IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL. Setiyawan ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL

PANDUAN WAWANCARA. 1. Bagaimanakah Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung dalam penyampaian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

SPORT DEVELOPMENT INDEX SEBAGAI PARAMETER DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG. PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KEOLAHRAGAAN Dl KOTA BANJARMASIN

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN

BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KEOLAHRAGAAN ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES,

I. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia.

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN OLAHRAGA PRESTASI

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Data

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA OLAH RAGA DI KOTA JAMBI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan watak dan kepribadian yaitu sikap sportivitas dan disiplin. Sehingga

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEJUARAAN OLAH RAGA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang. dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PRASARANA OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAGAAN KEOLAHRAGAAN

2017, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Repub

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PRASARANA OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Sekilas Kementerian Pemuda dan Olahraga

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sambutan Presiden RI Pd Peringatan Hari Olahraga Nasional di Yogyakarta tgl. 17 Okt 2013 Kamis, 17 Oktober 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEOLAHRAGAAN (SURVEI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KEOLAHRAGAAN KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2012)

PROPOSAL PENGAJUAN DANA HIBAH TAHUN ANGGARAN 2019

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR dan BUPATI BELITUNG TIMUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAMPUNG SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 14 TAHUN 2017 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG

SEBAGAI TESTOR TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SD, SMP SE KABUPATEN SLEMAN DALAM RANGKA PENELITIAN SPORT DEVELOPMENT INDEX (SDI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 18 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 328 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 36 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL Setiyawan second.setiyawan@gmail.com ABSTRAK Sebagai Negara hukum Indonesia memiliki aturan hukum yang jelas dan diatur dalam perundangundangan. Olahraga merupakan bagian dari proses dan pencapaian tujuan pembangunan nasional sehingga keberadaan dan peranan olahraga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara harus ditempatkan pada kedudukan yang jelas dalam sistem hukum nasional. Olahraga sebagai salah satu alat meningkatkan harkat dan martabat bangsa juga memiliki kekuatan yang diatur dalam Undang-undang Sistem Keolahragaan Nasional. Sebagai pondasi pelaksanaan keolahragaan nasional faktanya belum banyak implementasi setiap poin dalam undang-undang yang diwujudkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga. Adanya oknum yang menyalahgunakan kekuasaan, korupsi, tidak pro suatu kebijakan pemerintah tentang olahraga, kurang sinergisnya pemerintah pusat dan daerah dalam mengakomodir olahraga menjadi faktor tidak tercapainya cita-cita yang tertulis dalam sistem keolahragaan nasional. Amanat Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional harus dijalankan oleh setiap insan olahraga agar keolahragaan nasional kembali ke fitrah olahraga yang sebenarnya. Kata kunci: Implementasi, Olahraga, Undang-undang Sistem Keolahragaan Nasional.

PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus senantiasa berdasarkan atas hukum. Pembangunan olahraga di Indonesia harus didasari kebijakan olahraga (sports policy) yang kuat. Kekuatan kebijakan olahraga dapat dituangkan ke dalam Deklarasi Yogyakarta 2004 (Kemenegpora) dan UU No. 3 Tahun 2005 (Sistem Keolahragaan Nasional/SKN) yang menyatakan bahwa olahraga adalah segala kegiatan yang sistematik untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Olahraga merupakan bagian dari proses dan pencapaian tujuan pembangunan nasional sehingga keberadaan dan peranan olahraga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara harus ditempatkan pada kedudukan yang jelas dalam sistem hukum nasional. Olahraga sendiri mempunyai 3 ruang lingkup yaitu olahraga pendidikan, olahraga rekreasi dan olahraga prestasi. Dalam Undang-Undang Keolahragaan Nasional juga terdapat bagaimana pembinaan, pengembangan, sarana dan prasrana, dan juga pendanaannya dalam keolahragaannya. Masih banyak aspek dan tata cara yang wajib insan olahraga pahami dan laksanakan dalam kegiatan olahraga sesuai amanat yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional. PEMBAHASAN B1. Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional Pembangunan olahraga di Indonesia harus didasari kebijakan olahraga (sports policy) yang kuat. Kekuatan kebijakan olahraga dapat dituangkan ke dalam Deklarasi Yogyakarta 2004 (Kemenegpora) dan UU No. 3 Tahun 2005

