BAB I PENDAHULUAN. penambangan. Bahan galian penambangan sebagian besar dilakukan di daerahdaerah

dokumen-dokumen yang mirip
DAMPAK AKTIVITAS PENAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C PADA KONDISI LINGKUNGAN MASYARAKAT DESA PILOHAYANGA BARAT KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

TINJAUAN PUSTAKA. berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi tanah,

BAB III METODE PENELITIAN. dan kesehatan masyarakat sekitar. Dampak yang sangat jelas terlihat yaitu

penambangan pasir. Sungai Bah Bolon adalah sungai yang terletak di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang

RESPON MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK TAMBANG GALIAN C DI KELURAHAN PASIR SIALANG KECAMATAN BANGKINANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi pertambangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan penduduk telah meningkatkan kebutuhan terhadap sandang,

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan BAB 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Sumber : id.wikipedia.org Gambar 2.1 Gunung Merapi

BAB I PENDAHULUAN. berupa mineral bukan logam dan batuan berkualitas super, sumberdaya ini berasal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari dasar-dasar kesehatan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya tambang (bahan galian). Negara Indonesia termasuk negara yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam yang berbeda-beda pada setiap daerah. Pengelolaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Total permintaan umat manusia sejagat raya terhadap sumberdaya alam dan jasajasa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam bahan galian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IMAM NAWAWI, 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Potensi Sumber Daya Alam di Indonesia yang sangat melimpah

BAB I. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, untuk sebesar-besarnya kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. haves and the have nots. Salah satu sumberdaya alam yang tidak merata

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan meningkatnya kebutuhan akan sumber daya alam. 1

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

PELINGKUPAN (SCOPING) DAMPAK LINGKUNGAN PERTAMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan yang sejahtera maka setiap orang melakukan suatu. yang bisa menaikkan kesejahteraan adalah penambang.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, bijih besi, dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sehari-hari pajanan dan proses kerja menyebabkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Cipta. hlm Salim HS Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan di Indonesia. Bandung: Pustaka Reka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini dunia pertambangan di Indonesia mengalami

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1986

BAB I PENDAHULUAN. hewan tumbuan dan organisme lain namun juga mencangkup komponen abiotik

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN. 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan. Kabupaten. perusahaan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri telah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1980 TENTANG PENGGOLONGAN BAHAN-BAHAN GALIAN. Presiden Republik Indonesia,

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1980 Tentang : Penggolongan Bahan-bahan Galian

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup sangat tergantung pada lingkungan untuk

BAB VI DAMPAK SOSIAL EKOLOGI AKIBAT INDUSTRI MANUFAKTUR

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

Modul II: Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. batu kapur merupakan kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan material dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertiga dari wilayah Indonesia merupakan laut dan memiliki potensi sumber daya

ATTN: PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG USAHA PERTAMBANGAN BAHAN TAMBANG GALIAN GOLONGAN C DI KABUPATEN MURUNG RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020,

MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI IPS - SEMESTER GANJIL

I. PENDAHULUAN. Sumberdaya alam (baik renewable maupun non renewable) merupakan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terkontaminasinya udara, baik dalam ruangan (indoor) maupun luar ruangan

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

BAB I PENDAHULUAN. sekarang tanpa harus merugikan generasi yang akan datang. longsor dan banjir. Namun kekurangan air juga dapat menimbulkan masalah

BAB I PENDAHULUAN. bumi, air, dan kekayaan yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh negara

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

BAB III PENUTUP. Kabupaten Bantul dalam rangka pengamanan pasir di wilayah pesisir di

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERIZINAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. eksploitasi dan pemanfaatan sumber daya alam, yang dalam praktiknya perlu

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, yang

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

BAB 1 : PENDAHULUAN. udara, dan paling banyak terjadi pada negara berkembang. (1) Udara merupakan salah

POLA PENCARIAN INFORMASI MASYARAKAT PESISIR PANTAI KABUPATEN KULON PROGO

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA NOMOR : 8 TAHUN 2002 SERI: B NOMOR : 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KOLAKA NOMOR: 7 TAHUN 2002

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menjamin the greatest happiness of

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan meningkatkan pembangunan nasional. Didalam sungai

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 1987

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT

MODEL SEDERHANA DAMPAK PERTAMBANGAN TERHADAP EKONOMI LOKAL

ANALISIS MENGENAI DAMPAK INGKUNGAN

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PERTAMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh bahan dari alam yang kemudian dapat digunakan untuk kepentingan

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

CARA PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERTAMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan kesejahteraan, berkesinambungan dan berwawasan lingkungan,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

Ditulis oleh Aziz Rabu, 07 Oktober :16 - Terakhir Diperbaharui Minggu, 11 Oktober :06

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan bagian dari. manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsur sumber

