HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 BMT Al-Fath IKMI Profil BMT Al-Fath IKMI

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah :

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

BAB II STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR BAGI HASIL TABUNGAN MUDHARABAH. Wattamwil yaitu simpanan (funding) dan pembiayaan (financing).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI. Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar

KERANGKA PEMIKIRAN III.

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

BAB III HASIL PENELITIAN. yang peduli terhadap perkembangan ekonomi umat. BMT PAM merupakan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN. 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

By : Angga Hapsila, SE.MM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Proses Akad Ijarah Multiguna Untuk Biaya Umroh. multiguna untuk biaya umroh yang diserahkan kepada nasabah diharapkan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Prosedur Pembiayaan Musyārakah Pada Bank Negara Indonesia. Syariah Kantor Cabang Banjarmasin

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis Mekanisme Pembiayaan Bai u Bithaman Ajil di BMT Matra

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Risiko Pembiayaan dengan Akad Murabahah di BTM Wiradesa

BAB IV PEMBAHASAN. A. Prosedural deposito sebagai jaminan pembiayaan pada PT. Bank. a. Dana aman dan terjamin dikelola secara syariah.

Kesimpulan dan Saran 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Akad Mudharabah di BMT Harapan Ummat. a. Telah masuk sebagai anggota. sebesar Rp ,-.

BAB III STRATEGI PROMOSI PRODUK SIM A (SIMPANAN ANAK-ANAK) DI BMT CITRA KEUANGAN SYARIAH COMAL

BAB IV PEMBAHASAN. perorangan maupun badan usaha non badan hukum dengan total exposure. a. Ketentuan Umum dalam melakukan penilaian agunan adalah :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Murabahah di BPRS Bangun Drajat Warga

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan untuk beragam keperluan, baik produktif (investasi dan modal

BAB IV MEKANISME DAN ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA SEKTOR PERTANIAN A.

No.8/26/DPbS Jakarta, 14 November 2006 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak hanya lembaga keuangan perbankan, namun juga dijalankan oleh lembaga

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DATA. A. Gambaran Umum BMT Amanah Ummah

ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN PINJAMAN MODAL KERJA GUNA MEMINIMALISIR PINJAMAN MACET (Studi Pada KUD BATU )

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah untuk Pertanian di KSPPS TAMZIS Cabang Batur

BAB IV PEMBAHASAN. A. Faktor Yang Menyebabkan timbulnya Pembiayaan Bermasalah. diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan

BAB III GAMBARAN UMUM KJKS BMT AL FATH PESAGEN GUNUNGWUNGKAL PATI

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

SKRIPSI PENERAPAN PRINSIP KEKELUARGAAN DALAM PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA BMT AL-AMIN MAKASSAR KALYISAH BAHARUDDIN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Pelaksanaan Jaminan Fidusia di Bank Syariah Mandiri KCP Solok. menanyakan langsung kepada pihak warung mikro itu sendiri.

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pengertian pembiayaan mikro dan prosedur pembiayaan mikro. menambah modal usaha nasabah dengan harapan agar usahanya lebih

BAB V PEMBAHASAN. A. Kebijakan Harga Jual Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Gambaran Singkat Profil KJKS Pringgodani. 1. Sejarah Berdirinya KJKS Pringgodani

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Baitul Maal Waat Tamwil (BMT) Pengertian Baitul Maal Waat Tamwil (BMT)

BAB IV ANALISIS MEKANISME PEMBIAYAAN MIKRO PADA BANK BRI SYARIAH. pembiayaan/penilaian pembiayaan yang dilakukan yaitu analisis 5C (Character,

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. A. Karakteristik Pembiayaan Produk Flexi ib Hasanah BNI Syariah Kantor

BAB II LANDASAN TEORI

INTERNAL CONTROL QUESTIONNAIRES PADA PENGENDALIAN INTERN ATAS PEMBERIAN KREDIT PADA KOPERERASI PATRA. Pemberian Kredit

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN DEBITUR PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT ANKASA KABUPATEN PEKALONGAN

BAB III PROFIL BMT MATRA PEKALONGAN. A. Latar Belakang Berdirinya BMT Matra Pekalongan

MUD}A>RABAH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG JOMBANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah pada KSPPS Tunas. Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual

BAB IV PEMBAHASAN. A. Prosedur pemberian pembiayaan murabahah pada Bank Syariah

BAB IV MEKANISME PENILAIAN BARANG JAMINAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA KSPPS BINAMA SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akad Mudharabah Pada PembiayaanPertanian Di KSPPS

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

Dasar-Dasar Pembiayaan Bank Syariah

Transkripsi:

29 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 BMT Al-Fath IKMI 4.1.1 Profil BMT Al-Fath IKMI BMT Al-Fath IKMI adalah lembaga keuangan mikro syariah yang notabenenya adalah lembaga keuangan aset umat dengan prinsip operasionalnya mengacu pada prinsip-prinsip syari'at Islam. BMT Al- Fath IKMI dibentuk dalam upaya memberdayakan umat secara kebersamaan melalui kegiatan simpanan dan pembiayaan serta kegiatankegiatan lain yang berdampak pada peningkatan ekonomi anggota dan mitra binaan ke arah yang lebih baik, lebih aman, serta lebih adil. BMT (Baitul Maal wat Tamwiil) Al-Fath IKMI dirintis oleh 25 orang pendiri pada tanggal 13 Oktober 1996, dan kini jumlah pendirinya menjadi 31 orang. Sebagai lembaga yang mengemban misi sosial, maka dibentuklah divisi Baitul Maal yang dikelola secara terpisah agar dapat berjalan secara optimal melayani umat. Sebagai lembaga bisnis maka dibentuklah Baitut Tamwil dengan dikelola oleh tenaga muslim yang profesional dibidang keuangan. Struktur organisasi BMT Al-Fath IKMI dapat dilihat pada lampiran 1. Visi BMT Al-Fath IKMI adalah Meningkatkan kualitas keimanan anggota dan mitra binaan sehingga mampu berperan aktif sebagai khalifah Allaah SWT. Misi BMT Al-Fath IKMI adalah Menerapkan prinsip-prinsip syari'at dalam kegiatan ekonomi, memberdayakan pengusaha kecil dan menengah, dan membina kepedulian aghniyaa (orang mampu) kepada dhuafaa (kurang mampu) secara terpola dan berkesinambungan. 4.1.2 Produk BMT Al-Fath IKMI BMT Al-Fath IKMI memiliki produk dan layanan di bidang jasa keuangan. Produk yang dimiliki oleh BMT Al-Fath IKMI adalah Tawakal (Tabungan Wadiah BMT Al-Fath)

30 Simpanan dari mitra yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Tabungan ini menggunakan prinsip wadiah /titipan. Dalam tabungan ini BMT Al-Fath tidak wajib memberikan bagi hasil kepada penabung. BMT Al-Fath boleh memberikan bonus setiap bulan sesuai dengan kebijakanbmt Al-Fath. Tabah (Tabungan berjangka Al-Fath) Tabungan / investasi dengan menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah yang penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang dikehendaki. Pilihan jangka waktu yang dapat dipilih adalah: 3 Bulan dengan nisbah 25% (mitra): 75% (BMT), 6 Bulan dengan Nisbah 30% mitra: 70% (BMT), 9 Bulan dengan nisbah 35%(mitra): 65% (BMT) dan 12 bulan dengan nisbah 40% (mitra): 60% (BMT). Sidik (Simpanan Pendidikan) Bentuk simpanan yang alokasi dananya diperuntukan untuk dana pendidikan bagi putra-putri mitra. Penarikan dapat dilakukan dua kali dalam satu tahun, pertama pada saat ajaran baru, kedua pada saat semester. Simpanan dengan prinsip mudharabah mutlaqah ini akan mendapat bagi hasil setiap bulan dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT). Simpanan Idul Fitri Simpanan yang direncanakan untuk keperluan idul fitri. Penarikan dilakukan satu kali menjelang idul fitri. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT). Simpanan Qurban Simpanan yang diperuntukan untuk keperluan pembelian hewan qurban. Penarikan dilakukan satu kali menjelang ibadah qurban. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).

