Latar Belakang. Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap

dokumen-dokumen yang mirip
Tanah Ultisol di Indonesia menempati areal yang cukup luas, yaitu sekitar. 42,3 juta ha (Sri Adiningsih et a/, 1997; Rochayati et a/, 1997).

IV. HASIL PENELITIAN

Relationship between WCa Ratios in the Soil Solution with the Dynamic of K in UZtisol and Vertisol of Upland Area ABSTRACT

V. PEMBAHASAN. Dinamika Hara K. Dinamika hara K merupakan perubahan hara K dalam tanah akibat

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

PENDAHULUAN. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setelah N dan P. Umumnya K diserap tanaman dalam bentuk K larut (soluble K) yang

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

Daftar Isi. III. Pengelolaan Tanah Masam Pengertian Tanah Masam Kendala Tanah Masam Mengatasi Kendala Tanah Masam 84

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion

I. PENDAHULUAN. Perkebunan karet rakyat di Desa Penumanganbaru, Kabupaten Tulangbawang

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

DASAR ILMU TA AH Ba B b 5 : : S i S fa f t t K i K mia T a T nah

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

KONSERVASI LAHAN MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA LORONG (Alley Cropping) DI DAERAH TRANSMIGRASI KURO TIDUR, BENGKULU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Inceptisol

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM SERTA REKOMENDASI. Pembahasan. 8). Sementara itu pada Vertisol hanya kadar liat yang sangat nyata berkorelasi positip,

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

BAB I PENDAHULUAN. Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

BAHAN DAN METODE. (Gambar 1. Wilayah Penelitian) penelitian dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Mentimun merupakan suatu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

PENDAHULUAN. hingga mencapai luasan 110 ribu Ha. Pengurangan itu terlihat dari perbandingan

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

TINJAUAN PUSTAKA Rumput Afrika (Pennisetum purpureum Schumach cv Afrika) Rumput yang sudah sangat popular di Indonesia saat ini mempunyai berbagai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

TINJAUAN PUSTAKA. antara lain kemantapan agregat yang rendah sehingga tanah mudah padat,

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 09: Sifat Kimia (2)- Mineral Liat & Bahan Organik Tanah

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

MATERI-7. UNSUR HARA MAKRO: KALIUM (K)

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL SAINS AGRO

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

II. TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada. Beberapa kendala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap tanaman dalam jumlah banyak. Pada tanaman jagung hara Kdiserap lebih banyak daripada hara N dan P. Lei etal. (2000) menyatakan bahwa nisbah serapan hara N, P dan K oleh tanaman jagung adalah 1 : 0,42 : 2,85. Dalam tanaman hara K berfungsi dalam proses fotosintesis dengan memperlancar proses masuknya CO, lewat stomata, transport fotosintat, air dan gula, serta dalam sintesis protein dan gula (Dibb, 1988). Selanjutnya dinyatakan bahwa serapan K dipengaruhi secara antagonis oleh serapan Ca dan Mg, dan dipengaruhi secara sinergis oleh pemupukan NO,. Salah satu faktor yang mempengaruhi respon tanaman terhadap pemupukan K adalah jenis dan sifat tanah. Tanah Ultisol yang didominasi oleh tipe liat 1 : 1 (kaolinit), memiliki ph, kapasitas tukar kation (KTK), kadar K dan bahan organik rendah dengan kejenuhan Al cukup tinggi, serta peka terhadap erosi. Tanah yang didominasi mineral liat kaolinit mengandung K larut dalam air, K terekstrak N NH40Ac ph 7 (K-dd) dan K terekstrak HNO, (K cadangan) dalam jumlah yang rendah (Bhonsle etal., 1992). Pada tanah dengan ph rendah umumnya kadarai3+ tinggi, sehingga dapat meracuni tanaman atau menghambat pertumbuhan akar dan serapan hara K tidak optimum. Kapasitas tukar kation rendah merupakan petunjuk rendahnya kemampuan tanah untuk mengikat kation yang ditambahkan. Vertisol merupakan tanah yang didominasi oleh liat tipe 2 : 1 (smektit), bersifat netral dengan KTK tinggi. Tanah ini kaya akan K terekstrakn NH40Ac ph

