PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

dokumen-dokumen yang mirip
Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA PENDIDIKAN ANAK DINI USIA. Muh. Tawil, *)

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUALSISWA KELAS IV SDI RAI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Atik Sukmawati, 2013

DADANG SUPARDAN JURS. PEND. SEJARAH FPIPS UPI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL. Pembelajaran Kontekstual Contextual Teaching & Learning (CTL)

Dasar-dasar Pembelajaran Fisika

Apa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI MPK BERBASIS KOMPETENSI

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING Romi Afrizal

Pembelajaran Berbasis Kontekstual 2

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

Drs. H. MAHDUM MA, M.Pd. Dosen Bahasa Inggris FKIP UNRI Hp , Fax: (0761)

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2

Staf Pengajar pada Jurusan Pendidikan Sejarah, FIS, UNY.

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB V PEMBAHASAN. mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk tabel yang menggambarkan. matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Sumbergempol.

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Kelebihan Kelemahan Model Belajar Kontekstual

BAB II KAJIAN TEORI. yang dikenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah

TITIK ARIYANI HALIMAH A

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka hadapi dalam sebuah teori common sense menyatakan bahwa,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai berperan penting

BAB II PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

YUNICA ANGGRAENI A

BAB V. Pembahasan Penelitian. PGRI 3 Tulungagung sebelum melakukan pembelajaran Contextual Teaching

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

Menyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Motivasi belajar matematika berkurang. Minat belajar merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

I. PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Pendidikan juga merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya.

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam pembelajaran, gurulah yang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. materi pelajaran dapat diterima dengan mudah oleh siswa. Jika guru dapat

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Ekonomi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal yang sangat penting bagi kemajuan dan. kemajuan zaman saat ini. Dengan majunya pendidikkan maka akan bisa

Transkripsi:

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada member informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama utnuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual. 1.2. Model Pembelajaran Kontekstual dalam IPS Sebagaimana dimaklumi bahwa ruang lingkup IPS adalah meliputi kehidupan manusia dalam masyarakat. Ruang lingkup IPS tersebut merupakan cakupan yang amat luas,

sehingga dalam proses pembelajarannya harus dilakukan bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan perkembangan kemampuan peserta didik dan lingkup objek formal IPS. Hal tersebut terkait dengan kenyataan, bahwa pada hakikatnya manusia merupakan satu kesatuan yang utuh yang terdiri dari berbagai aspek, seperti biologis/ jasmaniah dan aspek rohaniah/ kejiwaan yang dalam kehidupannya tidak terlepas dari interelasi dan interaksi dengan lingkungan alam, sosial maupun lingkungan budaya. Oleh karena itu, bagi seorang guru IPS pengetahuan yang berhubungan dengan disiplin ilmu-ilmu sosial (sosial sciences) sangat diperlukan, karena sumber bahan pembelajaran IPS yang berupa konsep, prinsipprinsip, dan teori-teori bersumber dari ilmu-ilmu sosial yang merupakan cirri atau karakter keterampilan IPS. Dengan demikian bagi guru IPS, selain harus menguasai materi atau bahan yang akan diajarkan baik berupa konsep, prinsip, teori maupun fakta, juga harus mampu mentransfer/ mengajarkannya kepada anak didiknya. Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka diperlukan keterampilan guru dalam menciptakan suasana belajar (Academic Climate) yang dapat merangsang keterlibatan anak didik dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini maka guru dituntut untuk memiliki kecerdasan dalam memilih pendekatan dan model pembelajaran, serta metoda dan media ajar. Dalam proses pembelajaran IPS, bermacam pendekatan dan metode yang digunakan senantiasa disesuaikan dengan kondisi lingkup masyarakat beserta segenap aspek kehidupan sosial yang menjadi pokok bahasan dalam IPS. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana belajar yang hangat dan menarik, sehingga para peserta didik (siswa) tidak merasakan kebosanan atau kejenuhan. Dalam hal ini salah satunya ditentukan ketepatan dalam pemilihan model pembelajaran yang digunakan. Agar guru IPS dapat memahami model pembelajaran IPS, maka perlu diketahui dahulu pengertian-pengertian dan konsep dasar IPS juga pengertian pembelajaran dan memahami cara-cara atau langkah-langkah dalam setiap model pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran IPS. Hal ini perlu, mengingat mengajar merupakan tugas utama seorang guru. Oleh karena itu keefektifan mengajar akan banyak ditentukan pada bagaimana guru mampu melaksanakan aktivitas mengajar dan mendidiknya dengan baik. Salah satu faktor yang

