TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI SISWA SMU PGRI KABUPATEN MAROS PROPINSI SULAWESI SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan masukan dan pengeluaran asupan zat gizi. Asupan. ketiga zat gizi tersebut merupakan zat gizi makro yang diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI DI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

HASIL DAN PEMBAHASAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

PEMBERIAN TABLET FE DAN ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP STATUS ANEMIA PADA MURID SDN 20 RUMBIA KABUPATEN MAROS

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR DI SMP NEGERI 13 KOTA MANADO.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, ASUPAN DAN STATUS GIZI ATLET DI PUSDIKLAT OLAHRAGA PELAJAR SUDIANG KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

Tuti Rahmawati Prodi S1 Gizi, STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PELAJAR SMA NEGERI 2 TOMPASO Claudya Momongan*, Nova H Kapantow*, Maureen I Punuh*

KECUKUPAN DAN STATUS GIZI SISWA SMU DHARMA PANCASILA MEDAN SERTA KAITANNYA DENGAN INDEKS PRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang. mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah. remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan perkembangannya.

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

GAMBARAN POLA MAKAN DAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO PADA REMAJA GEMUK DI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR JURUSAN GIZI

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. hampir sama dengan anak kebanyakan. Namun takdir berkata lain anak yang

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

Transkripsi:

TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI SISWA SMU PGRI KABUPATEN MAROS PROPINSI SULAWESI SELATAN Lydia Fanny 1, Salmiah 1, Asmarudin Pakhri 1 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan, Makassar ABSTRACT Background : Adolescence is the age most vulnerable to nutritional problems. There are three reasons why teenagers are categorized vulnerable. First, the acceleration of growth and development of the body requires energy and more nutrients. Second, changes in lifestyle and food habits require adjustment of food energy and nutrients. Third, pregnancy, participation in sports, alcohol and drug addiction, increase energy and nutrient needs, besides not a few teenagers who eat excessively and eventually obese (Arisman, 2004). Objective : To know the description of the level of nutrient intake (energy, protein, fat, carbohydrates and iron) and nutritional status of adolescents in the General Secondary School Private PGRI Maros district of South Sulawesi Province Method : This study is a descriptive survey, which indicates the level of nutrient intake and nutritional status of adolescents at high school sample PGRI Maros.Banyaknya District 113 teenagers. Results : From the measurement results with the method of consumption of food recall in high school adolescents PGRI Maros obtained data showing lack of energy intake as much as 46.0%, 52.2% both energy intake and energy intake over as much as 1.8%. Protein intake of approximately 46.0%, 53.1% good protein intake and protein intake of 0.9% more. Fat intake 44.2% and 55.8% less intake of good fats. Intake of carbs or less, 54.9% intake of good carbs and 1.8% more carbohydrate intake. There is 99.1%), iron intake is less. Key words: nutrient intake, nutritional status PENDAHULUAN Salah satu modal dasar pembangunan di Indonesia adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang potensial dan produktif. Untuk itu diperlukan derajat kesehatan yang tinggi, dimana salah satu faktor yang berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan adalah status gizi yang baik. Remaja kelak akan menjadi SDM yang melanjutkan tongkat estafet pembangunan, sehingga perlu dipersiapkan untuk dapat menjadi tenaga yang berdaya kerja tinggi dan produktif. Khusus bagi remaja putri, masa remaja juga merupakan masa persiapan untuk menjadi calon ibu. Keadaan gizi pada masa remaja dapat berpengaruh terhadap kehamilannya kelak juga terhadap keadaan bayi yang akan dilahirkannya (Sayogyo. S dkk, 2001) Usia remaja adalah usia yang rentan terhadap masalah gizi. Ada tiga alasan mengapa remaja dikategorikan rentan. Pertama, percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian makanan energi dan zat gizi. Ketiga, kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alkohol dan obat. Tiga hal tersebut yang meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi, di samping itu tidak sedikit remaja yang makan secara berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas (Arisman, 2004). Anie Kurniawan (2005) mengatakan bahwa selain anemi kurang zat besi (Fe), murid remaja putri di daerah rural pantai Kabupaten Tangerang, Banten,juga menderita kurang zat seng(zn).pada umumnya remaja putri ini mempunyai pola dan kebiasaan makan yang homogen dimana asupan energi dan zat gizi 15

kurang dari angka kecukupan gizi (AKG)yang dianjurkan. Hal ini juga terlihat bahwa hampir separuh remaja putri mempunyai berat badan rendah dan tinggi badan kurang, serta sepertiga dari mereka kurus, yang menunjukkan adanya hambatan pertumbuhan. Penelitian di Propinsi Sulawesi Selatan yang telah dilakukan oleh Rahmawati Abbas (2003) di Pulau Barang Lompo pada kelompok remaja yang mendapat asupan pangan hewani dan sayuran yang cukup sebanyak 1,9% dan yang kurang sebanyak 98,1%, sedang asupan buah buahan yang cukup 3,8% dan yang kurang 96,2%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat asupan zat gizi dan status gizi remaja di Sekolah Menengah Umum Swasta PGRI Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif, yang dilaksanakan di Sekolah Menengah Umum Swasta PGRI Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Populasi penelitian ini adalah remaja kelas 1 dan kelas 2 dengan jumlah sample sebesar 113 remaja. Data tinggi badan didapatkan dengan mengukur sampel dengan menggunakan alat mikrotoice yang mempunyai tingkat ketelitian 0,1 cm sedangkan data berat badan didapatkan dengan menimbang sampel menggunakan timbangan injak dengan tingkat ketelitian 0,1 kg. Data asupan zat gizi (energi, protein, Lemak, Karbohidrat, Fe) didapatkan melalui wawancara langsung dengan remaja mengenai jumlah makanan dan minuman yang dimakan selama 24 jam yang lalu atau sehari sebelum wawancara dilakukan selama dua hari dengan menggunakan formulir recall 24 jam. Pengolahan data status gizi dilakukan dengan menggunakan rumus IMT, data Asupan Zat Gizi dilakukan dengan teknik komputerisasi dengan program Menu A HASIL PENELITIAN Umur Sampel Tabel 1 Distribusi Remaja di SMU PGRI Maros Berdasarkan Kelompok Umur Kelompok umur (Thn) n % 15 11 9.7 16 45 39.8 17 36 31.9 18 19 16.8 19 2 1.8 Jenis Kelamin Laki Laki 56 49.6 Perempuan 57 50.4 Berdasarkan tabel 02 distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin terdiri dari laki laki sebanyak 56 orang atau 49.6 % dan perempuan sebanyak 57 orang atau 50.4%. 16

Gambaran Tingkat Asupan Zat Gizi Asupan Energi, protein, lemak, karbohidrat, dan zat besi Remaja didapatkan dari hasil seperti pada tabel 2. Tabel 2 Asupan Zat Gizi Makro Remaja di SMU PGRI Maros Tingkat Asupan Gizi n % Energi: Kurang 52 46.0 Baik 59 52.2 Karbohidrat: Kurang 49 43.4 Baik 62 54.9 Lemak: Kurang 50 44.2 Baik 63 55.8 Lebih 0 0.0 Protein: Kurang 52 46.0 Baik 60 53.1 Lebih 1 0.9 Besi Kurang 112 99.1 Baik 0 0.0 Lebih 1 0.9 Vitamin C Kurang 110 97.3 Baik 1 0.9 Tabel 2 menunjukkan asupan zat gizi remaja di SMU PGRI Maros tergolong kurang baik untuk zat gizi makro maupun mikro. Proporsi siswa yang mengalami kekurangan asupan energi sebanyak 46.0%, protein 46.0%, lemak 44.2% dan karbohidrat 54.9%. Sedangkan jumlah siswa yang mempunyai asupan zat gizi mikro tergolong kurang untuk zat besi dan vitamin sebanyak 97.3%. Gambaran Status Gizi Setelah dilakukan perhitungan status gizi berdasarkan Indek Massa Tubuh (IMT) maka didapatkan gambaran tentang Status Gizi Remaja di SMU PGRI Maros seperti pada tabel 3. Tabel 3. Status Gizi Remaja di SMU PGRI Maros Status Gizi n % Kurus Tingkat Berat 11 9.7 Kurus Tingkat Ringan 28 24.8 Normal 73 64.6 Gemuk Tingkat Ringan 1 0.9 Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tergolong kurus mencapai 34.5%, terdiri atas 9.7% berstatus gizi kurus tingkat berat, 24.8% kurus tingkat ringan. Seangkan yang tergolong obesitas hanya 0.9%. PEMBAHASAN Dari hasil pengukuran konsumsi dengan metode food recall pada remaja SMU PGRI Maros didapatkan data yang menunjukkan asupan energi kurang sebanyak (46.0%), asupan energi baik (52.2%) dan asupan energi lebih sebanyak (1.8%). Tingkat asupan energi yang baik menunjukkan bahwa konsumsi bahan makanan sumber tenaga atau energi pada remaja SMU PGRI Maros telah sesuai dengan kebutuhan harian, sedangkan untuk tingkat asupan energi yang kurang menunjukkan bahwa konsumsi sumber tenaga atau energi tidak sesuai dengan kebutuhan harian. Konsumsi zat tenaga kurang dari kecukupan energi yang dibutuhkan maka dapat berakibat menurunnya produktivitas kerja, merosotnya prestasi belajar dan prestasi berolahrga. Kekurangan energi ini bila berlangsung lama akan mengakibatkan menurunnya berat badan, keadaan kurang gizi dan mudah terkena penyakit infeksi. Asupan 17

energi melebihi dari kebutuhan akan mengakibatkan kenaikan berat badan dan bila keadaan ini berlanjut akan menyebabkan kegemukan, yang biasanya disertai gangguan kesehatan, antara lain hipertensi, diabetes mellitus, jantung, dan lain-lain (Depkes, 1996). Penelitian yang dilakukan oleh Fatma ZN (2007). Responden dengan asupan makan rendah sebanyak 19 (28,8%), dengan asupan makan sedang sebanyak 38 (57,6%) dan dengan asupan tinggi sebanyak 9 (13,6%). Hasil penelitian menujukkan bahwa (46.0%) asupan protein kurang, (53.1%) asupan protein baik dan 0.9% asupan protein lebih. Masih ada remaja dengan asupan protein yang kurang (46.5%) disebabkan oleh konsumsi sumber protein berupa ikan yang rendah berdasarkan hasil recall yang dilakukan. Kekurangan protein akan berdampak pertumbuhan kurang baik, daya tahan tubuh menurun rentan terhadap penyakit daya kreativitas dan daya kerja merosot dan lain sebagainya (Kartasapoetra,dkk, 2002). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 113 remaja SMU PGRI Maros terdapat (44.2%) asupan lemak kurang dan (55.8%) asupan lemak baik. Berdasarkan hasil recall yang dilakukan didapatkan gambaran bahwa konsumsi sumber lemak pada remaja yang asupan lemaknya kurang sebagian besar hanya berasal dari minyak (bahan makan yang di goreng dan di tumis), sedangkan remaja yang asupan lemaknya baik, sumber lemaknya selain dari minyak juga berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian. Menjamurnya industri junk food atau fast food dan jajanan makanan yang kaya akan lemak yang bertebaran di berbagai mall, plaza, pasar ataupun lokasi lokasi strategis berpengaruh besar terhadap perilaku makanan remaja. Menu makanan yang disediakan gerai gerai itu umumnya terlalu banyak mengandung energi, lemak, gula dan garam. Seorang remaja akan sangat sulit mempertahankan kerampingan tubuhnya jika rutin mengonsumsi makanan seperti itu. (Soekirman, dkk, 2006). Kebutuhan karbohidrat normal adalah 60 75 % dari kebutuhan energi total, atau sisa energi setelah dikurangi energi yang berasal dari protein dan lemak. (Almatsier, 2004). Terdapat (43.4%) remaja di SMU PGRI Maros asupan karbohidratnya kurang, (54.9%) asupan karbohidratnya baik dan (1.8%) asupan karbohidrat lebih. Asupan karbohidrat kurang disebabkan oleh porsi sumber karbohidrat (nasi) tidak sesuai dengan kebutuhan, selain itu sumber karbohidrat sering kali hanya digantikan dengan mi instant atau mi bakso. Penyakit penyakit yang berhubungan dengan karbohidrat, ada yang bertalian dengan kuantitas serta kualitas karbohidrat, dan ada karena gangguan pada metabolisme. Penyakit penyakit karena ketidakseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan energi, Protein Energi Malnutrition (PEM) atau penyakit kurang energi protein (KEP) dan penyakit kegemukan atau obesitas, sedangkan yang termasuk gangguan metabolisme karbohidrat ialah penyakit gula atau diabetes melitus, lactose intolerance dan lain sebagainya. (Sediaoetama, 2004). Zat besi sangat penting bagi kaum remaja karena pertumbuhan yang cepat menyebabkan volume darah meningkat, demikian pula massa otot dan enzim-enzim. Khususnya bagi para wanita, menstruasi yang dialami setiap bulan juga akan meningkatkan kebutuhan mineral besi (Khomsan, 2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak (99.1%) asupan zat besi kurang. Tingginya persentase asupan zat besi kurang pada remaja SMU PGRI Maros disebabkan karena kurangnya makanan sumber zat besi berupa sayuran berwarna hijau didalam makanan mereka. Pengaruh defesiensi Fe terutama melalui kondisi gangguan fungsi hemoglobin yang merupakan alat transport Oksigen yang diperlukan pada banyak reaksi metabolik tubuh. Pada anak usia sekolah telah ditunjukkan adanya korelasi erat antara kadar hemoglobin dan kesanggupan anak untuk belajar. Dikatakan bahwa pada kondisi anemia daya konsentrasi dalam belajar tampak menurun. (Sediaoetama, 2004). Defesiensi zat besi, secara prinsip dapat diatasi antara lain dengan perubahan kebiasaan makan, karena anemia pada dasarnya disebabkan oleh kurangnya intake zat besi dari makanan dan rendahnya bioavailibitas zat besi yang dikonsumsi, maka peningkatan kualitas menu makanan merupakan salah satu alternatif untuk program jangka panjang. (Soekirman, 2006). Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah dan murah. Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai indikator yang baik 18