31 Simpanan Nikah Simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan pernikahan. Penarikan dilakukan satu kali, satu bulan menjelang pernikahan. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT). Simpanan Haji Simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan untuk menunaikan haji. Penarikan dilakukan satu kali. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT). Pembiayaan Mudharabah Akad kerjasama antara BMT selaku pemilik modal (Shahibul Maal) dengan mitra selaku pengelola usaha (mudharib) untuk mengelola usaha yang produktif dan halal. Dan hasil keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati kedua belah pihak. Pembiayaan Musyarakah Akad kerjasama usaha produktif dan halal antara BMT dengan mitra dimana sumber modalnya dari kedua belah pihak. Keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati kedua belah pihak. Sedangkan kerugian ditanggung kedua belah Pihak sesuai dengan porsi modal masing-masing. Piutang Murabahah Akad jual beli barang antara mitra dengan BMT Al-Fath IKMI dengan menyatakan harga perolehan/harga beli/ harga pokok ditambah keuntungan/margin yang disepakati kedua belah pihak. BMT membelikan barang-barang yang dibutuhkan mitra atau BMT memberi kuasa kepada mitra untuk membeli barang-barang kebutuhan mitra atas nama BMT. Lalu barang tersebut dijual kepada mitra dengan harga pokok ditambah dengan keuntungan yang diketahui dan disepakati bersama dan diangsur selama jangka waktu tertentu.

32 Piutang Ijarah Akad sewa menyewa barang atau jasa antara BMT Al-Fath IKMI dan mitra. BMT Al-Fath IKMI menyewakan jasa atau barang kepada mitra dengan harga sewa yang telah disepakati dan diangsur selama jangka waktu tertentu. 4.1.3 Analisis Pembiayaan BMT Al-Fath IKMI Proses penyaluran dana yang dilakukan BMT Al-Fath IKMI diawali dengan adanya permohonan pembiayaan yang diajukan oleh mitra BMT dengan menyertakan fotocopy KTP, Kartu Keluarga, surat nikah, slip gaji, kepemilikan agunan, dan pas foto. Selanjutnya Customer Service dan Account Officer BMT Al-Fath IKMI melakukan pemeriksaan kelengkapan berkas. Jika berkas yang disertakan lengkap dan sesuai persyaratan maka tim BMT Al-Fath IKMI melakukan survey kepada mitra, namun jika berkas belum lengkap maka BMT Al-Fath IKMI mempersilakan mitra untuk melengkapinya terlebih dahulu. Pada survey yang dilakukan oleh BMT Al-Fath IKMI dilakukan juga analisis kelayakan usaha mitra. Jika hasil analisis dinyatakan tidak layak maka permohonan pembiayaan ditolak. Sedangkan jika analisis kelayakan usaha dinyatakan layak maka mitra dipanggil untuk menghadap kepada komite pembiayaan untuk dilakukan pengikatan dan penyelesaian administrasi. Selama usaha mitra dibiayai, maka tim BMT Al-Fath IKMI akan melakukan monitoring kepada mitra tersebut. Diagram alir penyaluran pembiayaan dapat dilihat pada lampiran 2. BMT Al-Fath IKMI melakukan analisis pembiayaan sebelum melakukan penyaluran dana. Analisis tersebut dilakukan berdasarkan faktor-faktor penilaian pembiayaan yang berpedoman pada prinsip 5-P: People (orang/karakter) Orang atau mitra pemohon pembiayaan merupakan titik sentral yang harus diperhatikan dalam setiap pemberian pembiayaan. Oleh karena itu, BMT Al-Fath IKMI harus mendapatkan keyakinan terhadap mitra pembiayaan melalui penilaian karakter dari mitra pembiayaan tersebut.

33 Purpose (tujuan penggunaan) BMT Al-Fath IKMI menganalisis apakah tujuan penggunaan dana oleh mitra pembiayaan apakah dapat menunjang kegiatan usaha mitra dan sesuai dengan tujuan pemberian pembiayaan BMT Al-Fath IKMI. Prospect (peluang pasar) BMT Al-Fath IKMI menilai apakah usaha yang dijalankan oleh mitra memiliki peluang pasar yang baik untuk dijalankan atau tidak dengan disesuaikan kepada kondisi makro lingkungan usaha. BMT Al-Fath IKMI juga harus mampu melakukan penilaian terhadap risiko bisnis dari usaha mitra pembiayaan. Payment (kemampuan bayar) Penilaian mengenai sumber pembayaran pembiayaan dari calon mitra apakah tersedia dan aman serta apakah setelah pemberian pembiayaan, mitra memiliki sumber pendapatan yang cukup untuk pembayaran pembiayaan. Protection (agunan) Penilaian mengenai jaminan mitra pembiayaan untuk mengantisipasi sekiranya terjadi hal yang di luar perkiraan. Agunan atau jaminan merupakan second way out jika mitra tidak mapu melunasi pembiayaan. Semakin besar nilai agunan maka semakin kecil risiko kerugian akibat gagal bayar. Saat melakukan analisis pembiayaan BMT Al-Fath IKMI menggunakan Formulir Permohonan Pembiayaan, Rancangan Anggaran Belanja Mitra, dan berkas-berkas kelengkapan. Selain itu, Account Officer melakukan tinjauan lapangan kepada mitra pembiayaan untuk memperoleh informasi lebih lengkap dan melihat langsung aset yang akan dijadikan jaminan oleh mita pembiayaan. Selama melakukan analisis pembiayaan Tim BMT Al-Fath IKMI harus mematuhi petunjuk kerja. Petunjuk ini digunakan untuk membantu Tim pembiayaan dalam menganalisis agar tidak salah dalam menganalisis sehingga hasil analisis dapat mengurangi potensi gagal

34 bayar dari mitra pembiayaan. Petunjuk kerja yang telah disusun BMT Al-Fath IKMI adalah 1. Kualitas pembiayaan lebih penting daripada ekspansi pembiayaan 2. kejujuran anggota adalah skala prioritas utama dalam penilaian 3. jika tidak memahami usaha anggota, jangan berikan pembiayaan 4. putusan pembiayaan tanpa tekanan hati 5. terlalu naif berfokus pada agunan 6. bila muncul keraguan, sebaiknya ditolak atau ditangguhkan putusan 7. bila anggota meminta jawaban putusan secepatnya, jawaban yang paling tepat adalah tolak 8. telusuri dengan seksama kemana arah penggunaan dana BMT 4.1.4 Identifikasi Risiko Gagal Bayar BMT Al-Fath IKMI Informasi-informasi dari mitra pembiayaan yang diperoleh dari analisis pembiayaan digunakan untuk mengidentifikasi penyebab risiko gagal bayar. BMT Al-Fath IKMI sendiri sudah mendefinisikan pembiayaan bermasalah. Menurut BMT Al-Fath IKMI pembiayaan bermasalah adalah - Pembiayaan yang tidak lancar - Pembiayaan dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang dijanjikan - Pembiayaan yang tidak menepati jadwal angsuran - Pembiayaan yang memiliki potensi merugikan BMT - Pembiayaan yang memiliki potensi menunggak dalam satu waktu tertentu BMT Al-Fath IKMI sendiri telah mengidentifikasi gejala-gejala gagal bayar. Gejala-gejala tersebut disusun berdasarkan pengalaman masa lalu dan monitoring yang dilakukan Tim BMT Al-Fath IKMI. Gejala tersebut adalah - Baki kredit simpanan menurun Pembayaran angsuran tersendat-sendat Sering meminta penundaan pembayaran Terjadi penyimpangan penggunaan pembiayaan