(Sistem Keolahragaan Nasional/SKN) yang menyatakan bahwa olahraga adalah segala kegiatan yang sistematik untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial Dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional, sistem keolahragaan nasional merupakan keseluruhan subsistem keolahragaan yang saling terkait secara terencana, terpadu, dan berkelanjutan untuk mencapai tujuan keolahragaan nasional. Subsistem yang dimaksud, antara lain, pelaku olahraga, organisasi olahraga, dana olahraga, prasarana dan sarana olahraga, peran serta masyarakat, dan penunjang keolahragaan termasuk ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, dan industri olahraga. Interaksi antar subsistem perlu diatur guna mencapai tujuan keolahragaan nasional yang manfaatnya dapat dirasakan oleh semua pihak. Seluruh subsistem keolahragaan nasional diatur dengan memperhatikan keterkaitan dengan bidang-bidang lain serta upaya-upaya yang sistematis dan berkelanjutan guna menghadapi tantangan subsistem, antara lain, melalui peningkatan koordinasi antar lembaga yang menangani keolahragaan, pemberdayaan organisasi keolahragaan, pengembangan sumber daya manusia keolahragaan, pengembangan prasarana dan sarana, peningkatan sumber dan pengelolaan pendanaan, serta penataan sistem pembinaan dan pengembangan olahraga secara menyeluruh. Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional mengatur secara tegas mengenai hak dan kewajiban serta kewenangan dan tanggung jawab semua pihak (pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat) serta koordinasi yang sinergis secara vertikal antara pusat dan daerah dan secara horizontal antara lembaga terkait baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah dalam rangka pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan keolahragaan nasional.

B2. Dasar, Fungsi Dan Tujuan Sistem Keolahragaan Nasional Dalam pasal 2 Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional dijelaskan Keolahragaan Nasional diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Melihat isi pasal ini dapat kita ketahui bahwa segala bentuk aktivitas yang berhubungan dengan olahraga harus di laksanakan berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Keolahragaan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan jasmani, rohani, dan sosial serta membentuk watak dan kepribadian bangsa yang bermartabat. (P asal 3: 2005). Secara umum sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap kegiatan olahraga ialah suatu pekerjaan yang hanya berfungsi untuk mengembangkan kemampuan jasmani saja. Padahal di dalam suatu kegiatan olahraga terkandung banyak fungsi-fungsi antara lain kemampuan fisik, kemampuan rohani, sosial, pembentukan watak dan kepribadian yang bermartabat. Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa (Pasal 4). Implementasi Pasal 3 dan 4 UU Sistem Keolahragaan Nasional dalam masa saat ini sudah sedikit banyak tercapai, akan tetapi masih belum banyak disadari oleh masyarakat bahwa olahraga merupakan sebuah gambaran kehidupan yang utuh yang dapat meningkatkan taraf kualitas manusia, sehingga pengetahuan masyarakat Indonesia terhadap olahraga harus ditingkatkan, seperti slogan pemerintah mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga.

B3. Prinsip Penyelenggaraan Olahraga. Seperti tertuang dalam pasal 5 dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan tentang prinsip penyelenggaraan olahraga. Dalam melaksanakan kegiatan olahraga pelaku olahraga harus mengetahui prinsip penyelenggaraannya. Sehingga dapat mencapai suatu kegiatan olahraga yang benar dan sasaran tujuan yang tepat. Hal ini dapat meminimalisir segala sesuatu kejadian yang tidak diinginkan yang dapat mengganggu jalannya kegiatan olahraga. Penyelenggaran even di Indonesia setidaknya mengundang beberapa masalah penyelenggaraan even yang harus menjadi bahan evaluasi. Efendi (Kompas, 14 September 2012) yang menganggap bahwa penyelenggaran PON Riau merupakan awal dari kehancuran olahraga Indonesia. Tentu hal penyelenggaran belum berjalan secara optimal seperti amanat dalam undangundang keolahragaan. B4. Hak Dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Setiap warga Negara Indonesia mempunyai hak yang sama dalam kegiatan olahraga, pelayanan olahraga, memilih cabang olahraga yang sesuai dengan minat, mendapat pengarahan dan bimbingan, menjadi pelaku olahraga, dan mengembangkan industri olahraga. Selain itu bagi warga negara yang memiliki kelainan fisik maupun mental mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan olahraga khusus. Sedangkan kewajibannya adalah setiap warga negara berkewajiban untuk berperan serta dalam kegiatan olahraga dan memelihara prasarana dan sarana olahraga serta lingkungan. Implementasi pasal ini belum tercapai, banyak masyarakat yang kurang mempunyai rasa memiliki dan mencintai olahraga sebagai bagian hidup. Sebagai contoh negara tetangga yaitu Malaysia, dimana di Malaysia masyarakatnya melaksanakan olahraga karena sadar akan pentingnya manfaat olahraga, berbanding terbalik dengan Indonesia yang bahkan sarana dan

