GARUDA DIMILIKI PUBLIK By : Berton Manurung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Garuda Indonesia didirikan pada tanggal 26 Januari 1949 dengan nama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

JURNAL JEMEN SISTEM. Dosen : Disusun oleh : KELAS 2DB01 JURUSAN

Bab I. Pendahuluan UKDW. Usaha Milik Negara (BUMN) untuk go public. Salah satu perusahaan BUMN. yang melakukan go public adalah Garuda Indonesia.

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Indonesia (Persero) Tbk dengan menggunakan laporan keuangan tahun 2008 hingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum PT. Garuda Indonesia Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan domestik tetapi juga dengan maskapai penerbangan internasional.

BAB IV KEADAAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. sejarah PT Garuda Indonesia sebagai induk dari SBU Citilink. Sebagai national

BAB I PENDAHULUAN. ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002:83).

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Umum Garuda Indonesia (SBU Cargo)

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Strategi Bisnis (Business Strategy Analysis)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. seluruh kota besar di Indonesia dan juga kota-kota di luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan untuk masuk berkompetisi di industri penerbangan Indonesia. Data

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan perkembangan bagi Badan Usaha Milik Negara

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengolahan data dapat diambil kesimpulan beberapa hal sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan industri penerbangan di Indonesia mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan.

PAPARAN PUBLIK & ANALYST MEETING PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk. Kinerja Kuartal I, 2015 Jakarta, 15 Mei 2015

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

KOMPENSASI PESAWAT DELAY DI PT. GARUDA INDONESIA. Oleh. Sri Susanty Dosen PNS dpk pada Akademi Pariwisata Mataram

Nilai Transaksi* Jml. Transaksi** Harga Terakhir Kapitalisasi Pasar***

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan inovasi yang berguna untuk meningkatkan penjualan dan mencapai

BAB I PENDAHULUAN. signifikan di Indonesia. Sejumlah maskapai penerbangan saling. berkompetitif untuk merebut pasar domesitik maupun internasional.

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran kehidupan. Transportasi menjadi bagian penting atas perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan informasi yang sudah diproses dan dilakukan penyimpanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran umum objek penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan konsumen sehingga dapat mendatangkan profit bagi perusahaan.

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Hurriyati (2005, p.49) : untuk bauran pemasaran jasa mengacu

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan dari pemberian ijin oleh pemerintah untuk memberikan Kredit

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan. Dimulai dari penerbangan berbiaya yang cukup tinggi (full service

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara salah satunya ditandai dengan

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2,

UKDW. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tersebut tetap menjadi pilihan utama konsumen. sertifkasi ISO. Dengan adanya sertifikasi tersebut, perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi adalah suatu alat penunjang kemudahan yang berperan bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang UKDW

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. 2006). Perusahaan menganggap aset takberwujud merupakan aset yang sangat

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 meningkat sebesar 4,5

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tantangan dalam bisnis layanan jasa operasional penerbangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia lebih memilih segala sesuatunya serba instan dan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 3 PERUMUSAN OBYEK PENELITIAN. Indonesia. Untuk mengetahui lebih lengkapnya tentang PT Garuda Indonesia Tbk dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin

BAB I PENDAHULUAN. terhadap jasa penerbangan sebagai moda transportasi yang cepat dan efisien

Analisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA. Tabel 5.1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tabel 1.1 Daftar Maskapai Penerbangan di Indonesia Nama Maskapai Penerbangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Persoalan kualitas dalam dunia bisnis kini sepertinya sudah menjadi harga yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anisa Rosdiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN PERTUMBUHAN INDUSTRI PENERBANGAN DI INDONESIA. Soekarno-Hatta yakni 17,49 juta orang. Berdasarkan data dari Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i DAFTAR ISI... i DAFTAR LAMPIRAN... iv Sistematika Pembahasan BAB III... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan proses pembelian dan konsumsi dengan fenomena-fenomena yang terjadi

Sumber: BPS, 2004 Gambar 1. Grafik Data Penumpang Angkutan Udara yang Berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta (Jan-Nov 2004)

I. PENDAHULUAN. yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2010, Indonesia yang memiliki populasi 237 juta jiwa