35 Mengajukan perpanjangan pembiayaan Sering menghindar saat penagihan Adanya hutang ke pihak lain Isi tempat usaha kosong Memulai usaha baru Adanya sengketa keluarga Adanya informasi negatif dari pihak lain Kesehatan mitra pembiayaan menurun Mitra pembiayaan meninggal Mitra pembiayaan menikah kembali Menggunakan pembiayaan yang diberikan usaha untuk membeli barang-barang konsumtif BMT Al-Fath IKMI telah merumuskan penyebab-penyebab gagal bayar pembiayaan. Penyebab-penyebab tersebut dibagi ke dalam dua faktor, yaitu faktor internal BMT dan faktor internal mitra pembiayaan. Penyebab tersebut adalah Faktor Internal BMT : 1. Lemah dalam analisis pembiayaan : data kurang akurat, pembiayaan terlalu sedikit, pembiayaan terlalu banyak, jangka waktu terlalu lama, jangka waktu terlalu pendek 2. Kelemahan dalam dokumen, data mengenai pembiayaan anggota tidak terdokumentasikan dengan baik, pengawasan atas fisik dokumen kurang 3. kelemahan dalam supervisi pembiayaan : pengawasan kurang rutin, tindakan pencegahan kurang dini, anggota terlalu banyak, nggota terpencar domisilinya 4. Kecerobohan petugas lapangan disebabkan oleh terlalu bernafsu memperoleh laba, terlalu kompromistis, tidak memiliki kebijakan yang matang, terlalu percaya dan menggampangkan masalah, tidak mampu menyaring risiko bisnis, kurang proaktif dan terlalu reaktif 5. Kelemahan kebijakan Pembiayaan 6. Kelemahan dalam jaminan

36 7. Kelemahan SDM 8. Kelemahan teknologi 9. Kecurangan petugas Faktor Internal Mitra Pembiayaan : 1. Kelemahan karakter 2. kelemahan kemampuan 3. Musibah 4. penyimpangan penggunaan dana 5. sengketa keluarga 6. terlibat banyak hutang 4.2 Identifikasi Risiko dengan Analisis Diskriminan Identifikasi risiko yang dilakukan BMT Al-Fath IKMI merupakan identifikasi risiko setelah terjadinya pemberian pembiayaan. Identifikasi risiko juga dapat dilakukan sebelum pembiayaan cair atau saat calon debitur mengajukan permohonan pembiayaan. Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan menganalisis informasi dari permohonan yang dilakukan oleh calon debitur. BMT Al-Fath IKMI mewajibkan calon debitur mengisi Formulir Permohonan Pembiayaan. Informasi yang diisi oleh calon debitur tersebut harus sesuai dan berdasarkan calon debitur sendiri. Secara garis besar Formulir Permohonan Pembiayaan mencakup informasi tentang 5C (characteristic, capital, capacity, collateral, dan condition). Semakin rinci informasi yang diberikan oleh calon debitur maka akan semakin membantu BMT Al-Fath IKMI dalam menilai debitur. Kebenaran informasi dari Formulir Permohonan Pembiayaan juga harus diperiksa kebenarannya dengan surat-surat keterangan lain dari instansi terkait dan survey langsung oleh Account Officer BMT Al-Fath IKMI. Setelah informasi mengenai debitur diperoleh dan telah diperiksa kebenarannya, BMT Al-Fath IKMI dapat menggunakan informasi-informasi tersebut untuk memprediksi kolektabilitas calon debitur. Kendala yang dihadapi oleh BMT Al-Fath IKMI adalah kemampuan debitur dalam memberikan informasi. Salah satu contoh rendahnya kemampuan debitur

37 adalah masih ada calon debitur yang tidak mampu membaca, menulis, dan menghitung sehingga tidak mampu mengisi Formulir Permohonan Pembiayaan. Selain itu, kurangnya kemampuan calon debitur dalam mengelola usahanya. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang dapat digunakan untuk memprediksi kolektabilitas debitur dan memprediksi kolektabilitas debitur berdasarkan faktor-faktor tersebut. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Diskriminan. Alat analisis ini dapat melakukan dua hal sekaligus, yaitu mengelompokkan debitur dan mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat digunakan untuk memprediksi kolektabilitas debitur. Analisis diskriminan hanya dapat digunakan jika skala pengukuran minimal bersifat interval. Informasi yang diperlukan dalam analisis diskriminan diperoleh dari Formulir Permohonan Pembiayaan dan berkas-berkas penunjang lainnya yang diberikan debitur, seperti kartu keluarga dan lain-lain. Berdasarkan formulir tesebut data yang dapat dikumpulkan adalah informasi mengenai jenis kelamin, usia, status pernikahan, status mitra, pendidikan terakhir, tempat tinggal, lama usaha, status tempat usaha, pembiayaan lalu, pengajuan ke, jumlah pengajuan, akad, skala, plafon, margin, jenis jaminan, harga taksiran, total pendapatan, total biaya hidup, dan harga belanja calon debitur. Namun, karena analisis diskriminan hanya dapat digunakan untuk minimal skala interval, maka informasi yang digunakan untuk variabel predictors adalah usia, lama usaha, pembiayaan lalu, pengajuan ke, jumlah pengajuan, skala angsuran, plafon, margin, harga taksiran jaminan, total pendapatan, total biaya hidup, dan harga belanja. Informasi mengenai pendidikan dan jenis angsuran dapat digunakan dengan pengolahan terlebih dahulu. Pendidikan dijadikan skala ordinal berdasarkan tingkat pendidikan mulai dari yang terendah hingga tetinggi. Begitu juga dengan jenis jaminan diberikan peringkat berdasarkan nilai agunannya berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 8/19/PBI/2006 pasal 13. Aset usaha dan ijazah diberi peringkat terndah sedangkan tabungan debitur diberi peringkat tertinggi. Setelah keduanya dijadikan skala ordinal data

38 tersebut diolah dengan menggunakan Macro Minitab, yaitu gmacro1. Sehingga variabel predictors untuk analisis diskriminan ini adalah usia, lama usaha, pembiayaan lalu, pengajuan ke, jumlah pengajuan, skala angsuran, plafon, margin, harga taksiran jaminan, total pendapatan, total biaya hidup, harga belanja, pendidikan, dan jaminan, sedangkan kolektabilitas sebagai variabel respon. Gambar 4. Hasil analisis diskriminan Murabahah Analisis diskriminan dilakukan dengan mengelompokkan debitur berdasarkan variable predictor yang berasal dari Formulir Permohonan Pembiayaan. Variabel predictor yang digunakan seharusnya dapat mewakili prinsip 5C akan tetapi pada kenyataannya data Capital (modal) debitur tidak dapat diperoleh karena debitur tidak mampu mengisinya, sehingga variable predictor yang digunakan hanya mewakili 4C, yaitu characteristic, capacity, collateral, condition. Jumlah debitur yang termasuk ke dalam kelompok kolektabilitas 1 (lancar) sebanyak 16 orang, kolektabilitas 2 (dalam perhatian khusus) sebanyak 10 orang, kolektabilitas 3 (kurang lancar) sebanyak 2 orang, kolektabilitas 4 (diragukan) sebanyak 5 orang, dan kolektabilitas 5 (macet) sebanyak 11 orang. Debitur yang dapat mengembalikan pembiayaan dengan baik adalah kolektabilitas 1 dan 2 yang berjumlah 26 orang. Debitur yang dapat menyebabkan gagal bayar adalah debitur yang berada pada

39 kolektabilitas 3, 4, dan 5 yang berjumlah 18 orang. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi debitur pada BMT Al-Fath berada pada kondisi mampu mengembalikan pembiayaan dengan baik, meskipun jumlahnya tidak terlalu berbeda. Total keseluruhan debitur yang dikelompokkan sebanyak 44 orang. Jumlah tersebut berkurang karena pada proses analisis diskriminan dilakukan penghapusan debitur yang misclassification agar proporsi kebenaran mencapai 100%. Gambar 5. Fungsi diskriminan Murabahah Gambar 5 menampilkan fungsi diskminan untuk murabahah. Fungsi ini dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kolektabilitas debitur. Penggunaan fungsi ini adalah analis pembiayaan meminta data mengenai usia debitur hingga harga belanja debitur, kemudian informasi tersebut dikalikan dengankoefisien variable, jumlah terbesar akan menunjukkan kolektabilitas debitur yang diprediksi. Pada kolektabilitas 1, variable predictor pendidikan terakhir, usia, pengajuan ke mewakili characteristic debitur. Sebagian besar pendidikan terakhir debitur adalah SMA yang berarti sudah mampu memahami prosedur serta kewajiban pembiayaan. Rata-rata Usia debitur adalah 42. Rata-rata jumlah pengajuan yang telah dilakukan debitur sebanyak 4 kali. Variable total pendapatan dan total biaya hidup pada kolektabilitas 1 memiliki rata-rata pendapatan Rp6,960,000 dan rata-rata biaya hidup Rp2,370,000. Variable total pendapatan dan biaya hidup digunakan untuk mengetahui kapasitas atau

