KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 2012 KETUA POKJA AMPL KABUPATEN MAGELANG. Rohadi Pratoto,SH.Msi NIP

dokumen-dokumen yang mirip
Kehutanan & Pertanian Lain. Transportasi & Pergudangan Informasi & Komunikasi Keuangan & Asuransi. Pertambangan/ Penggalian Industri Pengolahan

DATA JUMLAH RUMAH TIDAK LAYAK HUNI / RTLH (BERDASARKAN PERHITUNGAN INDIKATOR DATA PPLS 2011) KABUPATEN MAGELANG

DATA JUMLAH RUMAH TANGGA TIDAK ADA FASILITAS TEMPAT BAB (BERDASARKAN PERHITUNGAN INDIKATOR DATA PPLS 2011) KABUPATEN MAGELANG

Kepala Ruta Dengan Pendidikan Di Bawah 9. Jumlah Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Di Sektor Pertanian Arti Luas. Pertanian tanaman padi & palawija

PENDUDUK KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 ISBN : Katalog : No. Publikasi : Ukuran Buku Jumlah Hala

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DESA

LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1 KAJIAN SANITASI

Lampiran 1. Tabel Analisis Kesesuaian dan Alternatif Pemanfaatan

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 14 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 3 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

568,500,000 Oktober Distanbunhut Kab. Magelang. 21,000,000 Oktober Kabupaten Magelang. 13,000,000 Oktober Kabupaten Magelang

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

JADWAL MUSRENBANG DESA KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2019

17,400,000 Juni Distanbunhut Kabupaten Magelang (Pengadaan Almari) 3 Pengadaan peralatan gedung kantor Barang Pengadaan Peralatan Kantor

POTRET PEMBANGUNAN AIR MINUM, SANITASI DAN HIGIENE DI KABUPATEN MAGELANG DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAGELANG

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang

Daftar RA/BA/TA Tahun Jml Siswa

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KABUPATEN MAGELANG SD/SDLB

ANALISIS TEKNIS PEMILIHAN LOKASI TPA REGIONAL MAGELANG (KOTA MAGELANG DAN KABUPATEN MAGELANG)

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KABUPATEN MAGELANG SD/SDLB

Aspek Geografi dan Demografi

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb.

ANALISIS TEKNIS PEMILIHAN LOKASI TPA REGIONAL MAGELANG (KOTA MAGELANG DAN KABUPATEN MAGELANG)

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG

LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN

Aspek Kesejahteraan Rakyat

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH

KATA PENGANTAR. Bontang, November 2011 TIM STUDI EHRA KOTA BONTANG. Laporan Studi EHRA Kota Bontang

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Pohuwato.

KATA PENGANTAR. Bantaeng, 7 Desember 2016 Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten Bantaeng Ketua, ABDUL WAHAB, SE, M.Si Sekretaris Daerah

1.2 Maksud. 1.3 Tujuan dan Manfaat. 1.4 Pelaksana Studi EHRA

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA TERNATE TAHUN 2014

BAB 5 BUKU PUTIH SANITASI 2013

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KLATEN

( ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT ) KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN TAPIN

BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON

KEGAGALAN TEKNOLOGI BANJIR LAPINDO

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan)

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

LAPORAN STUDI EHRA BANJARBARU

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA SABANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kota Sabang

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BANJARMASIN

LAPORAN AKHIR STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan TAHUN 2015 KABUPATEN NGAWI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015

LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO

LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment)

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/kota karena:

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

LAMPIRAN 4 LAMPIRAN 4 PROGRAM KEGIATAN

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara. lain:

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BALANGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2013

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN MAGELANG

Laporan Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan

Pasir Pengaraian, Mei Bupati Rokan Hulu. H. Achmad, M.Si

BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

1.1 Latar Belakang. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunungkidul Halaman I-1

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN MAGELANG

Environmental Health Risk Assessment (EHRA) \ Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

B A B I I I ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN BANGGAI 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL KABUPATEN ROTE NDAO

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil study EHRA Kabupaten Magelang Tahun 2012. Laporan Study EHRA Kabupaten Magelang Tahun 2012 di susun dari hasil kajian dan pemetaan sanitasi yang merupakan gambaran awal dalam penyusunan Buku Putih sanitasi kabupaten untuk jangka menengah dilengkapi dengan informasi dari hasil kajian kelembagaan,keuangan,priority setting,studi media serta survey Penilaian resiko Kesehatan lingkungan atau EHRA juga survey yang berkaitan untuk diintegrasikan dalam Buku Putih Sanitasi ini. Laporan hasil Study EHRA merupakan dasar penyusunan Rencana Strategi Sanitasi kabupaten (SSK) tahun 2012-2015. Penyusunan rencana SSK melibatkan unsure elemen yang terlibat dalam sanitasi tingkat Kabupaten dan menjadi dasar yang kuat bagi pembahasan mengenai tahap,kebutuhan dan prioritas peningkatan sanitasi. Tim Pokja AMPL Kabupaten Magelang mengucapkan terimakasih kepada semua pihak serta seluruh komponen steakholder,masyarakat,skpd dan berbagai pihak yang telah menyumbangkan pikiran,tenaga dan waktu untuk proses penyusunan dan penyempurnaan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Magelang Tahun 2012. Harapan Buku putih Sanitasi ini dapat bermanfaat bagi pembangunan Sanitasi di kabupaten Magelang. Kota Mungkid, 2012 KETUA POKJA AMPL KABUPATEN MAGELANG Rohadi Pratoto,SH.Msi NIP.1960720 198403 1 010 i

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAGELANG Assmualaikum wr.wb Puji Syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa Hanya dengan rahmat dan hidayah-nya kegiatan Study Penilaian Resiko Kesehatan atau Study EHRA (Environmental Healt Risk Assessment ) sebagai bahan dari data Buku Putih Sanitasi Kabupaten Magelang dapat terselesaikan sesuai dengan Jadwal Penilaian resiko kesehatan lingkungan atau EHRA (Environmental Health Risk Assessment) adalah studi untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki resiko pada kesehatan warga. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup sumber air minum, layanan pembuangan, jamban, dan saluran pembuangan air limbah. Pada aspek perilaku dipelajari hal-hal yang terkait dengan higinitas dan sanitasi, antara lain cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak, dan pemilahan. Data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Kegiatan Sanitasi Kabupaten Magelang dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi kabupaten Pada saat sekarang ini, penanggulangan kemiskinan telah menjadi isu besar bagi pembangunan di Indonesia terutama tentang kondisi sanitasi di kawasan kumuh perkotaan. Segala proses yang berkenan dengan pembangunan sektor sanitasi sudah selayaknya menjadi perhatian bagi pemerintah kabupaten, sebagai wujud komitmennya untuk mensejahterakan masyarakat. Melalui studi EHRA ini, kami berharap bisa memberikan wawasan tentang permasalahan sanitasi di kabupaten Magelang untuk terwujudnya buku putih yang akan kami susun dalam program percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP), agar nantinya hasil ini bermanfaat sesuai dengan yang diharapkan. Dengan adanya kerjasama dan partisiapsi berbagai pihak, penyelenggaraan Study EHRA ini dapat berhasil dengan baik. Maka dalam hal ini kami memberikan penghargaan kepada seluruh Kader Kesehatan dan Sanitarian juga Kelompok Kerja pokja AMPL Kabupaten Magelang dan beberapa pihak yang telah mendukung Study EHRA. Akhirnya, semoga Study EHRA ini bermanfaat bagi semua pihak, kami pun menyadari laporan hasil Study Ehra ini masih banyak kekurangan. Semoga Allah SWT meridhoi kita semua dalam membangun masa Depan Kabupaten Magelang khususnya dan Indonesia umumnya yang lebih baik. Amin Wassalamualaikum Wr.Wb Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang dr. HENDARTO.M.Kes Pembina Utama Muda NIP 195805231985111001 ii

