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta cukup bermanfaat bagi siswa. Komponen produk ini terdiri dari dua aspek, yaitu: (1) siswa mempelajari hal-hal baru dan (2) kebutuhan siswa terpenuhi; hasilnya semuanya berada pada kategori cukup baik. Pada aspek siswa mempelajari hal-hal baru, dari empat indikator, tiga diantaranya berada pada kategori cukup baik, yaitu: (1) dapat mengerjakan pekerjaan teknik bangunan; (2) dapat menyelesaikan praktik keterampilan teknik bangunan dengan tepat waktu; dan (3) cepat dalam mengerjakan tugas praktik keterampilan teknik bangunan. Adapun pada aspek kebutuhan siswa terpenuhi; dari lima indikator, satu indikator berada pada kategori baik, yaitu: kemampuan dalam keterampilan teknik bangunan bertambah; sedangkan empat lainnya berada pada kategori cukup baik, yaitu: (1) mengetahui kemampuan yang dimiliki saya dalam bidang teknik bangunan; (2) dapat mengetahui kemampuan dalam keterampilan teknik bangunan; (3) mendapat bekal keterampilan teknik bangunan untuk meneruskan ke tingkat pendidikan 115

selanjutnya; dan (4) mempersiapkan karir dengan bekal keterampilan teknik bangunan yang sudah saya dapatkan. Adapun menurut guru, bahwa pelaksanaan muatan lokal keterampilan di SMP Negeri 15 Yogyakarta berada pada kategori baik dengan pencapaian skor sebesar 3,38 (skala 1-4). Dari lima orang guru; 60,0% menyatakan baik; dan 40,0% menyatakan cukup baik; serta tidak ada yang menyatakan kurang baik dan tidak baik. D. Keterbatasan Peneliti Pada penelitian ini, peneliti telah berusaha mencapai kesempurnaan hasil penelitian, namum karena adanya keterbatasan baik dari segi waktu, tenaga maupun biaya maka hasil yang dicapai dalam penelitian ini masih perlu disempurnakan. Keterbatasan peneliti yang dimaksud antara lain : 1. Pengumpulan data menggunakan angket (kuesioner) tertutup, sehingga membatasi siswa dalam memberikan jawaban. 2. Hasil penelitian evaluatif kurang lengkap dan kurang mendalam karena seharusnya juga menggunakan metode wawancara yang tidak dilakukan oleh peneliti karena keterbatasan waktu penelitian dan jumlah sampel yang banyak. 3. Observasi yang tidak dapat dilakukan secara menyeluruh dan mendalam pada proses pembelajaran secara keseluruhan dari awal sampai akhir pembelajaran, karena keterbatasan waktu penelitian. 116