untuk menentukan status gizi remaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 113 sampel terdapat 64.6% status gizi normal. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmaniar (2005) menunjukkan bahwa (80%) remaja SMU Swasta berstatus gizi baik dan (20%) berstatus gizi kurang, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Fatma ZN (2007) terhadap 625 pelajar, yang terdiri dari 338 (54,08%) pelajar putra dan 287 (45,92%) pelajar putri dengan usia sampel berkisar antara 11-19 tahun yang masih tergolong dalam usia remaja yang masih dalam masa pertumbuhan. Berdasarkan pengukuran antropometri tinggi badan (TB) dan berat badan (BB) diketahui bahwa mayoritas pelajar mempunyai status gizi normal (56.3 %). Dan hasil Riskesdas khusus untuk Kabupaten Maros kurus (17.6 %), normal (69.6 %), lebih (6.9 %) dan obesitas (5.9 %). Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR, penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah dilakukan menunjukkan kelompok remaja menderita/mengalami banyak masalah gizi. Banyak faktor yang menyebabkan masalah ini dan dengan mengetahui faktorfaktor penyebab yang mempengaruhi masalah gizi tersebut membantu upaya penanggulangannya dan lebih terfokus. KESIMPULAN 1. Asupan energi dan zat gizi makro (karbohidrat, lemak dan protein) remaja SMU PGRI Maros yang banyak yang tergolong kurang. 2. Asupan zat besi dan vitamin C sebagaian tergolong kurang. 3. Siswa yang menderita gizi kurang (kurus) masih cukup tinggi, namun yang menderita obesitas jumlah kurang dari 1%. DAFTAR PUSTAKA Almatsier S., 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia, Jakarta Depkes RI, 1996. Pedoman Pemberian Besi Bagi Petugas. Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Fatma ZN, 2007. Korelasi Antara Asupan Makanan, Tingkat Pengetahuan Gizi, Pelayanan Kesehatan dan Sanitasi Lingkungan Dengan Status Gizi di Pesantren X Yogyakarta. dikutip dari: http://www.wikipedia.org Kartasaspoetra, Marsetyo, 2002. Ilmu Gizi, Korelasi Gizi, Kesehatan dan Produktivitas Kerja. PT. Rineka Cipta. Jakarta Soekirman, dkk. 2006. Hidup Sehat Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia. PT Primamedia Pustaka Jakarta. 19