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAGELANG DAFTAR ISI... iii DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR DIAGRAM I. PENDAHULUAN... 1 II. METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA... 3 2.1. Penentuan Target Area Survey... 4 2.2. Penentuan Jumlah/Besar Responden... 15 2.3. Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei... 16 2.4. Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei... 17 III. HASIL STUDI EHRA KABUPATEN/ KOTA...... 19 3.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga... 20 3.2. Pembuangan Air Limbah Domestik... 24 3.3. Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir... 32 3.4. Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga... 35 3.5 Perilaku Higiene... 38 3.6 Kejadian Penyakit Diare... 43 IV. CATATAN PENUTUP... 45 LAMPIRAN... 46 - TABEL AREA BERESIKO SANITASI KABUPATEN MAGELANG iii

DAFTAR SINGKATAN APBD Bapedalda Bappeda Bappenas BPD BP BPN BPS CF DPU CSS CTPS DAK DAS DBD Depkes Diknas Dinkes Dispenda Ecoli EHRA FGD HU Infokom IPA IPAL Anggaran Perencanaan Pembangunan daerah Badan Pengendali Dampak Lingkungan Hidup Badan Perencana Pembangunan Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Badan Permusyawaratan Desa Buku Putih Badan Pertanahan Nasional Badan Pusat Statistik City Facilitator Dinas Pekerjaan Umum City Sanitation Strategy Cuci Tangan Pakai Sabun Dana Alokasi Khusus Dana Anggaran Satuan Demam Berdarah Dengue Departemen Kesehatan Dinas Pendidikan Nasional Dinas Kesehatan Kabupaten Dinas Pendapatan Daerah Escherichia Coli Environmental Health Risk Assessement Focused Group Discusion Hidran Umum Dinas Informasi dan Komunikasi Instalasi Pengolahan Air Istalasi Pengolahan Air Limbah iv

IPLTL ISPA IMB JAGA JAMBU Kel. Kec. KepMenKes Kesmas KU KK KMNLH KSM LSM LPM M & E MCK MDGs MUI Musrenbangkab Monev MPA MS MTP Musrenbang PAD Pamsimas PDAM PD. PAL Pemkab Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja dan Lindi Infeksi Saluran Pernafasan Akut Izin Mendirikan Bangunan Jamban Keluarga Jamban Umum Kelurahan Kecamatan Keputusan Menteri Kesehatan Kesehatan Masyarakat Kran Umum Kepala Keluarga Kementerian Lingkungan Hidup Kelompok Swadaya Masyarakat Lembaga Swadaya Masyarakat Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Monitoring dan Evaluasi Mandi Cuci Kakus Millenium Development Goals Majelis Ulama Indonesia Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kabupaten Monitoring dan Evaluasi Methodology for Participatory assessment Memenuhi Syarat Mini Treatment Plan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pendapatan Asli Daerah Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Masyarakat Perusahaan Daerah Air Minum Perusahaan Daerah Pengelola Air Limbah Pemerintah Kabupaten v

Pemprov Perda PHBS PKK PLN POKJA PSA Pemerintah Provinsi Peraturan Daerah Pola Hidup Bersih dan Sehat Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Perusahaan Listrik Negara Kelompok Kerja Participatory Sanitation Assessment PT Posyandu PromKes PU Puskesmas PPSP Rakor RBC RKPD RPJP RPJM RPJMD RSU RSUD RT RUTRK RW Sanimas Satpol PP SDM Sekda SIM Perseroan Terbatas Pos Pelayanan Terpadu Promosi Kesehatan Pekerjaan Umum Pusat Kesehatan Masyarakat Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Rapat Koordinasi Rotating Biological Contactor Rencana Kerja Pembangunan Daerah Rencana Pembangunan Jangka Pendek Rencana Pembangunan Jangka Menengah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Daerah Rukun Tetangga Rencana Umum Tata Ruang Kota Rukun Warga Sanitasi Oleh Masyarakat Satuan Polisi Pamong Praja Sumber Daya Manusia Sekretaris Daerah Sistim Informasi vi

Simpadu SK SKPD SPM SR SSK SWOT SWPG TA TMS Sistem Informasi Manajemen Terpadu Surat Keputusan Satuan Kerja Pembangunan Daerah Standar Minimal Pelayanan Sambungan Rumah Strategi Sanitasi Kota Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats Satuan Wilayah Pengendali Genangan Terminal Air Tidak Memenuhi Syarat TP TPA TPS TOGA TOR TTU TTPS Tupoksi UKS UPTD WB WC WSP-EAP Yankes 3R Tim Penggerak Tempat Pemprosesan Akhir Tempat Pembuangan Sementara Tokoh Agama Term of Reference Tempat-temat Umum Tim Teknis Pembangunan Sanitasi Tugas Pokok dan Fungsi Usaha Kesehatan Sekolah Unit Pelayanan Terpadu White Book Water Closed Water Sanitation Program East Asia & Pacific Layanan Kesehatan Reuse, Reduce, & Recycle vii

DAFTAR TABEL Tabel 3. Kecamatan dan Desa/Kelurahan terpilih untuk survey EHRA Kab.Magelang Tabel 3.1 Cara Pembuangan Sampah Tabel 1. Kategori Klaster Berdasarkan Kriteria Indikasi Lingkungan Beresiko Tabel 2. Hasil Klastering Desa/Kelurahan di Kab. Magelang Tabel 3.6 Anggota Keluarga Terakhir Yang Menderita Diare Tabel 3.2 Tempat BAB Tabel 3.3 Sumber Air Minum Tabel 3.4 Sumber Air Minum-Recode Tabel 4.1 Area Beresiko Sanitasi dan Penyebab Utamanya Kab.Magelang Tahun 2012 viii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Sosialisasi Kegiatan EHRA Gambar 2.1 Diskusi Pemetaan Klastering Desa/Kelurahan Studi EHRA Grafik 1.1 Distribusi Desa per Klaster untuk Penetapan Lokasi Studi EHRA Gambar 3.1 Enumerator dan Responden Gambar 3.2 Diagram Usia Ibu/Responden Gambar 3.3 Pengolahan Sampah Gambar 3.4 Diagram Penerima Layanan Gambar 3.5 Diagram Pemilihan Sampah 2 Gambar 3.6 Diagram Wadah Sampah Gambar 3.7 Contoh Jamban Cubluk Gambar 3.8 Diagram Pemilahan Sampah 1 Gambar 3.9 Diagram Kebersihan Gambar 3.8 MCK Komunal Gambar 3.9 Kualitas Tangki Septik 2-Indikatif Gambar 3.10 Cara Pengosongan Tangki Septik Gambar 3.11 Tempat Pembuangan Isi Tangki Septik Gambar 3.12 Grafik Kemampuan Anak Menggunakan Jamban Gambar 3.13 Grafik Tempat BAB Anak Gambar 3.14 Tempat BAB Anak 2 Gambar 3.15 Keamanan Penanganan Kotoran Anak Gambar 3.16 Sarana Pembuangan Air Limbah & Air Hujan Gambar 3.17 Peta Topografi Kab. Magelang Gambar 3.18 Genangan Air Gambar 3.19 Sarana Air Bersih Gambar 3.20 Diagram Kualitas Sumur Gambar 3.21 Diagram Kelangkaan Sumber Air Gambar 3.22 Diagram Pemakaian Sabun Gambar 3.23 Diagram Cuci Tangan pakai Sabun-Umum Gambar 3.24 Cuci Tangan pakai Sabun-Ibu dengan Balita Gambar 3.25 Cuci Tangan pakai Sabun-Umum Gambar 3.26 Skor Cuci Tangan pakai Sabun-Ibu dengan Balita ix