prasarana olahraga tidak terawat, banyak tempat olahraga maupun taman kota sepi dari aktivitas olahraga. B5. Tugas, Wewenang, Dan Tanggung Jawab Pemerintah Dan Pemerintah Daerah. Dalam pasal 12 Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional dijelaskan tentang bagaimana peranan pemerintah dan pemerintah daerah dalam suatu kegiatan olahraga. Pemerintah mempunyai pengaruh yang sangat besar, segala bentuk kegiatan olahraga harus dapat menetapkan dan melaksanakan sesuai dengan standarisasi bidang keolahragaan secara nasional. Sedangkan pemerintah daerah hanya mencakup di daerahnya sendiri. Pemerintah mempunyai kewenangan untuk mengatur, membina, mengembangkan, melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan keolahragaan secara nasional. Jadi pemerintah mempunyai kewenangan penuh atas terselenggaranya suatu kegiatan olahraga. B6. Ruang Lingkup Olahraga Ruang lingkup olahraga meliputi kegiatan olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Olahraga pendidikan diselenggarakan sebagai bagian proses pendidikan dilaksanakan baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal melalui kegiatan intrakurikuler dan atau ekstrakurikuler. Dalam pengertian ini olahraga adalah suatu kegiatan untuk pendidikan atau hanya mengenalkan cabang-cabang olahraga tanpa menuntut peserta didik untuk dapat berprestasi dalam cabang olahraga tertentu. Pada pelaksanaan olahraga sebagai pendidikan, implementasi sistem undangundang ini mendukung sistem kurikulum 2013 yang baru saja diluncurkan oleh pemerintah, dalam kurikulum baru ini pendidikan jasmani mendapatkan porsi lebih dan sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh Undang-Undang Sistem Keolahragaan.

Olahraga rekreasi dilakukan sebagai bagian proses pemulihan kembali kesehatan dan kebugaran. Olahraga rekreasi dapat dilaksanakan oleh setiap orang, satuan pendidikan, lembaga, perkumpulan, atau organisasi olahraga. Olahraga prestasi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Olahraga prestasi dilakukan oleh setiap orang yang memiliki bakat, kemampuan, dan potensi untuk mencapai prestasi. Olahraga prestasi dilaksanakan melalui proses pembinaan dan pengembangan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Parameter Sport Development Indeks Indonesia masih menunjukan lemahnya tingkat kebugaran masyarakat Indonesia. Menurut Cholik dan Maksum (2007: 7), SDI adalah indeks gabungan yang mencerminkan keberhasilan pembangunan olahraga berdasarkan empat dimensi dasar: (1) ruang terbuka yang tersedia untuk olahraga, (2) sumber daya manusia atau tenaga keolahragaan yang terlibat dalam kegiatan olahraga, (3) pertisipasi warga masyarakat untuk melakukan olahraga secara teratur dan (4) derajat kebugaran jasmani yang dicapai oleh masyarakat. Jika disimpulkan, maka SDI dapat diterjemahkan manjadi IPO (Indeks Pembangunan Olahraga). Indeks Pembangunan Olahraga Indonesia menyatakan bahwa kondisi kebudayaan berolahraga di Indonesia masih rendah yang dapat dilihat dari tingkat kemajuan pembangunan olahraga Indonesia yang hanya mencapai 0,345 atau 34% ( Sport Development Index). Indeks ini dihitung berdasarkan angka indeks partisipasi, ruang terbuka, sumber daya manusia, dan kebugaran. Rendahnya kesempatan untuk beraktivitas olahraga disebabkan oleh semakin berkurangnya lapangan dan fasilitas untuk berolahraga, lemahnya koordinasi lintas lembaga dalam hal penyediaan fasilitas umum untuk lapangan dan fasilitas olahraga bagi masyarakat umum dan tempat pemukiman.