7 namun K terekstrak HNO, dan K yang dilepaskan termasuk sedang (Bhonsle et a/., 1992). Kadar Ca pada tanah ini juga cukup tinggi sehingga kompleks jerapan dan larutan tanahnya dijenuhi oleh Ca. Kalium larut dalam air pada tanah ini lebih banyak daripada K larut dalam air pada tanah dengan mineral liat kaolinit. Namun demikian kejenuhan K tanah ini tergolong rendah, yaitu dibawah kejenuhan K yang disampaikan oleh McLean (1977) sehingga walaupun K terekstrak 25% HCI termasuk tinggi namun masih memerlukan pemupukan K. Dominasi mineral liat smektit pada tanah Vertisol menyebabkan tanah ini mudah mengembang dan mengkerut tergantung dari kelembaban tanah. Pada kondisi mengembang ion K lebih mudah dipertukarkan dibandingkan pada kondisi mengkerut. Grimme (1985) menyampaikan bahwa hara K cukup tersedia pada periode dengan curah hujan cukup dan berada di bawah optimum pada periode kering. Pada kondisi kering tanah akan mengkerut dan hara K terperangkap di dalam ruang antar lapisan mineral liat sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Pada kondisi basah ruang antar lapisan mineral liat terbuka sehingga hara mudah tersedia. Dengan demikian pada kondisi kering dosis pupuk K yang diberikan relatif lebih tinggi daripada pada periode basah. Dengan berbagai kendala di atas pemupukan K kurang efisien tanpa perbaikan sifat kimia tanah terlebih dahulu. Perbaikan pada tanah masam lahan kering yang umum dilakukan oleh petani adalah pengapuran dan penambahan bahan organik. Di daerah transmigrasi Kuamang Kuning, Jambi pengapuran dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk K sebesar 2 kali lipat (Sri Adiningsih et a/., 1988), sedangkan pada tanah Ultisol Sitiung pengapuran dapat meningkatkan K dalam larutan dan K dapat dipertukarkan (Gill, 1988). Selain itu juga

disampaikan bahwa pada tanah yang telah dikapur pemupukan K semakin meningkatkan hasil jagung. Pengapuran pada tanah Ultisol Sitiung dapat meningkatkan ph dan menurunkan kejenuhan Al. Pada ph 5,O kejenuhan Al mencapai kurang dari 10% (Wade et a/., 1986). Batas toleransi tanaman jagung terhadap kejenuhan Al adalah 29% (Wade et a/., 1988). Dengan demikian pengapuran dapat memperbaiki pertumbuhan akar dan kemampuan tanaman dalam menyerap hara K dan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk K. Respon pemupukan K lebih kuat pada pengapuran dengan dosis tinggi. Pemberian bahan organik ke dalam tanah dapat memperbaiki sifat kimia, fisik dan biologi tanah. Pemberian bahan organik berupa pengembalian sisa panen dapat mempertahankan hasil kedelai dan menurunkan respon tanaman terhadap pemupukan KC1 (Gill dan Sri Adiningsih, 1986). Menurut Sri Adiningsih et a/. (1988) pemberian bahan organik dapat meningkatkan efisiensi pemupukan K. Pemberian bahan organik 10 t ha-' tanpa pemupukan K memberikan hasil setara dengan pemupukan 120 kg K ha-'. Sukristiyonubowo et a/. (1993) menyampaikan bahwa penambahan Flemingia congesta yang ditanam sebagai tanaman pagar dapat meningkatkan P terekstrak Bray 1 dan menurunkan Al-dd, serta meningkatkan hasil kacang tanah. Dierolf dan Yost (2000) menyampaikan bahwa hasil kacang tunggak, padi gogo dan kedelai pada tanah Ultisol Sitiung tidak respon terhadap pemupukan K jika residu tanaman dikembalikan. Jika residu tanaman tidak dikembalikan, maka respon tanaman kedelai terhadap pemupukan K dosis rendah (70 kg Wha) baru mulai terlihat pada musim keempat. Dengan demikian pengembalian sisa panen dapat mempertahankan kadar K tanah di atas batas kritis dan pemupukan K tidak meningkatkan hasil tanaman.