PT. RIMAU MULTI PUTRA PRATAMA, Tbk

Revitalisasi adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya sehingga revitalisasi berarti

bagi Indonesia dalam menghadapi persaingan regional maupun global. Kedua, Infrastruktur industri penerbangan juga memiliki kelebihan berupa banyaknya

pengangkutan udara dilakukan oleh perusahaan penerbangan dapat dirasakan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan itu berorientasi pada

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dahulu, sarana transportasi laut menjadi pilihan utama bagi masyarakat menengah ke

BAB I PENDAHULUAN. berlipatnya pertumbuhan maskapai penerbangan yang berkembang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. rapi sehingga dapat menunjang kegiatan pariwisawa. Industri yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. kebersamaan dengan seseorang. Yakni berbagi informasi, ide atau sikap.

ANALISA DAN PEMBAHASAN MANAJEMEN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. hanya itu, Indonesia juga memiliki modal besar untuk meningkatkan

Transkripsi:

GARUDA DIMILIKI PUBLIK By : Berton Manurung Company Profile Sejarah perkembangan komersial di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari masamasa perjungan rakyat Indonesia dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sejarah ini dimulai ketika pada tahun 1948, guna menunjang mobilitas pemimpin pemerintahan, Presiden Soekarno menghimbau kepada para pengusaha dan rakyat Aceh untuk bersama-sama menghimpun dana guna pembelian pesawat terbang. Maka terkumpulah uang membeli satu jenis pesawat dengan tipe Douglas DC-3 Dakota yang kemudian diberikan registrasi RI-001 diberi nama Seulawah yang berarti Gunung Emas. Pada saat bersamaan, Pemerintah Burma tengah memerlukan angkutan udara. Dalam rangka menutupi beban operasional, maka diputuskan pesawat RI-001 disewakan kepada pemerintah Burma. Akhirnya, pada tanggal 26 Januari 1949 pesawat RI-001 tersebut diterbangkan dari Calcutta ke Rangon dan diberikan nama Indonesian Airways. Adapun nama Garuda diberikan oleh Presiden Soekarno sendiri berasal dari kurtipan sajak Belanda gubahan pujangga terkenal saat itu, Noto Soeroto: Ik ben Garuda, Vishnoe s vogel, die zijn vlegels uitslaat hoog boven uw einladen, yang artinya Aku adalah Garuda,burung milik Wishnu yang membentang sayapnya menjulang tinggi diatas kepualauanmu. Garuda Indonesia kemudian resmi menjadi Perusahaan Negara pada tahun 1950, dimana pada saat itu Garuda Indonesia memiliki 38 buah pesawat yang terdiri dari 22 jenis DC3, 8 pesawat laut Catalina dan 8 pesawat jenis Convair 240. Armada perusahaan terus berkembang, hingga akhirnya pada tahun 1956, untuk pertama kalinya Garuda Indonesia membawa penumpang jamaah haji Ke Mekkah. Pada tahun 1961, pesawat jenis turboprop Lockheed Electras bergabung dengan armada Garuda Indonesia. Garuda Indonesia memulai perjalanan terbangnya ke Eropa pada tahun 1965 dengan tujuan akhir di Amsterdam. Sepanjang tahun 80an, armada Garuda Indonesia dan kegiatan operasionalnya mengalami restrukturisasi besar-besaran yang menuntut perusahaan merancang pelatihan yang menyeluruh bagi karyawannya dan mendorong perusahaan mendirikan Pusat Pelatihan Karyawan, Garuda Trining Center yang terletak di Jakarta Barat. Selain Pusat Pelatihan, Garuda Maintenance Facility (GMF) di bandara internasional 1