DAFTAR DIAGRAM Diagram 3.1 Kualitas Tangki Septik - Indikatif x

Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten sampai ke Desa/Kelurahan. Dari Hal ini. Kabupaten Magelang dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena: gambar 1.1 sosialisasi hasil studi ehra 1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat 2. Data terkait dengan sanitasi dan higiene terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda 3. Isu sanitasi dan higiene masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat dalam prioritas usulan melalui Musrenbang; 4. Terbatasnya kesempatan untuk dialog antara masyarakat dan pihak pengambil keputusan. 5. EHRA secara tidak langsung memberi amunisi bagi stakeholders dan masyarakat di tingkat desa/kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama masyarakat atau stakeholders kelurahan/desa 6. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah: 1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan 2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi 3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey yang handal 4. menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten Magelang 1

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) AMPL Kabupaten Magelang. Selanjutnya, data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Magelang dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kabupaten. 2

EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja AMPL Kabupaten Magelang Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke lapangan, para sanitarian dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 2 (dua) hari berturut-turut. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan Gambar 2.1 Diskusi pemetaan klastering desa / kelurahan studi ehra pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen. Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Bapak (Kepala Rumah Tangga) atau Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan diuji kembali dalam hari kedua pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh sanitarian sehingga responden memahami betul hakhaknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar. Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang telah terlatih dari PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS. 3

Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri direcheck kembali oleh tim Pokja AMPL Kabupaten Magelang. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali. Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kabupaten semata. Agar efektif, Pokja AMPL Kabupaten Magelang diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut: 1. Penanggungjawab : Pokja-Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang 2. Koordinator Survey : Pokja AMPL Kabupaten Magelang 3. Anggota : BAPPEDA, Bappermas, KLH, DKP, Infokom, dll 4. Koordinator wilayah/kecamatan : Kepala Puskesmas 5. Supervisor : Sanitarian Puskesmas 6. Tim Entry data : Bag. Pengolahan Data, Bappeda, BPS 7. Tim Analisis data : Pokja AMPL Kabupaten Magelang 8. Enumerator : Kader aktif kelurahan (PKK, Posyandu, KB, dll) 2.1 Penentuan Target Area Survey Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah Probability Sampling dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah Cluster Random Sampling. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten Magelang mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan. Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut: 1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa. 2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut: 4

( Pra-KS + KS-1) Angka kemiskinan = -------------------------------- X 100% KK 3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan oleh masyarakat setempat 4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut. Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kabupaten Magelang menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 1. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kabupaten Magelang Tabel 1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko Katagori Klaster Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 Kriteria Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko. Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko Klastering wilayah di Kabupaten Magelang menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 2. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. 5

Tabel 2. Hasil klastering desa/ kelurahan di Kabupaten Magelang No. Klaster Jumlah Kecamatan Kelurahan 1 4 0 desa - - 2 3 4 desa Salaman Salaman Muntilan Pucungrejo Mungkid Blondo Mertoyudan Sukorejo 3 2 167 Ngargoretno Salaman Paripurno Kalirejo Menoreh Ngadirejo Kebonrejo Kalisalak Sriwedari Tanjunganom Banjarharjo Purwosari Ngampeldento Sidosari Margoyoso Kaliabu Borobudur Giripurno Giritengah Tuksongo Manjaksingi Kenalan Ngargogondo Wanurejo Borobudur Tanjungsari Karanganyar Karangrejo Ngadiharjo Kebonsari Tegalarum Wringinputih 6

No. Klaster Jumlah Kecamatan Kelurahan Salam Srumbung Dukun Sawangan Muntilan Mungkid Mertoyudan Tersangede Sucen Mantingan Pandanretno Tegalrandu Jerukagung Kradenan Ngablak Bringin Mranggen Ngadipuro Kalibening Ngargomulyo Mangunsoko Sewukan Sengi Paten Krinjing Gantang Tanjung Adikarto Keji Gunungpring Taman Agung Sedayu Muntilan Ngrajek Mendut Paremono Pabelan Bojong Pagersari Mungkid Bumirejo Senden Treko Pasuruan Bondowoso Banjarnegoro Bulurejo 7

8 No. Klaster Jumlah Kecamatan Kelurahan Tempuran Ringinanom Kalisari Jogomulyo Growong Temanggal Pringombo Tugurejo Kajoran Bumiayu Madugondo Bangsri Wadas Pandansari Banjaragung Sidorejo Kaliangkrik Ngawonggo Munggangsari Ngargosoko Ngendrokilo Temanggung Pangarengan Mangli Selomoyo Banjarejo Giriwarno Girirejo Kebonlegi Balerejo Beseran Bumirejo Ketangi Adipuro Bandongan Trasan Rejosari Candimulyo Tempak Candimulyo Giyanti Kembaran Tembelang Trenten Bateh Surodadi

9 No. Klaster Jumlah Kecamatan Kelurahan Pakis Pakis Daseh Gumelem Kaponan Kragilan Ketundan Munengwarangan Gondangsari Muneng Ngablak Ngablak Jogonayan Pandean Jogoyasan Kanigoro Selomirah Pagergunung Seloprojo Grabag Grabag Sumurarum Banyusari Ngasinan Banaran Baleagung Klegen Seworan Tlogorejo Salam Sugihmas Lebak Tegalrejo Tegalrejo Soroyudan Sidorejo Sukorejo Kebonagung Mangunrejo Secang Donorejo Candisari Jambewangi Payaman Sidomulyo Purwosari Donomulyo

No. Klaster Jumlah Kecamatan Kelurahan 4 1 175 Windusari Salaman Borobudur Ngluwar Salam Srumbung 10 Pasangsari Bandarsedayu Balesari Kembangkuning Tanjungsari Wonoroto Genito Kentengsari Umbulsari Dampit Girimulyo Gunungsari Mangunsari Gondangrejo Krasak Sawangargo Jebengsari Sidomulyo Kembanglimus Bumiharjo Candirejo Sambeng Bigaran Bligo Pakunden Somokaton Ngluwar Plosogede Blongkeng Salam Kadiluwih Somoketro Jumoyo Tirto Baturono Sirahan Seloboro Gulon Sudimoro Kaliurang Kamongan Banyuadem Srumbung Kemiren Nglumut

11 No. Klaster Jumlah Kecamatan Kelurahan Dukun Ketunggeng Wates Banyubiru Banyudono Dukun Sumber Keningar Sawangan Gondowangi Sawangan Krogowanan Kapuhan Ketep Wonolelo Banyuroto Wulunggunung Mangunsari Muntilan Sukorini Sriwedari Congkrang Menayu Gondosuli Mungkid Progowati Sawitan Rambeanak Ambartawang Gondang Mertoyudan Deyangan Donorejo Kalinegoro Jogonegoro Danurejo Sumberejo Banyurojo Mertoyudan Tempuran Sumberarum Sidoagung Tanggulrejo Girirejo Tempurejo Prajeksari Bawang

No. Klaster Jumlah Kecamatan Kelurahan Kajoran Kaliangkrik Bandongan Candimulyo Pakis 12 Wonogiri Kwaderan Ngargosari Ngendrosari Lesanpuro Banjaretno Krinjing Mangunrejo Sambak Bambusari Wuwuharjo Pandanretno Krumpakan Sangen Pucungroto Sukomulyo Sukorejo Sutopati Sukomakmur Kaliangkrik Maduretno Balekerto Bandongan Gandusari Banyuwangi Kebonagung Ngepanrejo Surojoyo Sidomulyo Mejing Podosoko Tampir kulon Tampir Wetan Purworejo Sonorejo Banyusidi Losari Daleman Kidul Petung Bawang Kajangkoso Kenalan Pogalan Gejagan Jambewangi

No. Klaster Jumlah Kecamatan Kelurahan Ngablak Grabag Tegalrejo Tejosari Sumberejo Girirejo Genikan Madyogondo Keditan Magersari Kartoharjo Sidogede Citrosono Kleteran Kalikuto Banjarsari Sambungrejo Tirto Ketawang Cokro Losari Ngrancah Pesidi Giri Wetan Pucungsari Purwosari Dlimas Banyusari Tampingan Banyuurip Glagahombo Purwodadi Wonokerto Dawung Klopo Japan Ngasem Girirejo Ngadirejo Donorojo 13

No. Klaster Jumlah Kecamatan Kelurahan 5 0 26 desa Secang Windusari Ngluwar Srumbung Sawangan Muntilan Tempuran Kajoran Bandongan Candimulyo Pakis Grabag Secang 14 Secang Madusari Madyocondro Ngabean Candiretno Pancuranmas Kalijoso Ngadirojo Karangkajen Pucang Girikulon Pirikan Windusari Candisari Banjarsari Semen Ngemplak Kalijoso Jamuskauman Karangtalun Ngargosoko Polengan Jati Butuh Tirtosari Podosoko Soronalan Ngawen Kemutuk Madukoro Kajoran Sidowangi Salamkanci Sukodadi Tonoboyo Sidorejo Kedungsari Sukosari Kalegen Tegalsari Tempursari Rejosari Kalipucang Krincing

Jadi hasil klastering wilayah desa/kelurahan di Kabupaten Magelang yang terdiri atas 372 desa/kelurahan menghasilkan distribusi sebegai berikut: 1) klaster 0 sebanyak 6,99 %. 2) klaster 1 sebanyak 47,04 %, 3) klaster 2 sebanyak 44,89 %, 4) klaster 3 sebanyak 1,08 %. Untuk lebih jelasnya distribusi desa kedalam klaster tersebut dapat dilihat pada Grafik 1. Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA 60 53 57 50 40 32 30 20 10 5 4 0 Klaster 0 1 2 3 4 Jumlah 5 53 57 32 4 Grafik 1. Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA 2.2 Penentuan Jumlah/Besar Responden Untuk mendapatkan gambaran kondisi sanitasi di tingkat kabupaten Magelang dengan presisi tertentu, tidak dibutuhkan besaran sampel yang sampai ribuan rumah tangga. Sampel sebesar 40 responden untuk tiap kelurahan/desa, dengan teknik statistik tertentu dan dianggap sebagai jumlah minimal yang bisa dianalisis. Akan tetapi, dalam praktiknya, bila ditargetkan 40, seringkali tidak memenuhi target, dikarenakan oleh sejumlah error (kesalahan pewawancara, entry team, kuesioner, dll), sehingga seringkali sampel yang ditargetkan 40 hanya terealisir sekitar 20-25 saja. Berdasarkan pengalaman tersebut, maka jumlah sampel untuk tiap kelurahan/desa diambil sebesar 40 responden. Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/kota dapat dengan cara sederhana untuk yaitu dengan menggunakan Tabel Krejcie-Morgan yang mempunyai tingkat kepercayaan 95%, sebagai berikut. 15

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah % % KK Sampel KK Sampel KK Sampel % 10 10 100% 220 140 64% 1200 291 24% 15 14 93% 230 144 63% 1300 297 23% 20 19 95% 240 148 62% 1400 302 22% 25 24 96% 250 152 61% 1500 306 20% 30 28 93% 260 155 60% 1600 310 19% 35 32 91% 270 159 59% 1700 313 18% 40 36 90% 280 162 58% 1800 317 18% 45 40 89% 290 165 57% 1900 320 17% 50 44 88% 300 169 56% 2000 322 16% 55 48 87% 320 175 55% 2200 327 15% 60 52 87% 340 181 53% 2400 331 14% 65 56 86% 360 186 52% 2600 335 13% 70 59 84% 380 191 50% 2800 338 12% 80 66 83% 420 201 48% 3500 346 10% 85 70 82% 440 205 47% 4000 351 9% 90 73 81% 460 210 46% 4500 354 8% 95 76 80% 480 214 45% 5000 357 7% 100 80 80% 500 217 43% 6000 361 6% 110 86 78% 550 226 41% 7000 364 5.2% 120 92 77% 600 234 39% 8000 367 4.59% 130 97 75% 650 242 37% 9000 368 4.09% 140 103 74% 700 248 35% 10,000 370 3.70% 150 108 72% 750 254 34% 15,000 375 2.50% 160 113 71% 800 260 33% 20,000 377 1.89% 170 118 69% 850 265 31% 30,000 379 1.26% 180 123 68% 900 269 30% 40,000 380 0.95% 190 127 67% 950 274 29% 50,000 381 0.76% 200 132 66% 1000 278 28% 75,000 382 0.51% 210 136 65% 1100 285 26% 100,000 384 0.38% 2.3 Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin di atas maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 20 desa/ kelurahan secara random. Hasil pemilihan ke 372 desa/ kelurahan tersebut disajikan pada Tabel 3 sebagai berikut: 16