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber daya alam yang dapat diperbaharui maupun sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Masyarakat Indonesia dapat memanfaatkan sumber daya alam tersebut sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Usaha memanfaatkan sumber daya alam yang semakin banyak dilakukan yaitu usaha penambangan karena Indonesia merupakan salah satu Negara yang berpotensial di bidang penambangan. Bahan galian penambangan sebagian besar dilakukan di daerahdaerah terpencil dengan kondisi lingkungan yang belum terganggu. Penambangan rakyat dilakukan oleh rakyat, artinya dilakukan oleh masyarakat yang berdomisili di area penambangan secara kecil-kecilan atau gotong royong dengan alat-alat sederhana. Tujuan mereka adalah untuk meningkatkan kehidupan sehari-hari. Dilaksanakan secara sederhana dan dengan alat sederhana, jadi tidak menggunakan teknologi canggih, sebagaimana halnya dengan perusahaan penambangan yang mempunyai modal besar dan memakai teknologi canggih (Dyahwanti Inarni Nur, 2007). Usaha penambangan merupakan usaha melakukan kegiatan eksplorasi, eksploitasi, produksi, dan penjualan. Penggologan bahan galian terbagi atas tiga golongan yaitu golongan a merupakan bahan galian strategis perekonomian

Negara serta pertahanan dan keamanan Negara, golongan b merupakan bahan galian vital (besi, temabaga, emas, perak dan lain-lain), golongan c bukan merupakan bahan galian strategis ataupun vital (marmer, batu kapur, tanah liat, pasir, batu dan tanah timbun yang sepanjang tidak mengandung mineral). Salah satu usaha penambangan yang banyak dilakukan di Indonesia adalah penambangan bahan galian golongan C baik yang memiliki izin (legal) maupun yang tidak memiliki izin (illegal). Sehingga hal ini menyulitkan dalam pengawasan dan terabaikan dalam pembinaan kegiatan penambangan yang berwawasan lingkungan. Penambangan bahan galian golongan C adalah bukan merupakan bahan galian strategis ataupun vital, karena sifatnya tidak langsung memerlukan pasaran yang bersifat internasional. Bahan galian golongan C ini adalah bahan yang tidak dianggap langsung mempengaruhi hayat hidup ornag banyak. Penambangan bahan galian golongan C paling sering dilakukan oleh masyarakat karena prosesnya mudah dilakukan karena dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana (manual) hingga menggunakan alat berat (mekanik). Usaha penambangan bahan galian golongan C yang sering dilakukan adalah penambangan pasir, kerikil, batu kali dan tanah timbun. Usaha penambangan tersebut harus mendapatkan perhatian serius dari semua pihak yang terkait karena usaha penambangan ini sering menimbulkan masalah terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar penambangan.

Banyak dampak yang dapat ditimbulkan dari usaha penambangan bahan galian C ini yaitu dapat memberikan dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari penambangan ini diantaranya yaitu dapat membuka lapangan kerja baru bagi pekerja lokal dan peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Namun dampak negatif yang ditimbulkan dirasakan langsung oleh masyarakat yang tinggal disekitar lokasi penambangan tersebut, yakni kenyamanan masyarakat sekitar menjadi terganggu dengan adanya lalu lintas angkutan yang bermuatan melebihi batas sehingga terjadi kerusakan jalan, kebisingan dan peningkatan debu akibatnya penurunan tingkat kesehatan masyarakat sekitar terutama sering terjadi gangguan pernapasan dikarenakan udara yang terkontaminasi. Kekayaan potensi bahan galian golongan C berupa material batu dan tanah timbun mengakibatkan maraknya kegiatan penambangan batu dan tanah timbun di wilayah kecamatan Telaga yaitu di Desa Pilohayanga Barat. Pengamatan di lokasi penambangan menunjukan bahwa kegiatan penambangan lebih terkonsentrasi pada bagaimana memanfaatkan bahan galian batu dan tanah timbun tersebut se ekonomis mungkin, belum terpikirkan upaya pencegahan dan memperbaiki sumberdaya alam lainnya yang telah rusak akibat kegiatannya. Para pekerja di penambangan ini berasal dari masyarakat lokal dan mereka bekerja dari pukul 8 pagi sampai dengan pukul 5 sore. Setiap harinya mereka biasa mengangkut batu dan tanah timbun kurang lebih 50-200 truk tergantung pemesanan.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan kegiatan penambangan batu dan tanah timbun di Desa Pilohayanga Barat memberikan dampak postif dan dampak negatif pada masyarakat. Dampak positif yaitu diantaranya dengan adanya usaha penambangan di daerah ini dapat membuka lapangan kerja baru yang memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat lokal, dimana lokasi penambangan ini lebih banyak pekerja yang berasal dari daerah tersebut. Bapak-bapak yang tadinya bertani, sekarang mulai bekerja sebagai penambang, bahkan ibu-ibu di sekitar penambangan mulai melakukan kegiatan ini yakni mengumpulkan batu-batu kecil. Penambangan bahan galian golongan C (batu dan tanah timbun) di desa Pilohayanga Barat ini memang memberikan keuntungan berupa lapangan kerja dan kontribusi kepada beberapa pihak tertentu. Tetapi juga memberikan dampak negatif yaitu khususnya terhadap kenyamanan masyarakat yang tinggal disekitar penambangan tersebut menjadi terganggu. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat sekitar lokasi penambangan bahwa banyak masyarakat yang mengeluh dengan kegiatan penambangan ini seperti oleh lalu lintas angkutan bermuatan batu dan tanah timbun yang melebihi ketentuan batas maksimal muatan sehingga mempercepat proses kerusakan jalan, selain itu debu yang telah mencemari udara sekitar sangat menganggu masyarakat. Sehingga mengharuskan masyarakat untuk selalu menutup pintu rumah mereka agar tidak masuk debu ke dalam rumah, selalu menyiram jalan agar basah sehingga debu tidak berterbangan dan menyapu rumah setiap saat, banyak juga masyarakat yang mengeluh menjadi sulit bernapas. Berdasarkan data yang diperoleh dari Pukesmas Mongolato pada Agustus 2012-