40 kemampuan debitur dalam melaksanakan kewajiban mengembalikan pembiayaan. Pada kolektabilitas 1 total pendapatan lebih besar daripada biaya hidup sehingga debitur dapat melunasi kewajibannya. Variable jenis jaminan mewakili prinsip collateral pada prinsip 5C. sebagian besar jenis jaminan debitur yang berada pada kolektabilitas 1 adalah AJB Tanah yang memiliki nilai agunan 60% dari nilai jual objek pajak. Prinsip condition diwakili oleh lama usaha debitur. Rata-rata lama usaha debitur adalah 7.43 tahun. Pada kolektabilitas 2, kondisi pendidikan terkakhir debitur pada kolektabilitas 2 adalah SMA yang berarti sudah mampu memahami prosedur dan kewajiban pembiayaan. Selain pendidikan variable predictor yang mewakili prinsip characteristic adalah pengajuan ke dan usia. Rata-rata pengajuan ke debitur kolektabilitas 2 adalah 5 kali dan rata-rata usaia debitur adalah 36 tahun. Variable predictor yang mewakili collateral adalah jenis jaminan. Jenis jaminan yang paling banyak digunakan pada kolektabilitas 2 adalah kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor memiliki nilai agunan 50% dari nilai jual obyek pajak. Variable total pendapatan dan biaya hidup termasuk ke dalam prinsip capacity atau kemampuan debitur untuk memenuhi kewajibannya. Rata-rata pendapatan debitur yang berada pada kolektabilitas 2 adalah Rp5,510,000 sedangkan rata-rata biaya hidup debitur Rp2,700,000. variable predictor yang mewakili condition adalah lama usaha. Rata-rata lama usaha debitur adalah 6.43 tahun. Pada kolektabilitas 3, sebagian besar pendidikan terakhir debitur pada kolektabilitas 3 adalah SMA. Latar belakang pendidikan debitur kolektabilitas 3 sama dengan kolektabilitas 1 dan 2. Rata-rata pengajuan ke debitur pada kolektabilitas 3 adalah 4 kali. Rata-rata Usia debitur adalah 36 tahun. Ketiga variable predictor tersebut termasuk ke dalam prinsip characteristic. Total pendapatan debitur kolektabilitas 3 adalah Rp6,590,000, total biaya hidup debitur kolektabilitas 3 sebesar Rp4,340,000, sedangkan haraga belanja yang diberikan kepada debitur kolektabilitas 3 rata-rata berjumlah Rp21,330,000. Perbandingan antara jumlah pendapatan dengan harga belanja sangat jauh. Kondisi inilah yang mengakibatkan debitur tidak mampu membayar kewajibannya karena pendapatan yang diperolehnya tidak dapat menutupi

41 kewajiban dan kebutuhan hidupnya. Jenis jaminan yang paling banyak digunakan debitur kolektabilitas 3 adalah kendaraan bermotor yang memiliki nilai agunan 50% dari nilai jual obyek pajak. Rata-rata lama usaha debitur adalah 5.86 tahun Pada kolektabilitas 4, variable predictor untuk mengetahui characteristic debitur adalah pengajuan ke, usia, dan pendidikan terakhir. Rata-rata pengajuan debitur adalah 3 kali dan pendidikan terakhir sebagian besar SD dan SMA. Bagi debitur yang memiliki pendidikan SD, faktor pendidikan dapat dijadikan salah satu penyebab debitur tidak mampu membayar adalah kurangnya kemampuan debitur dalam memahami persyaratan dan kewajiban sebagai debitur. Rata-rata pengajuan ke debitur adalah 3 kali dan rata-rata usia debitur adalah 48 tahun. Jenis jaminan yang digunakan debitur kolektabilitas 4 adalah AJB tanah yang memiliki nilai agunan 60% dari nilai jual objek pajak. Pada variable predictors yang mewakili prinsip capacity adalah harga belanja, total biaya hidup, dan total pendapatan. Harga belanja debitur kolektabilitas 4 rata-rata sebesar Rp9,700,000, total biaya hidup rata-rata debitur adalah Rp2,133,800, dan total pendapatan rata-rata sebesar Rp4,008,000. Perbandingan antara pemasukan dengan pengeluaran debitur tidak berbeda jauh sehingga kondisi ini dapat dijadikan penyebab debitur berada pada kolektabilitas 4. variable predictor yang mewakili condition adalaha lama usaha. Rata-rata lama usaha debitur adalah 4 tahun. Pada kolektabilitas 5, sebagian besar pendidikan terakhir debitur adalah SMA sedangkan jenis jaminan yang paling sering digunakan adalah aset usaha yang tidak memiliki nilai agunan. Jaminan yang mampu diberikan debitur kolektabilitas 5 sangat rendah sehingga tidak dapat menutupi kerugian apabila debitur gagal bayar. Variable predictor yang mewakili capacity sama dengan variable predictor pada kolektabilitas sebelumnya yaitu total pendapatan, total biaya hidup, dan harga belanja. Rata-rata total pendapatan sebesar Rp3,055,500, total biaya hidup sebesar Rp1,325,100, dan rata-rata harga belanja Rp5,179,500. Perbandingan antara pemasukan dengan pengeluaran debitur tidak seimbang sehingga kondisi ini dapat dijadikan penyebab debitur berada pada kolektabilitas 5. Pengajuan ke dan usia dapat mewakili

42 characteristic debitur. Rata-rata jumlah pengajuan yang telah dilakukan adalah 7 kali dan rata-rata usia adalah 45 tahun. Banyaknya jumlah variable predictor dapat direduksi dengan analisis diskriminan stepwise menggunakan software SPSS 16. Hasil dari analisis diskriminan stepwise adalah empat variable predictor yang paling mempengaruhi untuk memprediksi kolektabilitas debitur adalah jaminan, usia, pendapatan, dan biaya hidup. Hasil ini memudahkan BMT Al-Fath IKMI untuk mengelompokkan debitur. Proses analisis dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil analisis diskriminan dapat dijadikan masukan untuk memutuskan apakah debitur diberikan pembiayaan atau tidak. Keputusan yang diambil dengan mempertimbangkan informasi-informasi variable predictor. Secara umum kondisi pendidikan terakhir debitur dari kolektabilitas 1 hingga 5 tidak jauh berbeda yaitu SMA, namun pada kolektabilitas 3 hingga 5 terdapat debitur berpendidikan SD. Jenis jaminan dari kolektabilitas 1 hingga 5 secara umum memiliki nilai agunan yang semakin menurun. Produk kedua BMT Al-Fath IKMI adalah Ijarah. Pemisahan murabahah dan Ijarah dilakukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan untuk pengambilan keputusan pembiayaan akan sama atau tidak. Hasil analisis diskriminan Ijarah dapat dilihat pada gambar 6. Gambar 6. Hasil analisis diskriminan Ijarah Analisis diskriminan yang dilakukan untuk Ijarah sama dengan yang dilakukan pada murabahah, yaitu berdasarkan variable predictor yang berasal

43 dari Formulir Permohonan Pembiayaan. Variabel predictor yang digunakan seharusnya dapat mewakili prinsip 5C akan tetapi pada kenyataannya data Capital (modal) debitur tidak dapat diperoleh karena debitur tidak mampu mengisinya, sehingga variable predictor yang digunakan hanya mewakili 4C, yaitu characteristic, capacity, collateral, condition. Jumlah debitur yang termasuk ke dalam kelompok kolektabilitas 1 (lancar) sebanyak 12 orang, kolektabilitas 2 (dalam perhatian khusus) sebanyak 4 orang, kolektabilitas 3 (kurang lancar) sebanyak 2 orang, kolektabilitas 4 (diragukan) sebanyak 2 orang, dan kolektabilitas 5 (macet) sebanyak 4 orang. Debitur yang dapat mengembalikan pembiayaan dengan baik adalah kolektabilitas 1 dan 2 yang berjumlah 16 orang. Debitur yang dapat menyebabkan gagal bayar adalah debitur yang berada pada kolektabilitas 3, 4, dan 5 yang berjumlah 8 orang. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi debitur pada BMT Al-Fath berada pada kondisi mampu mengembalikan pembiayaan dengan baik. Total keseluruhan debitur yang dikelompokkan sebanyak 24 orang. Gambar 7. Fungsi diskriminan Ijarah Gambar 7 menampilkan fungsi diskminan untuk Ijarah. Fungsi ini dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kolektabilitas debitur. Cara penggunaan fungsi ini adalah analis pembiayaan meminta data mengenai usia debitur hingga harga belanja debitur, kemudian informasi tersebut dikalikan dengankoefisien variable, jumlah terbesar akan menunjukkan kolektabilitas debitur yang diprediksi.