Tabel 3. Kecamatan Dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA Kabupaten Magelang No Klaster Kecamatan Desa/Kel Terpilih Jumlah Dusun Jumlah RT Jml Dusun/R T terpilih Jumlah Responden 1 4 - - - - - - 2 3 Mertoyudan Sukorejo 40 Salaman Purwosari 40 Borobudur Wringinputih 40 Dukun Krinjing 40 3 2 Mungkid Treko 40 Tempuran Temanggal 40 Kaliangkrik Ngendrokilo 40 Grabag Seworan 40 Windusari Mangunsari 40 Salaman Sawangargo 40 Salam Somoketro 40 Muntilan Sriwedari 40 Tempuran Girirejo 40 4 1 Kajoran Sukomulyo 40 Candimulyo Tampir Wetan 40 Pakis Losari 40 Grabag Giri Wetan 40 Tegalrejo Girirejo 40 Secang Candiretno 40 5 0 Grabag Kalipucang 40 2.4 Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data RT per RW per kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Jumlah RT per kelurahan adalah 8 (delapan) RT. Untuk menentukan RT terpilih, silahkan ikuti panduan berikut. Urutkan RT per RW per kelurahan. Tentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT total dan jumlah yang akan diambil. Jumlah total RT kelurahan : X. Jumlah RT yang akan diambil : Y Maka angka interval (AI) = jumlah total RT kelurahan / jumlah RT yang diambil. AI = X/Y (dibulatkan) misal pembulatan ke atas menghasilkan Z, maka AI = Z 17

Untuk menentukan RT pertama, kocoklah atau ambilah secara acak angka antara 1 Z (angka random). Sebagai contoh, angka random (R#1) yang diperoleh adalah 3. Untuk memilih RT berikutnya adalah 3 + Z=... dst. Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Tahapannya adalah sbb. Pergi ke RT terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung. Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang akan diambil, misal 5 (lima) diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5 Ambil/kocok angka secara random antara 1 AI untuk menentukan Angka Mulai (AM), contoh dibawah misal angka mulai 2 Menentukan rumah selanjutnya adalah 2 + AI, 2 + 5 = 7 dst. 18

Persentase Responden dalam studi EHRA, seperti yang dipaparkan dalam bagian metodologi, di fokuskan kepada Ibu atau perempuan yang telah menikah atau cerai atau janda yang berusia 18-55 tahun. Pembatasan usia ini diperlakukan secara fleksibel, terutama pada pelaksanaan study yang dilakukan pada masyarakat. Hal ini tergantung pada penilaian kader Posyandu sebagai enumerator yang banyak menentukan respondennya. Terkait Gambar 3.1 enumerator dan responden dengan usia responden, bilamana ditemukan usia responden melebihi batas atas 55 tahun dan responden tersebut masih terlihat cukup merespon pertanyaan-pertanyaan dari enumerator, maka calon responden tersebut dipertimbangkan dapat masuk dalam perioritas responden. Sebaliknya, meskipun usia responden belum mencapai 55 tahun, apabila performa komunikasinya kurang memadai maka ibu itu dapat di keluarkan dari daftar calon responden. Usia Responden 100.0 80.0 60.0 40.0 20.0 0.0 4.9 20.8 34.3 26.1 14.0 Kelompok Usia 18-25 Tahun 26-35 Tahun 36-45 Tahun 46-55 Tahun Lebih dari 55 Tahun Gambar 3.2 Diagram Usia Ibu/Responden N= 800, bobot, Filter- wawancara, jawaban tunggal A4 Usia responden Berdasarkan Gambar 3.2, sebagian besar ibu yang menjadi responden berusia antara 36-45 tahun, yaitu sebesar 34,3 % dari total responden. Urutan kedua usia ibu yang menjadi responden berusia 46 55 tahun, sekitar 26,1 % dari total responden. Sementara ibu dengan usia 26 35, yaitu sebesar 20,8 %. Usia ibu lebih dari 55 tahun namun dapat diprioritaskan sebagai responden sebesar 14%. Proporsi terkecil usia ibu sebagai responden 19

adalah ibu dengan rentangan umur termuda 18 25 tahun sebesar 4,9 % dari total responden. 3.1 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Sampah merupakan masalah yang sangat memprihatinkan dan merupakan sumber penyakit terutama rumah tangga yang semakin hari-semakin komplek (Gambar 3.3) permasalahannya dan tidak bisa ditangani dengan sistem peran yang ada. Maka untuk menangani limbah rumah tangga terutama skala kabupaten perlu adanya peran serta masyarakat. Pengelolaan/ pengolahan Gambar 3.3 pengolahan sangat penting dilakukan di tingkat rumah tangga dengan pemilahan dan pemanfaatan atau penggunaan ulang, misalnya dijadikan bahan baku kerajinan atau dijadikan kompos. Seperti yang telah dilakukan di Desa Gunungpring, Desa Pasuruhan dimana rumah tangga dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan dan hasil penjualannya dapat menambah penghasilan rumah tangga. Permasalahan per yang dipelajari dalam studi EHRA antara lain: 1) cara pembuangan 2) frekuensi dan pendapat tentang ketepatan pengangkutan bagi rumah tangga yang menerima layanan pengangkutan 3) praktek pemilahan. Pembuangan di tingkat rumah tangga diindentifikasikan melalui jawaban verbal yang di sampaikan oleh responden. Kuesioner study EHRA terdiri dari 44 opsi jawaban yang di katagorikan menjadi 6 pertanyaan yaitu; 1) Bagaimana kondisi di lingkungan RT/RW rumah ibu 2) Bagemana rumah tangga di kelola 3) Jika mendaur ulang,apa saja jenis yang dipilah/dipisahkan sebelum di buang 4) Seberapa sering petugas mengangkut dari rumah 5) Apakah selalu di angkut tepat waktu 6) Layanan pengangkutan oleh tukang yang di bayar. Dimana 2 kelompok pertanyaan ini untuk katogori 1 dan 2 atau yang mendapatkan layanan pengangkutan merupakan cara-cara yang memiliki resiko kesehatan yang paling rendah. Katogori 3 dan 4 merupakan resiko yang paling berpotensi resiko kesehatannya terutama di daerah yang padat penduduknya (wilayah perkotaan). Tentang sisi layananan pengaangkutan juga melihat dari aspek frekuensi atau kekerapan dan ketetapan waktu pengangkutan. Walau sebuah rumah tangga menerima pelayanan,resiko kesehatan tetap tinggi bila frekuensi pengangkutan terjadi lebih lama dari satu minggu sekali. Ketepatann pengangkutan digunakan untuk menggambarkan seberapa konsisten ketetapan/kesepakatan tentang frekuensi pengangkutan yang berlaku. Enumerator dalam kegiatan studi EHRA di wajibkan untuk mengamati wadah penyimpanan di rumah tangga. Secara mendetail data yang di peroleh dari cara utama membuang rumah tangga 20