menentukan efektivitas tersebut adalah kemampuan dalam memilih model pembelajaran yang tepat. Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat memungkinkan untuk optimalisasi proses dan pencapaian hasil atau tujuan pembelajaran. Model pembelajaran banyak macamnya, agar dapat memilih model pembelajaran yang tepat, maka perlu diketahui cara pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan sebagaimana yang diungkapkan oleh M.D. Dahlan (1990), yaitu: 1) Pemilihan model belajar oleh guru dapat didasarkan atas bidang studi atau sejumlah model mata pelajaran, artinya memilih satu atau sejumlah model berdasarkan bidang studi atau mata pelajaran masih dapat dibenarkan. 2) Model yang dipilih seyogyanya relevan dan mendukung tercapainya tujuan pengajaran. Jadi pertimbangan utama pemilihan model ialah tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Agar guru IPS dapat mencapai tujuan dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, maka perlu memperhatikan langkah-langkah khususnya dalam mengajarkan konsep-konsep IPS sebagaimana yang diungkapkan Djakaria M. Nur dalam Konsep Dasar IPS Modul untuk UT (2007: 12.23) sebagai berikut: 1. Mencari unsur-unsur yang termasuk ke dalam konsep dan kemudian mengelompokkannya serta memilih konsep mana yang menjadi pilihan sebagai pokok bahasan. 2. Menentukan dan merumuskan tujuan instruksional. 3. Memilih situasi dan media yang mendukung pelajaran tentang konsep tersebut serta dapat memperlancar pencapaian tujuan instruksional tersebut. 4. Merencanakan dan mencari hal-hal yang diperkirakan membantu siswa dalam proses pemahaman dan pemantapan konsep. 5. Mencari dan menentukan cara penyajian dan pengembangan proses internalisasi konsep secara lengkap. Sesuai dengan objek studi IPS yang merupakan integrasi dari berbagai ilmu-ilmu sosial, maka konsep dasar pembelajaran IPS memperhatikan beberapa faktor, seperti faktor lingkungan, masyarakat, tujuan pendidikan dan faktor siswa serta faktor lainnya. Faktor-

faktor tersebut menjadi pertimbangan dalam menentukan model atau pendekatan pembelajaran, sebagaimana yang tergambar pada langkah-langkah di atas. Mengingat objek studi dari IPS adalah masyarakat yang sifatnya dinamis, maka perlu pendekatan yang dinamis pula, model yang senantiasa mengakar pada konteks dimana IPS itu berasal. Pendekatan CTL (Contextual Learning and Teaching) merupakan salah satu jawabannya dan kini banyak diterapkan dalam pembelajaran, yang memang dianggap cocok untuk pembelajaran bidang apapun. 1.3. Apa dan Bagaimana Model Pembelajaran Kontekstual a) Pengertian CTL 1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistic dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, soial, dan cultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/ konteks ke permasalah/ konteks lainnya. 2. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pembelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Contoh: Pada saat guru akan mengajarkan konsep kebutuhan manusia, maka guru dapat meminta siswa menceritakan bagaimana cara siswa dan keluarganya memenuhi kebutuhannya, atau mengajak siswa untuk berpikir kritis dengan cara guru bercerita atau menunjukkan gambar seorang gelandangan yang sedang mengais tempat sampah, dan sebagainya. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional NO. CTL TRADISIONAL 1 Pemilihan informasi berdasarkan Pemilihan informasi ditentukan oleh kebutuhan siswa guru 2 Siswa terlibat secara aktif dalam proses Siswa secara pasif menerima informasi