44 Pada kolektabilitas 1, variable predictor total biaya hidup dan total pendapatan pada prinsip 5C mewakili capacity debitur. Debitur yang berada pada kolektabilitas 1 memiliki rata-rata pendapatan Rp5,476,716.67 dan ratarata biaya hidup Rp1,772,616.67. Pada kolektabilitas 1 total pendapatan lebih besar daripada biaya hidup sehingga debitur dapat melunasi kewajibannya. Pendidikan terakhir, usia, dan pengajuan ke mewakili characteristic. Sebagian besar pendidikan terakhir debitur adalah SMA yang berarti sudah mampu memahami prosedur serta kewajiban pembiayaan. Rata-rata usia debitur adalah 36 tahun. Rata-rata pengajuan yang dilakukan debitur adalah 5 kali. Banyaknya jumlah pengajuan dapat dijadikan pertimbangan untuk melihat karakteristik debitur apakah selam pengajuan tersebut debitur bertanggung jawab atau tidak. Variable jenis jaminan mewakili prinsip collateral pada prinsip 5C. sebagian besar jenis jaminan debitur yang berada pada kolektabilitas 1 adalah kendaraan bermotor yang memiliki nilai agunan 50% dari nilai jual objek pajak. Berbeda dengan hasil untuk murabahah, jaminan pada Ijarah tidak terlalu mempengaruhi debitur. Variable lama usaha dapat mewakili prinsip collateral. Rata-rata lama usaha debitur adalah 5 tahun. Pada kolektabilitas 2, debitur pada kolektabilitas 2 rata-rata memiliki pendapatan Rp9,895,000 dan rata-rata biaya hidup Rp4,852,500. Kondisi pendidikan terkahir debitur pada kolektabilitas 2 adalah SMA dan Sarjana yang berarti sudah mampu memahami prosedur dan kewajiban pembiayaan. Selain pendidikan variable predictor yang mewakili prinsip characteristic adalah pengajuan ke dan usia. Rata-rata pengajuan debitur kolektabilitas 2 adalah 5 dan rata-rata usia debitur adalah 40 tahun. Jenis jaminan yang paling banyak digunakan pada kolektabilitas 2 adalah AJB Tanah. Jenis jaminan ini memiliki nilai agunan 60% dari nilai jual obyek pajak. Jenis jaminan pada kolektabilitas 2 memiliki pengaruh yang cukup besar. Variable lama usaha dapat digunakan untuk mengetahui kondisi usaha debitur. Rata-rata lama usaha adalah 7 tahun. Pada kolektabilitas 3, total pendapatan debitur kolektabilitas 3 adalah Rp6,025,000 dan total biaya hidup debitur kolektabilitas 3 sebesar Rp2,717,500. Variable predictor pendidikan, usia, dan pengajuan ke mewakili

45 prinsi characteristic. Sebagian besar pendidikan terakhir debitur pada kolektabilitas 3 adalah SMP dan SMA. Rata-rata usia debitur adalah 41 tahun. Jumlah pengajuan yang dilakukan debitur pada kolektabilitas 3 adalah 9 kali. Jenis jaminan yang digunakan debitur kolektabilitas 3 adalah AJB Tanah yang memiliki nilai agunan 60% dari nilai jual obyek pajak dan kendaraan bermotor yang memiliki nilai agunan 50% dari nilai jual obyek pajak. Kondisi usaha debitur dapat diketahui melalui informasi lama usaha debitur. Rata-rata lama usaha debitur adalah 3 tahun. Pada kolektabilitas 4, variable predictor untuk mengetahui characteristic debitur adalah usia, pengajuan ke, dan pendidikan terakhir. Rata-rata usaia debitur 46 tahun. Rata-rata pengajuan debitur adalah 5 kali dan pendidikan terakhir adalah SMA dan Sarjana. Jenis jaminan yang digunakan debitur kolektabilitas 4 adalah BPKB motor yang memiliki nilai agunan 50% dari nilai jual objek pajak, akan tetapi terdapat debitur yang tidak memberikan jaminan. Variable predictors yang mewakili prinsip capacity adalah total biaya hidup dan total pendapatan. Total biaya hidup rata-rata debitur adalah Rp3,525,000 dan total pendapatan rata-rata sebesar Rp7,075,000. Variable predictor yang mewakili condition adalah lama usaha. Rata-rata lama usaha debitur adalah 8 tahun. Pada kolektabilitas 5, sebagian besar pendidikan terakhir debitur adalah SMA. Rata-rata usia debitur adalah 35 tahun dan rata-rata jumlah pengajuan yang telah dilakukan sebanyak 4 kali. Ketiga variable predictor tersebut mewakili characteristic debitur. Jenis jaminan yang paling sering digunakan adalah ijazah yang tidak memiliki nilai agunan. Jaminan yang mampu diberikan debitur kolektabilitas 5 sangat rendah sehingga tidak dapat menutupi kerugian apabila debitur gagal bayar. Variable predictor yang mewakili capacity sama dengan variable predictor pada kolektabilitas sebelumnya yaitu total pendapatan, total biaya hidup. Rata-rata total pendapatan sebesar Rp2,535,000, total biaya hidup sebesar Rp930,425. Pemasukan yang rendah dibanding kolektabilitas lain dapat menjadi penyebab debitur berada pada kolektabilitas 5. Rata-rata lama usaha debitur adalah 4 tahun. Lama usaha tersebut dapat digunakan untuk mengetahui kondisi usaha debitur.

46 Banyaknya jumlah variable predictor dapat direduksi dengan analisis diskriminan stepwise menggunakan software SPSS 16. Hasil dari analisis diskriminan stepwise adalah satu variable predictor yang paling memmpengaruhi untuk memprediksi kolektabilitas debitur adalah jaminan. Proses analisis stepwise dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil analisis diskriminan dapat dijadikan masukan untuk memutuskan apakah debitur diberikan pembiayaan atau tidak. Keputusan yang diambil dengan mempertimbangkan informasi-informasi variable predictor. Secara umum kondisi pendidikan terakhir debitur dari kolektabilitas 1 hingga 5 tidak jauh berbeda yaitu SMA, namun pada kolektabilitas 3 hingga 5 terdapat debitur berpendidikan SMP. Jenis jaminan dari kolektabilitas 1 hingga 5 secara umum memiliki nilai agunan yang semakin menurun. Nilai jaminan pada kolektabilitas 5 merupakan yang terendah, bahkan terdapat debitar yang tidak memberikan jaminan. 4.3 Pengukuran Potensi Kerugian BMT Al-Fath IKMI dengan Creditrisk+ Pengukuran potensi kerugian termasuk ke dalam pengukuran risiko gagal bayar. Salah satu metode pengukuran potensi kerugian adalah dengan Creditrisk+. Metode ini digunakan karena cukup sederhana dan cocok dengan keadaan BMT Al-Fath IKMI. Pada studi kasus BMT Al-Fath IKMI, input yang dibutuhkan untuk metode Creditrisk+ adalah data saldo akhir harga pokok dari debitur, kolektabilitas debitur, dan probability of default debitur. Saldo akhir harga pokok debitur dijadikan sebagai exposure atau Loss Given Default (LGD). Pada penerapan creditrisk+, sisa margin yang belum terbayarkan tidak perlu diikutsetakan, karena sisa margin yang tidak terbayarkan tidak menjadi kerugian bagi BMT Al-Fath IKMI. BMT Al-Fath IKMI tidak menerapkan sistem manajemen risiko Internal Rating Based Approach, oleh karena itu untuk penentuan probability of default, BMT Al-Fath IKMI menggunakan probability of default dari Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi Bagian C point 2.2 yang berbunyi menghitung