baik di desa maupun kelurahan di Kabupaten Magelang secara sampel bisa di lihat pada tabel terlampir. Tabel 3.1 menggambarkan secara mendetail cara-cara pembuangan oleh rumah tangga di Kabupaten Magelang. Umumnya rumah tangga di Kabupaten Magelang mengelola sendiri penanganan rumah tangganya. Terlihat di dalam tabel 3.1 bahwa pembuangan di Kabupaten Magelang oleh rumah tangga paling banyak dijumpai adalah membuang dihalaman rumah, dalam lubang yang kemudian di bakar atau didiamkan membusuk, yaitu sebanyak 51,4 %. Proporsi pembuangan dikumpulkan dirumah untuk kemudian diangkut oleh petugas sangat kecil, proporsi ini terdiri dari 0,2 % diangkut oleh petugas Pemda/kelurahan, 1,2% diangkut oleh masyarakat/rt/rw. Kelompok kedua adalah rumah tangga yang membuang dihalaman rumah tanpa ada lubang kemudian dibakar, yaitu sebanyak 12,4%. Sementara kelompok rumah tangga yang membuang ke sungai proporsinya sangat kecil, yaitu 1,6%. Hal ini dapat menggambarkan bahwa kesadaran masyarakat untuk tidak membuang di sungai mulai tumbuh. Selain membuang ke sungai sebagian kelompok membuang diluar rumah seperti di sungai kecil, parit, kolam ikan/ tambak. Tabel 3.1 : Cara Pembuangan Sampah N=800, Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, jawaban tunggal C2 Utamanya, Sampah rumah tangga di kelola? Frekuensi Persentase Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang 25 0.2 Dikumpulkan dan di buang ke TPS 35 1.2 Dibakar 60 0.6 Dibuang ke dalam lubang dan di tutup dengan tanah 15 0.2 Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah 125 2.4 Dibuang ke sungai/kali 102 4.4 Dibiarkan saja sampai membusuk 237 51.4 Dibuang ke lahan kosong/kebun dan di biarkan membusuk 132 4.4 Lainnya (sebutkan) 69 0.6 Total 800 100 Cara pembuangan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat resiko kesehatan lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat. Penanganan yang aman yaitu rumah tangga mendapatkan pelayanan pengangkutan yang memadai. Untuk mengidentifikasi tingkat resiko kesehatan lingkungan, cara pembuangan kemudian di sederhanakan menjadi dua kategori besar, yaitu 1) penerima layanan, dan 2) non penerima layanan Terkait dengan penerima layanan pengangkutan, Gambar 3.4 menunjukkan bahwa sekitar 4,1 % rumah tangga di Kabupaten Magelang yang 21

menerima layanan pengangkutan, sementara 84,4 % tidak menerima layanan pengangkutan. Hal ini disebabkan, karena mayoritas masyarakat membuang di dalam lubang yang berada di halaman rumahnya. Pelayanan Pengangkutan Sampah menerima layanan, 4.1 tidak spesifik, 11.6 tidak menerima layanan, 84.4 tidak menerima layanan menerima layanan tidak spesifik 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 persentase Gambar 3.4: Diagram Penerima Layanan N=800, Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, jawaban tunggal; C4 Seberapa sering petugas mengangkut dari rumah? Volume yang dihasilkan oleh rumah tangga semakin hari semakin meningkat sebanding dengan tingkat konsumsi. Semakin tinggi tingkat konsumsi masyarakat, maka yang dihasilkan juga semakin banyak. Gaya hidup manusia memiliki peran penting, karena jenis yang dihasilkan tidak terlepas dari pola konsumsi masyarakat. Semakin kompleksnya aktivitas manusia dan perkembangan teknologi, jenis yang dihasilkannyapun beragam. Sampah tidak hanya terdiri dari organik dan anorganik, tetapi juga dihasilkan yang sulit diurai di alam, bahkan golongan bahan berbahaya dan beracun. Rumah tangga sebenarnya dapat berperan aktif dalam mengurangi volume. Pengurangan volume ini dapat dilakukan dengan pemilahan dan memanfaatkan kembali atau mengolah kembali - tertentu. Studi EHRA ini mencoba mengetahui sejauh mana pengurangan volume telah dilaksanakan. Pemilahan rumah tangga di Kabupaten Magelang belum banyak dilakukan, seperti terlihat pada Tabel 3.1 hanya 0,2 % rumah tangga yang melakukan pemilahan. Berdasarkan Gambar 3.5, pemilahan yang terbuat dari logam, gelas atau plastik sekitar 54,3% dari rumah tangga yang melaporkan melakukan pemilahan. Sementara 45,7% melakukan pemilahan bahan organik atau basah atau dikenal sebagai dapur 22

Pemilahan Sampah 54.3 45.7 40.0 42.0 44.0 46.0 48.0 50.0 52.0 54.0 56.0 persentase organik/ basah/dapur logam/gelas/plastik Gambar 3.5: DiagramPemilahan Sampah 2 N=, 800, Filter:EO.2.3=1 Bobot: per kelurahan, wawancara, jawaban tunggal; C3 Jenis apa yang ibu pisahkan?organi/ basah/ dapur,logam/gelas/ plastik Informasi mengenai wadah sementara yang digunakan rumah tangga untuk menyimpan. Wadah permanen yang tertutup merupakan wadah paling aman dari wadah lainnya. Namun sayangnya wadah paling aman ini memilki proporsi sedikit, yaitu hanya 0,1%. Mayoritas rumah tangga di Magelang menyimpan nya di keranjang yang diletakkan di dalam rumah, yaitu sekitar 41,7%. Secara umum rumah tangga yang menyimpan nya pada wadah yang kurang aman masih cukup banyak, contohnyan: 1) Lobang 28,1%, 2kantong plastik ditumpuk di luar rumah 9,2%, 3)keranjang diluar rumah 7,9 %, dan 4) kantong plastik ditumpuk di dalam pekarangan rumah 6%. Terlihat pada gambar 3.6 6.0 0.3 2.4 3.6 7.9 0.1 0.7 9.2 28.1 wadah 41.7 kantong plastik di dalam pekarangan rumah kantong plastik digantung di pagar kantong plastik ditumpuk di luar rumah keranjang di dalam rumah keranjang di pekarangan rumah keranjang di luar rumah bak permanen tertutup bak permanen terbuka lobang di tumpuk saja di wadah Gambar 3.6 : Diagram Wadah Sampah 23

N=800, Bobot: per kelurahan, wawancara, jawaban tunggal; C2 Bagemana rumah tangga di kelola, AO4.1Penangan rumahtangga di dapur,. 3.2. Pembuangan Air Limbah Domestik Praktek BAB (buang air besar) di tempat yang kurang memadai merupakan salah satu faktor meningkatnya resiko status kesehatan masyarakat. Selain mencemari tanah (field), juga mencemari sumber air minum warga. Tempat BAB yang tidak memadai bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka seperti sungai/kali/got/kebun tetapi juga menggunakan sarana jamban di rumah yang mungkin dianggap nyaman, tapi sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai. Sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai, misal yang tidak kedap air dan berjarak terlalu dekat dengan sumber air minum. Dalam studi EHRA untuk jamban dapat klasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori besar yakni 1) Jamban siram/leher angsa 2) jamban/ non siram/ tanpa leher angsa dan 3) tak ada fasilitas. Dimana pilihan-pilihan pada dua katogeri pertama akan dispesifikasikan dengan melihat tempat penyaluran tinja yang mencakup ke pipa pembuangan khusus (sewerage), tangki septik, cubluk, lobang galian, sungai, kali, parir, got. Gambar 3.7 Contoh Jamban Cubluk Informasi tentang jenis jamban rumah tangga didapat dari wawancara dan pengamatan secara langsung maka akan terbuka munculnya salah persepsi tentang jenis yang di miliki, terutama bila dikaitkan dengan sara penyimpanan /pengolahan hal ini disebabkan masyarakat/warga bahwa yang dimiliki adalah tangki septik. Sedangkan tangki septik yang di maksud tangki yang tidak kedap air atau cubluk dimana isinya dapat merembes ke tanah. 24

