BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dirinya serta mengembangkan kualitas sumber daya manusia beriman dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses perkembangan dan penyesuaian seseorang. dengan lingkungan masyarakat dan kebudayaan untuk meningkatkan

`BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan adalah guru karena dalam pelaksanaan pembelajaran selain

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sendiri menuju kedewasaan dan bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dan terencana untuk membentuk kepribadian manusia itu sendiri. 1

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik yang dapat memberikan pengaruhnya terhadap pertumbuhan baik

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia sehingga dapat bersaing dengan bangsa lain.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB I PENDAHULUAN. dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkan berfungsi untuk memenuhi dalam kehidupan, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. guru agar belajar lebih terarah dalam mencapai tujuan belajar. Guru memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cara kerja yang inovatif, keterampilan memanfaatkan fasilitas yang tersedia,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, dituntut sumber daya manusia yang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri/karakter dari dinamika di abad ke-21, yang merupakan abad

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. 1 Pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. Undang RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yang merumuskan bahwa: mempengaruhi sumber daya manusia (SDM) suatu Negara.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas baik melalui pendidikan informal di rumah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai posisi yang sangat penting dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No.20

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, dan sebagainya. Masing-masing faktor yang terlibat dalam. lain, akan tetapi saling berhubungan dan saling mendukung.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. kepada metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bagian dari IPA adalah fisika yang merupakan cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan kesuksesan masa depan masyarakat semuanya yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan kegiatan belajar agar siswa aktif mengembangkan potensi dirinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianggap belum mampu bersaing dengan dunia luar. hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur an Allah menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat. martabat orang yang berilmu. Oleh karena itu Allah berfirman :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek yang mempunyai peranan yang sangat

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sebagai upaya mengembangkan kemampuan atau potensi individu sehingga bisa hidup optimal baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya. 1 Pendidikan juga dipandang sebagai usaha sadar yang bertujuan, dan usaha mendewasakan anak. Kedewasaan sebagai asumsi dasar pendidikan mencakup kedewasaan intelektual, sosial, dan moral, tidak semata-mata kedewasaan dalam arti fisik. Pemerintah merumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan yang diharapkan bersama yaitu: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 Pendidikan adalah proses sosialisasi untuk mencapai kompetensi pribadi, dan sosial sebagai dasar untuk mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan 1 Sudjana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung : Sinar Baru Algesindo., 2005, h. 2 2 Direktorat Jendral Pendidikan Islam. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan. Jakarta : DEPAG RI, 2006 h. 8 1

2 kapasitas yang dimilikinya. Pendidikan tidak dimulai dan diakhiri di sekolah. Pendidikan dimulai dari lingkungan keluarga, dilanjutkan dan ditempa dalam lingkungan sekolah, diperkaya dalam lingkungan masyarakat dan hasil-hasilnya digunakan dalam membangun kehidupan pribadi, agama, keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan tempat berlangsungnya pendidikan, sekaligus tempat mengembangkan kepribadian, mengembangkan bakat, inovasi dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pemerintah mempercayakan kepada lembaga-lembaga pendidikan untuk mendidik dan mengarahkan siswa yang sedang tumbuh, baik fisik maupun kemampuan intelektualnya. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari segala sesuatu yang diamati dengan indra. 3 Penelitian tentang pembelajaran fisika menunjukkan banyak faktor yang membuat pembelajaran fisika menjadi menarik dan menghasilkan prestasi siswa yang tinggi, salah satu faktor terpenting untuk menghasilkan itu adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa terlibat secara aktif dalam mengamati, mengoperasikan alat, atau berlatih menggunakan objek konkrit sebagai hasil pelajaran. 4 Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan seseorang 3 K.Kamajaya, Inspirasi Sains Fisika,Jakarta: Ganeca Exact, 2007, h. 2 4 Supriyono Koes H, Strategi Pembelajaran Fisika, Malang: Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang, 2003, h.3