47 perkiraan besarnya risiko pinjaman bermasalah (RPM) sebagai berikut: 50% dari pinjaman diberikan yang kurang lancar (PKL), 75% dari pinjaman diberikan yang diragukan (PDR), 100% dari pinjaman diberikan yang macet (Pm). BMT Al-Fath IKMI membagi tingkat kolektabilitas menjadi lima, yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008 hanya kolektabilitas Kurang Lancar hingga Macet yang memiliki risiko pinjaman bermasalah maka kolektabilitas Lancar dan Dalam Perhatian Khusus memiliki 0% risiko pinjaman bermasalah. Default rate volatilities untuk studi kasus BMT Al-Fath IKMI tidak ada karena probability of default mengikuti Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008 sehingga tidak ada perubahan dalam satu periode dan juga berdasarkan asumsi creditrisk+ data satu periode diasumsikan akan sama dengan periode-periode lainnya. (Crouhy et al 2002). Recovery rate pada studi kasus BMT Al-Fath IKMI sama dengan 0 karena selama ini BMT Al-Fath IKMI tidak pernah menggunakan jaminan debitur untuk mengurangi kerugian akibat gagal bayar. BMT Al-Fath IKMI lebih memilih memberikan rescheduling dan restructuring kepada debitur yang tidak mampu bayar. Tabel 4. Jumlah debitur berdasarkan band Kelas 50,000 500,000 5,000,000 50,000,000 Band 1 2 36 44 2 2 7 107 83 0 3 8 95 36 0 4 6 84 16 0 5 9 54 10 0 6 7 65 5 0 7 6 41 3 0 8 12 64 3 0 9 7 37 0 0 10 8 44 1 0 Jumlah 72 627 201 2 Kelas dan Band menunjukkan besarnya saldo akhir harga pokok debitur. Band 1 kelas 50,000 berarti debitur memiliki saldo akhir harga pokok antara

48 Rp50,000-Rp100,000. Jumlah debitur terbanyak berada pada kelas Rp500,000 yaitu 627 orang dari total debitur 902 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah pinjaman debitur kepada BMT Al-Fath IKMI antara Rp500,000-Rp5,000,000. Pada kelas Rp500,000 jumlah debitur bermasalah sebanyak 102 orang. Jumlah tersebut merupakan yang terbanyak bila dibandingkan dengan kelas yang lain. Dari 102 orang debitur yang bermasalah sebagian besar meminjam antara Rp749,300 sampai Rp1,247,000. Perhitungan lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 4. BMT Al-Fath IKMI dapat mengetahui expected loss berdasarkan saldo akhir harga pokok dan kolektabilitas debitur dengan menggunakan rumus pada langkah 3. Debitur yang berada pada kolektabilitas 3, 4, dan 5 saja yang memiliki peluang untuk merugikan BMT Al-Fath IKMI. Semua kelas memiliki debitur yang berpeluang merugikan BMT Al-Fath IKMI. Besarnya Expected Loss dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Expected Loss debitur berdasarkan Band di setiap kelas Kelas Band 50,000 500,000 5,000,000 50,000,000 1 135,000.00 8,968,275.00 20,288,750.00 48,937,500.00 2 236,250.00 29,963,225.00 72,231,735.00 0.00 3 584,000.00 16,335,025.00 35,499,950.00 0.00 4 615,000.00 35,514,925.00 0.00 0.00 5 1,883,200.00 16,954,000.00 0.00 0.00 6 1,793,700.00 6,651,100.00 29,882,650.00 0.00 7 996,900.00 12,320,100.00 17,500,000.00 0.00 8 609,000.00 33,779,850.00 0.00 0.00 9 2,193,791.00 22,354,800.00 0.00 0.00 10 1,957,000.00 4,907,000.00 0.00 0.00 Jumlah 11,003,841.00 187,748,300.00 175,403,085.00 48,937,500.00 Jumlah Expected Loss terbesar tetap berada pada kelas Rp500,000, yaitu sebesar Rp187,748,300 atau 44.38% dari total expected loss. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kerugian terbesar yang diperkirakan akan dialami BMT Al-Fath IKMI disebabkan oleh debitur yang memiliki saldo akhir harga pokok Rp500,000 x Rp5,000,000. Hasil ini sesuai dengan tahap sebelumnya yang menunjukkan bahwa jumlah debitur bermasalah yang terbanyak memiliki saldo akhir harga pokok Rp500,000-Rp5,000,000.

49 BMT Al-Fath IKMI dapat memperkirakan rata-rata jumlah debitur default berdasarkan expected loss yang telah diperhitungkan. Tabel 6 menunjukkan hasil dari pengolahan n j yang menggambarkan rata-rata jumlah debitur default yang diperkirakan di setiap band di setiap kelas. Hasil ini dapat memberikan informasi kepada BMT Al-Fath IKMI mengenai rata-rata jumlah debitur default pada saldo akhir harga pokok tertentu. Tabel 6. Expected Number of Default berdasarkan band di setiap Kelas Band j 50,000 500,000 5,000,000 50,000,000 n j ELj n j ELj n j ELj n j ELj 1 2.70 2.70 17.94 17.94 4.06 4.06 0.98 0.98 2 2.36 1.18 29.96 14.98 7.22 3.61 - - 3 3.89 1.30 10.89 3.63 2.37 0.79 - - 4 3.08 0.77 17.76 4.44-0.00 - - 5 7.53 1.51 6.78 1.36-0.00 - - 6 5.98 1.00 2.22 0.37 1.00 0.17 - - 7 2.85 0.41 3.52 0.50 0.50 0.07 - - 8 1.52 0.19 8.44 1.06-0.00 - - 9 4.88 0.54 4.97 0.55-0.00 - - 10 3.91 0.39 0.98 0.10-0.00 - - Kelas Rp500,000 memiliki rata-rata jumlah debitur default diperkirakan ( n j ) terbanyak. Rata-rata tertinggi berada pada kelas Rp500,000 band ke-1, yaitu sebanyak 17.94 orang yang. Keadaan ini menunjukkan bahwa pada saldo akhir harga pokok sebesar Rp514,000 sampai dengan Rp744,000 paling sering terjadi debitur default. Sedangkan, kasus debitur default paling jarang terjadi pada saldo akhir harga pokok Rp400,000 sampai dengan Rp416,300. Hasil perhitungan pada tabel 4 hingga tabel 6 merupakan perhitungan berdasarkan kasus yang selama ini terjadi. Berdasarkan kasus tersebut, BMT Al-Fath IKMI dapat menghitung potensi jumlah debitur default dengan menggunakan sebaran Poisson. Hasil dari perkiraan ini dapat membantu BMT Al-Fath IKMI untuk mengetahui kerugian yang akan dialami BMT Al-Fath IKMI dan membantu dalam penyusunan pencadangan berdasarkan saldo akhir harga pokok. Rangkuman jumlah debitur default menurut sebaran Poisson di setiap kelas dan setiap band tertera pada tabel 7. Penentuan jumlah debitur

50 default dengan sebaran Poisson dengan menggunakan minitab dapat dilihat pada lampiran 5. Tabel 7. Jumlah debitur default berdasarkan sebaran Poisson Kelas 50,000 500,000 5,000,000 50,000,000 Band j n j n n j n n j n n j n 1 2.70 6.00 17.94 25.00 4.06 7.00 0.98 3.00 2 1.18 3.00 14.98 21.00 3.61 7.00 - - 3 1.30 3.00 3.63 7.00 0.79 2.00 - - 4 0.77 3.00 4.44 8.00 - - - - 5 1.51 4.00 1.36 3.00 - - - - 6 1.00 3.00 0.37 1.00 0.17 1.00 - - 7 0.41 2.00 0.50 2.00 0.07 1.00 - - 8 0.19 1.00 1.06 3.00 - - - - 9 0.54 2.00 0.55 2.00 - - - - 10 0.39 2.00 0.10 1.00 - - - - total 29.00 73.00 18.00 3.00 Hasil dari pengolahan dengan sebaran Poisson menunjukkan jumlah debitur default yang terbanyak berada pada kelas Rp500,000 x Rp5,000,000 yaitu sebanyak 73 debitur dari 123 (59.35%). Kondisi ini sesuai dengan pada tabel 4 yang menunjukkan jumlah debitur terbanyak juga berada pada kelas Rp500,000 x Rp5,000,000. Setelah BMT Al-Fath IKMI mengetahui jumlah debitur default berdasarkan sebaran Poisson, BMT Al-Fath IKMI dapat mengetahui potensi kerugian yang akan dialami. BMT Al-Fath IKMI tidak pernah menjual jaminan debitur untuk mengurangi kerugian akibat gagal bayar sehingga akan semakin meningkatkan potensi kerugian. Penjualan jaminan debitur akan membantu mengurangi kerugian dan jumlah pencadangan. Pada kondisi tersebut fungsi dasar jaminan sebagai mitigasi risiko akan terlihat. Jumlah potensi kerugian yang dicari dengan metode creditrisk+ akan membantu BMT Al-Fath IKMI dalam menentukan jumlah dana pencadangan berdasarkan saldo akhir harga pokok. Jumlah pencadangan akan berbeda untuk setiap kelas saldo akhir harga pokok. Selanjutnya akan dipaparkan potensi kerugian setiap kelas saldo akhir harga pokok.

