BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

KATA PENGANTAR. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

MAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D

17. Keputusan Menteri...

BAB I PENDAHULUAN TA- 100

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan masyarakatnya. Kondisi masyarakat yang sehat dan cerdas akan. tantangan global di masa kini dan di masa yang akan datang.

Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Meningkatnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dapat dikatakan

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika Oleh Frans simangunsong, S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN TUGAS AKHIR PANCASILA BAHAYA NARKOBA

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang (developing

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

BAB I PENDAHULUAN. serta tempat menerima dan memberi pelajaran.1 Sebagai mana yang kita ketahui

PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN BAHAYA NARKOBA PADA SISWA KELAS VIII-E MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adiktif). Guna menanggulangi hal tersebut maka para pelaku pelanggaran

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. menggolongkan perbedaan antara jenis obat psikotropika dan obat narkotika, serta

DRUG ABUSE KELOMPOK 5

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

BAB V PENUTUP. yang telah dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya.

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (Narkotika, alkohol dan zat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba, khususnya di Indonesia, saat ini

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

PUSAT REHABILITASI KRISTIANI TERPADU BAGI KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DAN STRES PSIKOSOSIAL DI UNGARAN

Kasus penyalahgunaan narkoba

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia akhir-akhir ini

I. UMUM. menjadi...

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

3 Badan Narkotika Provinsi Sulut, Op Cit, h.43 4 Pasal 1 angka 16 UU No 35 tahun 2009 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak orang dan terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Bahkan,

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

BAB III PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM BAGI PENGEDAR DAN PENYALAH GUNA MAGIC MUSHROOM. 3.1 Pertanggungjawaban Hukum Bagi Pengedar Magic Mushroom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa kanak-kanak dewasa. Karena itulah bila masa kanak-kanak dan remaja rusak karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengguna Narkoba. Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk dilaksanakan bagi pengguna narkoba. Zat yang terkandung dalam obat

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 56 / HUK / 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa yang kritis, yaitu saat untuk berjuang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. medis merupakan suatu bentuk penyalahgunaan yang dapat berakibat fatal di

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga

UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN PRIBADI MELALUI POLA HIDUP BERSIH DAN ANTI NARKOBA

BABl PENDAHULUAN. saat im sudah menjadi masalah nasional, karena masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi masalah baru di negara kita. Melalui The World Program of Action for

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat adiksi lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan IPTEK serta informasi berkembang sangat pesat. Remaja

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

PELAKSANAAN TUGAS INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR DI PUSKESMAS PERKOTAAN RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita-berita kriminalitas yang semarak di berbagai media, baik cetak maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA. NAPZA adalah narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain, yang populer dengan istilah narkoba. NAPZA ini telah menjadi momok yang sangat menakutkan bagi masyarakat. Penyalahgunaan NAPZA telah merasuk sampai ke sekolah-sekolah dan menjadi lahan bagi pengedar, tanpa memikirkan akibat buruk yang ditimbulkannya bagi bangsa dan negara (Joewana, 2005). Penyalahgunaan NAPZA menurut Joewana (2005) sangat memprihatinkan, terutama menimpa generasi muda sehingga merugikan pembangunan bangsa. Menurut laporan Rumah Sakit Ketergantungan Obat di Jakarta pada tahun 2005, dari penderita yang umumnya berusia 15-24 tahun, banyak yang masih aktif di SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Umumnya penggunaan pertama NAPZA diawali pada anak usia sekolah dasar atau SMP. Hal ini terjadi biasanya karena penawaran, bujukan, atau tekanan seseorang atau sekelompok orang kepadanya, misal oleh kawan sebayanya. Didorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, atau ingin memakai, anak mau menerima tawaran itu. Selanjutnya, tidak sulit baginya untuk menerima tawaran berikut. Dikemukakan pula oleh Monks dkk (2002), penyalahgunaan NAPZA disebabkan beberapa hal antara lain dorongan dan tekanan dari lingkungan sekitar, menentang orang tua, bentuk pelarian (menolak masalah, tugas, dan tanggung jawab). 1

2 Fenomena penyalahgunaan NAPZA harus segera diatasi karena permasalahan penyalahgunaan NAPZA merupakan bahaya yang sangat potensial untuk merusak pondasi bangsa. Penyalahgunaan NAPZA berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia dan masa depan bangsa, sebab korban utamanya adalah generasi muda. Hal ini berdampak buruk pada kesehatan, pendidikan, kehidupan sosial-ekonomi, dan ketahanan bangsa (Joewana, 2005). Joewana (2005) melanjutkan bahwa pemulihan penyalahgunaan NAPZA tidaklah mudah. Pemulihannya berlangsung lama dan meliputi aspek fisik, psikologik, sosial, spiritual, pendidikan, vokasional serta hukum. Biaya perawatannya mahal, jumlah sarananya pun sangat terbatas. Hanya 10% pecandu NAPZA memperoleh akses perawatan ke pusat-pusat terapi dan rehabilitasi, sebagian besar pecandu justru berada di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian perlu dikembangkan upaya pemulihan pecandu NAPZA berbasis masyarakat, yang dapat menjangkau dan melayani pecandu NAPZA dan keluarganya di tengah masyarakat. Di pusat terapi dan rehabilitasi inilah pengguna NAPZA akan diobati, diterapi dan disembuhkan. Tujuannya adalah untuk memudahkan yang telah sembuh nantinya untuk memasuki masyarakat kembali dengan suatu penyesuaian diri yang baik (Yatim, 1986). Walgito (1984) menyatakan bahwa penyesuaian diri adalah suatu proses ketika individu secara sadar atau tidak mengubah tingkah laku dan sikap proses mental dari beberapa aspek kepribadiannya dengan terciptanya suatu keselarasan antara dirinya dengan dunia luar dan lingkungannya.

3 Menurut Abdullah (dalam Willis, 2001) penanganan kasus pecandu narkoba di Indonesia dilakukan dengan pendekatan medis dan/atau spiritual, seperti di Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, ternyata kurang membawa hasil yang memuaskan, karena setelah penanganan tersebut klien hidup dalam masyarakat dan kembali kecanduan. Hal ini disebabkan karena pada diri klien belum terbentuk pertahanan diri untuk melawan godaan dari kelompok lamanya. Pertahanan diri bisa terbentuk melalui kesadaran klien terhadap bahaya narkoba bagi dirinya dan generasi muda lainnya. Menurut Jourand dan Landsman (dalam Willis, 2001) umumnya mantan pengguna NAPZA mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan baik dan kembali ke masyarakat, karena mantan pengguna NAPZA dituntut untuk memenuhi nilai, norma dan tuntutan sosial yang demokratis dan bersahabat. Dikemukakan pula oleh Lazarus dan Folkman (dalam Belia, 2006) bahwa mantan pengguna NAPZA akan mengalami stress terhadap lingkungan karena harus memulai menyesuaikan diri kembali dalam kehidupuan sosial, diantaranya mulai menjalin komunikasi dengan keluarga, teman serta lingkungan yang baik, sehingga diharapkan setelah keluar dari jerat ketergantungan NAPZA, mantan pengguna dapat menyesuaikan diri dengan baik. Menurut Hafidha (2004) faktor penyesuaian diri mempengaruhi jiwa mantan pengguna NAPZA dalam menghadapi masa depan, karena dalam proses penyesuaian diri itu sendiri mengandung kriteria antara lain adanya penerimaan sosial. Dalam hal ini mantan pengguna NAPZA merasa dirinya ditolak oleh masyarakat karena sudah ada cap yang buruk mengenai dirinya, sehingga tidak

4 ada penerimaan sosial yang wajar, dan berakibat muncul kurangnya penyesuaian diri pada mantan pengguna NAPZA. Untuk mampu menyesuaikan diri dengan baik, perlu adanya konsep diri yang baik dari mantan pengguna NAPZA. Menurut Brooks (dalam Yuniarti, 2005) konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologis, sosial, dan fisis. Dengan demikian konsep diri bukan saja gambaran deskriptif tentang diri kita, namun jug penilaian atas diri kita secara fisik, psikis dan sosial. Kebingungan yang dialami oleh mantan pengguna NAPZA terhadap peran apa yang akan dimainkannya nanti setelah keluar dari jerat narkoba akan berkaitan dengan konsep diri para mantan pengguna NAPZA. Menurut Newcomb (dalam Hafidha, 2004) bahwa konsep diri berasal dari proses interaksi sosial dan terbentuk saat mereka melihat dirinya seperti yang ditunjukkan orang lain, dalam hal ini mensayarakat yang telah memberi stempel buruk pada mereka. Konsep diri pada mantan pengguna NAPZA yang demikian bisa digolongkan sebagai konsep diri yang negatif, sehingga akan membentuk gambaran bahwa mereka adalah sampah yang harus disingkirkan dari masyarakat, yang kemudian membuat mereka merasa tidak punya harapan lagi untuk kembali ke masayarakat karena tidak akan diterima oleh masyarakat lagi. Mantan pengguna NAPZA yang memiliki konsep diri yang baik adalah mantan pengguna yang dapat menerima dan memahami kekurangan dan kelebihan terhadap kondisi yang telah terjadi pada dirinya sehingga mantan pengguna NAPZA tersebut dapat menemukan jati dirinya. Konsep diri positif menentukan

5 arah seseorang melihat permasalahan, keberhasilan dan berhubungan dengan orang lain. Sedangkan konsep diri negatif menentukan cara pandang seseorang yang bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganan untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi (Yuniarti, 2005). Fenomena ini terjadi pada FR, mantan pengguna NAPZA yang berusia 38 tahun. Dia mulai mengenal NAPZA sejak kelas 5 SD tahun 1981. FR telah akrab dengan ganja dan suka nongkrong dengan tetangganya di kediamannya bilangan Cililitan Jakarta. FR sering kongkow dengan para pemuda yang rata-rata pengangguran. Walaupun masih kecil, FR diperlakukan sebagai kerabat mereka dan sering diberi rokok kemudian FR diajak pemuda -pemuda preman untuk menghisap ganja. Karena FR telah terbiasa merokok sejak SD kelas 3-4, untuk menghisap ganja baginya tidak terlalu sulit akhirnya FR merasa keenakan menghisap ganja. Persediaan para preman lama-lama mulai habis, maka FR terpaksa membeli ganja tersebut dari bandar yang ditunjukkan para pemuda tersebut, dan hal ini berlangsung sampai FR memasuki perguruan tinggi (Willis, 2001). Lebih lanjut, setelah FR sembuh dari perawatan di rumah sakit selama dua bulan, FR kembali menghubungi teman-temannya untuk mencari putaw, karena pengawasan orang tua yang semakin ketat akhirnya FR katahuan membawa penghisap putaw di tas kuliahnya. Kemudian FR dibawa ke panti rehabilitasi sampai berulang kali dan FR masih tetap kembali menghubungi teman-temannya. Pada tanggal 23 April 2001 bibi FR melakukan penanganan

6 terhadap FR dengan menggunakan Konseling Terpadu dan sekarang FR bisa sembuh (Willis, 2001) Setelah mengikuti terapi di tempat rehabilitasi FR mengalami perubahan perilaku. FR tidak lagi mengalami sakaw (merasa sakit sekali karena keinginan mengkonsumsi putaw) dan FR mulai banyak teman yang baik di lingkungannya. Sekarang FR sudah dapat menyesuaikan diri dengan berbagai kalangan masyarakat seperti mahasiswa, guru-guru, ulama, cendekiawan, dan tokoh masyarakat, serta para siswa SLTA. Di samping itu, timbul rasa tanggung jawab sosial untuk menolak narkoba dan mengkampanyekan kepada para siswa agar tidak mengikuti langkahnya yang salah (Willis, 2001). Willis (2001) melanjutkan bahwa FR berhasil keluar dari narkoba dan sekarang dia mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, tetapi tidak semua mantan pengguna NAPZA bisa seperti FR, ini tergantung dari konsep diri yang dimiliki mantan pengguna NAPZA. Selain itu, dukungan keluarga dan lingkungan turut berperan dalam membentuk konsep diri yang nantinya akan mempengaruhi penyesuaian diri mantan pengguna NAPZA. Berdasarkan fenomena di atas da pat dikatakan bahwa mantan pengguna NAPZA adalah individu yang sudah sehat secara fisik tidak memperlihatkan tanda-tanda sebagai mantan pengguna NAPZA dan kejiwaan tidak memiliki niat untuk kembali dari ketergantungan narkotika, umumnya memiliki pengetahua n dan empati yang tinggi terhadap kasus, sehingga mampu untuk melakukan deteksi kasus ketergantungan narkotika (Husin, 2001). Banyaknya kasus penyalahgunaan NAPZA saat ini, belum diketahui data tentang pengguna NAPZA yang sudah

