II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

nyamuk bio.unsoed.ac.id

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Aedes sp. ,

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Anatomi dan Morfologi Nyamuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. : Dicotyledoneae. perdu yang memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Cengkeh

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006)

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. 2.1 Tanaman Bunga Pagoda (Clerodendrum squamatum Vahl) Deskripsi Morfologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes agypti yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedudukan Taksonomi dan Morfologi Cabai Rawit (Capsicum frutescen)

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bionomik Nyamuk Aedes aegypti 2.2 Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti

BAB II TINJAUAN MENGENAI AEDES AEGYPTI

II. TINJAUAN PUSTAKA

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Nyamuk Aedes aegypti Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB III METODE PENELITIAN. jumlah tempat perindukan nyamuk yang mempengaruhi populasi larva Aedes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Pengamatan Tempat Perindukan Aedes

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

Balai Litbang P2B2 Banjarnegara. SURVEI ENTOMOLOGI MALARIA dan DBD

bio.unsoed.ac.id MENGENAT DAN MEMAHAMI NYAMUK DEMAM BERDARAH ( Aedes aegypti ) DTS,DARSONO,MSi KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk Aedes sp. adalah serangga pembawa vektor penyakit Deman

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB IV PENGGUNAAN METODE SEMI-PARAMETRIK PADA KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PULAU JAWA DAN SUMATERA

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Universitas Diponegoro Koresponden :

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSAKA. Mahoni merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

IDENTIFIKASI JENIS KONTAINER DAN MORFOLOGI NYAMUK Aedes sp DI LINGKUNGAN SD AISYIAH KECAMATAN METRO SELATAN KOTA METRO

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

Nyamuk sebagai vektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di

Musca domestica ( Lalat rumah)

BAB II PERANCANGAN VIDEO INFOGRAFIS MENGENAI PENYEBARAN DAN SIKLUS HIDUP NYAMUK

Nyamuk Yang Berperan Sebagai Vektor Penyakit dan Cara Pengendaliannya Oleh Sitti Rahmah Umniyati

II. TINJAUAN PUSTAKA. malaria berasal dari bahasa Itali Mal = kotor, sedangkan Aria = udara udara yang kotor.

2.1 Pengertian Nyamuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

II. TELH PUSTK Nyamuk edes spp. dewasa morfologi ukuran tubuh yang lebih kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family Culicidae. Nyamuk jantan berukuran lebih kecil daripada nyamuk betina (Lestari, 2010). Tubuh nyamuk terdiri atas tiga bagian yaitu Caput, Toraks dan bdomen (Sayono, 2008). Gambar 2.1 Morfologi nyamuk edes spp. (Wikipedia, 2013) Keterangan gambar 2.1 Gambar menunjukan morfologi dan bagian-bagian tubuh edes spp. Gambar menunjukan perbandingan antara nyamuk edes spp jantan dan betina. Caput memiliki sepasang antena berbentuk filiform bentuk panjang dan langsing serta terdiri atas 15 segmen. ntena dapat digunakan sebagai kunci untuk membedakan kelamin pada nyamuk dewasa. ntena nyamuk jantan lebih lebat daripada nyamuk betina. ulu lebat pada nyamuk jantan disebut plumose sedangkan pada nyamuk betina yang jumlahnya lebih sedikit atau jarang sekilas tidak tampak jika dilihat mata telanjang disebut pilose. (Lestari, 2010). lat mulut berupa proboscis merupakan tipe mulut untuk menusuk dan menghisap. Nyamuk betina mempunyai proboscis yang lebih panjang dan tajam, dibandingkan nyamuk jantan, agian toraks nyamuk membungkuk serta memiliki bagian tepi sayap yang bersisik. Toraks terdiri atas protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Mesotoraks merupakan bagian dada yang terbesar dan pada bagian bawah disebut scutum. Sepasang sayap terletak pada mesotoraks, nyamuk memiliki sayap panjang, transparan terdiri atas percabangan-percabangan (vena). (Lestari, 2010). 4

bdomen nyamuk memiliki sepuluh segmen, biasanya yang terlihat segmen pertama hingga segmen ke delapan, segmen-segmen terakhir biasanya termodifikasi menjadi alat reproduksi. Nyamuk betina memiliki 8 segmen yang lengkap (Lestari, 2010). Seluruh segmen abdomen berwarna belang hitam putih, membentuk pola tertentu dan pada betina ujung abdomen membentuk titik (meruncing) (Sayono, 2008). Secara morfologis. aegypti dan. albopictus sangat mirip, berukuran tubuh kecil (Nurhayati, 2005). Panjang 3-4 mm dan garis hitam dan putih pada badan, kaki dan mempunyai ring putih di kaki (Depkes RI, 2004). Namun dapat dibedakan dari strip putih yang terdapat pada bagian thoraksnya. Toraks. aegypti berwarna hitam dengan dua strip putih di bagian dorsal tengah yang diapit oleh dua garis lengkung berwarna putih. Sementara. albopictus yang juga berwarna hitam hanya terdapat satu garis putih tebal di bagian dorsalnya (Supartha, 2008). C Gambar 2.2. Ciri-ciri khusus nyamuk. aegypti ( ) dan. albopictus ( ). (Lestari, 2010) Keterangan Gambar 2.2. Gambar. Morfologi. aegypti, dengan ciri 2 garis putih melengkung di sisi kanan dan kiri mesonotum/ thoraks dorsal ditujukan pada anak panah C. Gambar Morfologi dari. albopictus, dengan ciri satu garis putih di bagian tengah mesonotum/ thoraks dorsal ditunjukan pada anak panah C. Membedakan nyamuk. aegypti dengan nyamuk. albopictus lebih mudah dilakukan pada tahapan nyamuk dewasa. Nyamuk edes spp. dewasa memiliki tubuh berwarna hitam dengan strip putih. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. agian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikel di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri species 5