Soekarno-Hatta di masa itu. Sejak tahun 2005 tim manajemen yang baru mulai membuat perencanaan bagi masa depan Garuda Indonesia. Di bawah kendali manajemen baru, Garuda Indonesia melaksanakan evaluasi ulang dan restrukturisasi perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan efisiensi kegiatan operasional, membangun kembali kekuatan keuangan, menambah tingkat kesadaran para karyawan dalam memahami pelanggan, dan membangkitkan semangat Garuda Indonesia. Pada tahun 2006 perusahaan mulai melakukan efisiensi biaya atau meningkatkan pendapatan perusahaan, mengurangi cash flow negatif, mengurangi masa pakai pesawat dan menambah armada serta melakukan penjadwalan ulang rute penerbangan, selain itu di tahun 2006 perusahaan juga minta penambahan angggaran dari pemerintah untuk biaya operasional perusahaan. Pada tahun 2007, perusahaan melakukan beberapa langkah yang disebut juga tahap Rehabilitasi yaitu restrukturisasi hutang baik yang berada didalam negri maupun di luar negri, perusahaan juga berusaha meningkatkan kualitas dari produk dan pelayanan yang prima kepada para konsumen, melakukan efisiensi biaya sehingga meningkatkan pendapatan perusahaan, selain itu juga perusahaan melakukan program pesiun dini atau sukarela kepada para karyawan hal ini dilakukan untuk memberikan pelayanan yang prima kepada konsumen. Di tahun tersebut perusahaan membukukan pendapatan berjumlah US$1.6 milliar dan mencatatkan laba bersih sebanyak US$17 juta. Pada tahun 2008 dan 2009 perusahaan memasuki masa Turnaround dimana di tahun 2008 perusahaan sudah memulai proses privatisasi dimana perusahaan sudah tidak tergantung lagi kepada pemerintah mengenai pendanaan untuk operasionalnya, selain itu juga perpusahaan semakin meningkatkan kualitas dari produknya dan memberikan pelayanan yang semakin prima kepada para konsumen setianya. Di tahun 2008 perusahaan membukukan pendapatan sebanyak US$2.2 milliar dan mencatatkan laba bersih sebesar US$109 juta. Di tahun 2009 perusahaan semakin memperkuat daya saingnya dan melakukan ekspansi pada rute domestik dan regional. Hal ini dapat dilihat semakin bertambahnya jumlah armada yang dimiliki perusahaan sebanyak 84 armada dengan usia armada 8.8 tahun, dengan jumlah penerbangan nasional sebanyak 31 daerah dan 18 rute perjalanan internasional dengan jumlah penumpang yang terangkut sebanyak 12 juta baik nasional maupun internasional, sehingga di tahun tersebut Garuda Indonesia memperoleh pendapatan sebesar US$2.0 milliar dan laba bersih US$114 juta. 2

Unit Usaha dan Prospek Bisnis Untuk mendukung kegiatan operasionalnya, Garuda Imdonesia memiliki 4 anak perusahaan yang fokus pada produk/jasa pendukung bisnis perusahaan induk, yaitu PT Abacus Distribution System Indonesia, PT Aerowisata, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia dan PT Aero System Indonesia. Selain fokus di jasa penerbangan rutin PT Garuda juga memiliki unit jasa dalam beberapa bidang seperti jasa pengiriman barang ( cargo), Citilink Garuda yang melayani penebangan dengan Low Cost Carrier (LCC), selain itu Garuda juga melayani layanan tidak berjadwal seperti layanan keberangakatan haji dan penerbangan carter yang disediakan dibawah brand Garuda Indonesia. Perseroan juga memberikan layanan kelebihan bagasi dan pengantaran surat dan dokumen. Pendapatan Terkonsolidasi 2009 : US$ 2.0 Miliar Jasa Penerbangan Rutin Jasa Penerbangan Non Rutin Kargo Lain-Lain 5% 9% 14% 72% 3

Dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 230 juta orang dan pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi maskapai penerbangan Garuda Indonesia menduduki posisi ke-2 dalam beberapa maskapai yang terdaftar di Kementrian Perhubungan, yang ini disebabkan pihak perusahaan lebih mengutamakanm konsumen kelas atas tidak fokus atau mengembangkan pelayanan penerbangan untuk konsumen kelas menengah ke bawah. Maskapai penerbangan terjadwal yang menduduki posisi 1 sampai ke-5 yaitu : Lion Air dengan jumlah pemakai sebesar 33,4%, Garuda Indonesia dengan jumlah konsumen sebanyak 19,2%, Batavia Air dengan jumlah konsumen sebanyak 13,9%, Sriwijaya Air dengan jumlah konsumen sebanyak 12,5%, dan maskapai Mandala Air dengan jumlah konsumen sebanyak 8,1 %. Indonesia Domestic Flight Market Share Based On Number Of Passenger Garuda Indonesia Lion Air Batavia Air Sriwijaya Air Mandala Air Asia Others 8% 3% 10% 19% 13% 33% 14% Sumber : Kementerian Perhubungan,2009 Pada tahun mendatang, Garuda Indonesia akan meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanannya kepada konsumen menengah bawah melalui salah satu anak usaha yaitu Citilink. Tindakan atau kebijakan ini akan berdampak pada penetrasi penerbangan domestik yang masih sangat rendah sehingga meningkatkan nilai perusahaan di masa mendatang. Di pasar internasional Garuda Indonesia berada di posisi ke-2 dengan sebesar 14% dari total konsumen internasional, sedangkan untuk posisi pertama ditempati maskapai penerbangan Air Asia yang menguasai pangsa pasar internasional sekitar 21% hal ini di karenakan Air Asia berfokus ke Low Cost Carrier sehingga banyak konsumen yang menggunakan maskapai tersebut. Tapi untuk tahun mendatang pihak manajemen menargetkan dapat merebut pangsa pasar internasional dan merebut posisi pertama, hal ini di dukung oleh armada pesawat yang baru, meraih gelar 4 bintang dari skytrax dan 4

fokus ke maskapai penerbangan yang berbasis LCC sehingga konsumen banyak menggunakan Garuda untuk melakukan penerbangan ke luar negri. Indonesia International Flight Market Share Garuda Indonesia Singapore Airlines Air Asia Malaysian Airlines Cathay Pasific Jetstar Others 14% 41% 11% 21% 3% 5% 5% Sumber : Kementrian Perhubungan, 2009 Analisis Keuangan Krisis global yang masih dirasakan hingga tahun 2009 membuat industri penerbangan mengalami penurunan dalam permintaan penumpang maupun cargo internasional sebesar 2,9 % dan 11% sehingga berdampak juga terhadap penerbangan nasional. Jumlah wisatawan yang masuk ke Indonesia melalui berbagai bandara yang ada menunjukkan peningkatan sebesar 14,3% dari 6,23 juta pada 2008 menjadi 6,32 juta pada tahun 2009. Di tahun 2010 pihak manajemen menargetkan peningkatan jumlah penerbangan baik dari segi domestik maupun internasional yaitu sebesar 8,6 juta pada tahun 2009 menjadi 8,8 juta untuk penerbangan domestik dan sebesar 2,3 juta pada tahun 2009 menjadi 2,4 juta pada tahun 2010 untuk penerbangan internasional. Garuda's Number Of Passengers Domestic Flight International Flight 2.3 2.4 2.3 2.4 2.7 3.0 7.4 7.7 8.6 8.8 9.5 10.6 2007A 2008A 2009A 2010F 2011F 2012F 5

Dengan meningkatnya jumlah penerbangan baik domestik maupun internasional akan berdampak pada kinerja keuangan perusahaan yang membaik, ini dapat dilihat dari laba yang diperoleh perusahan meningkat dari US$109 juta pada tahun 2008 menjadi US$ 114 juta, tetapi dalam 9 bulan pertama pihak laba perusahaan mengalami penurunan hal ini dilakukan pihak manajemen untuk mereposisi hutang perusahaan dan menambah armada pesawat untuk meningkatkan pelayanan kepada para konsumen setianya. Di 9 bulan awal pada tahun 2010 perusahaan memperkirakan jumlah pendapatan perusahaan juga mengalami penurunan hal ini disebakan pihak manajemen masih meninjau ulang hutang-hutang perusahaan kepada pihak ketiga, selain membayar hutang perusahaan juga memperkirakan penurunan laba disebabkan dengan semakin meningkatnya harga minyak dunia dan pembelian beberapa armada baru. Laba Bersih (US$ Juta) 109 114 64 17 22 2007 2008 2009 9M2009 9M2010 Untuk pendapatan yang di dapat pihak perusahaan mengalami penurunan sebesar 7,7% dari Rp 19.350 milliar tahun 2008 menjadi 17.860 milliar ditahun 2009 antara disebabkan oleh penurunan pendapatan dari penerbangan berjadwal sebesar 9,4 % dan penurunan pendapatan lainnya sebesar 5,3%. Selain mengalami penurunan pendapatan dari perbangan berjadwal pihak manjemen mencatatkan kenaikan dari pendapatan penerbangan borongan sebesar 1% menjadi Rp 2.491 milliar di tahun 2009. Pihak perusahaan memperkirakan hal ini tidak akan berlangsung lama, di tahun 2010 pihak manajemen berkeyakinan bahwa pendapatan perusahaan akan mengalami peningkatan biarpun tidak naik secara signifikan hal ini didukung dengan peremajaan pesawat, penambahan rute penerbangan baik domestik maupun internasional, dan fokus ke konsumen kelas mengenah kebawah. 6