Kesadaran masyarakat akan pentingnya olahraga sebagai landasan untuk menjaga kualitas kesehatan sekaligus kesadaran akan budaya olahraga masih rendah yakni berkisar 85%, sedangkan 15% adalah masyarakat yang sadar akan berolahraga. Sedangkan data SDI 2006 menunjukkan kondisi kebugaran masyarakat kita: 1,08% masuk dalam kategori baik sekali; 4,07% baik; 13,55% sedang; 43,90% kurang; dan 37,40% kurang sekali. Dari sekilas uraian diatas, dapat melihat bahwa sistem keolahragaan yang ada di Indonesia saat ini dalam kondisi yang masih kurang. Untuk itu dalam menata kembali kondisi olahraga, ada beberapa tinjauan sebagai alternatif yang telah dijadikan tolok ukur oleh para pakar untuk membangun kondisi olahraga di Indonesia. Pendidikan Olahraga Prestasi Rekreasi Ruang Lingkup Olahraga B7. Pembinaan Dan Pengembangan Olahraga Pembinaan dan pengembangan keolahragaan dilaksanakan melalui tahap pengenalan olahraga, pemantauan, pemanduan, serta pengembangan bakat dan peningkatan prestasi. Pembinaan dan pengembangan keolahragaan dilaksanakan melalui jalur keluarga, jalur pendidikan, dan jalur masyarakat yang berbasis pada pengembangan olahraga untuk semua orang yang berlangsung sepanjang hayat. Pemerintah melakukan pembinaan dan pengembangan olahraga melalui penetapan kebijakan, penataran/pelatihan, koordinasi, konsultasi, komunikasi, penyuluhan, pembimbingan,

pemasyarakatan, perintisan, penelitian, uji coba, kompetisi, bantuan, pemudahan perizinan, dan pengawasan. Dalam implementasi undang-undang pembinaan dan pengembangan olahraga terbagi menjadi 4 yaitu: 1. Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Prestasi Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan dan diarahkan untuk mencapai prestasi olahraga pada tingkat daerah, nasional, dan internasional. Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi yang dilakukan oleh induk organisasi cabang olahraga, baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah. Dalam hal ini KONI dan KOI sudah berperan aktif dalam pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi. 2. Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Amatir 3. Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Profesional 4. Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Penyandang Cacat Kemenpora KONI Pusat KOI KONI Daerah KONI Daerah KONI Daerah Pengrov/Pengda Pengrov/Pengda Pengrov/Pengda Struktur Organisasi Olahraga B8. Pengelolaan Keolahragaan Nasional Pengelolaan sistem keolahragaan nasional merupakan tanggung jawab Menteri. Pemerintah menentukan kebijakan nasional, standar keolahragaan nasional, serta koordinasi dan pengawasan terhadap pengelolaan keolahragaan

nasional. Pemerintah provinsi melaksanakan kebijakan keolahragaan, perencanaan, koordinasi, pembinaan, pengembangan, penerapan standardisasi, penggalangan sumber daya, dan pengawasan. Dan pemerintah kabupaten/kota melaksanakan perencanaan, pembinaan, pengembangan, penerapan standardisasi, dan penggalangan sumber daya keolahragaan yang berbasis keunggulan lokal. Pemerintah kabupaten/kota wajib mengelola sekurangkurangnya satu cabang olahraga unggulan yang bertaraf nasional dan/atau internasional. Selain itu dalam pengelolaan keolahragaan ini pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi dan daerah juga mendapat bantuan dari komite olahraga. Komite olahraga tingkat nasional mempunyai tugas, yaitu : a. Membantu Pemerintah dalam membuat kebijakan nasional dalam bidang pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan olahraga prestasi pada tingkat nasional. b. Mengoordinasikan induk organisasi cabang olahraga, organisasi olahraga fungsional, serta komite olahraga provinsi dan komite olahraga kabupaten/kota. c. Melaksanakan pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan olahraga prestasi berdasarkan kewenangannya. d. Melaksanakan dan mengoordinasikan kegiatan multikejuaraan olahraga tingkat nasional. Komite olahraga provinsi dan komite olahraga kabupaten atau kota mempunyai tugas: a. Membantu pemerintah daerah dalam membuat kebijakan daerah di bidang pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan olahraga prestasi. b. Mengoordinasikan induk organisasi cabang olahraga dan organisasi olahraga fungsional; c. Melaksanakan pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan olahraga prestasi.

d. Menyiapkan, melaksanakan, dan mengoordinasikan keikutsertaan cabang olahraga prestasi dalam kegiatan olahraga yang bersifat lintas daerah dan nasional. Dalam kenyataannya sungguh ironis jika pemerintah justru tidak membuat kebijakan-kebijakan yang kurang pro terhadap kemajuan olahraga nasional. Banyak kebijakan yang dinilai kurang tepat, misalnya baru turunnya dana SEA Games Myanmar dalam jangka waktu satu bulan sebelum event, hal ini tentu merugikan kontingen Indonesia, justru praktik politik dan korupsi lebih mendominasi dan menjadi lahan subur oknum pemerintah yang menyalahgunakan jabatan. Sebaiknya pemegang kebijakan membuat kebijakan yang sesuai dan pro terhadap kemajuan olahraga nasional demi kemajuan harkat dan martabat bangsa. B9. Penyelenggaraan Kejuaraan Olahraga Setiap penyelenggaraan kejuaraan olahraga yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat wajib memperhatikan tujuan keolahragaan nasional serta prinsip penyelenggaraan keolahragaan. Penyelenggaraan kejuaraan olahraga meliputi: a. Kejuaraan olahraga tingkat kabupaten/kota, tingkat wilayah, tingkat provinsi, dan tingkat nasional. b. Pekan olahraga daerah, pekan olahraga wilayah, dan pekan olahraga nasional. c. Kejuaraan olahraga tingkat internasional. d. Pekan olahraga internasional. Penyelenggaraan kejuaraan mempunyai tujuan untuk memasyarakatkan olahraga, menjaring bibit atlet potensial, meningkatkan kesehatan dan kebugaran, meningkatkan prestasi olahraga, memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dan meningkatkan ketahanan nasional. Akan tetapi banyak even kejuaraan yang berlangsung kurang fair play hal ini tentu mengurangi dan

memperburuk citra olahraga sebagai pemecah belah akibat dari adanya kerusuhan yang sering terjadi dalam penyelenggaraan even olahraga. B10. Pelaku Olahraga a. Olahragawan. Seorang olahragawan mempunyai hak, antara lain : 1. Didampingi oleh, antara lain, manajer, pelatih, tenaga medis, psikolog, dan ahli hukum. 2. Mengikuti kejuaraan pada semua tingkatan sesuai dengan ketentuan. 3. Mendapatkan pembinaan dan pengembangan dari induk organisasi cabang olahraga, organisasi olahraga profesional, atau organisasi olahraga fungsional. 4. Mendapatkan pendapatan yang layak. Setiap olahragawan berkewajiban antara lain: 1. Menjunjung tinggi nilai luhur dan nama baik bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Mengedepankan sikap sportivitas dalam setiap kegiatan olahraga yang dilaksanakan; 3. Ikut menjaga upaya pelestarian lingkungan hidup. 4. Menaati peraturan dan kode etik yang berlaku dalam setiap cabang olahraga yang diikuti dan atau yang menjadi profesinya. Masih sering dijumpai bahwa atlet tidak sepenuh hati dalam kewajibannya mengharumkan nama negara, pergeseran paradigma terhadap bonus suatu kejuaraan perlu menjadi kajian lebih lanjut agar mentalitas bangsa tidak bergeser ke hal yang negatif.

b. Pembina Olahraga Pembina olahraga berhak memperoleh peningkatan pengetahuan, keterampilan, penghargaan, dan bantuan hukum. Selain itu, pembina olahraga juga mempunyai kewajiban melaksanakan pembinaan dan pengembangan terhadap organisasi olahraga, olahragawan, tenaga keolahragaan, dan pendanaan keolahragaan dan melaksanakan pembinaan dan pengembangan olahraga sesuai dengan prinsip penyelenggaraan keolahragaan. c. Tenaga Keolahragaan Tenaga keolahragaan mempunyai kewajiban, antara lain : a) Memiliki kualifikasi dan sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh induk organisasi cabang olahraga yang bersangkutan dan/atau instansi pemerintah yang berwenang. b) Tenaga keolahragaan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan keolahragaan sesuai dengan bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga keolahragaan yang bersangkutan. c) Pengadaan tenaga keolahragaan dilaksanakan melalui penataran dan/atau pelatihan oleh lembaga yang khusus untuk itu. Olahragawan Pelaku Olahraga Pembina Olahraga Tenaga Keolahragaan Pelaku Olahraga

B11. Prasarana Dan Sarana Olahraga Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas perencanaan, pengadaan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pengawasan prasarana olahraga. Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin ketersediaan prasarana olahraga sesuai dengan standar dan kebutuhan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Jumlah dan jenis prasarana olahraga yang dibangun harus memperhatikan potensi keolahragaan yang berkembang di daerah setempat. Prasarana olahraga yang dibangun di daerah wajib memenuhi jumlah dan standar minimum yang ditetapkan oleh pemerintah. Badan usaha yang bergerak dalam bidang pembangunan perumahan dan permukiman berkewajiban menyediakan prasarana olahraga sebagai fasilitas umum dengan standar dan kebutuhan yang ditetapkan oleh pemerintah yang selanjutnya diserahkan kepada pemerintah daerah sebagai asset milik pemerintah daerah setempat. Setiap orang dilarang meniadakan dan atau mengalihfungsikan prasarana olahraga yang telah menjadi asset milik pemerintah atau pemerintah daerah tanpa rekomendasi Menteri dan tanpa izin atau persetujuan dari yang berwenang sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam kenyataan masih banyak sarana dan prasarana yang minim dalam menunjang prestasi maupun kegiatan olahraga khususnya ditingkat daerah. Hal ini sebaiknya dievaluasi dan sebagai masukan bahwa sebaiknya program olahraga tidak berbentuk sentralisasi akan tetapi desentralisasi sebagai upaya pemerataan dan lebih mengasah cabang unggulan dan olahraga potensial di daerah tertentu KESIMPULAN Kegiatan olahraga telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Amanat yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional perlu

dijadikan pedoman dalam setiap kegitan olahraga. Banyaknya implementasi Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional hendaknya menjadi bahan evaluasi bagi seluruh pelaku olahraga baik yang pasif maupun aktif agar setiap masalah dan tantangan dalam bidang olahraga dapat diselesaikan dengan jalan terbaik dan kembali seperti cita-cita luhur lahirnya Undang- Undang Sistem Keolahragaan Nasional dan esensi nilai dari olahraga itu sendiri. Jadi sebagai pelaku atau orang yang berkecimpung dalam dunia olahraga harus dapat mengerti dan dapat melaksanakan suatu kegiatan olahraga dengan baik dan benar sesuai dengan undang undang sistem keolahragaan yang berlaku. DAFTAR PUSTAKA Adi, Tarwiyah. (2005). Kebijakan era otonomi daerah. Jakarta: Raja Grafindo. Biro Humas dan Hukum. (2005). Undang-undang republik Indonesia nomor 3 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional. Jakarta: Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. Bush, T & Coleman, M. (2008). Manajemen strategis kepemimpinan pendidikan. Yogyakarta: IRCiSoD. Cholik. (2007). SDI cara baru mengukur kemajuan olahraga. Internet. www.bolanews.com Cholik dan Maksum. (2007). Sport development index. Jakarta: PT Indeks. Efendi, J. (2012). PON Riau titik awal kehancuran olahraga Indonesia. Kompas, 14 September. Parks, Janet B; Quarterman, Jerome & tibault, Lucie (ed.). (2009). Contempory sport management. Champaign, II: Human Kinetics.

Tjiptono, F & Anastasia, Diana. (2003). Total quality management. Yogyakarta: Andi Sabatier, Paul. (2006). Top down and bottom up approaches to implementation research. Journal of Public Policy 6, (Jan), h. 21-48.