Di daerah tropika basah total K dalam tanah berada dalam jumlah yang rendah. Rendahnya hara K di daerah tropika ini karena secara alami kadar K dalam tanah rendah, tingkat pelapukan yang cepat (Ritchey, 1979) dan tingkat pencucian basa-basa yang tinggi (Mutscher, 1995). Kalium yang ditambahkan dan yang diangkut oleh sisa panen akan mempengaruhi proses keseimbangan hara K dalam tanah. Grimme (1985) menyatakan bahwa keseimbangan konsentrasi K dalam larutan tanah tergantung pada K dapat dipertukarkan, ph, jumlah dan jenis mineral liat. Kation lain dalam tanah maupun yang ditambahkan juga berpengaruh terhadap ketersediaan K dalam tanah. Ritchey (1979) menyampaikan bahwa kation lain yang berpengaruh adalah AI3' dan Mn2' pada tanah masam serta Rb', Na' dan NH,' yang bermuatan dan berukuran atom hampir sama dengan K'. Selain itu juga ion Ca2' dan Mg2' dapat bersaing secara efektif dengan K dalam kompleks jerapan. McLean (1 977) menyampaikan bahwa perbandingan yang ideal antara Ca, Mg, K dan H adalah 65, 10, 5 dan 20%. Dua pendekatan penyusunan rekomendasi pemupukan K yang sudah biasa digunakan adalah tingkat kecukupan hara (suficiencylevel) dan nisbah kejenuhan kation basa (basic cation saturation ratio) (McLean, 1977; Haby et a/., 1990 dan Rehm, 1994). Penyusunan rekomendasi dengan pendekatan kecukupan hara diperoleh dengan kurva respon atau kurva linier plato dan ini sudah banyak digunakan di Indonesia. Penyusunan rekomendasi pemupukan dengan pendekatan nisbah kejenuhan kation basa sudah digunakan untuk menentukan dosis kebutuhan kapur pada lahan kering masam. Untuk menentukan kebutuhan kation lain seperti K, Ca dan Mg dengan menggunakan nisbah kejenuhan kation belum biasa digunakan di Indonesia.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan lebih banyak membandingkan antara CaIMg, CaIK dan MgIK. Nisbah antara CaIMg beberapa tanah di Wisconsin berkisar antara 8,l : 1 sampai 1,O : 1 (Rehm, 1994). Selanjutnya disampaikan nisbah CaIMg dan MgIK untukjagung produksi tinggi berkisar antara 5,7-26,8 dan 0,6-3,l. Hasil tanaman menurun jika nisbah CaIK pada jaringan tanaman lebih 4 : 1 (> 2% Ca atau < 1% K) (McLean, 1977). Tujuan Penelitian 1. Mempelajari pengaruh nisbah WCa dalam larutan tanah terhadap dinamika hara K pada tanah Ultisol dan Vertisol. 2. Mempelajari hubungan antara dinamika hara K tanah terhadap pertumbuhan tanaman jagung. 3. Mencari kebutuhan K optimum pada berbagai nisbah WCa dalam larutan tanah pada tanah Ultisol dan Vertisol. Hipotesis 1. Dinamika hara K dalam tanah dipengaruhi oleh nisbah antara WCa larutan tanah. 2. Pada jumlah hara K tanah optimum dan nisbah WCa tertentu akan diperoleh pertumbuhan tanaman jagung yang optimum. 3. Kebutuhan hara K optimum tanah Vertisol lebih tinggi daripada tanah Ultisol pada nisbah WCa yang sama.