Total Pendapatan (US$ Juta) 2,168 2,001 1,574 1,328 1,421 2007 2008 2009 9M2009 9M2010 Untuk laba sebelum pajak dan bunga pihak perusahaan mengalami penurunan sebesar 14,9% menjadi Rp 876 milliar ini disebabkan akibat dari penurunan beban lainlain dan peningkatkan perolehan laba bersih perusahaan asosiasi sebesar Rp 9 milliar di tahun 2008 menjadi Rp 13 milliar ditahun 2009. Untuk tahun 2010 perusahaan memperkirakan penurunan laba perusahaan sebelum pajak menjadi Rp 9.18 milliar. EBITDAR (US$ Juta) EBITDA Lease Expense 84 142 75 199 297 283 126 184 149 102 2007 2008 2009 9M2009 9M2010 PELEPASAN SAHAM Setelah membukukan laba selama tiga tahun terakhir pihak manajemen berencana untuk melakukan Initial Public Ofering atau pelepasan saham perdana kepada publik (IPO), jumlah saham yang akan dilepas oleh pihak manajemen kepada publik sebanyak 9.362.429.500 lembar yang terdir dari 30% milik perseroan dan 10% milik Bank Mandiri dengan kisaran harga antara Rp 750 Rp 1100. Kementrian BUMN memutuskan harga perdana saham garuda sebesar Rp 750, dengan harga saham sebesar Rp 750 bisa dikatakan saham garuda terlalu murah hal ini dapat dilihat dari laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi dengan industri sejenis. Dikatakan murah karena prospek perusahaan kedepannya akan sangat menjajikan, sebab dengan 7

geografi Indonesia yang berkepulauan, memungkinkan transportasi diutamakan dengan menggunakan pesawat terbang, selain itu juga perusahaan semakin giat merambah pasar internasional dengan membuka berbagai jalur baru penerbangan internasional salah satu membuka jalur penerbangan ke India yang sedang dijajaki oleh pihak manajemen. Selain itu dengan harga sebesar Rp 750 per lembar saham akan mudah diserap oleh para investor baik nasional maupun internasional, selain akan mudah dimiliki investor dengan harga tersebut alasan lainnya ialah industri penerbangan di Indonesia terbilang unik karena belum ada transportasi yang lebih cepat dibanding penerbangan bila bepergian antarpulau. Pihak manajemen berencana menggunakan hasil pelepasan saham perdana ini untuk melakukan peremajaan armada pesawat sehingga akan memberikan pelayanaan yang optimal kepada para konsumen setia Garuda Indonesia. RINGKASAN KINERJA KEUANGAN (US $ juta) 2007 2008 2009 9M 2009 9M 2010 Pendapatan Penumpang 1,141 1,576 1,430 1,056 1,180 Pendapatan Kargo 90 106 94 67 95 Pendapatan Haji 169 257 262 44 Lain lain 174 229 215 161 146 Total R evenue 1,574 2,168 2,001 1,328 1,421 Beban Bahan Bakar 512 831 559 360 462 Beban Perawatan dan Perbaikan 122 124 121 81 98 Beban Promosi, Penjualan, dan ticketing 144 175 183 1,325 140 User Charges and Station C harges 124 147 159 106 111 Lain Lain 397 511 554 335 359 EBITDAR 274 381 425 310 251 Depresiasi dan Amortisasi (117) (145) (180) (137) (135) Beban Sewa Pesawat (75) (84) (142) (103) (149) Beban Bunga Bersih (42) (30) (19) (18) (9) Lain Lain (4) (9) (4) 2 2 E xtraodinary Itemc (20) (3) 34 11 61 Reported Net Income 17 109 114 64 22 Total Aset 1,339 1,715 1,659 1,614 1,594 Total Kewajiban 1,477 1,556 1,298 1,415 1,240 Total Ekuitas (138) 159 361 199 354 8