Ole: Rokmat S. Labib, M.E.I. Dan tidakla sama kebaikan dan kejaatan. Tolakla (kejaatan itu) dengan cara yang lebi baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuan seola-ola tela menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerakan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerakan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar (TQS Fusilat [41]: 34-35). Seorang Muslim arus mengiasi dirinya dengan berbagai aklak mamuda, sifat-sifat terpuji. Banyak ayat dan adits memerintakannya. Juga menjelaskan berbagai sifat yang terkategori sebagai sebagai sifat terpuji yang diperintakan syara. Di antara sifat tersebut adala aklak dalam mengadapi orang-orang yang berbuat keburukan teradap kita. Ayat ini memberikan tuntunan kepada kaum Muslim dalam menyikapi kejadian tersebut. Membalas dengan Kebaikan Alla SWT berfirman: Walâ yastawî al-asana wa lâ al-say`a (dan tidakla sama kebaikan dan kejaatan). Menurut al-ragib al-asfaani, secara baasa kata al asana digunakan untuk menyebut semua kenikmatan menyenangkan yang diperole manusia, baik pada diri, badan, maupun kondisinya. Sedangkan berarti sebaliknya. Dalam ayat ini juga ditegaskan bawa keduanya lâ yastawî (tidak sama). Sebagaimana diterangkan Ibnu Katsir, antara keduanya terdapat farq[un] azîm[un] (perbedaan besar). Diterangkan al-syaukani, al-asana yang dimaksud adala al-asana yang diridai Alla SWT dan diberikan paala. Sebaliknya, 1 / 5
adala yang dibenci Alla SWT dan diberikan ukuman atasnya. Penjelasan senada juga dikemukakan al-tabari. Dikatakan ole mufassir tersebut, tidak sama antara beriman dengan Alla dan mengerjakan ketaatan dengan menyekutukan-nya dan melakukan perbuatan maksiat kepada-nya. Di antara mufassir ada yang menafsirkan al-asana dan dalam ayat ini menunjuk kepada jenis tertentu. Fakruddin al-razi, misalnya, mengatakan bawa yang dimaksud dengan al-asana (keba ikan) di sini adala dakwa Rasululla SAW kepada agama yang aq, sabar teradap kebodoan orang-orang kafir, tidak melakukan pembalasan, dan tidak berpaling kepada mereka. Sedangkan al-say`a (keburukan, kejaatan) adala perkataan buruk yang mereka tampakkan, Hati kami tela terkunci dari apa yang kalian serukan kepada kami ; per kataan yang mereka sampaikan, Janganla kalia n mengikuti A l q uran ini dan anggapla tidak ada gunanya! Seola-ola Dia berfirman, Waai Muammad, perbuatanmu baik sementara perbuatan mereka buruk. Tidak sama antara kebaikan dan keburukan, dalam arti: Jika engkau membawa kebaikan, maka meniscayakan pengormatan di dunia dan paala di akirat. Sedangkan mereka berlaku sebaliknya. Maka tindakan buruk mereka tidak searusnya mencega kamu melakukan kebaikan. Perbuatan tersebut jelas termasuk dalam cakupan al-asana dan yang disebutkan ayat ini. Namun, karena lafadz ayat ini bersifat umum, maka tidak terbatas anya perbuatan tersebut. Sebagiamana dijelaskan al-syaukani, tidak ada indikasi yang menunjukkan al-a s a na (kebaikan) yang dimaksud untuk satu jenis ketaatan tertentu. Demikian pula dengan 2 / 5
(keburukan), tidak ada kekususan yang membatasi anya untuk jenis kemaksiatan tertentu. Kemudian Alla SWT berfirman: Idfa bi al-latî iya asan (tolakla [kejaatan itu] dengan cara yang lebi baik). Diterangkan al-syaukani, pengertian dari ayat ini adala: Tolakla keburukan jika datang kepadamu dengan pembalasan yang lebi baik; yakni membalas keburukan dengan kebaikan, dosa dengan maaf, kemaraan dengan kesabaran. Dikatakan Mujaid dan Ata, bi al-latî iya a san berarti dengan salam jika bertemu dengan orang yang dimusui. Selanjutnya Alla SWT menjelaskan tentang faeda dari sikap tersebut dengan firman-nya: fai dzâ al-ladzî baynaka wa baynau adâwa ka annau waliyy amîm (maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuan seola-ola tela menjadi teman yang sangat setia). Kata waliyy alîm berarti al-sadîq (saabat). Dikatakan Ibnu Katsir, apabila kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk kepadamu, maka kebaikan itu akan menuntun dia untuk mencintai dan condong kepadamu ingga dia beruba seola-ola saabat dekatmu karena kasi sayang dan kebaikannya. Abdurraman al-sa di menjelaskan, apabila ada orang yang melakukan keburukan kepadamu kususnya orang-orang yang memiliki ak yang besar teradapmu, seperti kerabat, saabat, dan semacamnya baik dengan ucapan maupun perbuatan, maka balasla dengan kebaikan. Jika memutuskan silaturaim, maka sambungla; jika menzalimimu, maafkanla; jika membincangkan keburukanmu, baik di depanmu atau di belakangmu, jangan dibalas, namun maafkan dan perlakukanla dengan perkataan yang lembut. Jika memutuskan ubungan dengan kamu dan tidak menyapamu, maka perbaikila perkataanmu teradapnya dan berikanla salam. Jika kamu membalas keburukan dengan kebaikan, akan mengasilkan faeda yang besar. Anugerakan bagi yang Sabar 3 / 5
Setela diterangkan tentang perinta membalas keburukan dengan keburukan beserta faedanya, kemudian Alla SWT berfirman: wa mâ yulaqqââ (sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerakan). Bawa Alla SWT tidak memberikan sifat terpuji tersebut, yakni kesedian membalas keburukan dengan kebaikan itu: illâ al-ladzîna sabarû (melainkan kepada orang-orang yang sabar). Yakni oang-orang yang memiliki sifat sabar. Menurut al-asfaani, al-sabr berarti menaan diri dalam kesusaan. Dikatakan al-tabari, tidak diberikan sifat mau membalas keburukan dengan kebaikan itu kecuali orang-orang yang sabar. Ditegaskan juga: Wamâ yulaqqââ illâ dzû azz[in] azîm[in] (dan tidak dianugerakan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar). Dikatakan Ibnu Abbas, azz[in] azîm[in] a dala bagian yang melimpa dari kebaikan. Sedangkan Mujaid dan Qatada menafsirkannya sebagai surga. Demikianla. Tindakan membalas kebaikan dengan kebaikan merupakan aklak terpuji yang diperintakan. Alla SWT berfirman: Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula) (TQS al-raman [55]: 60). Ayat ini memerintakan lebi dari itu. Yakni membalas keburukan dengan kebaikan. Tindakan ini bisa memberikan manfaat besar, baik orang yang membalas atau orang yang dibalas. Di antara kegunaannya, sebagaimana diiungkap ayat ini adala dapat mengantarkan kepada orang yang memusui menjadi kawan dekat. Semoga kita termasuk yang diberikan sifat sabar. Wal-Lâ a lam bi a-sawâb. Iktisar: 1. Membalas keburukan dengan kebaikan merupakan aklak terpuji yang diperintakan 2. Membalas keburukan dengan kebaikan dapat mengantarkan pelakunya (orang yang memusui) menjadi saabat dekatnya 3. Sifat terpuji itu anya diberikan kepada orang-orang yang memiliki sifat sabar 4 / 5
5 / 5