Untuk studi EHRA ini juga mengajukan sejumlah pertanyaan konformasi yang dapat mengindentifikasikan status keamanan tangki septik yang dimiliki rumah tangga, seperti Kapan tangki septik dikosongkan?; Siapa yang mengosongkan tangki septic ibu dan sudah berapa lama tangki septick itu di bangun? Sedangkan untuk pengamatan yang dilakukan oleh enumerator ada sejumlah aspek/fasilitas yang diamati misalnya ketersediaan air, sabun, Juga kebersihan jamban dengan melihat,apakah terlihat jentikjentik nyamuk dalam bak air/ember? Hasil survey EHRA tentang Jamban dan BAB memaparkan informasi tentang jumlah pengguna jamban yang mengindikasikan besarnya beban yang di tanggung oleh fasilitas sanitasi rumah tangga. Tabel 3. 2 : Tempat BAB N=800, Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, jawaban tunggal; D.1 Dimana anggota keluarga yang sudah dewasa bila ingin buang air besar? Tempat BAB Frekuensi Persentase Jamban pribadi 230 40.0 MCK/WC umum 125 46.6 Ke WC helicopter di Empang/Kolam 85 18.3 Ke Sungai/pantai/laut 170 4.5 Ke kebun/pekarangan rumah 10 0.5 Keselokan/parit/got 145 5.4 Ke lubang galian 10 0.8 Lain-lain 14 0.9 Tidak tahu 11 0.7 Total 800 100 Fasilitas BAB yang banyak digunakan di Kabupaten Magelang adalah jamban siram/ leher angsa yang disalurkan ke tangki septik yaitu sekitar 40,0%, seperti ditunjukkan dalam Tabel 3.2. Sementara rumah tangga yang langsung membuang tinja ke ruang terbuka terdiri dari 1) jamban siram/leher angsa disalurkan ke cubluk 18,3%, 2)gantung diatas sungai 11,4%, 3) tidak ada fasilitas: disungai/kali/parit/got 8,2 %, 4) jamban siram/ leher angsa disalurkan ke kolam 5,4%, dan 5) jamban siram/ leher angsa disalurkan ke sungai/ kali/ parit 4,5%. Hasil survei EHRA rumah tangga yang melaporkan menggunakan tangki septik di Kabupaten Magelang hanya sekitar 47,,4%. Data ini tidak memberikan informasi verbal mengenai kualitas dan keamanan tangki septik yang digunakan rumah tangga tersebut. Untuk mengetahui apakah benar yang dilaporkan tanki septik adalah benar tangki septik. EHRA kemudian menindaklanjuti dengan pertanyaan: apakah tanki septik itu pernah dikosongkan?; kapan tangki septik dikosongkan?; dan sudah berapa lama tangki septik itu dibangun?. Secara mudah dapat diketahui tangki septik yang diragukan atau keliru bila lebih dari lima tahun namun belum dikuras/ dikosongkan 25

sama sekali. Jika pernah dikosongkan berarti responden benar, bahwa benar tangki septik. Melaporkan menggunakan tangki (47,4%) 947,4%septiik N=800 N=800 Dibangun kurang dari 2th lalu (9,8%) atau antara 2-5 th lalu(18,5%) Dibangun lebih dari 5 th lalu (65%) Tidak bisa dispesifikkan Suspek cubluk Tidak pernah dikosongkan (86%) Pernah dikosongkan (9,2%) N=800 N=800 Dikosongkan kurang dari 2 th lalu(33%) Gam Dikosongkan 2-5 th lalu (34,8%) Dikosongkan 5 th lalu (21,7%) Suspek tangki septik Suspek tangki septik Suspek cubluk Diagram 3.1 : Kualitas Tangki Septik 1-indikatif N=800, Filter bertahap berdasarkan urutan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan, Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, jawaban tunggal ; D1 Dimana anggota keluarga yang sudah dewasa bila ingin buang air besar?; D5Sudah berapa lama tangki septik di buat/dibangun?; D6 Kapan tangki spetik terakhir dikosongkan? Secara visual proses pengidentifikasian kasus suspek(dicurigai) tangki septik ataupun cubluk atau bukan tangki septik adalah sebagai berikut: dasar pengidentifikasian suspek tangki septik atau cubluk dalam studi EHRA menggunakna rentang waktu pengurasan atau pengosongan tinja di tangki septik. Ukuran dan teknologi yang digunakan dalam tangki septik yang paling umum adalah mengosongkan atau dikuras paling tidak sekali dalam lima tahun. Bila dalam waktu lima tahun belum pernah dikuras atau dikosongkan maka responden yang mengaku menggunakan tangki septik dapat dicurigai sebagai cubluk. Bila diringkas kriterianya seperti ditunjukkan Diagram 3.1 Kriteria suspek aman adalah sebagai berikut: 1. dibangun kurang dari lima tahun lalu 2. dibangun lebih dari lima tahun lalu dan pernah dikosongkan/ dikuras kurang dari lima tahun lalu. Kriteria suspek tidak aman adalah sebagai berikut: 1. dibangun lebih dari lima tahun lalu dan tidak pernah dikuras 2. dibangun lebih dari lima tahun lalu dan pernah dikosongkan/ dikuras lebih dari lima tahun lalu. 26

Berdasarkan Diagram 3.1 dari responden yang melaporkan menggunakan tangki septik, sekitar 65% di bangun lebih dari lima tahun lalu dan 86% melaporkan belum pernah dikosongkan. Tangki septik yang belm pernah dikosongkan tersebut dapat mengidentifikasikan bahwa yang digunakan bukan tangki septik melainkan cubluk atau tangki yang tidak kedap dan dapat merembes keluas tangki. Sebanyak 21,7 % mengosongkan lebih dari 5 tahun lalu dari 115 responden yang mengaku pernah mengosongkan tangki septik. Kasus ini dapat diidentifikasikan sebagai suspek cubluk. Sebaliknya rumah tangga yang masuk kategori pernah mengosongkan 2 tahun lalu 33 % dan antara 2-5 tahun lalu 34,8% dapat dikategorikan suspek aman. Berdasarkan Gambar 3.9, hasil penelusuran menggunakan rentang waktu pengosongan diperoleh bahwa dari 800 rumah tangga di Kabupaten Magelang yang memiliki akses terhadap tangki septik 35, 9% dapat dicurigai sebagai suspek tidak aman (menggunakan cubluk/tangki tidak kedap). Rumah tangga yang memiliki tangki septik dalam kategori suspek aman adalah 14,9%. Sekitar 49,2% tidak dapat dispesifikkan apakah menggunakan tangki septik atau cubluk. Gambar 3.10 menjelaskan cara pengosongan tangki septik, dari rumah tangga yang pernah mengosongkan tangki septik 16,3% mengosongkan sediri, 15,2 % menggunakan layanan sedot tinja dan 10,1% menyuruh tukang untuk mengosongkan. Dampak negatif terhadap lingkungan juga dapat terjadi akibat tangki septik yang tidak aman dan akibat pembuangan isi tinja yang tidak tepat dan aman. Studi EHRA mempelajari tempat pembuangan isi tangki septik, namun hanya berlaku pada rumah tangga yang melaporkan mengosongkan tangki sendiri atau menyuruh tukang. Rumah tangga yang menggunakan jasa layanan sedot WC dengan truk tidak mengetahui kemana isi tangki septik tersebut dibuang/diolah. Gambar. 3.8 MCK komunal 27