April 2013 terdapat 36 kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Berdasarkan wawancraa dengan kepala puskesmas bahwa data tersebut belum mencakup seluruhnya karena banyak kendala yang dihadapi, banyak masyarakat desa Pilohayanga Barat yang jarang berobat ke puskesmas tersebut sehingga sulit mendapatkan data, selain itu puskesmas pembantu yang ada di desa Poilohayanga Barat tahun 2012 tidak memasukkan data kepada puskesmas Mongolato. Selain itu juga jalan yang rusak akibat aktivitas penambangan ini menimbulkan dampak lain yaitu sering terjadinya kecelakaan akibat jalan yang rusak. Berdasarkan dampak dari usaha penambangan ini, yakni dampak positif dan dampak negatif menimbulkan sikap pro dan kontra di kalangan masyarakat. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan masyarakat bahwa mereka telah melaporkan hal ini ke pemerintah agar segera dilakukan perbaikan jalan. Dan dari informasi yang diperoleh bahwa akan diadakan perbaikan jalan pada bulan April 2013. Sikap pro dan kontra dari masyarakat dengan penambangan Bahan Galian Golongan C di desa Pilohayanga Barat ini menjadi permasalahan, dimana salah satu pihak merasa dirugikan sehingga menimbulkan sengketa di masyarakat. Menurut sebagian masyarakat mengatakan bahwa usaha penambangan ini illegal karena sepertinya belum medapatkan izin, tatapi dari pihak penambangan itu sendiri mengatakan bahwa usaha tersebut telah diketahui oleh pemerintah karena dari pihak penambang telah mengajukan permohonan usaha penambangan dan

telah disetujui oleh pemerintah selain itu mereka membayar pajak kepada pemerintah daerah. 1.2 Identifikasi Masalah Melihat permasalahan yang ada maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di daerah tersebut dan mengevakuasi dampak lingkungan yang terjadi di daerah sekitar penambangan galian golongan C (Batu dan Tanah Timbun) di Desa Pilohayanga Barat Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Adapun yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini yaitu adannya dampak terhadap lingkungan yaitu pencemaran lingkungan khususnya pencemaran udara oleh debu. 1.3 Rumusan Masalah 1. Dampak aktivitas penambangan bahan galian golongan C (batu dan tanah timbun) terhadap lingkungan di desa Pilohayanga Barat Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. 2. Tingkat pencemaran udara oleh debu yang dihasilkan oleh aktivitas penambangan bahan galian golongan C (batu dan tanah timbun) di Desa Pilohayanga Barat Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. 1.4 Tujuan penelitian Tujuan dalam penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui dampak aktivitas penambangan bahan galian golongan C (batu dan tanah timbun) terhadap lingkungan di Desa Pilohayanga Barat Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.

2. Untuk mengetahui tingkat pencemaran udara oleh debu yang dihasilkan oleh aktivitas penambangan bahan galian golongan C (batu dan tanah timbun) di Desa Pilohayanga Barat Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. 1.5 Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis Dalam penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengetahui dampak yang terjadi akibat adanya aktivitas penambangan bahan galian golongan C (batu dan tanah timbun). 2. Manfaat Praktis Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemegang proyek penambangan bahan galian golongan C (batu dan tanah timbun) untuk lebih memperhatian dampak yang ditimbulkan dari kegiatan penambangan tersebut. Dengan cara lebih meningkatkan pengawasan dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang terjadi. Dan bagi pemerintah untuk dapat meningkatkan pengawasan terhadap usaha penambangan tersebut dan dalam pembinaan kegiatan penambangan yang berwawasan lingkungan, serta memperbaiki kerusakan yang terjadi.