pembelajaran 3 Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/ masalah yang disimulasikan Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis 4 Selalu mengkaitkan informasi dengan Memberikan tumpukan informasi pengetahuan yang telah dimiliki siswa kepada siswa sampai saatnya diperlukan 5 Cenderung mengintegrasikan beberapa Cenderung terfokus pada satu bidang bidang (disiplin) tertentu 6 Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok) Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan yang membosankan (melalui kerja individual) 7 Perilaku dibangun atas kesadaran sendiri Perilaku dibangun atas kebiasaan 8 Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan 9 Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor 10 Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tsb keliru dan merugikan Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman 11 Perilaku baik berdasarkan motivasi Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik ekstrinsik 12 Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas konteks, dan setting 13 Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ ujian/ ulangan Dari pengertian dan perbedaan antara pembelajaran CTL dan tradisional di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.

1. Proses belajar Belajar tidak hanya sekadar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Ini diperoleh siswa dari pengalaman hidupnya sebagai bagian dari masyarakat. Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru. Dalam hal ini guru harus dapat merangsang siswa untuk menemukan dari pengalaman sendiri. Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan. Hal ini merupakan bagian dari sifat IPS sebagai ilmu yang terintegrasi dari berbagai pengetahuan/ konsep sosial. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Siswa akan memahami bila pembelajaran IPS dilakukan secara terpadu dan berbasis kehidupan nyata. Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru. Inilah makna yang selalu ada dalam kehidupan sosial, yang terdiri dari berbagai lembaga sosial. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Siswa harus diberi kesempatan untuk melakukannya dalam laboratorium sesungguhnya dari IPS yaitu masyarakat. Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang. Untuk itu maka siswa tidak dapat lepas dari konteks kehidupan nyata dan perubahan struktur tersebut akan terjadi bila siswa tidak hanya belajar di dalam kelas. 2. Transfer Belajar

Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit) Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu Ketiga hal di atas akan terjadi bila baik guru maupun siswa dapat menyelami kehidupan sosial sebagai bagian dari pembelajaran IPS. 3. Siswa Sebagai Pembelajar Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru. Mengikuti dinamika kehidupan sosial akan membantu siswa mewujudkan hal tersebut. Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting. Hal ini harus ditunjang dengan membawa siswa pada kehidupan yang nyata, bukan sekadar konsep yang abstrak. Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui. Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, member kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri. 4. Pentingnya Lingkungan Belajar Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan. Dalam pembelajaran IPS guru dapat menggunakan metode sisiodrama atau bermain peran (role playing). Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.

Dalam IPS sangat dimungkinkan siswa mencari dan menemukan fakta dan pengetahuan dari sumber belajar IPS yaitu masyarakat, yang dikaitkan dengan konsep dalam IPS. Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting. Hal ini sesuai dengan sifat dari siswa sebagai bagian dari masyarakat (kelompok sosial). Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). b) Tujuh Komponen CTL 1) Konstruktivisme Membangun pemahaman mereka sendiri dan pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal Pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan 2) Inquiri Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis 3) Questioning (Bertanya) Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiri 4) Learning Community (masyarakat belajar)

Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri Tukar pengalaman Berbagi ide 5) Modelling (Pemodelan) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja, dan belajar Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya 6) Reflexion (refleksi) Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari Mencatat apa yang telah dipelajari Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok 7) Authentic Assessment (Penilaian yang sebenarnya) Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa Penilaian produk (kinerja) Tugas-tugas yang relevan Karakteristik Pembelajarn CTL a) Kerjasama b) Saling menunjang c) Menyenangkan, tidak membosankan d) Belajar dengan bergairah e) Pembelajaran terintegrasi f) Menggunakan berbagai sumber g) Siswa aktif h) Sharing dengan teman i) Siswa kritis guru kreatif j) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain. k) Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.

CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini. 1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya 2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik 3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya 4. Ciptakan masyarakat belajar 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran 6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan 7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara Dengan demikian maka dapat dismpulkan bahwa model CTL sangat dimungkinkan dan cocok untuk diterapkan pada pembelajaran IPS karena sejalan dengan karakteristik dari IPS. 4. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai, tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya. Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajarn konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang menbedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada scenario pembelajarannya. Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.

1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar 2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya 3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu 4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa 5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran