(Damanik dan Sasongko. 2003). dimana TR adalah total penerimaan dan C adalah total biaya. TR didapat dari P x Q

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. produktif untuk kelangsungan usaha demi menunjang kehidupan mereka, namun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah masalah perekonomian. Dengan sempitnya lapangan

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala. di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Mardana. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. konstan sejak tahun 2007 dan selalu diiringi dengan pertumbuhan pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Pendahuluan. kemiskinan di Indonesia masih di atas rata-rata. Kondisi ini semakin parah setelah

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perekonomian di negara berkembang seperti Indonesia, kredit memegang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian di negara berkembang seperti Indonesia, kredit memegang

hampir selalu merujuk pada maksimalisasi profit. Perekonomian yang telah mendominasi kehidupan sosial membuat segala sesuatunya dinilai dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebutuhan yang mendesak atau kekurangan dana dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. membayar berbagai kebutuhan masyarakat. Uang merupakan hal yang sangat penting

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu wahana. angka pengangguran, UMKM juga memegang peranan penting bagi

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Perum Pegadaian Kanwil Bandung merupakan tempat dimana penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini, membuat perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia saling bersaing untuk. mampu bersaing dan bertahan dalam setiap situasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan UMKM di Indonesia dilihat dari tahun

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Orde Baru terjadi kegoncangan ekonomi dan politik. Perusahaan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan

KEWIRAUSAHAAN-II MENGELOLA KEUANGAN USAHA. Oloan Situmorang, ST, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB II KAJIA PUSTAKA DA KERA GKA PEMIKIRA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat meningkatkan penyaluran kredit oleh perbankan dari

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

BAB I PE DAHULUA. keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Di Indonesia banyak

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesejahteraan ekonomi dari masyarakat juga berkembang.pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor baik pengusaha besar maupun pengusaha kecil telah memainkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Dalam masa krisis ekonomi yang melanda Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

A. Kesimpulan BAB I PENDAHULUAN

KREDIT TANPA JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

I. PENDAHULUAN. merupakan beban yang amat berat dirasakan oleh sebagian warga masyarakat.

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

BAB I PENDAHULUAN. tahan yang kuat dalam kondisi krisis. Dengan keunggulan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari setiap individu, perusahaan-perusahaan dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan jaminan, hal ini demi keamanan pemberian kredit tersebut dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang semakin canggih sangat berpengaruh bagi sebuah perusahaan. Persaingan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pemilihan Judul

A B S T R A K S I. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Negara Republik Indonesia ditujukan bagi seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. permodalan yang pada umumnya rata-rata relatif lemah. Munculnya kendala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Permasalahan ekonomi yang terjadi dalam masyarakat memang tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kredit kepada para nasabahnya.

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Prosedur Dan Sistem Informasi Akuntansi. harus dilakukan untuk menjalankan suatu fungsi tertentu.

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. bank dan lembaga keuangan non bank. Kedua lembaga ini selain memiliki fungsi

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang perkreditan tidak lepas dari pengaruhnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jasa perbankan atau keuangan. Dalam hal ini, perbankan merupakan inti dari

shahibul maal yang menyediakan seluruh modalnya, sedangkan pihak kedua

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat. Salah satu kebutuhan

Financial Check List. Definisi Pembiayaan. Mengapa Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Kapan Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan?

BAB I PENDAHULUAN. dalam kondisi ini. Akibat adanya rasionalisasi maupun pemutusan hubungan kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

Bab I. Pendahuluan. Syariah (LKMS) yang berbentuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

BAB I PENDAHULUAN. global yang terjadi di kawasan Amerika dan Eropa dalam beberapa tahun terakhir,

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perbankan di Indonesia merupakan objek sekaligus subjek yang

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan timbulnya persaingan yang semakin ketat. Kesulitan pendanaan pun menimpa usaha-usaha kecil sampai usaha-usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kegagalan usaha (Kemendag,2013). yang dianggap penting dan mampu menopang perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sering kali dihubungkan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek. Mayoritas usaha yang ada di Indonesia adalah usaha kecil yang dikelola

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sistem pemberian kredit berperan cukup penting dalam kegiatan

PEGADAIAN ATA 2014/2015 M3/IT /NICKY/

BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan, permasalahan, dan faktor lain yang dimiliki oleh pelakunya.

KERANGKA PEMIKIRAN III.

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia terdapat sekitar 57,9 juta pelaku UMKM dan diperkirakan akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. krisis moneter merambah ke krisis ekonomi. Dari krisis ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, di mana pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah

BAB I. PENDAHULUAN. bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian Kredit. Danamon Indonesia Unit Pasar Delitua dengan Toko Emas M.

PERTEMUAN 9 MUHAMMAD WADUD

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan IB Rahn Emas di Bank Jateng Syariah Kantor Cabang Semarang Rahn menurut bahasa berarti ats-tsubut dan

PROGRAM PELAYANAN KEUANGAN MIKRO LEMBAGA BINA SWADAYA DI KECAMATAN KIARACONDONG BANDUNG

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PENERAPAN STRATEGI PEMASARAN PEMBIAYAAN AR-RAHN USAHA MIKRO (ARRUM) PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK UNIT PALSIGUNUNG, DEPOK.

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi. Inflasi sendiri merupakan kenaikan harga secara bersamaan atau

Financial Check List. Definisi Pegadaian. Mengapa Masayrakat Perlu Menggunakan Jasa Pegadaian? Kapan Masyarakat. Menggunakan Jasa. Pegadaian?

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA Setiap pedagang berusaha untuk memaksimalkan laba usaha dagangnya. Untuk mencapai hal tersebut maka pedagang perlu menambah modal untuk memperbanyak jenis maupun jumlah dagangannya. Laba ( secara teoritis adalah (Damanik dan Sasongko. 2003). Untuk memaksimalkan laba ( maka pedagang harus membuat TR > TC, dimana TR adalah total penerimaan dan C adalah total biaya. TR didapat dari P x Q dimana P adalah harga dan Q adalah quantitas yang dijual. Untuk memaksimalkan penerimaan pedagang harus memaksimalkan penjualan barang dagangan (Q). Sementara itu TC di dapat dari penjumlahan biaya untuk tenaga kerja (w. l) dan perlengkapan seperti gelas, piring, meja dan bahan baku (r. k). Dalam jangka pendek, (w. l) nilainya nol karena untuk memulai usaha dagang ibu rumah tangga pedagang tidak membayar tenaga kerja pembantu (dikerjakan sendiri). Sehingga dalam jangka pendek : ( ( ( ( ( ( ( Dimana w = wage r = rent l = labor k = kapital 9

Dalam jangka pendek pula k konstan karena pedagang tidak membeli perlengkapan (barang modal) yang masuk dalam perhitungan TC. Namun modal yang di miliki ibu rumah tangga pedagang sangat minim sehingga mereka tidak dapat menghasilkan Q lebih banyak untuk menghasilkan (profit). Maka pedagang akan berusaha untuk mencari tambahan modal dengan berhutang dari lembagakeuangan yang dapat diakses. Semakin banyaknya lembaga keuangan yang muncul menyebabkan banyak pedagang tidak hanya meminjam pada satu lembaga saja. Namun para pedagang tersebut meminjam dana untuk penambahan modal usahanya yang di sesuaikan dengan kemampuan untuk melengkapi persyaratannya. Lembaga tersebut diantaranya bank, koperasi dan rentenir. Lembaga keuangan formal, perbankan, yakni lembaga yang bergerak dalam perekonomian untuk menyimpan maupun menyalurkan dana dengan memiliki dasar hukum dan aturan yang kuat kepada pelaku usaha untuk mendukung pengembangan usaha dagang mereka untuk meningkatkan kesejahteraan. Dampak yang dirasa oleh pelaku usaha kecil yang meminjam dana dari bank untuk penguatan modal diantaranya adalah semakin meningkatnya pendapatan sehingga laba yang di dapat semakin tinggi pula (Hidayat dan Fadillah). Namun tidak semua pedagang kecil mampu mengakses dana dari lembaga perbankan karena rumitnya persyaratan. Keberadaan rentenir di aktifitas perekonomian dari tahun ke tahun semakin menjamur di tengah-tengah masyarakat terutama masyarakat kecil yang menjalankan 10

usaha mikro kecil menengah (UMKM) (Mahfud. 2013). Rentenir dianggap sebagai peluang bisnis bagi mereka yang memiliki dana berlebih dan mencari keuntungan dari uang yang dipinjamkan (Anonim, 2013). Di satu sisi keberadaan rentenir membantu bahkan menguntungkan bagi nasabah yang meminjamnya. Namun ada juga yang merasakan dampak negatif dari adanya rentenir. Berikut beberapa dampak positif dan negatif atas adanya dana rentenir menurut review literature yang telah ditemukan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Dampak positif adanya dana rentenir dalam menunjang usaha dagang ibu rumah tangga Keberadaan rentenir masih di anggap tabu bagi mereka yang tidak pernah berinteraksi dengan lembaga informal ini. Namun lembaga informal ini sudah menjamur di kalangan pedagang, baik di pasar tradisional ataupun pedagang kaki lima di pinggir jalan yang usahanya termasuk dalam skala usaha kecil mikro yang dikelola oleh orang miskin atau mendekati miskin (Hamka dan Danarti. 2010). Bagi sebagian ibu rumah tangga yang memiliki usaha dagang, rentenir membantu dalam penguatan modal dagangnya. Kehadiran rentenir dianggap sebagai perbankan bagi masyarakat miskin karena rentenir mampu menyalurkan dananya kepada orang miskin tersebut (Seibel. 2005). Munculnya persepsi mengenai rentenir sebagai bank bagi orang miskin telah mendorong banyak ibu rumah tangga untuk lebih memilih meminjam kepada 11

rentenir. Dengan dana yang disalurkan tersebut, ibu rumah tangga yang memiliki usaha dagang mampu memperluas usahanya yang tercermin dengan adanya peningkatan konsumsi pedagang dan peningkatan pengadaan input produksi (Seibel. 2005). Peningkatan konsumsi dan peningkatan pengadaan input produksi tersebut hanya berjalan dalam jangka waktu pendek saja karena pedagang hanya menggunakan modal utama sebagai modal kembali usaha dagangnya. Lain halnya jika pedagang menggunakan modal utama dan laba yang ia dapat dari berjualan pada hari sebelumnya dengan menggunakan tambahan modal yang berasal dari rentenir (Hari. 2009). Jumlah pinjaman di rentenir tidak seperti perbankan yang mensyaratkan minimal jumlah kredit tertentu. Rentenir bersedia memberikan pinjaman walaupun dalam jumlah yang sangat kecil. Dengan bertambahnya modal yang dimiliki, ibu rumah tangga pedagang dapat meningkatkan produksi usahanya. Dengan bertambahnya angka produksi tersebut maka para ibu rumah tangga pedagang akan mampu meningkatkan penghasilan lebih banyak dari penghasilan sebelumnya dalam waktu yang lebih singkat (Sipayung. 2011). Dengan kata lain adanya dana rentenir mampu menyelesaikan masalah keuangan ibu rumah tangga pedagang terutama dalam masalah permodalan (Qodarini. 2013). Solusi ini di anggap sebagai cara instan untuk mendapatkan dana karena rentenir menawarkan jasa yang fleksibel dan tidak di batasi oleh aturan ataupun lokasi yang jauh sebagai kendala utamanya (Qodarini. 2013). Hal ini yang menyebabkan ibu rumah tangga yang berdagang lebih memilih rentenir karena akan 12

ada karyawan dari rentenir yang akan mendatangi rumah ataupun kios dagangannya untuk mengambil uang angsuran ataupun mengantar uang pinjaman (Mahfud. 2013). Dampak negatif adanya dana rentenir dalam menunjang usaha dagang ibu rumah tangga Banyak ibu rumah tangga yang bekerja pada sektor informal, seperti halnya bekerja sebagai pedagang kecil yang membuka warung gorengan ataupun warung kopi yang minim akan modal (Williams dan Gurtoo. 2011). Sebagai pengusaha kecil seperti ini, menyebabkan mereka susah dalam mendapatkan pinjaman dana untuk penguatan modal usahanya. Pengusaha kecil hanya akan mendapatkan kepercayaan dalam mengakses kredit apabila mereka tergabung ke dalam sebuah paguyuban yang dapat melindungi hak mereka sebagai pedagang jika terdapat masalah lingkungan dagang mereka (Williams dan Gurtoo. 2011). Umumnya usaha yang digeluti para ibu rumah tangga tersebut merupakan usaha kecil berskala mikro dengan kualitas rendah dan berada pada kondisi miskin yaitu kondisi ketidakmampuan dalam penguatan modal usaha (Williams dan Gurtoo. 2011). Dengan usaha yang berskala kecil tersebut, mereka hanya mendapatkan pendapatan rendah dan tidak dapat digunakan untuk menutupi kebutuhan finansial seperti kebutuhan sekolah, kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan dalam rangka menambah modal usahanya. Dengan kondisi ini memungkinkan ibu rumah tangga akan terperangkap dalam utang piutang dengan rentenir karena ketidakmampuan dalam menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi untuk membayar bunga dan 13

pinjamannya. Singkatnya, waktu yang diberikan rentenir kepada nasabahnya menyebabkan nasabahnya terbebani, sehingga menyebabkan kesulitan pada pedagang untuk melanjutkan usahanya di kemudian hari karena modal dan pendapatan semakin berkurang. Sebagian ibu rumah tangga pedagang yang menjadi nasabah rentenir tidak menyadari dengan benar kelemahan dari meminjam dana ke rentenir yaitu tingginya bunga yang diterapkan dan juga jangka waktu yang diterapkan sangat sedikit sehingga ibu rumah tangga pedagang yang menjadi nasabah tersebut merasa di kejarkejar oleh tanggungan hutang (Qodarini. 2013). Kurangnya ketelitian dan pemahaman akan peraturan pinjaman dari rentenirlah yang akan menjerumuskan nasabahnya. Hal ini disebabkan karena besarnya ketergantungan mereka pada dana dari rentenir yang langsung dapat cair dengan waktu singkat untuk mengatasi masalah keuangan mereka. Selain itu, tingginya bunga pinjaman yang di bebankan kepada pedagang yang menjadi nasabahnya tidak sebanding dengan pendapatan yang di terima oleh pedagang (Hari. 2009). Sehingga, dalam jangka panjang dana dari rentenir akan mengurangi konsumsi dan juga produksi pedagang di masa mendatang. Hal ini tidak di sadari oleh pedagang tersebut karena mereka tidak berekspektasi sebelum mengambil keputusan. Proses berkurangnya konsumsi tersebut di sebabkan karena adanya tanggungan angsuran dan juga bunga yang terkadang di tanggung mereka. Sehingga penghasilan dari hari kehari yang tidak tentu jumlahnya harus digunakan untuk menutupi angsuran tersebut. Selain itu para pedagang juga merasa mendapat beban baru karena adanya aktifitas hutang piutang tersebut (Hari. 2009). 14

Kelemahan ini semakin lama akan mengakibatkan kemerosotan pendapatan dan modal pedagang yang selalu bergantung dari dana rentenir (Qodarini. 2013). Sehingga pedagang kurang produktif dan menyebabkan gulung tikar pada usaha dagangnya (Marcellina. 2012). Upaya Mengurangi Ketergantungan pada Rentenir Sistem yang di jalankan rentenir mampu membuat ibu rumah tangga pedagang tertarik untuk meminjam dananya. Sifatnya yang fleksibel mendorong niat ibu rumah tangga yang sedang mengalami kesulitan dalam memperoleh dana dapat menjadikan rentenir sebagai alternatif utama yang menggiurkan. Walaupun dana tersebut mudah didapatkan, ibu rumah tangga pedagang harus mencoba untuk tidak selalu bergantung pada dana rentenir. Karena semakin lama ibu rumah tangga pedagang akan merugi dengan sistem yang dijalankan rentenir. Penetapan bunga pinjaman yang tinggi dan jatuh tempo pelunasan yang singkat yakni 24 30 hari. Sedangkan pendapatan mereka setiap harinya tidak sama jumlahnya. Sehingga pendapatannya yang tidak menentu setiap harinya harus selalu disisihkan untuk membayar angsuran tersebut. Semakin lama pendapatannya akan merosot karena adanya tanggungan hutang tersebut. Alternatif lain yang dapat dilakukan oleh ibu rumah tangga pedagang untuk mendapatkan dana selain pada rentenir, namun mungkin alternatif lain memiliki syarat yang dirasa membebani dan memperlama proses pencairan dana. Alternatif lain yang dapat diakses oleh ibu rumah tangga pedagang untuk mendapatkan dana 15

