KETERKAITAN PENERIMAAN DAERAH DAN PDRB PROPINSI JAMBI (PENDEKATAN SIMULTAN)

dokumen-dokumen yang mirip
DISPARITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAMBI. Selamet Rahmadi

DAMPAK BELANJA DAERAH TERHADAP KETIMPANGAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI JAMBI

KAJIAN PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI. Oleh: N U R D I N Dosen STIE Muhammadiyah Jambi ABSTRAK

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH ALOKASI DANA PERIMBANGAN TERHADAP KETIMPANGAN EKONOMI REGIONAL DI PROVINSI JAMBI

ANALISIS PEMETAAN KINERJA KEUANGAN KABUPATEN/KOTA PROPINSI JAMBI. Selamet Rahmadi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola daerahnya sendiri. Namun dalam pelaksanaannya, desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

KETIMPANGAN PEREKONOMIAN DI PROVINSI BENGKULU

PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang nantinya diharapkan dapat mendongkrak perekonomian rakyat

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota,

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi juga merupakan indikator pencapaian pembangunan nasional. akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT PERIODE

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan Kota/Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta)

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi pemerintahan pada daerah Indonesia di tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah. memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur

KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. pusat (Isroy, 2013). Dengan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

Analisis penerimaan pajak daerah dan pengaruhnya terhadap pendapatan perkapita Kota Jambi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Mahi (2001)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan

SKRIPSI. Oleh : PURNOMO NIM: B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi. Oleh: *) Irmanelly **)Dosen Tetap STIE Muhaammadiyah Jambi

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Nomor No.12 tahun 2008 (revisi UU no.32 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi. daerah berkewajiban membuat rancangan APBD, yang hanya bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi

BAB I PENDAHULUAN. pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, belanja daerah dikenal sebagai

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA. Etik Umiyati

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan dikeluarkannya Undang-undang No 22 Tahun 1999 dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengelolaan keuangan daerah sejak tahun 2000 telah mengalami era baru,

ABSTRAK. Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Flypaper Effect.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

PENGARUH DANA ALOKASI KHUSUS, DANA BAGI HASIL DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN LUWU

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan

ANALISIS KEMANDIRIAN FISKAL DALAM UPAYA MENDUKUNG PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan lembaga publik, diantaranya : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat mengalami perubahan, dimana sebelum reformasi, sistem pemerintahan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi yang mensyaratkan perlunya pemberian otonomi seluas-luasnya

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan lebih dekat dengan masyarakat. Otonomi yang dimaksudkan

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

Transkripsi:

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4 Oktober 2011 KETERKAITAN PENERIMAAN DAERAH DAN PDRB PROPINSI JAMBI (PENDEKATAN SIMULTAN) Selamet Rahmadi Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Jambi, Kampus Pinang Masak ABSTRACT Sumber penerimaan PAD, pajak, retribusi, BUMD, penerimaan lain yang sah, BHPBP dan penerimaan daerah lainnya berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap PDRB sedangkan dana perimbangan, DAU dan DAK berpengaruh negatif terhadap PDRB dengan korelasi rendah dan koefisien determinasi kecil. PDRB memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PAD, pajak, retribusi, BUMD, penerimaan lain yang sah, BHPBP, penerimaan daerah lainnya, dana perimbangan,dau dan terhadap DAK berpengaruh negatif dan tidak signifikan dengan korelasi Kata-Kata Kunci : Penerimaan Daerah, PDRB kuat/tinggi dan koefisien determinasi besar Halaman 48

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sebagai suatu proses yang menghendaki terjadinya perubahan dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat, baik sosial maupun ekonomi akan tercapai jika dapat dilaksanakan secara berkelanjutan. Pemberian otonomi pada daerah paling tidak dapat mempercepat pencapaian tujuan pembangunan tersebut. Pemberian otonomi pada daerah pada prinsipnya terkandung beberapa tujuan pokok yaitu : 1). mampu memberikan peningkatan terhadap kualitas dan kuantitas pelayanan publik, 2). mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan 3). mampu menciptakan efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan sumber daya dan 4). mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembungunan. Berdasarkan prinsip pokok yang terkandung dalam otonomi daerah, pemberian otonomi dirasa sejalan dengan tujuan dari pelaksanaan pembangunan yang menghendaki adanya peningkatan pendapatan perkapita, pertumbuhan perkapita, pertumbuhan ekonomi, mampu mengurangi tingkat kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan atau ketimpangan pembangunan antar daerah. Upaya-upaya kongkrit perlu dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut melalui peningkatan sumber penerimaan daerah, pengembangan dunia usaha daerah, pengembangan sumberdaya manusia dan pengembangan ekonomi masyarakat. Pesatnya pembangunan di daerah mengharuskan daerah memperbaiki semua aspek yang mendukung pelaksanaan pembangunan. Salah satu aspek perlu diperbaiki terus ditingkatkan adalah aspek keuangan (fiskal). Keuangan sebagai unsur penting dalam mendukung kegiatan pembangunan harus terus dijaga dan ditingkatkan ketersediaannya Ketersediaan keuangan sebagai sumber pembiayaan akan mempercepat proses kegiatan dan pencapaian tujuan pembangunan yang telah ditetapkan atau direncanakan. Semakin baik atau besar keuangan daerah, maka akan semakin stabil pula kedudukan pemerintah, semakin efektif dalam memberikan pelayanan dalam pembangunan. Halaman 49

II. Tinjauan Pustaka 2.1. Keuangan Daerah Keuangan daerah sebagai semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya menyusun APBD. Penghimpunan, penggunaan dan pengelolaan keuangan (fiskal) di daerah dapat tercapai dengan adanya pemberian otonomi pada daerah, dimana daerah diberi wewenang dan tanggung jawab yang besar palam proses pembangunan. Pemberian otonomi diharapkan dapat menjadi faktor pendorong daerah untuk meningkatkan kemampuan daerah dalam pengadaan keuangan daerah, sehingga bisa mandiri dalam menyelenggarakan roda pemerintahan maupun dalam melaksanakan pembangunan di daerah.(rahmadi Dan Setiawati, 2006).Tolok ukur suatu daerah otonom mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, menurut Widjaja (2002) terlihat dari : 1). kemampuan struktur organisasinya dalam menampung segala aktivitas dan tugas-tugas yang menjadi beban dan tanggung jawabnya 2). kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam menjalankan tugasnya, mengatur dan mengurus rumah tangga daerah, 3). kemampuan mendorong partisipasi masyarakat dalam mendorong peran serta rakyat dalam kegiatan pembangunan, 4). kemampuan keuangan daerah dalam membiayai semua kegiatan atau tidak melalui pendapatan asli daerah maupun pendapatan lainya dan digunakan seoptimal mungkin, sehingga dapat mendukung proses pembangunan daerah. APBD sebagai anggaran yang menjelaskan daftar atau pernyataan yang terperinci tentang penerimaan dan pengeluaran dan penerimaan negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun. (Suparmoko, 2001). Uraian diatas sejalan dengan apa yang diuraikan Mardiasmo (2002), bahwa anggaran diartikan sebagai suatu rencana yang meliputi bermacam-macam kegiatan dari berbagai tingkatan untuk jangka waktu tertentu dan dinyatakan dengan uang. Halaman 50

2.2. Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dari pembangunan nasional mempunyai arti yang sangat penting dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Pembangunan daerah bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah (region) sebagai pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut melalui kenaikkan seluruh nilai tambah (value added). Kemakmuran suatu wlayah selain ditentukan oleh nilai tambah yang tercipta juga ditentukan oleh seberapa besar terjadi transfer payment terjadi pada suatu daerah dari daerah lain. (Tarigan, 2005) III. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai adalah penelitian kepustakaan (Library Research) dengan menggunakan data sekunder (time series) yang meliputi : 1). jumlah penerimaan daerah berserta komponen penerimaanya dan PDRB Propinsi Jambi Pengukuran dampak penerimaan daerah beserta sumber-sumber penerimaanya terhadap PDRB dan PDRB terhadap penerimaan daerah beserta sumber-sumber penerimaanya di gunakan pendekatan regresi : (Gujarati, 2003) dengan bentuk masingmasing sebagai berikut : 1. PDRB = β 0 + β 1 Pad + β 2 Paj + β 3 Ret + β 4 Bud + β 5 Lan + β 6 Prm + β 7 Bhp + β 8 Dau + β 9 Dak + β 10 Pdl + e 2. PDJ i = β 0 + β 1 PDRB + e Dimana : PDRB = PDRB Propinsi Jambi atas dasar harga konstan tahun 2000 Pad = Realisasi PAD Propinsi Jambi Paj = Realisasi penerimaan pajak Propinsi Jambi Ret = Realisasi penerimaan retribusi Propinsi Jambi Bud = Realisasi penerimaan BUMD Propinsi Jambi Lan = Realisasi penerimaan lain-lain sah Propinsi Jambi Halaman 51

Prm = Realisasi penerimaan dana perimbangan Propinsi Jambi Bhp = Realisasi penerimaan BHPBP Propinsi Jambi Dau = Realisasi penerimaan dana alokasi umum Propinsi Jambi Dak = Realisasi penerimaan dana alokasi khusus Propinsi Jambi Pdl = Realisasi penerimaan daerah lain-lain yang sah Propinsi Jambi PDJ i = Realisasi penerimaan daerah Propinsi Jambi sumber ke i IV. Hasil dan Pembahasan 1.1. Dampak Penerimaan Daerah Dan Sumber Penerimaan Daerah Terhadap PDRB Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan data selama kurun waktu tahun 2000 2009 diketahui, ternyata sumber-sumber penerimaan daerah di Propinsi Jambi yaitu : PAD, pajak, retribusi, BUMD, penerimaan lain yang sah, BHPBP, dana perimbangan, DAU, DAK dan penerimaan daerah lainnya memiliki nilai koefisien regresi positif dan negatif terhadap PDRB. Variabel yang memiliki koefisien regresi positif terhadap PDRB adalah: PAD ; 0,337, pajak ; 1,070, retribusi ; 1.026, BUMD ; 1,696, penerimaan lain yang sah ; 1,514, BHPBP ; 1,614 dan penerimaan daerah lainnya ; 0,785. Koefisien regresi positif dari tujuh (7) variabel mampu mendorong peningkatan PDRB, tetapi secara tidak langsung melalui belanja daerah yang dapat Melalui belanja daerah yang dapat dibiayai oleh sumber penerimaan tersebut. Kemampuan meningkatkan PDRB secara tidak langsung memberi pengaruh kecil terhadap upaya meningkatkan PDRB Propinsi Jambi, karena ketujuh (7) sumber penerimaan daerah pada uji t statistik dan F statistik tidak berpengaruh signifikan pada α = 5 %. Sementara sumber penerimaan yang memiliki nilai koefisien regresi negatif terhadap PDRB adalah : dana perimbangan ; 1,136, DAU ; -1,088 dan DAK ; - 1,542. Koefisien regresi negatif dari tiga (3) variabel sumber penerimaan memberi arti ketiga (3) sumber penerimaan tidak mampu mendorong peningkatan PDRB, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Ketidakmampuan meningkatkan PDRB tersebut membawa pengaruh pada ketidak mampuan meningkatkan PDRB Propinsi Jambi, karena dengan menggunakan uji t dan F statistik ketiga (3) sumber penerimaan daerah tidak berpengaruh signifikan pada α = 5 %. Ketidak mampuan sumber-sumber penerimaan daerah diatas dalam meningkatkan PDRB Propinsi Jambi terlihat juga melalui nilai koefisien korelasi/hubungan sebesar 0,329 atau 32,9 persen dan berhubungan rendah. Halaman 5 Halaman 52

Penerimaan daerah Propinsi Jambi memberi pengaruh atau menjelaskan perubahan PDRB Propinsi Jambi sebesar 0,348 atau 37,8 persen atau termasuk katagori rendah. Tabel.1. Hasil Koefisien Regresi Sumber-Sumber Penerimaan Terhadap PDRB Propinsi Jambi Dampak PAD, Pajak, Retribusi, BUMD, Lain, Perimbangan, BHPBP, DAU, DAK Dan Penerimaan Daerah Lain Terhadap PDRB Variabel Koefisien Regresi t Hitung F Hitung Koefisien Korelasi (R) Koefisien Determinasi (R 2 ) Konstanta 1,00E+012-421,509 0,329 0,378 PAD 0,337 0,049 Pajak 1,070 1,429 Retribusi 1,026 0,964 BUMD 1,696 1,905 Lain 1,514 1,679 Perimbangan -1,136-0,761 BHPBP 1,614 1,809 DAU -1,088-0,721 DAK -1,542-0,743 Pen.Daerah.Lain 0,875 0,180 Sumber : data diolah Halaman 53

4.2. Dampak PDRB Terhadap Penerimaan Daerah Dan Sumber Penerimaan Daerah PDRB Propinsi Jambi setiap tahun terus mengalami peningkatan. Peningkatan PDRB memberi gambaran, bahwa aktivitas kegiatan ekonomi berjalan seperti apa yang diinginkan. Peningkatan yang terjadi tidak lepas dari upaya pemerintah Propinsi menyediakan dana sebagai sumber pembiayaan pembangunan. Sumber penerimaan dapat meningkat, jika pemerintah mampu menggali potensi sumber penerimaan yang sudah ada ataupun melalui sumber penerimaan yang baru. Upaya menggali potensi sumber penerimaan di daerah Jambi dilakukan dengan memanfaatkan serta menggali potensi yang berasal dari kekayaan sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Pemanfaatan dan penggalian potensi tersebut dilakukan melalui upaya peningkatan PAD beserta komponen penerimaanya, peningkatan penerimaan dari dana perimbangan beserta komponen penerimaannya dan penerimaan lain yang sah Penggalian potensi tersebut dapat terlaksana, jika perekonomian (PDRB) tumbuh stabil atau meningkat. Perekonomian tumbuh tercermin dari semakin besarnya aktivitas ekonomi yang dilakukan dan meningkatnya produktivitas pemerintah dan masyarakat lewat sektor-sektor yang ada. Peningkatan aktivitas serta produktivitas sektor-sektor ekonomi akan mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan, memperluas kesempatan kerja melalui semakin besarnya lapangan kerja tersedia bagi masyarakat dan semakin meratanya hasil pembangunan dapat dirasakan oleh masyarakat, baik di perdesaan maupun perkotaan serta antar Kabupaten/Kota di Propinsi Jambi. Besarnya dampak peningkatan perekonomian (PDRB) terhadap sumber-sumber penerimaan tersebut dapat dijelaskan dari hasil perhitungan seperti di bawah ini. Halaman 54

1. Dampak PDRB Terhadap PAD Berdasarkan hasil perhitungan, dampak PDRB terhadap PAD berpengaruh positif dan signifikan pada α = 5 % dengan koefisien regresi sebesar 0,731. Angka tersebut memberi arti, jika PDRB ditingkatkan maka PAD akan meningkat sebesar 0,731 dikalikan dengan peningkatan PDRB yang diharapkan pemerintah Propinsi Jambi. Pengaruh positif didukung dengan koefisien korelasi positif sebesar 0,992, artinya PDRB memiliki hubungan terhadap PAD sebesar 99,2 persen atau berhubungan kuat/tinggi dan kemampuan PDRB mempengaruhi perubahan PAD sebesar 0,985 atau 98,5 persen. 2.Dampak PDRB Terhadap Pajak Dampak PDRB terhadap Pajak berpengaruh positif dan signifikan pada α = 5 % dengan koefisien regresi sebesar 0,635. Angka tersebut memberi arti, jika PDRB ditingkatkan maka Pajak akan meningkat sebesar 0,635 dikalikan dengan peningkatan PDRB yang diharapkan pemerintah Propinsi Jambi. Pengaruh positif didukung dengan koefisien korelasi positif sebesar 0,989, artinya PDRB memiliki hubungan terhadap pajak sebesar 98,9 persen atau berhubungan kuat/tinggi dan kemampuan PDRB mempengaruhi perubahan pada pajak sebesar 0,979 atau 97,9 persen. Kemampuan PDRB meningkatkan sumber penerimaan pajak tercermin semakin meningkatnya aktivitas dan produktivitas sektor-sektor yang terlibat dalam perekonomian. Penetapan pajak dapat dilakukan melalui pajak bersifat progresif, proporsional dan regresif. 3.Dampak PDRB Terhadap Retribusi Pengaruh PDRB terhadap retribusi bersifat positif dan signifikan pada α = 5 % dengan koefisien regresi sebesar 0,045. Angka tersebut memberi arti, jika PDRB ditingkatkan maka retribusi akan meningkat sebesar 0,045 dikalikan dengan peningkatan PDRB yang diharapkan pemerintah Propinsi Jambi. Halaman 55

Pengaruh positif di dukung koefisien korelasi positif sebesar 0,886, artinya PDRB memiliki hubungan terhadap retribusi sebesar 88,6 persen atau berhubungan kuat/tinggi dan kemampuan PDRB mempengaruhi perubahan pada retribusi sebesar 0,786 atau 78,6 persen. Kemampuan PDRB meningkatkan sumber penerimaan retribusi dapat terjadi dengan semakin meningkatnya aktivitas dan produktivitas masyarakat yang menjadi sumber penerimaan retribusi melalui penyediaan sarana dan prasarana yang digunakan publik oleh pemerintah daerah, baik retribusi jasa umum, jasa usaha dan perizinan tertentu. Pengaruh positif didukung koefisien korelasi positif sebesar 0,834, artinya PDRB memiliki hubungan terhadap BUMD sebesar 83,6 persen atau berhubungan kuat/tinggi dan kemampuan PDRB mempengaruhi perubahan BUMD sebesar 0,695 atau 69,5 persen. Kemampuan PDRB meningkatkan sumber penerimaan BUMD dapat terjadi dengan semakin meningkatnya aktivitas dan produktivitas sektor-sektor perekonomian yang menggunakan jasa yang disediakan perusahaan milik daerah, seperti lembaga keuangan, perusahaan air minum dan lainnya. 4.Dampak PDRB Terhadap BUMD Pengaruh PDRB terhadap BUMD bersifat positif dan signifikan pada α = 5 % dengan koefisien regresi sebesar 0,009. Angka tersebut memberi arti, jika PDRB ditingkatkan maka BUMD meningkat sebesar 0,009 dikalikan dengan peningkatan PDRB yang diharapkan pemerintah Propinsi Jambi. Halaman 56

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4,Oktober 2011 Tabel.2. Hasil Koefisien Regresi PDRB Terhadap Sumber-Sumber Penerimaan Propinsi Jambi Variabel Koefisien Regresi t Hitung Koefisien Korelasi (R) Koefisien Determinasi (R 2 ) Dampak PDRB Terhadap PAD Konstanta -6,593E+011-0,992 0,985 PDRB 0,731 22,634 Dampak PDRB Terhadap Pajak Konstanta -5,776E+011-0,989 0,979 PDRB 0,635 19,346 Dampak PDRB Terhadap Retribusi Konstanta -3,662E+011-0,886 0,786 PDRB 0,045 5,413 Dampak PDRB Terhadap BUMD Konstanta -7,232E+011-0,834 0,695 PDRB 0,009 4,273 Dampak PDRB Terhadap Penerimaan Lain Konstanta -4,109E+011-0,878 0,771 PDRB 0,045 5,195 Dampak PDRB Terhadap Perimbangan Konstanta -9,473E+011-0,979 0,958 PDRB 1,078 13,551 Dampak PDRB Terhadap BHPBP Konstanta -4,149E011-0,962 0,925 PDRB 0,423 9,929 Dampak PDRB Terhadap DAU Konstanta -5,662E+011-0,975 0,951 PDRB 0,670 12,449 Dampak PDRB Terhadap DAK Konstanta -3,074E+011-0,107 0,012 PDRB -0,013-0,305 Dampak PDRB Terhadap Penerimaan Daerah Lain Konstanta -6,908E+011-0,830 0,689 PDRB 0,069 4,214 Halaman 57

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4,Okobter 2011 5.Dampak PDRB Terhadap Penerimaan Lain PDRB berpengaruh positif dan signifikan pada α = 5 % terhadap penerimaan lain yang sah dengan koefisien regresi 0,045. Angka koefisien regresi memberi arti, jika PDRB ditingkatkan maka penerimaan lain yang sah meningkat sebesar 0,045 dikalikan dengan peningkatan PDRB yang diharapkan pemerintah Propinsi Jambi. Pengaruh positif didukung koefisien korelasi positif sebesar 0,878, artinya PDRB memiliki hubungan terhadap penerimaan lain yang sah sebesar 87,8 persen atau berhubungan kuat/tinggi dan kemampuan PDRB mempengaruhi perubahan penerimaan lain yang sah sebesar 0,771 atau 77,1 persen. 6.Dampak PDRB Terhadap Dana Perimbangan Angka koefisien regresi PDRB terhadap dana perimbangan berpengaruh positif dan signifikan pada α = 5 % dengan nilai sebesar 1,078. Angka tersebut memberi arti, jika PDRB ditingkatkan maka dana perimbangan meningkat sebesar 1,078 dikalikan dengan peningkatan PDRB yang diharapkan pemerintah Propinsi Jambi. Pengaruh positif didukung koefisien korelasi positif sebesar 0,979, artinya PDRB memiliki hubungan terhadap dana perimbangan sebesar 97,9 persen atau berhubungan kuat/tinggi dan kemampuan PDRB mempengaruhi perubahan penerimaan dana perimbangan sebesar 0,958 atau 95,8 persen. 7.Dampak PDRB Terhadap Bagi Hasil Pajak Dan Bukan Pajak (BHPBP) Angka koefisien regresi PDRB berpengaruh positif dan signifikan pada α = 5 % terhadap bagi hasil pajak dan bukan pajak (BHPBP) dengan nilai sebesar 0,423. Angka tersebut memberi arti, jika PDRB ditingkatkan maka BHPBP meningkat sebesar 0,423 dikalikan dengan peningkatan PDRB yang diharapkan pemerintah Propinsi Jambi. Pengaruh positif didukung koefisien korelasi positif sebesar 0,962, artinya PDRB memiliki hubungan terhadap BHPBP sebesar 96,2 persen atau berhubungan kuat/tinggi dan kemampuan PDRB dalam mempengaruhi perubahan BHPBP sebesar 0,925 atau 92,5 persen. Halaman 58 Halaman 11

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4,Oktober 2011 8.Dampak PDRB Terhadap DAU DAU dipengaruhi oleh PDRB bersifat positif dan signifikan pada α = 5 % dengan angka koefisien regresi sebesar 0,670. Angka tersebut memberi arti, jika PDRB ditingkatkan maka DAU meningkat sebesar 0,670 dikalikan dengan peningkatan PDRB yang diharapkan pemerintah Propinsi Jambi. Pengaruh positif didukung dengan angka koefisien korelasi positif sebesar 0,975, artinya PDRB memiliki hubungan terhadap DAU sebesar 97,5 persen atau berhubungan kuat/tinggi. Kemampuan PDRB mempengaruhi perubahan DAU sebesar 0,952 atau 95,2 persen. 9.Dampak PDRB Terhadap DAK Angka koefisien regresi PDRB terhadap DAK berpengaruh negatif dan signifikan pada α = 5 % dengan nilai sebesar 0,013. Angka tersebut memberi arti, jika PDRB ditingkatkan maka DAK menurun sebesar 0,013 dikalikan dengan peningkatan PDRB yang diharapkan pemerintah Propinsi Jambi. Pengaruh negatif tersebut didukung angka koefisien korelasi positif sebesar 0,107, artinya PDRB memiliki hubungan terhadap DAK sebesar 10,7 persen Dan berhubungan sangat rendah. Ketidakmampuan PDRB mempengaruhi perubahan DAK didukung dengan koefisien determinasi sebesar 0,012 atau 1,2 persen. 10.Dampak PDRB Terhadap Penerimaan Daerah Lainnya PDRB mampu meningkatkan penerimaan terhadap penerimaan daerah lainnya dengan pengaruh positif dan signifikan pada α = 5 % dengan angka koefisien regresi sebesar 0,069. Angka tersebut memberi arti, jika PDRB ditingkatkan maka penerimaan daerah lainnya meningkat sebesar 0,069 dikalikan dengan peningkatan PDRB yang diharapkan pemerintah Propinsi Jambi. Pengaruh positif tersebut didukung dengan koefisien korelasi positif sebesar 0,830, artinya PDRB memiliki hubungan terhadap penerimaan daerah lainnya sebesar 83 persen dan berhubungan kuat/tinggi dan kemampuan PDRB dalam mempengaruhi perubahan terhadap penerimaan daerah lainnya sebesar 0,689 atau 68,9 persen. Halaman 59

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1,No.4,Oktober 2011 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Sumber penerimaan PAD, pajak, retribusi, BUMD, penerimaan lain yang sah, BHPBP dan penerimaan daerah lainnya berpengaruh positif dan tidak signifikan pada α = 5 % terhadap PDRB sedangkan dana perimbangan, DAU dan DAK berpengaruh negatif pada α = 5 % terhadap PDRB dengan korelasi rendah dan koefisien determinasi kecil. PDRB memiliki pengaruh positif dan signifikan pada α = 5 % terhadap PAD, pajak, retribusi, BUMD, penerimaan lain yang sah, BHPBP, penerimaan daerah lainnya, dana perimbangan dan DAU kecuali terhadap DAK berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada α = 5 % dengan korelasi kuat/tinggi dan koefisien determinasi besar. 5.2. Saran Peningkatan sumber penerimaan daerah Propinsi Jambi tidak berpengaruh secara signifikan secara langsung terhadap PDRB, untuk itu dimasa datang sumber penerimaan Propinsi Jambi dapat ditingkatkan melalui peningkatan PDRB melalui peningkatan belanja daerah dan mengalokasikan dana secara adil, merata dan mendasarkan diri pada skala prioritas pada masing-masing sektor dalam perekonomian, khususnya sektor produktif yang nantinya dapat meningkatkan sumber - sumber penerimaan Propinsi Jambi melalui peningkatan aktivitas serta produktivitas kegiatan ekonomi masyarakat dan pemerintah. Halaman 60

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1,No.4,Oktober 2011 DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin, 1997, Ekonomi Pembangunan, Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Djamin,Zulkarnain,1993,Perekono mian Indonesia, FE UI Jakarta. Dumairy, 1997, Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga Jakarta. Gujarati, Damodar. N, 2003, Basic Econometrics, Edisi ke empat, Mc Graw-Hill International Editions. Koncoro. M, 2004, Otonomi Dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi Dan Peluang, Erlangga, Jakarta. Kartasasmita, Ginanjar, 1997, Administrasi Pembangunan, Perkembangan, Pemikiran dan Prakteknya, LP3ES, Jakarta Mahi, Raksaka, 2005, Peran Pendapatan Asli Daerah di Era Otonomi, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, Vol.VI N0.1. Juli. Mardiasmo, 2002, Otonomo Dan Keuangan Daerah, BP FE-UGM, Yogyakarta. Rahmadi, Selamet Dan Yuliusman, 2006, Multiplier Pengeluaran Pemerintah Propinsi Jambi, Jurnal Manajemen Dan Pembangunan, Vol. 5 No.1 Januari Juni 2006, FE UNJA. Rahmadi, Selamet Dan Setiawati, Rike, 2006, Evaluasi Porsi Belanja Rutin Dan Belanja Pembangunan Terhadap Belanja Daerah Kabupaten Batanghari, Jurnal Manajemen Dan Pembangunan, Vol. 5 No.3 September- Desember 2006, FE UNJA. Richardson, W. Harry, 2001, Dasar- Dasar Ilmu Ekonomi Regional, Edisi Revisi, LPFE UI, Jakarta. Suparmoko, M, 2001, Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah, Edisi Pertama, Yogyakarta. Tarigan, M.R.P, Robinson, 2005, Ekonomi Regional : Teori Dan Aplikasi, Edisi Revisi, Bumi Aksara, Jakarta. Tambunan, Tulus, 2001, Perekonomian Indonesia : Teori Dan Temuan Empiris, Ghalia Indonesia, Jakarta. Widjaja, HAW, 2002, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, PT. Raja Grafindo Persada Jakarta Halaman 61