3 sebagai penerima pelajaran (siswa), sedangkan mengajar menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan oleh seorang guru yang menjadi pengajar. Jadi belajar mengajar merupakan proses interaksi antara guru dan siswa pada saat proses pengajaran. Proses pengajaran akan berhasil selain ditentukan oleh kemampuan guru dalam menentukan metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran, juga ditentukan oleh minat belajar siswa. 5 Berdasarkan hasil observasi di MTsN 1 Model Palangka Raya, kelas VII terdiri dari 6 (enam) kelas dengan jumlah siswa 240 orang dan jumlah guru mata pelajaran IPA (fisika) yang mengajar di kelas VII hanya 1 orang. Proses belajar mengajar di sekolah ini khususnya pada mata pelajaran fisika berlangsung selama 2 jam pelajaran. Rata-rata nilai siswa kelas VII ulangan harian untuk mata pelajaran fisika materi kalor yang mereka peroleh berkisar 65-70 yang mana belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yakni 75. Sekolah ini memiliki sarana dan prasarana yang menunjang dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah buku-buku di perpustakaan sudah memadai dan tersusun rapi, kondisi laboratorium IPA dalam keadaan baik, alat-alatnya dirawat dengan baik, penyusunan alat secara rapi, namun sebagian alat ada yang rusak dan tidak berfungsi lagi. Mata pelajaran fisika bagi sebagian besar siswa adalah mata pelajaran yang sulit, ini merupakan masalah utama yang dihadapi oleh para guru fisika. Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang anak murid merasa terbebani saat pembelajaran fisika, siswa banyak diam, jarang bertanya kepada guru, siswa 5 Tony. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Belajar Tuntas (mastery learning). Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta 2009. t.d (on line http://etd.eprints.ums.ac.id/3259/1/a410020040.pdf/ 1 Januari 2013)

4 cenderung memendam kesulitan memahami pelajaran, sehingga siswa susah dalam memahami materi yang di ajarkan olah gurunya. Berdasarkan wawancara dengan salah satu siswa kelas VII bahwa cara belajar yang cenderung menghafal terkadang membuat siswa sulit memahami materi fisika, dan kurang melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar, pengetahuan awal siswa terhadap pemahaman konsep tidak terlalu diperhatikan oleh guru, padahal pengetahuan awal itu modal utama dalam memahami sebuah konsep. Dalam proses belajar mengajar metode belajar yang digunakan oleh guru masih menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi dalam satu pertemuan sehingga, kurang melibatkan siswa secara aktif, terkadang suasana di ruang kelas kurang terkontrol, dan pengetahuan awal siswapun tidak diperhatikan. Model pembelajaran Novick merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pandangan konstruktivisme. Gagasan utama dari model ini adalah proses dari perubahan konseptual dari pengetahuan awal siswa pada proses pembelajaran. Proses perubahan konseptual ini terjadi melalui akomodasi kognitif. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran Novick dapat meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis SMP dan antusias siswa dalam pembelajaran cukup baik. 6 Model pembelajaran Novick 6 Rika Murdika Ulfah, Penerapan Model Pembelajaran Novik Melalui Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Pemecahan Masalah Matematis SMP. Skripsi.Universitas Pendidikan Indonesia 2011, h 82, t.d

5 juga dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika teori kinetik gas pada siswa SMA 7 Peneliti menggunakan model pembelajaran Novick dalam pembelajaran di MTsN 1 Model Palangka Raya khususnya pada kelas VII pada materi kalor, karena dalam pembelajaran sebelumnya cara mengajar gurunya tidak terlalu mengungkapkan pengetahuan awal siswa, sehingga dalam pembelajaran siswa susah untuk memahami sebuah konsep yang di ajarkan. Model pembelajaran Novick pengetahuan awal siswa sangat diperlukan untuk memahami sebuah konsep dari materi yang diajarkan, karena kosep awal siswa bersifat pribadi, sulit berubah, dan dapat menghambat pemahaman belajar lebih jauh. Oleh karena itu, perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh dalam pembelajaran agar siswa dapat mengembangkan konsepnya kearah konsepsi yang lebih ilmiah. 8 Pengetahuan awal dalam proses pembelajaran dapat membantu siswa membangun jembatan antara pengetahuan yang telah mereka pelajari. 9 Proses belajar mengajar pada materi kalor sering kali terdapat konflik atau perbedaan pendapat dalam menelaah sebuah konsep kalor. Banyak penelitian yang menemukan bahwa siswa memiliki konsepsi salah tentang kalor. Konsepsi salah yang dimiliki siswa tersebut adalah kalor merupakan partikel atau suatu zat yang mengalir. 7 Syatrul Iman, Penerapan Model Pembelajaran Novick Berbantuan Multimedia pada Materi Ajar Teorikinetik Gas untuk Meningkatkan Pemahamankonsep Fisika pada Siswa SMA. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia (on line http://id.scribd.com/doc/62382606/abstrak 19 Maret 2014) 8 Artoto Arkundato, dkk. Pembaharuan dalam Pembelajaran Fisika, Jakarta:Universitas Terbuka, 2007.h. 14 9 Trisna Sastraid, Hubungan Pengetahuan Awal dengan Hasil Belajar, 2013. (on-line http://mediafunia.blogspot.com/2013/03/hubungan-pengetahuan-awal-dengan-hasil.html. 1 April 2014).