51 Tabel 8. Potensi kerugian kelas Rp50,000 Band j n 50,000 Real Loss Potensi Kerugian 1 6.00 1.00 300,000 2 3.00 1.00 300,000 3 3.00 1.00 450,000 4 3.00 1.00 600,000 5 4.00 1.00 1,000,000 6 3.00 1.00 900,000 7 2.00 1.00 700,000 8 1.00 1.00 400,000 9 2.00 1.00 900,000 10 2.00 1.00 1,000,000 Total 29.00 6,550,000 Pada kelas Rp50,000< x Rp500,000, dari 29 debitur yang default, jumlah potensi kerugian yang akan dialami BMT Al-Fath-IKMI sebesar Rp6,550,000. Jumlah potensi kerugian terbesar berada pada band 5 dan 10. Band 5 dan 10 memiliki potensi kerugian terbesar bukan karena jumlah debitur gagal bayar yang banyak akan tetapi karena besarnya saldo akhir harga pokok. Jumlah dana yang dapat dicadangkan untuk debitur yang memiliki saldo akhir harga pokok Rp50,000-Rp500,000 sebesar Rp6,550,000. Tabel 9. Potensi kerugian kelas Rp500,000 Band j n 500,000 Real Loss Potensi Kerugian 1 25.00 1.00 12,500,000 2 21.00 1.00 21,000,000 3 7.00 1.00 10,500,000 4 8.00 1.00 16,000,000 5 3.00 1.00 7,500,000 6 1.00 1.00 3,000,000 7 2.00 1.00 7,000,000 8 3.00 1.00 12,000,000 9 2.00 1.00 9,000,000 10 1.00 1.00 5,000,000 Total 73.00 103,500,000

52 Pada kelas Rp500,000< x Rp5,000,000, dari 73 debitur yang default, jumlah potensi kerugian yang akan dialami BMT Al-Fath-IKMI dengan creditrisk+ sebesar Rp103,500,000. Jumlah potensi kerugian terbesar berada pada band 2 yaitu sebesar Rp21,000,000. Band 2 memiliki potensi kerugian terbesar bukan hanya karena jumlah debitur gagal bayar yang banyak akan tetapi karena besarnya saldo akhir harga pokok dari setiap debitur juga. BMT Al-Fath IKMI dapat melakukan pencadangan sebesar Rp103,500,000 Tabel 10. Potensi kerugian kelas Rp5,000,000 5,000,000 Band j n Real Loss Potensi Kerugian 1 7.00 1.00 35,000,000 2 7.00 1.00 70,000,000 3 2.00 1.00 30,000,000 4 0.00 1.00 0 5 0.00 1.00 0 6 1.00 1.00 30,000,000 7 1.00 1.00 35,000,000 8 0.00 1.00 0 9 0.00 1.00 0 10 0.00 1.00 0 Total 18.00 200,000,000 Kelas selanjutnya adalah kelas Rp5,000,000< x Rp50,000,000. Jumlah debitur default pada kelas ini sebanyak 18 debitur. Jumlah potensi kerugian yang akan dialami BMT Al-Fath-IKMI pada kelas Rp5,000,000< x Rp50,000,000 sebesar Rp200,000,000. Jumlah debitur default pada kelas ini jauh lebih sedikit dibanding kelas sebelumnya, akan tetapi potensi kerugian yang akan dialami merupakan yang terbesar. Hal ini terjadi karena besarnya saldo akhir harga pokok debitur. BMT Al-Fath IKMI dapat membentuk dana cadangan berdasarkan potensi kerugian yang telah dihitung untuk kelas Rp5,000,000< x Rp50,000,000sebesar Rp200,000,000. dana cadangan pada kelas ini merupakan dana cadangan terbesar. Pembentukan dana cadangan dapat berasal dari margin yang diperoleh BMT Al-Fath IKMI.

53 Tabel 11. Potensi kerugian kelas Rp50,000,000 Band j n 50,000,000 Real Loss Potensi Kerugian 1 3.00 1.00 150,000,000.00 2-1.00-3 - 1.00-4 - 1.00-5 - 1.00-6 - 1.00-7 - 1.00-8 - 1.00-9 - 1.00-10 - 1.00 - Total 3.00 150,000,000 Kelas terakhir adalah kelas x Rp50,000,000. Jumlah debitur default pada kelas ini sebanyak 3 debitur. Jumlah potensi kerugian yang akan dialami BMT Al-Fath-IKMI pada kelas x Rp50,000,000 sebesar Rp150,000,000. Potensi kerugian pada kelas ini terbesar kedua setelah kelas Rp5,000,000< x Rp50,000,000 sedangkan jumlah debitur default pada kelas ini adalah yang terkecil dibanding kelas lainnya. Seluruh debitur default berada pada band 1. besarnya potensi kerugian pada kelas x Rp50,000,000 karena besarnya saldo akhir harga pokok debitur. Rincian dari potensi kerugian di setiap band pada kelas 12 berikut. x Rp50,000,000 dapat dilihat pada tabel Jumlah potensi kerugian total yang akan dialami oleh BMT Al-Fath IKMI adalah sebesar Rp 460,050,000. Jika dibandingkan dengan total pembiayaan yang disalurkan yaitu sebesar Rp6,514,048,939 maka indeks NPF bruto BMT Al-Fath IKMI sebesar 7.06%. NPF bruto BMT Al-Fath IKMI berdasarkan perhitungan creditrisk+ tersebut tidak sehat karena masih di atas 5%. BMT Al-Fath IKMI harus tetap mengambil tindakan untuk mengendalikan NPF bruto agar tidak bertambah besar.

54 4.4 Mitigasi Risiko Pembiayaan BMT Al-Fath IKMI Mitigasi risiko kredit dilakukan agar dampak dari risiko yang terjadi tidak membuat perusahaan semakin merugi. Selama ini, BMT Al-Fath IKMI memilih rescheduling dan restructuring untuk mengendalikan risiko gagal bayar. Pemberian rescheduling dan restructuring kepada debitur disesuaikan dengan penyebab gagal bayarnya debitur. Rescheduling dilakukan jika debitur tidak mampu membayar sampai dengan waktu yang ditentukan karena ada masalah internal debitur dan penurunan penghasilan dari usahanya. Rescheduling dilakukan dengan memperpanjang jangka waktu pembiayaan, memperpanjang jarak waktu angsuran, dan penurunan jumlah untuk setiap angsuran. Restructuring diberikan jika debitur mengalami kesulitan usaha yang disebabkan faktor modal. Modal yang dimaksud adalah modal dana dan barang-barang modal. Restructuring dilakukan dengan memberikan tambahan pembiayaan atau tambahan modal. Tabel 12. Tindakan mitigasi risiko Mitigasi Risiko BMT Al-Fath IKMI Tidak memberikan pembiayaan kepada usaha yang tidak sesuai syariat Islam Mitigasi risiko berdasarkan Hasil Analisis Tidak memberikan pembiayaan kepada usaha yang tidak sesuai dengan visi BMT Melakukan studi kelayakan bisnis Melakukan studi kelayakan bisnis - Tidak menyalurkan pembiayaan kepada debitur yang diprediksi masuk ke dalam kol.3, 4, dan 5 - Mensyaratkan jaminan yang memiliki nilai agunan Melakukan penagihan secara Penagihan secara teratur dan sesuai teratur sesuai jadwal jadwal - Tidak memberikan pembiayaan yang terlalu besar Mendaftarkan debitur kepada Mendaftarkan debitur kepada asuransi Asuransi Jiwa jiwa Rescheduling Rescheduling dengan mempertimbangkan jumlah pengajuan Restructuring Restructuring kepada kol. 3, 4,dan 5 - Reconditioning kepada kol. 3, 4, dan 5 Pencadangan sesuai pengalaman Pencadangan sesuai saldo akhir harga pokok - Meminta izin untuk menjual jaminan