KUALITAS TANGKI SEPTIK TIDAK DAPAT DISPESIFIKASIKAN SUSPEK TIDAK AMAN 35.9 49.2 SUSPEK AMAN 14.9 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 Persentase Gambar 3.9 : Kualitas Tangki Septik 2- Indikatif N=800, Filter bertahap berdasarkan urutan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan, Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, jawaban tunggal; Cara pengosongan tangki septik tidak tahu mengosongkan sendiri tukang yang disuruh layanan sedot tinja 10.1 16.3 15.2 50 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 persentase Gambar 3.10 : Cara Pengosongan Tangki Septik N=800, Filter bertahap berdasarkan urutan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan, Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, jawaban tunggal; 28

Tempat pembuangan isi tangki septik tidak tahu lainnya dikubur di lahan milik orang lain dikubur ke pekarangan/lahan rumah ke kolam ke sungai/kali/parit/got 24.6 8.2 8.2 31.1 1.6 26.2 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 persentase Gambar 3. 11: Tempat Pembuangan Isi Tangki Septik N=800, Filter bertahap berdasarkan urutan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan, Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, jawaban tunggal;? Rumah tangga yang menguras sendiri atau menyuruh tukang pada Gambar 3.11 (N=800) sekitar 31,1% menguburnya di pekarangan atau lahan rumah. Sekitar 26,2% membuang isi tangki septik ke suangai/ kali/ parit/ got, 8,2% dikubur dilahan milik orang lain dan sekitar 1,6% membuangnya ke kolam. Sedangkan untuk Kotoran anak juga merupakan sumber pencemaran bagi lingkungan melalui dua hal, yaitu: 1) Praktik anak yang BAB di tempat-tempat terbuka, baik dibantu oleh orang dewasa maupun atas inisiatif anak itu sendiri; dan 2) praktik orang dewasa yang membiarkan atau membuang kotoran anak di ruang terbuka. Pembuangan tinja anak menurut masyarakat umumnya dianggap sepele. Kotoran/ tinja anak dianggap berbeda dengan tinja orang dewasa, kotoran anak dianggap tidak berbahaya dan bisa di buang kemana saja, termasuk ke ruang terbuka seperti sungai, parit, tanah lapang ataupun keranjang tempat rumah tangga. Anggapan seperti ini sangat keliru karena pembuangan tinja baik anak maupun orang dewasa adalah salah satu masalah sanitasi yang perlu diperhatikan karena sangat berbahaya dan dapat mencemari lingkungan dengan berbagai pathogen penyebab penyakit yang terkandung di dalamnya. 29

kemampuan anak 35.2 51.6 Ya tidak 13.2 tidak memiliki anak balita atau anak diatas 10 tahun Gambar 3.12. Grafik Kemampuan Anak menggunakan Jamban N=800, Bobot: besar populasi Desa kelurahan, wawancara, recorded, jawaban tunggal; D9 bila memiliki anak dibawah 10 tahun, apa si (sebut nama anak) terbiasa BAB di lantai,dikebun,di jalan,diselokan/got atau sungai? Pembuangan kotoran/tinja anak termasuk kategori aman apabila : 1) anak BAB di jamban atau fasilitas sanitasi lain yang memadai; atau 2) kotoran anak yang tertinggal di penampung (seperti popok sekali pakai/pampers, popok yang dapat dicuci, gurita ataupun celana) di buang ke jamban atau fasilitas sanitasi lain yang memadai. Jika dicuci, maka air bekas cuciannya harus di buang ke fasilitasi sanitasi. Peran orang dewasa sangat besar terhadap anak yang belum dapat BAB sendiri. Orang dewasa menentukan cara yang diterapkan aman ataukah mencemari lingkungan. Hasil analisis data EHRA pada Gambar 3.12 menunjukkan bahwa 13, 2 % dari total populasi belum dapat BAB sendiri. Tempat BAB Anak 1 Jamban rumah penampung 60.0 50.0 51.5 popok pakai ulang/gurita popok seklai pakai/pampers 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0 5.1 0.0 14.6 4.5 13 7.1 4.0 0.5 di celana dilahan/ ruang terbuka di halaman rumah" di lahan/ ruang terbuka di luar rumah lainnya tidak tahu Gambar 3.13. Grafik Tempat BAB anak N=800, Filter P40=2Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, recorded, jawaban tunggal; 30

Berdasarkan hasil wawancara, pada Gambar 3.12 ditemukan umumnya anak balita yang belum dapat BAB sendiri, dan BAB di celana sekitar 51,5%. Responden juga melaporkan bahwa anak yang masih bayi BAB di popok pakai ulang/gurita yaitu sebesar 14,6 %. Tidak sedikit pula anak balita yang BAB di lahan/ ruang terbuka, yaitu dihalaman rumah (13 %) maupun diluar halaman rumah (7,1%). Namun sebagian responden melaporkan bahwa 6,1 % anak yang belum dapat BAB sendiri, sekitar (5,1%) BAB di jamban dengan pengawalan maupun pengawasan. Tempat praktik BAB anak dari Gambar 3.14, maka tempat praktik tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu BAB dijamban, ruang terbuka dan penampung sementara. Tempat BAB anak 2 1.0 10.3 10.4 23.4 54.9 lainnya tidak tahu dilahan/ruang terbuka jamban penampung 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 persentase Gambar 3.14. Tempat BAB Anak 2 N=8007, Filter P40=2Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, recorded, jawaban tunggalterakhir kali dimana si...(sebut nama anak termuda)buang air besar? Rumah tangga dengan anak yang BAB diruang terbuka, memiliki resiko kesehatan lingkungan yang lebih tinggi di banding rumah tangga lainnya. Rumah tangga yang anaknya memakai penampung, belum tentu juga terhindar dari resiko kesehatan lingkungan. Jika air buangan bekas cuci penampung atau kotoran dalam penampung tidak dibuang ke dalam sarana sanitasi yang memadai, maka rumah tangga ini juga memiliki kontribusi terhadap kesehatan lingkungan. Pembuangan kotoran anak dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu: 1. praktik pembuang yang aman a. anak yang diantar BAB di jamban b. anak yang BAB di penampung (popok sekali pakai/pampers, popok yang dapat dicuci, gurita, ataupun celana) 2. Praktik pembuangan yang relatif tidak aman a. anak BAB diruang terbuka (lahan dirumah atau di luar rumah) 31