7 sembuh secara total. Data yang dapat dilampirkan adalah data yang berasal dari Rumah Dampingan Terapi dan Rehabilitasi Cemara di Bandung pada tahun 2004 yaitu dari 47 pengguna NAPZA, yang telah sembuh sebanyak 13 orang dan sisanya masih dalam perawatan (Patrianto, 2004). Para pecandu yang gagal, lanjut Patrianto (2004) jumlahnya lebih banyak yaitu 24 orang. Hal ini disebabkan mahalnya biaya pengobatan yang mencapai angka sebesar Rp 2,5 juta/bulan. Padahal, waktu untuk merehabilitasi pengguna bisa mencapai 10 bulan. Sehingga banyak orang tua pecandu tak mampu membiayainya Faktor lainnya, tidak ada atau kurang motivasi dari pecandu sendiri untuk sembuh. Hal itu bisa disebabkan banyak faktor, yang salah satunya adalah munculnya kerinduan untuk mengonsumsi narkoba kembali. Menurut Frontala (dalam Patrianto,2004) dokter di rumah dampingan itu menyebutkan, untuk memulihkan pengguna tidak mudah, apalagi jika sudah masuk kategori pengguna kelas berat. Artinya, dia menggunakan narkotik dengan jumlah dosis yang besar dan jenisnya berat, misalnya putaw. Cara pemulihannya pertama-tama, dengan detoksifikasi, yaitu menetralisasi racun bekas narkotik yang ada dalam tubuh pengguna, dengan cara membiarkan mereka ketika sedang sakaw. Tidak seperti rumah rehabilitasi lainnya, pengelola Rumah Cemara tida k memberikan narkotika sedikit pun, tapi membiarkannya sambil didampingi seorang pengelola Rumah cemara. Hal itu berlangsung sekira 2 hingga 3 hari, bergantung jenis narkotika yang dikonsumsinya. Selama itu pula, mereka biasanya menderita diare, muntah, suhu badan panas dingin, serta keluar semacam lendir dari mulutnya. Jika para pengguna narkoba itu lolos melalui fase tersebut,

8 biasanya dalam jangka satu atau dua minggu, urinenya sudah tidak mengandung racun atau negatif. Apabila tidak tahan, pengguna dirujuk ke rumah sakit untuk diberi pengobatan semestinya. Tetapi, mereka tetap tidak akan pernah diberi narkotik. Menurut Hidayat (dalam Patrianto, 2004), dokter spesialis kesehatan jiwa, juga salah satu dokter yang menangani rumah rehabilitasi menyebutkan, justru yang sulit adalah therapy community. Artinya, terapi dalam pergaulan masyarakat di sekitar atau di lingkungan keluarga. Misalnya, sebelumnya pengguna narkoba itu tidak disiplin menjadi disiplin, yang tadinya tidak sopan menjadi sopan, bisa memercayai orang lain, mengatur hidup normal, mengendalikan emosi dan lain -lain. Setelah melalui fase tersebut, biasanya muncul godaan lainnya, yaitu kerinduan akan mengonsumsi narkotika atau disebut suges. Jika dibiarkan, mereka kemungkinan besar akan menggunakannya kembali. Maka tugas pengelola Rumah Cemara untuk mendampinginya agar tidak terjerumus kembali. Mantan pengguna NAPZA yang memiliki konsep diri yang baik akan mampu menyesuaikan diri dalam lingkungannya. Dia akan menunjukkan kepada masyarakat bahwa dirinya mampu berkompetisi dan berhubungan dengan masyarakat, sehingga memudahkan mantan pengguna NAPZA untuk bergaul dengan masyarakat kembali. Tetapi bila mantan pengguna NAPZA tersebut mempunyai konsep diri yang kurang, maka dia akan kesulitan dalam menyesuaikan diri dan cenderung menarik diri dari lingkungan sosial. Dia akan mengalami kesulitan dalam bergaul, karena dia menganggap bahwa dirinya

9 merupakan aib bagi masyarakat, yang nantinya akan memungkinkan mantan pengguna NAPZA untuk melakukan bunuh diri. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang tersebut di atas maka penilis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai konsep diri dan penyesuaian diri pada mantan pengguna NAPZA. Berdasarkan rumusan masalah, penulis melakukan penelitian dengan judul Konsep D iri dan Penyesuian Diri pada Mantan Pengguna NAPZA. B. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bentuk konsep diri yang dimiliki mantan pengguna NAPZA. 2. Untuk mengetahui bentuk penyesuaian diri mantan pengguna NAPZA dalam masyarakat 3. Untuk mengetahui peran konsep diri dalam penyesuaian diri pada mantan pengguna NAPZA. C. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Mantan Pengguna NAPZA Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pemikiran kepada mantan pengguna NAPZA dalam penyesuaian diri dan konsep diri. Masa lalu yang suram bukanlah suatu halangan untuk bergaul dan mengaktualisasikan

10 diri. Sesungguhnya tiap manusia memiliki kelemahan disamping kelebihan. Jadi tunjukkanlah kelebihan kita untuk menutupi kelemahan yang ada. 2. Masyarakat Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pemikiran kepada masyarakat bahwa mantan pengguna NAPZA bukanlah orang yang aneh. Sebagai masyarakat yang baik kita harus bisa memberikan dukungan moral supaya mantan pengguna NAPZA tersebut tidak kembali menjadi pecandu dan mampu menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat. 3. Peneliti lain Dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi peneliti dan dapat lebih mengembangkan ilmu psik ologi perkembangan khususnya dalam penyesuaian diri dan konsep diri.