55 Hasil dari analisis diskriminan dan creditrisk+ dapat memberikan pilihan tindakan mitigasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh BMT Al- Fath IKMI. Hasil analisis diskriminan memberikan masukan yang bersifat kualitatif sedangkan hasisl creditrisk+ memberikan masukan yang bersifat kuantitatif. Berdasarkan kedua analisis tersebut debitur yang menjadi pusat perhatian adalah debitur yang berada pada kolektabilitas kurang lancar (3), diragukan (4), dan macet (5). Debitur yang berada pada kolektabilitas satu dan dua dianggap tidak memberikan kerugian. Teknik mitigasi risiko yang pertama adalah penghindaran risiko. Tindakan pertama yang dapat dilakukan oleh BMT Al-Fath IKMI untuk menghindari risiko adalah tidak memberikan pembiayaan kepada debitur yang memiliki usaha yang tidak sesuai dengan visi BMT-Al-Fath IKMI. Selanjutnya, BMT Al-Fath IKMI harus mencari informasi dan melakukan studi kelayakan untuk mengetahui kondisi debitur. Teknik ini juga dapat dilakukan dengan tidak memberikan pembiayaan murabahah dan Ijarah kepada pengusaha yang diprediksi berada pada kolektabilitas 3, 4, dan 5. Prediksi dapat dilakukan dengan menggunakan fungsi diskriminan hasil analisis diskriminan. Secara garis besar bahan pertimbangan pemnyaluran pembiayaan adalah pendidikan terakhir, total pendapatan, total biaya hidup, dan jenis jaminan. Berdasarkan hasil analisis diskriminan Jenis jaminan mempengaruhi kolektabilitas debitur, oleh karena itu sebaiknya BMT Al-Fath IKMI mensyaratkan debitur untuk memberikan jaminan yang memiliki nilai agunan. Tindakan yang telah dilakukan oleh BMT Al-Fath IKMI pada teknik pertama adalah tidak memberikan pembiayaan kepada usaha yang tidak sesuai dengan syariat Islam dan melakukan studi kelayakan usaha. Teknik mitigasi risiko yang kedua adalah pengurangan risiko. Pengurangan risiko dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengurangan kemungkinan terjadinya risiko dan menekan besarnya dampak bila terjadi risiko. BMT Al-Fath IKMI dapat melakukan creditrisk+ untuk mengetahui potensi kerugian bila risiko gagal bayar terjadi. Hasil creditrisk+ menunjukkan bahwa potensi kerugian yang akan dialami sebesar Rp460,050,000. Penggunaan creditrisk+ dapat membantu BMT Al-Fath IKMI

56 untuk memprediksi NPF yang akan terjadi. NPF bruto untuk pembiayaan murabahah dan Ijarah berdasarkan potensi kerugian yang dihitung dengan creditrisk+ sebesar 7.06%. NPF bruto masih di bawah 8% akan tetapi BMT Al-Fath IKMI harus tetap mengusahakan agar kerugian tidak semakin besar. Hasil dari pengolahan creditrisk+ dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk melakukan pencadangan sebesar Rp460,050,000. Tindakan pengurangan risiko yang dapat dilakukan untuk calon debitur yang diprediksi berada pada kolektabilitas 1 dan 2 adalah dengan melakukan penagihan secara teratur dan sesuai jadwal. Tindakan yang diberikan kepada calon debitur yang diprediksi berada pada kolektabilitas 3 hingga 5 adalah tidak mamberikan pembiayaan yang terlalu besar tetapi sesuaikan pembiayaan dengan pendapatan dan biaya hidup debitur. Tindakan mitigasi yang ketiga adalah pemindahan risiko. Tindakan ini dilakukan saat BMT Al-Fath IKMI memutuskan pemberian pembiayaan kepada calon debitur. Tindakan yang dapat dilakukan adalah mendaftarkan debitur pada asuransi jiwa. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerugian apabila debitur meninggal dunia. Tindakan mitigasi terkahir adalah penanganan risiko. Tindakan ini dapat dilakukan dengan syarat BMT sudah harus mengetahui risiko apa yang akan ditanggung BMT Al-Fath dan akibat bila risiko itu terjadi. Pada umumnya, penahanan risiko dilakukan atas dasar efektivitas biaya. Penanganan risiko dapat dilakukan dengan cara rescheduling, restructuring, reconditioning, dan kombinasinya. Rescheduling dapat diberikan kepada debitur dengan mempertimbangkan jumlah pengajuan sebelumnya. Banyaknya jumlah pengajuan dapat digunakan untuk mengetahui karakter dari debitur. BMT Al-Fath IKMI harus lebih cermat apakah pengajuan yang telah dilakukan debitur karena perpanjangan dari pinjaman sebelumnya tau tidak. Jika berasal dari pinjaman sebelumnya sebaiknya rescheduling tidak perlu diberikan kembali. Restructuring dapat diberikan pada kolektabilitas 3, 4, dan 5. Variabel predictors yang harus diperhatikan dalam pemberian restructuring adalah lama usaha. Restructuring berkaitan dengan pemberian tambahan kredit

57 karena debitur mengalami masalah pada usahanya dalam hal modal. Pemberian restructuring dapat membuat usaha debitur bertahan lebih lama. Rata-rata lama usaha debitur yang berada pada kolektabilitas 3, 4, dan 5 masih di bawah rata-rata kolektabilitas 1 dan 2. Harapannya, setelah pemberian restructuring usaha debitur dapat berjalan lebih lama dan debitur dapat melunasi pembiayaan karena adanya pendapatan dari usahanya. Tindakan-tindakan yang termasuk dalam reconditioning adalah menjadikan margin sebagai utang pokok, penundaan pembayaran margin, penurunan margin, pembebasan margin, pengkorvesian kredit jangka pendek menjadi jangka panjang (Suyatno et al 2007). Pada kolektabilitas tiga dan empat, tindakan yang dapat diambil adalah menunda pembayaran margin, penurunan margin, pembebasan margin, dan pengkonversian kredit jangka pendek menjadi kredit jangka panjang. Tindakan menjadikan margin sebagai utang pokok sebaiknya tidak perlu diambil karena tidak sesuai dengan prinsip ekonomi syariah. Pada kolektabilitas lima, tindakan yang dapat diambil adalah penundaan pembayaran margin, penurunan margin dan pembebasan margin. Tindakan menjadikan margin sebagai utang pokok tidak perlu dilakukan karena karena tidak sesuai dengan prinsip ekonomi syariah. Setelah melakukan seluruh tindakan mitigasi risiko yang telah dijelaskan di atas, apabila masih terdapat debitur yang belum mampu melakukan pelunasan pembiayaan sebaiknya BMT Al-Fath IKMI meminta izin kepada debitur untuk menjual jaminan. Tindakan ini diperbolehkan dalam syariat Islam karena menurut Islam orang yang berhutang tetap wajib melunasi utangnya tersebut. Tindakan pengeksekusian jaminan dilakukan berdasarkan hasil analisis diskriminan dan creditrisk+. Pada analisis diskriminan, jenis jaminan merupakan variabel yang mempengaruhi kolektabilitas debitur. Pada perhitungan creditrisk+, jenis jaminan dapat mengurangi potensi kerugian. Pada dasarnya, fungsi dasar jaminan adalah sebagai alat mitigasi risiko gagal bayar. Pengeksekusian jaminan sebaiknya hanya dilakukan kepada debitur yang berada pada kolektabilitas 5.