6 Brook et al menemukan bahwa siswa memiliki konsepsi bahwa kalor merupakan materi fluida. Engel Clough & Driver juga menemukan bahwa seringkali siswa menggolongkan kalor sebagai suatu zat yang sama seperti materi fluida 10 Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas, maka peneliti mencoba melakukan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika dengan melaksanakan penelitian dengan judul: PERANAN MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DALAM PEMAHAMAN KONSEP KALOR BAGI SISWA KELAS VII SEMESTER II MTsN 1 MODEL PALANGKA RAYA TAHUN AJARAN 2013 / 2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dibuatlah perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi kalor dalam proses belajar mengajar dengan model pembelajaran Novick? 2. Bagaimana hasil belajar siswa pada materi kalor dalam proses belajar mengajar dengan model pembelajaran Novick? 3. Bagaimana respon siswa setelah proses belajar mengajar dengan model pembelajaran Novick pada materi kalor? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Peningkatan pemahaman konsep sisiwa dalam proses belajar mengajar dengan model pembelajaran Novick pada materi kalor. 10 Yeni Khristiani, Analisis Ragam dan Perubahan Konsepsi Kalor Siswa SMA Negeri 5 Malang. Skripsi, Universitas Negeri Malang, 2013. h.14. t.d.

7 2. Hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar dengan model pembelajaran Novick pada materi kalor. 3. Respon siswa setelah proses belajar mengajar dengan model pembelajaran Novick pada materi kalor. D. Kegunaan Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai informasi bagi siswa dalam upaya meningkatkan prestasi belajar Fisika. 2. Memberikan informasi atau masukan bagi guru fisika, tentang cara atau alternatif baru dalam penggunaan pembelajaran fisika yaitu model pembelajaran Novick. 3. Sebagai rujukan bagi peneliti berikutnya yang relevan. E. Definisi Konsep Definisi konsep bertujuan untuk menghindari kerancuan dan mempermudah pembahasan tentang konsep dalam penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan sebagai berikut : 1. Model pembelajaran Novick merupakan model pembelajaran yang berawal dari konsep belajar sebagai perubahan konseptual yang terdiri dari tiga fase, yaitu fase pertama, exposing alternative framework (mengungkap konsepsi awal siswa), fase kedua, creating conceptual conflict (menciptakan konflik konseptual) dan fase ketiga, encouraging cognitive accommodation (mengupayakan terjadinya akomodasi kognitif) 11 11 Rika Murdika Ulfah,., h 23

8 2. Pembelajaran adalah proses yang sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam diri individu 12 3. Pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya 13 4. Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. 14 5. Kalor adalah suatu bentuk energi dan merupakan suatu besaran yang dilambangkan Q dengan satuan joule (J), sedang satuan lainnya adalah kalori (kal). 15 F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 bagian: 1. Bab pertama, merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian. Dalam latar belakang penelitian ini digambarkan secara global penyebab serta alasan-alasan yang memotivasi penulis untuk melakukan penelitian ini. Setelah itu, dirumuskan secara sistematis mengenai masalah penelitian yang akan dikaji agar penelitian lebih terarah. Kemudian dilanjutkan dengan tujuan 12 Benny A. Probadi, Model Desain System Pembelajaran, Jakarta: Dian Rakyat, 2010, h. 10 13 Hariyadi Roni. Definisi Pemahaman Konsep Dalam Pembelajaran. 2012 (on line http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/03/pemahaman-konsep.html/ 29 juni 2013) 14 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2006, h.45. 15 Winarsih, Anni, IPA Terpadu Untuk SMP/MTs Kelas VII, Jakarta:Grasindo, 2008, h 131

9 dan manfaat penelitian serta definisi konsep untuk menghindari kerancuan dan mempermudah pembahasan dan terakhir dari bab pertama ini adalah sistematika pembahasan. 2. Bab kedua, memaparkan deskripsi teoritik yang menerangkan tentang variabel yang diteliti yang akan menjadi landasan teori atau kajian teori dalam penelitian yang memuat dalil-dalil atau argumen-argumen variabel yang akan diteliti. 3. Bab ketiga, metode penelitian yang berisikan pendekatan dan jenis penelitian serta wilayah atau tempat penelitian ini dilaksanakan. Selain itu di bab dua ini juga dipaparkan mengenai tahapan-tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik keabsahan data agar yang diperoleh benar-benar shahih dan dapat dipercaya. 4. Bab keempat, berisi hasil penelitian berupa dari data-data dalam penelitian dan pembahasan dari data-data yang diperoleh. 5. Bab kelima, kesimpulan dari penelitian yang menjawab rumusan masalah dan saran- saran dari peneliti dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya.