BAB 1: BESARAN DAN SATUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1

BESARAN, SATUAN, DIMENSI DAN ANGKA PENTING 1.1

BAB 1 BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1

BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN

FISIKA. Kelas X PENGUKURAN K-13. A. BESARAN, SATUAN, DAN DIMENSI a. Besaran

Besaran dan Satuan 1 BESARAN DAN SATUAN.

TKS-4101: Fisika. Kontrak Kuliah dan Pendahuluan J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Angka Penting. Sumber Gambar : site: gurumuda.files.wordpress.com. Angka Penting

BAB I. PENGUKURAN. Kompetensi : Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu) Pengalaman Belajar :

Sistem Pengukuran. 1. Benda-benda. di alam. fisika. besaran-besaran. didefinisikan.

TUJUAN UMUM. Memberikan konsep-konsep dan prinsipprinsip dasar fisika yang diperlukan untuk belajar fisika lebih lanjut atau ilmu

Pengukuran Besaran Fisika

BESARAN DAN PENGUKURAN

BAB I BESARAN SATUAN DAN ANGKA PENTING

SMP. Satuan SI / MKS. 1 Panjang meter m centimeter cm 2 Massa kilogram kg gram g 3 Waktu detik s detik s 4 Suhu kelvin K Kelvin K 5 Kuat arus listrik

Tabel 1.1. Jenis-jenis Besaran Pokok

Standar Kompetensi Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar A. Mengukur Besaran Fisika B. Melakukan Penjumlahan Vektor

FISIKA 9/13/2012. Physics for Scientists and Engineers - Serway/Jewett 6 th Ed/7 th Ed. *TUGAS (PR 2 setelah UTS) = 10% *UTS = 30%

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari

Bab 1 Besaran dan Pengukuran

HIDROLIKA I. Yulyana Aurdin, ST., M.Eng

Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka, misalnya panjang, massa, waktu, luas, berat, volume, kecepatan, dll.

BESARAN, SATUAN DAN DIMENSI. Silabus

DIMENSI, BESARAN DAN SATUAN. MUH. ARAFAH, S.Pd. website://arafahtgb.wordpress.com

Pengukuran, Besaran, dan Satuan

Besaran dan Pengukuran Rudi Susanto,M.Si

BAB I BESARAN DAN SATUAN

1. BESARAN 2. DIMENSI 3. ANGKA PENTING 4. NOTASI ILMIAH GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMK N 4 PELAYARAN DAN PERIKANAN PAMUJI WASKITO R

BESARAN, SATUAN & DIMENSI

Pentalogy BIOLOGI SMA

GENTA GROUP ATAU GUNAKAN QR-CODE DI BAWAH. BUKU INI DILENGKAPI APLIKASI CBT PSIKOTES ANDROID YANG DAPAT DI DOWNLOAD DI PLAY STORE DENGAN KATA KUNCI

Kelas 10 Fisika BAB 1 Pengkuran dan Besaran

BAB II DEFINISI DAN SATUAN. Tujuan Pembelajaran : Menyebutkan satuan dan symbol kelistrikan menurut system satuan International

Pensil adalah sesuatu yang diukur panjangnya. Contoh : Panjang pensil 5 cm. 5 adalah nilai besaran panjang dari pensil

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Mengukur Besaran dan Menerapkan Satuannya

Pengukuran, Besaran, dan Satuan

Analisis Dimensi 1. Oleh : Abdurrouf Tujuan. 0.2 Ringkasan

genta group atau gunakan qr-code di bawah. Buku ini dilengkapi aplikasi CBT Psikotes android yang dapat di download di play store dengan kata kunci

BAB I BESARAN DAN SATUAN

BAB I PENGUKURAN DAN BESARAN

Komponen Perkuliahan dan Evaluasi: UTS dan UAS Kuis sebelum UTS dan sebelum UAS Tugas & Tes

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 5. BESARAN, SATUAN DAN PENGUKURAN Latihan Soal 5.1

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB I SATUAN DAN PENGUKURAN

BAGIAN 1 BESARAN, SATUAN DAN PENGUKURAN

MODUL MATA PELAJARAN IPA

Satuan merupakan salah satu komponen besaran yang menjadi standar dari suatu besaran.

Copyright all right reserved

PETA MATERI FISIKA SMA UN 2015

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

UN SMA IPA 2008 Fisika

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

Pengukuran. K ata Kunci. Tujuan Pembelajaran

Selamat Datang Di Perkuliahan. Fisika Umum (MA 301) UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


Di unduh dari : Bukupaket.com

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB 1 : Besaran Dan Vektor

SILABUS MATA KULIAH FISIKA DASAR

Besaran dan Satuan BAB 1. Pertanyaan I. Standar Kompetensi. Modul Fisika SMAN 4 Semarang Besaran dan Satuan

LATIHAN UJIAN NASIONAL

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

BESARAN DAN SATUAN Pengertian Besaran Jumlah. Besaran Pokok

Berikut adalah macam besaran pokok, beserta satuannya dibedakan dengan satuan MKS atau CGS :


Penulis : Ricky Aditiya Fandi. Copyright 2013 pelatihan-osn.com. Cetakan I : Februari Diterbitkan oleh : Pelatihan-osn.com

UN SMA IPA 2013 Fisika

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN FISIKA

Uji Kompetensi Semester 1

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

PERTEMUAN I BESARAN DAN SATUAN LISTRIK

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas

Latihan Soal Uas Fisika SMK Teknologi

UN SMA IPA 2008 Fisika

- - BESARAN DAN SATUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN) SMA Hari :... Tanggal :.../.../2008. Mulai :... Selesai :...

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

BAHAN AJAR. Hubungan Usaha dengan Energi Potensial

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran

UM UGM 2017 Fisika. Soal

Standar Satuan Besaran

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1989

SILABUS : : : : Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur.

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII

KOMPETENSI DASAR. Mahasiswa mampu memahami konsep besaran dan satuan dan melakukan

Standar Kompetensi 1. Menerapkan Konsep besaran fisika dan pengukurannya

Copyright all right reserved

STANDAR KOMPETENSI 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel)

Gambar 1.2 Meter Standar yang terbuat dari batang platina iridium Sumber Gambar: a mistar

Karena hanya mempelajari gerak saja dan pergerakannya hanya dalam satu koordinat (sumbu x saja atau sumbu y saja), maka disebut sebagai gerak

SOAL SIAP UN SMP TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009

UN SMA IPA 2008 Fisika

MATERI PENGAYAAN FISIKA PERSIAPAN UJIAN NASIONAL

D. 0,87 A E. l A. Bila Y merupakan simpangan vertikal dari sebuah benda yang melakukan gerak harmonis sederhana dengan amplitudo A, maka :

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

Transkripsi:

BAB 1: BESARAN DAN SATUAN Ilmu fisika mempelajari berbagai gejala alam, penyebab terjadinya, akibatnya maupun pemakaiannya. Ilmu ini sudah berkembang sangat jauh dan memasuki hampir semua bidang kehidupan kita. Penemuan-penemuan dalam fisika menjadi dasar bagi industri dan teknologi modern, misalnya dalam bidang komputer, transportasi, komunikasi, elektronika, ilmu bahan, kesehatan dan banyak lagi. Jangkauannya pun sangat luas, mulai dari ukuran terkecil sekitar 10-18 m sampai ukuran alam semesta 10 26 m. Pada awal perkembangan beberapa bagian ilmu ini muncul secara terpisah, seolaholah tidak saling berkaitan. Ada bidang mekanika, termofisika, keelektrikan dan kemagnetan, optika, akustik dan lain-lain. Sekarang disadari bahwa semua bidang ini merupakan satu kesatuan, yaitu ilmu fisika. Dalam penyajian atau pengajarannya di tingkat dasar, seringkali dilakukan pemisahan bidang seperti diatas dengan maksud agar lebih mudah dimengerti dan strukturnya lebih mudah dipelajari, akan tetapi tetap harus diingat bahwa kesemua bidang tersebut mengacu pada konsep dasar yang sama, yaitu kosep dasar ilmu fisika. Penyajiannya biasanya dimulai dengan mekanika, yaitu ilmu tentang gerak dan dinamika benda. Mulai dari yang paling sederhana, yaitu mekanika benda titik atau partikel, lalu dikembangkan sampai dengan mekanika sistem banyak partikel. Bila jarak antar partikel selalu tetap, didapatkan sistem benda tegar, bila jarak itu dapat berubah didapatkan sistem yang dapat mengalir atau fluida. Ada tiga konsep dasar yang dipelajari, yaitu konsep gaya sebagai pengubah gerak (kecepatan), konsep usaha sebagai pengubah energi dan konsep impuls sebagai pengubah momentum. Selain dengan usaha, energi dapat pula dipindahkan dalam bentuk kalor; konsep ini dipelajari dalam termofisika. Energi dan momentum dapat pula dipindahkan melalui interaksi medim atau interaksi medan, tanpa harus sumbernya berpindah tempat. Gejala ini dikenal sebagai gejala gelombang. Gelombang yang merambat lewat interaksi medium dikenal sebagai gelombang elastik, misalnya gelombang bunyi yang banyak dipelajari dalam akustika. Ada juga gelombang yang merambat tanpa membutuhkan medium melainkan merambat melalui interaksi medan, misalnya gelombang elektromagnetik, termasuk didalamnya cahaya (optika), gelombang radio, gelombang mikro dsb. Dualisme partikel dan gelombang menjadi dasar bagi fisika modern, yang mencakup teori fisika atom, nuklir, semikonduktor, superkonduktor dan sebagainya. Demikianlah kita lihat bagaimana keterkaitan satu bidang dengan yang lainnya membentuk ilmu terpadu, yaitu ilmu fisika. 1

1.1 Sistem Satuan Internasional Karena kemunculan berbagai bidang tidak serempak, seringkali besaran yang sejenis diberi satuan yang berbeda. Sebagai contoh ambillah energi, kita mengenal banyak satuan untuknya, misalnya : kalori, joule, erg, Btu (British thermal unit), kwh, hph dsb. Keanekaragaman ini seringkali menyulitkan, terutama bagi para pemula yang baru belajar fisika. Belum lagi dalam bidang elektromagnetika dengan berbagai pilihan sistem satuan seperti sistem elektrostatik (esu), sistem elektromagnetik (emu), sistem Gaussian, sistem Heaviside Lorentz dsb. Karena itu diadakanlah pertemuan internasional untuk menyeragamkan penggunaan satuan. Pertemuan ini menghasilkan suatu sistem satuan yang disepakati untuk digunakan bersama. Sistem satuan ini disebut Sistem Internasional untuk Satuan dan disingkat SI. Dalam SI tujuh besaran dasar berdimensi dan dua besaran tambahan tidak berdimensi. Satuan besaran dasar ditentukan melalui definisi, sedangkan satuan besaran lain diperoleh dari besaran satuan dasar melalui hubungan yang dikenal dalam teori. Tabel 1-1 memuat semua besaran dasar dan besaran tambahan beserta satuan dan rumus dimensinya. Tabel 1.1 Besaran dasar dan besaran tambahan Besaran Dasar Nama Lambang Dimensi 1. Panjang meter m [L] 2. Massa kilogram kg [M] 3. Waktu sekon (detik) s [T] 4. Arus listrik ampere A [I] 5. Suhu termodinamika kelvin k [O] 6. Jumlah zat mole mol [N] 7. Intensitas cahaya kandela cd [J] Besaran Tambahan 1. Sudut datar radian rad - 2. Sudut ruang Steradian sr - Satuan besaran jabaran (turunan) dapat diperoleh dari satuan dasar dengan menggunakan definisi operasional besaran jabaran tersebut, misalnya kecepatan adalah jarak dibagi waktu, maka satuan kecepatan adalah meter/sekon atau ms -1. contoh lain, momentum adalah massa kali kecepatan, jadi satuan momentum adalah kilogram meter/sekon atau kg m s -1. 2

Rumus dimensi diperlukan untuk memeriksa kesesuaian suatu rumus fisika. Rumus fisika yang betul haruslah memuat rumus dimensi yang sama pada kedua ruasnya. Sebagai contoh, dalam gerak melingkar percepatan sentripetal bergantung pada laju putar dan jari-jari lintasannya. Seandainya kita lupa bagaimana hubungan persisnya, kita dapat memperolehnya dengan menggunakan analisis dimensi sebagai berikut : [percepatan] = [kecepatan] a [jari-jari] b [L] [T] 2 a [L] [L] [T] b [L] [T] a b a Karena dimensi kedua ruas harus sama, maka haruslah a+b=1 dan a=2, maka b=-1. Jadi rumus percepatan sentripetal adalah percepatan sentripetal kecepatan jari - jari 2 atau a cp 2 v R contoh lain, rumus kecepatan jatuh bebas v = 2gh dengan g = percepatan gravitasi dan h ketinggian sudah pasti salah, sebab dimensi diruas kiri [v] = [L][T] -1 tidak sama dengan dimensi ruas kanan, [g][h] = [L][T] -2 [L] = [L] 2 [T] -2. Satuan radian dan steradian menempati tempat khusus, yaitu keduanya tidak berdimensi. Untuk besaran yang menyangkut sudut, biasanya satuan ini dicantumkan, sedangkan untuk besaran yang tidak menyangkut sudut, satuan ini dapat dapat dihilangkan begitu saja, misalnya : satuan kecepatan sudut ω adalh radian/sekon. Kecepatan linier memenuhi hubungan v = ωr denan satuan (rad/s) (meter) = meter/s; satuan rad telah dibuang karena v sudah tidak lagi menyangkut sudut. 1.2 SI Dalam Mekanika Dalam mekanika digunakan tiga besaran dasar saja, yaitu panjang (dengan satuan meter), massa (dengan satuan kilogram) dan waktu ( dengan satuan sekon atau detik); karena itu sistem satuan ini sring kali disebut sistem satuan mks. Satuan waktu, satu sekon, dahulu didefinisikan sebagai 1/31.556.925,9744 kali satu tahun tropis. Sekarang digunakan standar atomik, yaitu satu sekon adalah 9.192.631.770 kali periode getar radiasi yang timbul dari peralihan dua tingkat hyperfine atom cesium -133, dari tingkat F = 4, m f = 0 ke tingkat F = 3, m f = 0. Satuan panjang, satu meter, semula didefinisikan sebagai jarak antara dua garis pada batang standar yang terbuat dari platina-iridium yang disimpan di kota Sevres dekat Paris. 3

Kemudian digunakan standar atomik, yaitu 1.650.763,73 kali panjang gelombang radiasi atom Kripton-86 untuk peralihan dari tingkat 2p 10 ke 5d 5. tetapi karena pengukuran waktu dapat dilakukan dengan ketelitian yang jauh lebih baik, maka sekarang satu meter didefinisikan lewat waktu dan kecepatan cahaya, yaitu satu meter adalah jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam waktu 1/299.792.458 sekon. Dengan pilihan ini, laju cahaya manjadi tepat 299.792.458 meter/sekon. Satuan massa kilogram didefinisikan sebagai massa satu silinder suasa palatinairidium yang disimpan di kota Sevres. Untuk pembahasan atom digunakan satuan unified atomic mass unit (u). satu u didefinisikan sebagai 1/12 massa isotop atom Carbon-12. jadi 1 kilogram setara dengan 1/12 kali massa satu kilo mole isotop C 12, atau 1 u 1,6 x 10-27 kg. Dibandingkan dengan standar lama, standar atomik memiliki beberapa keuntungan, yaitu tidak berubah terhadap waktu, mudah diperoleh dimana-mana, tidak takut musnah, dan lebih teliti. Kerugiannya adalah tidak mudah membandingkan dengan standar atomik, dalam arti membutuhkan peralatan yang canggih. Satuan besaran lain dalam mekanika dapat dituliskan sebagai kombinasi ketiga satuan dasar ini. Seringkali juga kombinasinya diberi nama baru, misalnya kg ms -2 disebut juga newton, lalu newton-meter disebut joule dan joule/m 3 disebut pascal dan banyak lagi. Kita akan membahas nama-nama baru ini dalam teks pada bagian yang sesuai. 2. Pengukuran dan Ketidakpastian Pengukuran merupakan aktivitas yang bertujuan untuk mengetahui kualitas atau kuantitas suatu besaran. Pengukuran dalam fisika tidak luput dari ketakpastian, artinya hasil ukur terhadap besaran fisika pasti memiliki simpangan/deviasi. Hal ini antara lain disebabkan alat yang digunakan oleh manusia dalam pengukuran mempunyai keterbatasan ukur. Selain karena alat ukur yang digunakan, masih banyak faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan hasil pengukuran, yang tidak semuanya dapat dihindari. Oleh sebab itu pengukur wajib mengetahui sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya, kemudian berusaha menghindari kesalahan dalam pengukuran semaksimal mungkin, walaupun ada yang tak dapat dihindari. Pengukur harus mengetahui kesalahan yang tidak mungkin dihindari, sehingga dalam menyajikan hasil pengukuran, harus pula membuat taksiran tentang ketakpastian yang ada pada hasil pengukuran tersebut, melaporkannya dengan jujur, sehingga hasil pengukuran dapat dinilai dan dipercaya. Dalam segala macam pengukuran selalu timbul pertanyaan Berapakah ketepatan hasil pengukuran itu? Pertanyaan ini identik dengan Berapa dekatkah hasil pengukuran itu dengan nilai sebenarnya?. 4

Dalam pengukuran ilmiah, perlu sekali dapat mengestimasi ketepatan pengukuran, sebab dengan demikian dapatlah diketahui manfaat hasil pengukuran. 3. Kesalahan Tertentu dan Kesalahan Tak Tentu Jika Anda ingin melakukan pengukuran secara tepat/teliti maka Anda harus memperhitungkan ketakpastian yang mungkin timbul. Ketakpastian ini dapat terjadi karena dua macam kesalahan, yakni kesalahan tertentu dan kesalahan tak tentu. 3.1 Kesalahan Tertentu Kesalahan tertentu sering pula disebut kesalahan sistematik (systematic error). Misalnya mistar yang digunakan mengukur besaran panjang, mungkin skalanya tidak teratur, atau mungkin suhu peneraan mistar tidak sama dengan suhu pada saat pengukuran dilakukan. Pada saat menimbang dengan neraca sama lengan mungkin lengannya tidak tepat sama panjang atau mungkin juga gaya ke atas yang dilakukan oleh udara mempengaruhi hasil penimbangan. Kemungkinan seperti ini selalu ada, tetapi dengan cara pengukuran/penimbangan tertentu kesalahannya dapat diperkecil. Kesalahan semacam ini disebut kesalahan tertentu. Contoh yang lain adalah kesalahan kalibrasi, alat, pengamat, dan keadaan fisik. Pengukur harus mengetahui kesalahan tertentu yang mungkin ada, dan mengambil tindakan untuk mengatasinya. Kesalahan itu tidak mungkin semuanya dapat diatasi. Selain semua kesalahan tersebut, masih ada kesalahan lain yang harus diperhitungkan, yakni kesalahan tak tentu. 3.2 Kesalahan Tak Tentu Kesalahan ini disebut dengan kesalahan acak atau random (random error). Walau pengukuran dilakukan dengan cermat, pengukuran ulang dari besaran yang sama tidak memberi hasil yang tepat sama. Hal ini disebabkan karena biasanya angka terakhir pengukuran hanya kira-kira (ditaksir) oleh pengamat. Beberapa pengukuran yang tidak saling bergantungan satu sama lain akan memberikan hasil yang berbeda-beda. Tentunya pengamat harus selalu berusaha agar pengukurannya benarbenar tidak saling bergantungan satu sama lain, dan tidak boleh terpengaruh oleh hasil pengukuran sebelumnya. Kesalahan tidak tertentu ini pun tidak bisa dihindari, tetapi jika pengukuran dilakukan banyak kali maka dengan teori ketakpastian, kesalahan ini dapat dihitung. Makin banyak pengukuran dilakukan, makin tepatlah hasilnya. Beberapa di antara kesalahan tidak tertentu ini ialah gerak Brown molekul udara, fluktuasi tegangan jaringan listrik, landasan bergetar, bising, dan latar belakang (background) radiasi. 5

Jadi kesalahan ini bersumber pada sumber gejala yang tidak mungkin dikendalikan atau diatasi semuanya dan merupakan perubahan-perubahan yang berlangsung amat cepat. Sehingga pengaturan atau pengendaliannya di luar kemampuan kita. Oleh sebab itu tugas kita adalah: 1. Menentukan atau memilih hasil pengukuran suatu nilai (nilai terbaik) yang dapat menggantikan nilai benar. 2. Menentukan atau memilih nilai lain yang menyatakan atau menggambarkan penyimpangan nilai terbaik dari nilai benar. Nilai ini menyatakan sampai berapa jauh nilai terbaik dapat dipercaya. Jadi untuk mencapai kedua tujuan tersebut, pengukuran harus diulang sebanyak mungkin. 4. Ketidakpastian Hasil Pengukuran Pernyataan hasil pengukuran bergantung pada cara melakukan pengukurannya dalam hal ini dibedakan pengukuran tunggal dan pengukuran berulang. 4.1 Pengukuran Tunggal Pengukuran-pengukuran lamanya benda mendingin, kecepatan komet, dan lain-lain, tidak mungkin dilakukan lebih dari sekali. Oleh sebab itu pengukurannya mungkin dilakukan hanya sekali. Di samping itu jika dilakukan pengukuran lebih dari sekali, mungkin tidak menghasilkan nilai- nilai yang berbeda, misalnya alat yang kasar dipakai untuk mengukur sesuatu yang halus. Oleh sebab itu ukuran ketepatan suatu pengukuran tunggal ditentukan oleh alat yang digunakan. Dalam hal ini hasil pengukuran dilaporkan sebagai : (x ± Δx) (1.1) dengan x menyatakan hasil pengukuran tunggal dan Δx adalah setengah nilai skala terkecil alat ukur. Misalnya hasil pengukuran besaran panjang dengan mistar adalah (2,1 ± 0,05) cm sebagai interpretasi, ada kepastian (keyakinan) 100 %, bahwa nilai benar x 0 berada di antara (x Δx) dan (x + Δx). 4.2 Pengukuran Berulang Kiranya kita patut bersikap kurang percaya terhadap hasil pengukuran tunggal. Makin banyak pengukuran dilakukan, makin besarlah tingkat kepercayaan terhadap hasilnya. Dengan melakukan pengukuran berulang diperoleh lebih banyak nilai benar x 0, sehingga nilai tersebut dapat didekati dengan teliti. Nilai benar baru dapat diketahui bila dilakukan pengukuran yang tidak terbilang banyaknya, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan karena alatnya sudah rusak atau aus sebelum pengukuran selesai dilakukan. Dengan demikian nilai benar tidak mungkin dapat diketahui. Oleh sebab itu setiap pengukuran selalu menghadapi empat hal berikut : 6

a. Berapa banyak pengukuran harus dilakukan? b. Nilai mana yang dipilih sebagai nilai terbaik, terdekat, dan pengganti nilai benar? c. Berapa simpangan nilai terbaik itu dari nilai benar dan bagaimana cara menentukan simpangan tersebut? d. Hubungan apakah yang ada antara nilai terbaik dan tingkat kepercayaan di satu pihak, dengan jumlah pengukuran yang dilakukan di pihak lain? Pada pengukuran berulang akan dihasilkan nilai-nilai x yang disebut sampel suatu populasi x 0, yaitu x1, x2, x3,... xn. Dari nilai-nilai x atau sampel tersebut, manakah yang dipakai sebagai nilai terbaik (x), dan berapa ketakpastiannya (Δx)? Nilai rata-rata sampel x dianggap sebagai nilai terbaik pengganti nilai populasi x 0 yang tidak mungkin ditemukan dari pengukuran. Pada suatu keyakinan tertentu, nilai benar ada di dalam (x ± Δx). Menurut statistika (lihat gambar), x 0 = x, yaitu nilai rerata sampel dengan: x = x i n (1.2) n adalah jumlah pengukuran. Simpangan baku Δx dinyatakan oleh Gambar 1.1 Nilai rerata sampel (1.3) Satuan Δx sama dengan satuan x. Hasil akhir pengukuran selalu dinyatakan dengan x = x ± x (1.4) Cara lain untuk menyatakan ketakpastian ialah dengan menyebutkan ketakpastian nisbi/relatifnya, yaitu (1.5) yang tidak mempunyai satuan, yang kadang-kadang dinyatakan dalam persen, yaitu (1.6) Ketakpastian relatif berhubungan dengan ketelitian (precision) pengukuran yang bersangkutan; makin kecil ketakpastian makin besar ketelitian pengukuran tersebut. Ketakpastian relatif sebesar 1 % dikatakan lebih teliti dari pada pengukuran yang menghasilkan ketakpastian relatif 5 %. Jadi ketakpastian relatif mengadung informasi yang lebih banyak dari pada ketakpastian mutlak. 7

5. Angka Penting Dalam Hasil Akhir Misalkan pengukuran x menghasilkan x = 22/7 = 3,1428 jumlah angka yang harus dilaporkan bergantung pada ketelitian pengukurannya, dalam hal ini ialah Δx. Jika Δx diketemukan 0,01 maka x harus dilaporkan sebagai x = (3,14 ± 0,01). Dengan Δx = 0,01 diartikan bahwa angka 3 dan 1 pada x diketahui dengan pasti, sedangkan angka 4 mulai diragukan sehingga angka selebihnya yaitu 2,8, dst, diragukan sama sekali. Kebiasaan dalam hal ini ialah menghilangkan semua angka (termasuk angka 0) yang terletak di belakang angka-angka yang diragukan, yaitu 2, 8,... dst. Besaran x pada contoh di atas dikatakan memiliki tiga angka penting yaitu 3,1, dan 4. Jika ditinjau dari ketelitiannya, pengertian x = 3,1 berbeda dengan 3,10. Pada x = 3,1 angka tiga diketahui dengan pasti, sedang angka 1 diragukan. Pada x = 3,10 angka 3 dan 1 diketahui dengan pasti, sedangkan angka 0 diragukan. Hasil pengukuran x = 3,10 lebih teliti daripada hasil pengukuran x = 3,1. Ketelitian suatu pengukuran sering dinyatakan dalam %. Misal suatu pengukuran menghasilkan (22/7 ± 1 %). Jadi x = 3,1428... dan Δx = 0,0314. Ketelitian dalam persen ini dinyatakan hanya dengan satu angka penting saja, yaitu 1%, dan bukan dengan dua angka penting, yaitu 1,0 % sehingga x harus juga memiliki hanya satu angka penting saja dan tidak boleh lebih, yaitu Δx = 0,03. Jad,i x harus dilaporkan sebagai x = (3,14 ± 0,03). Sebenarnya tidak ada cara yang dapat dikatakan tepat dalam menulis hasil pengukuran, karena banyak bergantung pada selera tiap orang. Namun demikian berdasarkan jumlah angka penting pada ketelitian, dapatlah disarankan cara penulisan seperti tersebut di atas. Dalam hal pengukuran yang tidak diulang, nilai dua garis skala terdekat merupakan angka yang diragukan. 8