selain pada rentenir antara lain melalui arisan, koperasi, pegadaian dan bank (Harykhan. 2012). Arisan dapat menjadi alternatif ibu rumah tangga pedagang yang sedang butuh dana. Arisan tersebut dapat ia ikuti di dalam lingkungan tempat tinggalnya ataupun arisan dengan sesama pedagang di lingkungan usahanya. Dengan pembentukan arisan tersebut, anggotanya dapat menjadikan dana arisan tersebut sebagai sumber pembiayaan/modal pada usaha yang mereka jalankan (Hidayat. 2014). Dengan sistem yang dijalankan di arisan, ibu rumah tangga pedagang dapat menyisihkan sebagian pendapatannya untuk membayar iuran arisan sehingga saat ia mendapatkan jatah arisan, ibu rumah tangga pedagang dapat menggunakan uang tersebut untuk tambahan modal usaha dagangnya. Dengan ini, maka ibu rumah tangga pedagang dapat menghindari ataupun mengurangi ketergantungan pada dana rentenir. Alternative kedua yang dapat di pilih ibu rumah tangga pedagang untuk mengurangi ketergantungan pada rentenir yakni melalui koperasi. Koperasi ini dapat dijalankan oleh warga setempat yang bertujuan untuk menjalankan simpan pinjam dana yang dananya berasal dari warga setempat (Anonim. 2013). Sehingga akan ada orang yang mengolah/mengatur dana tersebut. Di saat ibu rumah tangga pedagang butuh dana, koperasi tersebut dapat membantunya dengan dana yang terkumpul tersebut. Namun kegiatan seperti itu sudah jarang dilakukan di lingkungan perkotaan. Ibu rumah tangga pedagang di lingkungan perkotaan dapat mengakses dana melalui koperasi yang kini banyak didirikan oleh lembaga yang memiliki ijin usaha, namun 16

untuk mengakses dana tersebut ibu rumah tangga pedagang harus melalu prosedur yang berlaku. Seperti, adanya pengisian formulir sebagai data diri peminjam. Pegadaian dapat menjadi alternatif berikutnya bagi ibu rumah tangga pedagang. Pegadaian menawarkan produk layanan berupa pemberian kredit (pinjaman) pada masyarakat kelas bawah. Namun saat ini pelayanannya semakin meluas ke masyarakat menengah atas dan juga produk yang di tawarkan juga semakin berkembang. Pegadaian juga tidak hanya menawarkan kredit namun juga melayani gadai barang, yang sering di gadai oleh masyarakat adalah emas (Abubakar. 2011). Pegadaian dapat menjadi sumber pembiayaan pedagang kecil agar para pelaku usaha kecil tidak terjerat rentenir. Namun mungkin alternative pegadaian masih kurang di minati oleh masyarakat kalangan bawah khususnya pelaku usaha kecil karena syarat yang diajukan oleh pegadaian untuk mendapat kredit adalah dengan meminta jaminan pada objek usaha tersebut, objek bergerak (kendaraan) ataupun barang berupa emas. Dengan jaminan tersebut, ibu rumah tangga pedagang akan mendapatkan kredit sesuai harga barang yang dijaminkan dan juga diberikan jangka waktu pengembalian yang telah ditetapkan oleh pihak pegadaian (Abubakar. 2011). Objek yang dapat dijadikan alternative sumber pembiayaan bagi ibu rumah tangga pedagang adalah perbankan. Program perbankan yang sekarang telah ada ialah KUR. Yakni kredit usaha yang dapat diakses oleh pelaku usaha yang merupakan program dari pemerintah untuk mengurangi tingkat kemiskinan (Wardhani. 2010). Namun dalam pemberian KUR tersebut ada tahap yang harus dilalui oleh nasabah agar dananya cair. Dengan adanya beberapa tahap salah satunya adalah permohonan 17

dan pemeriksaan berkas yang akan memakan waktu cukup, sehingga nasabah tidak dapat langsung menggunakan alternatif ini. 18