ini. Sisik pada tubuh nyamuk pada umunya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua (orror et al., 1996). Nyamuk termasuk serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) mengalami empat tahap dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Tahapan yang dialami oleh nyamuk yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Telur nyamuk akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari pada suhu 20-40 C. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh suhu, tempat, keadaan air dan kandungan zat makanan yang ada di tempat perindukan. Pada kondisi optimum, larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9 hari dan pada kondisi ini nyamuk tidak makan tapi tetap membutuhkan oksigen yang diambilnya melalui tabung pernafasan (breathing trumpet), kemudian pupa menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari (Lestari, 2010). Suhu udara merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan nyamuk edes spp. Pada umumnya nyamuk akan meletakkan telurnya pada temperatur sekitar 20 30ºC. Toleransi terhadap suhu tergantung pada spesies nyamuk. Rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25 27ºC dan pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang dari 10ºC atau lebih dari 40ºC (Yudhastuti, 2005). Tempat perkembangbiakan nyamuk edes sp. terdapat di bak mandi, air minum yang tidak tertutupi, tempayan, vas bunga berisi air, gentong air, ember serta tempat cuci yang masih mengandung air. Selain berada di dalam rumah (in door) nyamuk dapat berkembang biak di luar rumah (out door) seperti pada pot tanaman yang menampung air, genangan air setelah turun hujan, drum, kaleng bekas, botol bekas, pot bekas yang terisi air hujan (Rosa, 2007). Pengamatan nyamuk vektor DD merupakan hal yang penting untuk mengetahui kecenderungan populasi musiman, dinamika penularan, resiko penularan dan evaluasi terhadap usaha pemberantasan nyamuk dewasa (Suroso, 2000). Terdapat dua cara untuk melakukan survey terhadap nyamuk dewasa yaitu, landing collection dan resting collection. Landing collection adalah survey nyamuk dengan cara menangkap menggunakan umpan manusia dan resting collection adalah penangkapan nyamuk pada saat istirahat dengan menggunakan alat bantu misalkan aspirator (Wahyuningsih, 2003). Populasi nyamuk pada 6

stadium dewasa dapat diketahui dengan melihat jumlah larva yang berada di air (Rosa, 2007). Jumlah atau kepadatan nyamuk edes spp. dewasa sangat mepengaruhi penyebaran penyakit DD, semakin tinggi kepadatan atau jumlah nyamuk disuatu tempat semakin tinggi pula resiko penyebaran DD. Hal ini di sebabkan siklus nyamuk betina yang membutuhkan asupan protein bagi pembentukan telur sehingga menghisap darah manusia.(who 1983 dalam anonim c, 2014) ktivitas nyamuk edes spp. berlangsung pada pagi dan sore hari serta jarak terbang mencapai 100 m sehingga menyebabkan penyebaran virus DD berlangsung dengan cepat mayoritas pada daerah yang memiliki kepadatan penduduk tinggi karena dengan mudah nyamuk edes berpindah-pindah dan berkembang biak (Soedarmo, 1988). Penyebaran penyakit, kepadatan dan populasi nyamuk dapat diketahui dengan melihat tingkat parousitas. Parousitas merupakan suatu parameter untuk mengetahui penyebaran nyamuk melalui pembedahan ovarium pada nyamuk betina yang merupakan tempat produksi telur. pabila nyamuk tersebut parous (sudah pernah bertelur) menunjukkan bahwa nyamuk telah menghisap darah manusia dan berpotensi menjadi vektor penyakit. Semakin banyak nyamuk Parous semakin berpotensi pula dalam menyebarkan penyakit DD. Nyamuk yang belum pernah bertelur (nulliparous) menunjukkan bahwa nyamuk belum menghisap darah manusia akan berpotensi menyebarkan penyakit ketika nyamuk tersebut akan bertelur atau parous. (Marjuki, 2005). 7

Gambar 2.3. Ciri-ciri Ovarium nyamuk Nulliparous (Hoc, 1990) dan (Marjuki, 2005). Keterangan gambar 2.3. Tracheolus masih Nulliparous dilihat dari gambar yang ditunjukan oleh anak panah dengan huruf () dan () masih rapatnya lingkaran tracheole ditampilkan di dalam lingkaran belum terjadi dilatasi. Ovarium nulliparous sangat jelas terlihat bila dibandingkan ovarium nyamuk Parous yang ujung pipa-pipa udaranya terurai. Gambar 2.4. Ciri-ciri Ovarium nyamuk Parous ( Hoc, 1990 ) dan (Marjuki, 2005). Keterangan Gambar 2.4. Kedua jenis tracheolus terlihat dalam foto yang ditunjukan oleh anak panah di atas huruf () dan (). Lingkaran di sisi kiri menunjukkan melepasnya eratan gulungan diperjelas dengan gambar di sebelah kanan. Nyamuk edes spp. betina akan dianggap parous karena telah mengalami dilatasi. (Hoc, 1990) dan (Marjuki, 2005). 8