Assallamualaikum Wr.WB dan Salam Sejahtera untuk Kita Sekalian

dokumen-dokumen yang mirip
ARAH PENYEMPURNAAN KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI 29 TAHUN 2002 PASCA PEMBERLAKUAN PP 24 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA GORONTALO

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN WAKIL KETUA BPK-RI, DALAM RANGKA PERESMIAN PERWAKILAN BPK-RI DI JAMBI 27 AGUSTUS 2007

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah BAB I PENDAHULUAN

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

DAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara. Awalnya, para pendiri Negara ini percaya bentuk terbaik untuk masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. respon positif atas krisis ekonomi dan krisis kepercayaan yang terjadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

1.1. Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. kepemerintahan yang baik (good governance). Good governance adalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 5 TAHUN 2008

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi telah memberikan peluang bagi perubahan cara-cara pandang

Assalamu alaikum Wr. Wb., Selamat pagi dan salam sejahtera,

PERATURAN BUPATI CIANJUR NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAHAH KELAS B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan


BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dituntut seluruh elemen masyarakat termasuk perusahaan baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Politik, akan tetapi dibidang keuangan negara juga terjadi, akan tetapi reformasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur. Tahun 2000 yang mengatur Pokok-pokok Pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. memahami garis besar lingkup pengelolaan keuangan unit-unit kerja yang

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah daerah sepenuhnya dilaksanakan oleh daerah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

I. PENDAHULUAN.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah dengan diundangkannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aksesibilitas laporan keuangan SKPD, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang (UU) No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok. pemerintahan daerah, diubah menjadi Undang-Undang (UU) No.

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

LAPORAN KEUANGAN DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan single-entry. Sistem double-entry baru diterapkan pada 2005 seiring

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32. berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini. merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin maju dan terbukanya sistem informasi dewasa ini, isu-isu

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

anggaran. BPK akan melakukan tugas pemeriksaan setelah anggaran tersebut selesai dilaksanakan sesuai dengan kewenangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah telah ditetapkan di Indonesia sebagaimana yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Peraturan dan Perundang-undangan yang Berkaitan dengan Keuangan Daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. informasi bagi para pemakainya. Keberadaan ini membuat penulis

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan sektor publik khususnya laporan keuangan. pemerintah adalah wujud dan realisasi pengaturan pengelolaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. satunya yang terpenting adalah keuangan (Kusuma, 2008). Dewasa ini tuntutan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

BAB I PENDAHULUAN 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good

BAB I PENDAHULUAN. lahirnya paket undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu undang-undang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA KONSEPTUAL. 11. Mata uang...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi keuangan pemerintah yang dilaksanakan pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun Anggaran 2012

Transkripsi:

Peningkatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Kota Melalui Harmonisasi Kepmendagri 29/2002 dan PP 24/2005 oleh : DR. Daeng M. Nazier Yth Sdr. Dirjen Perbendaharaan Departemen Keuangan Republik Indonesia, selaku Ketua Komite konsultatif KSAP. Yth. Sdr/i Pejabat di lingkungan Departemen Keuangan Republik Indonesia. Yth. Sdr/i Pejabat di lingkungan Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. Yth. Sdr/i Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah, Kepala Biro Keuangan dan kepala Bagian keuangan. Yth. Sdr/i Komitee Konsultatif dan Komitee Kerja Standar Akuntansi Pemerintahan dan seluruh hadirin sekalian, Assallamualaikum Wr.WB dan Salam Sejahtera untuk Kita Sekalian Pertama-tama kita patut bersyukur atas nikmat dan karunia Allah Swt, yang dengan karunia dan ijin Nya kita dapat berkumpul dalam acara Sosialisasi dan Bimbingan Teknis mengenai Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang kita adakan saat ini. Demikian pula dalam kesempatan ini saya ucapkan selamat datang. Sebagaimana kita sadari bersama bahwasannya era kesejagatan (globalisasi) saat kini merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dihindari oleh seluruh masyarakat dunia, oleh karenanya bagi bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia memiliki kewajiban untuk secara terus menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik. Guna mewujudkan kepemerintahan yang baik dimaksud, langkahlangkah strategis perlu segera kita upayakan dan wujudkan bersama, dan dengan disertai langkah tindakan-tindakan operasional guna dapat direalisasikan. Salah satu langkah strategis yang perlu dan harus selalu dikembangkan saat ini adalah mewujudkan suatu iklim kepemerintahan yang baik (good governance), yang setidaknya ditandai dengan tiga pilar elemen 1

dasar yang saling berkaitan satu dengan lainnya, yaitu (1) Transparansi ; (2) Partisipasi; dan (3) Akuntabilitas. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah upaya-upaya untuk mewujudkan good governance telah mulai digulirkan antara lain dengan membangun instrumen peraturan perundangan. Instrumen peraturan perundangan ini barulah merupakan langkah awal. Kesungguhan untuk melaksanakannya haruslah pula diupayakan, agar komitmen yang telah dituangkan dalm peraturan perundangan ini dapat tercapai. Beberapa peraturan perundangan yang berkenaan dengan penyelenggaraan otonomi daerah dan berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah antara lain adalah (1) Undang-undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; (2) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, dan tiga paket peraturan perundang-undangan tentang keuangan negara yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, serta Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pengawasan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara yang memayungi pengelolaan keuangan negara maupun keuangan daerah. Dalam keseluruhan peraturan perundangan ini, semangat yang mengemuka adalah keinginan dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik, diantaranya adalah keinginan untuk mewujudkan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintah. Saudara-saudara dan Hadirin sekalian, Demikian pula jauh sebelumnya, sebagaimana kita ketahui bersama semangat untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik di lingkungan Pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Kota yang dilandasi pemikiran dasar mengenai pemberian dan pelaksanaan otonomi yang luas telah diupayakan pula. Hal ini dilaksanakan dengan diundangkannya dua undang-undang yang berkenaan dengan Pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Kota dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yaitu Undangundang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dalam tataran yang lebih operasional terhadap pelaksanaan Undangundang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang 25 Tahun 1999 telah pula 2

diundangkan beberapa Peraturan Pemerintah (PP), diantaranya beberapa PP yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah antara lain adalah : 1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan 2) Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung jawaban Keuangan Daerah. 3) Peraturan Pemerintah Nomor 106Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dalam melaksanakan Dekonsentrasi dan tugas perbantuan 4) Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggung jawaban Kepala Daerah. Selanjutnya untuk kepentingan yang jauh lebih operasional lagi, terutama berkaitan dengan penjabaran Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 dan terutama upaya untuk mengembangkan sistem pengelolaan keuangan daerah yang transparan dan Akuntabel, Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri telah menerbitkan Keputusan Menteri Dalam Negeri (KepMendagri) Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Bagi jajaran Pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Kota, Keputusan Menteri Dalam Negeri bersangkutan merupakan pedoman operasional bagi pengelolaan keuangan daerah. Meskipun demikian dalam perkembangan dan pelaksanaannya, kita telah berkeyakinan bahwa keseluruhan Pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Kota berupaya semaksimal mungkin untuk menerapkannya. Meskipun demikian kesungguhan tersebut bukannya tanpa kendala dan kesulitan, baik yang disebabkan oleh kendala internal Pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Kota sendiri maupun kendala karena ketidakjelasan maupun kekurangan lainnya dari Keputusan Menteri Dalam Negeri tersebut. Yang pasti bahwa Pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Kota maupun Pemerintah dengan berbagai instrumen peraturan pemerintah maupun keputusan menteri, telah bertekad untuk dapat mewujudkan pengelolaan keuangan daerah secara transparan dan akuntabel. 3

Dalam Kepmendagri 29/2002 guna membangun sistem pertanggungjawaban, secara khusus telah diatur pula mengenai pembangunan sistem akuntansi keuangan daerah melalui penetapan tatausaha keuangan; pembangunan sistem dan prosedur akuntansi; penetuan catatan dan laporan yang dihasilkan; serta penetapan kebijakan akuntansi yang diperlukan dalam menyusun dan menghasilkan laporan keuangan Pemerintah. Laporan keuangan daerah yang dihasilkan pemerintah merupakan media perwujudan dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah. Upaya perwujudan akuntabilitas melalui instrumen Kepmendagri 29/2002 sesungguhnya dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan amanat Peraturan Pemerintah 105 tahun 2000, yaitu dalam pasal 35 yang mengamanatkan bahwa penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah berpedoman pada standar akuntansi keuangan pemerintah Penyusunan laporan keuangan yang berpedoman pada standar akuntansi keuangan sesungguhnya adalah dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan, sehingga laporan keuangan dimaksud dapat meningkat kredibilitasnya dan pada gilirannya akan dapat mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintahan daerah. Dari gambaran mengenai hakekat standar akuntansi pemeritah yang menjadi pedoman penyusunan dan penyajian laporan keuangan, maka sesungguhnya standar akuntansi ini adalah merupakan pedoman yang sangat diperlukan. Namun sayangnya sampai dengan pertengahan tahun 2005, standar dimaksud belum dapat terwujud, hal ini sesungguhnya terjadi antara lain akibat ketidak jelasan mengenai institusi maupun lembaga yang berwenang untuk menerbitkan standar bagi instansi pemerintah. Dengan demikian ketiadaan standar akuntansi pemerintah, menjadikan kredibilitas laporan keuangan yang telah disusun oleh Pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Kota menjadi berkurang. Meskipun mungkin saja penyusunan dan penyajian laporan keuangan telah dilakukan sesuai dengan kepmendagri 29 tahun 2002 sekalipun. Sebagaimana kita ketahui bersama dalam tataran paket undang-undang keuangan negara, terutama Undang-undang 17 tahun 2003 telah secara tegas mengamanatkan bahwa pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berupa 4

laporan keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan daerah. Selanjutnya dalam Undang-undang yang sama diamanatkan pula bahwasannya bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintah. Standar akuntasi pemerintah yang digunakan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah disusun oleh suatu komitee standar yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Alhamdulillah saat kini Peraturan Pemerintah mengenai standar akuntansi pemerintah telah diundangkan pada tanggal 13 Juni 2004, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 24 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar akuntansi pemerintahan menurut Peraturan pemerintah ini adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dalam kesempatan ini perkenankanlah kami untuk selanjutnya mengingatkan kembali mengenai peranan dan tujuan pelaporan keuangan. Laporan keuangan disusun dalam rangka menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi suatu entitas pelaporan baik Satuan Kerja Perangkat Daerah maupun tingkat Pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Kota selama satu periode pelaporan yaitu satu tahun anggaran. Laporan keuangan pemerintah terutama digunakan untuk : (a) dapat membandingkan realisasi pendapatan, belanja transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan; (b) menilai kondisi keuangan; (c) mengevaluasi efektivitas dan efisiensi entitas pelaporan, dan (d) membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan keuangan yang dihasilkan pada dasarnya dapat digunakan pula untuk empat kepentingan, yaitu pertama akuntabilitas, artinya suatu instansi pemerintah seharusnya mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka mencapai tujuan pemerintahan secara periodik. Kedua, kepentingan manajerial artinya laporan keuangan yang telah disusun dan disajikan dapat digunakan dalam membantu para pengguna dalam mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode 5

pelaporan sehingga memudahkan fungsi-fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh asset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah bagi kepentingan masyarakat. Ketiga, kepentingan transparansi artinya kita dapat memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan. Sementara itu kepentingan yang keempat adalah kepentingan keseimbangan antargenerasi (intergenerational equity) artinya laporan keuangan dapat membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan dalam membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan mengetahui pula apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut. Selanjutnya menurut PP 24 tahun 2005 telah pula dikemukakan tujuan pelaporan keuangan, yaitu bahwa pelaporan keuangan pemerintah harus menyajikan informasi yang bermanfaat bagi seluruh pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial dengan cara : pertama, penyediaan informasi mengenai apakah penerimaan periode berjalan cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran. Kedua, penyediaan informasi mengenai apakah cara memperoleh sumber daya dan alokasinya telah sesuai dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundangundangan. Ketiga penyediaan informasi mengenai jumlah sumber daya yang digunakan dalam kegiatan entitas serta hasil-hasil yang telah dicapai. Keempat, penyediaan informasi mengenai bagaimana entitas mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya. Kelima, menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pemerintah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya. Dan keenam, penyediaan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas, apakah mengalami kenaikan atau penurunan. 6

Pemenuhan tujuan dan laporan keuangan sebagaimana telah kami uraikan akan bermanfaat dan dapat memenuhi tujuannya jika memenuhi empat karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu : dapat dipahami (understandability), relevan (relevance), andal (reliability), dan dapat dibandingkan (comparability). Pertama informasi dapat dipahami bilamana pengguna dapat memahami laporan keuangan yang disajikan. Informasi-informasi yang dianggap rumit sebaiknya tidak dikeluarkan dari laporan keuangan, dengan pertimbangan bilamana dikeluarkan mungkin pengguna lainya sulit memahami laporan keuangan bilamana informasi tersebut tidak ada. Karaketeristik kedua, relevan sangat berarti bilamana informasi dapat digunakan untuk membantu melakukan evaluasi mengenai kejadian masa lalu, masa kini atau masa mendatang. Relevan mengandung arti pula bahwa informasi dapat digunakan untuk melakukan konfirmasi, koreksi dan evaluasi kejadian masa lalu. Agar relevan maka informasi harus disajikan tepat waktu. Karakteristik ketiga, keandalan mengandung arti bahwa informasi seharusnya bebas dari kesalahan yang material dan bias, serta dapat menyajikan informasi kepada pengguna secara jujur. Sementara itu dapat dibandingkan mengandung arti bahwa informasi dalam laporan keuangan dapat dibandingkan, agar pengguna dapat dapat mengidentifikasikan kesamaan dan perbedaan informasi bersangkutan dengan informasi yang terdapat pada laporan lainnya. Pembandingan dapat dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan antar organisasi dan pembandingan laporan keuangan antar periode. Implikasi yang muncul dengan adanya karakteristik dapat dibandingkan adalah para pengguna laporan keuangan harus diberikan informasi mengenai kebijakan yang diterapkan dalam penyajian laporan keuangan, perubahan atas penerapan kebijakan akuntansi dan pengaruh yang terjadi atas perubahan kebijakan tersebut. Satu hal penting lainnya yang harus kita pahami bersama adalah mengenai cara untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas melalui pembangunan sistem akuntansi. System akuntansi Pemerintahan merupakan serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerasasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan 7

dan operasi keuangan pemerintah. Dengan demikian setiap Pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Kota diharapkan bertanggungjawab untuk mengembangkan suatu sistem akuntansi yang : 1. Mempunyai sistem pengkodean unit organisasi dan klasifikasi buku besar yang seragam. 2. Mempunyai seperangkat buku besar dan buku pembantu yang bisa menyediakan ikhtisar transaksi akuntansi dan identifikasi ke dokumen sumber. 3. Mencatat transaksi/kejadian sesuai dengan standar akuntansi yang berterima umum yaitu standar akuntansi pemerintahan. 4. Memiliki pengendalian internal berupa organisasi, prosedur dan catatan yang mempertimbangkan pengamanan aset dan keandalan catatancatatan keuangan. Pengendalian internal didesain untuk mendapatkan keyakinan yang wajar bahwa transaksi-transaksi dicatat sebagaimana mestinya. Dengan demikian Pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Kota dapat mempersiapkan laporan keuangan dan mendukung akuntabilitas aktiva; akses ke aktiva terotorisasi dengan baik; dan bahwa akuntabilitas pencatatan aktiva dibandingkan dengan fisik aktiva pada suatu periode tertentu, dengan perbedaan yang ada diperlakukan dengan benar. 5. Menyediakan informasi yang berarti (penting dan bermanfaat) dan tepat waktu, agar para pengguna dapat menggunakannya untuk pengambilan keputusan dan pelaporan yang tepat waktu. Dari gambaran tersebut di atas, laporan keuangan yang berkualitas harus didukung oleh sistem akuntansi keuangan yang dapat diandalkan. Dalam rangka membantu Pemerintah memenuhi kewajiban pelaporan keuangan, perlu suatu pedoman sistem akuntansi keuangan. Sebagaimana telah kami jelaskan dimuka, maka pedoman penyelenggaraan sistem akuntansi keuangan daerah yang selama ini digunakan adalah sebagaimana tertuang dalam sebagian substansi Kepmendagri 29 tahun 2002. Bagi Pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Kota, sesungguhnya pelaporan keuangan diperlukan guna memberikan informasi yang penting dan relevan kepada para pemakai laporan keuangan sehingga dapat membantu mereka dalam membuat keputusan dengan cara yang terbaik. Pengungkapan dalam 8

laporan keuangan tahunan merupakan sumber informasi untuk pengambilan keputusan. Disamping itu pula, baik masyarakat umum maupun jajaran Pemerintahan Daerah membutuhkan pula suatu laporan yang dapat memberikan informasi mengenai kinerja pemerintahan dalam rangka mengelola dana masyarakat. Masyarakat luas perlu mengetahui berbagai sumber-sumber dan penggunaan keuangan pemerintahan, beserta kesesuainnya dengan peraturan perundangundangan. Untuk mengakomodasi hal-hal tersebut di atas, perlu disusun suatu pedoman sistem akuntansi. Pedoman sistem akuntansi keuangan ini juga diperlukan untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat diaudit (auditable) sehingga memudahkan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam hal transparansi pengelolaan keuangan. Pedoman sistem akuntansi keuangan daerah sebagaimana telah diamanatkan dalam Kepmendagri 29 tahun 2002, sekali lagi dimaksudkan sebagai pedoman bagi jajaran Pemerintahan di Propinsi, Kabupaten dan Kota dalam menyiapkan laporan keuangan yang akan menjadi media bagi masyarakat dan pihak-pihak lain yang terkait untuk mengetahui pengelolaan keuangan Pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Kota. Dengan telah diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, membawa konsekuensi bagi kita jajaran pemerintah di Propinsi, Kabupaten dan Kota untuk menghasilkan Laporan Keuangan yang penyusunan dan penyajiannya sesuai dengan Peraturan Pemerintah. Hal ini dimaksudkan agar laporan keuangan yang dihasilkan berkualitas, akuntabel dan kredibel. Pengelolaan keuangan termasuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah yang selama ini telah memedomani PP 105 tahun 2000 dan Kepmendagri 29 tahun 2002, diharapkan akan lebih berkualitas bilamana disusun berdasarkan standar akuntansi pemerintah. Dengan demikian system akuntansi yang telah dimiliki oleh masing-masing pemerintahan di daerah harus dimodifikasi secukupnya. Dengan kata lain masing-masing pemerintahan dapat menggunakan sistem yang telah disusun sebelumnya, atau sistem yang mereka desain sendiri, dengan syarat bahwa sistem yang mereka miliki harus lebih komprehensif, dan telah memenuhi persyaratan minimal maupun sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan serta memenuhi unsur transparansi dan akuntabilitas. 9

Dengan diundangkannya beberapa undang-undang tentang keuangan negara, dan revisi terhadap undang-undang mengenai pemerintahan daerah dan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah beserta beberapa peraturan pemerintah terkait termasuk PP 24 tahun 2005, membawa konsekuensi bagi penyelenggaraan pemerintahan termasuk pengelolaan keuangan daerah. Dengan demikian menjadi tugas kita bersama untuk senantiasa mempertimbangkan dan merumuskan beberapa strategi implementasi yang diperlukan. Pertama dalam rangka pengelolaan keuangan daerah perlu dilakukan revisi terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 sebagai suatu peraturan yang bersifat Omnibus Regulation, artinya segala peraturan perundangan yang terkait dengan pengelolaan keuangan daerah semaksimal mungkin diupayakan bermuara pada satu peraturan pemerintah yakni Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 yang direvisi. Hal ini ditempuh selain untuk tidak membingungkan para penyelenggara pemerintahan di daerah, juga untuk mensinkronisasikan berbagai peraturan perundangan tentang pengelolaan keuangan daerah. Konsekuensi atas revisi peraturan pemerintah ini tentunya berdampak kepada revisi terhadap Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002. Kedua, mengidentifikasikan dengan jelas hal-hal yang perlu dilakukan revisinya baik dalam PP 105/2000 maupun Kepmendagri 29/2002 yang diantaranya adalah perubahan mengenai jenis laporan keuangan yang diperlukan; penyesuaian beberapa kode rekening ; perubahan sistem dan prosedur akuntansi; dan perubahan peran organisasi keuangan daerah. Ketiga, berdasarkan keragaman pemerintah dalam menerapkan sistem pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah yang berbasiskan Kepmendagri 29 tahun 2002, yaitu ada yang secara penuh, sebagian, belum, ataupun telah lebih maju penerapannya, maka pembangunan ataupun pengembangan sistem akuntansi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 harus dilakukan secara selektif dan bertahap. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan melakukan modifikasi secukupnya terhadap system akuntansi yang telah dimiliki, tanpa harus merombaknya secara total. Sehingga dengan keterbatasan dana yang ada saat kini dapat dilakukan penghematan dan pada gilirannya pengelolaan keuangan dapat dilakukan secara effisien dan effektif. Dengan kata lain secara normative seluruh jajaran Pemerintahan di daerah harus tetap berkomitmen dalam membangun 10

system akuntansi yang handal melalui pembangunan system, prosedur, kelembagaan maupun sumber daya manusianya. Keempat, melakukan kegiatan pendampingan oleh pihak-pihak yang berkompeten terhadap pemerintah daerah yang memerlukan pendampingan dalam rangka menyusun system akuntansinya yang berbasiskan kepada Standar Akuntansi Pemerintahan yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Kelima, mentapkan dan melakukan kegiatan-kegiatan bagi beberapa pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Kota yang secara sukarela berkeinginan untuk dapat segera menerapkan PP 24/2005, bersamaan dengan penetapan Pemerintah Daerah tersebut sebagai Daerah Media Inkubator bagi pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah. Keenam berdasarkan keragaman yang ada di jajaran pemerintahan daerah, maka diperlukan persamaan persepsi dan langkah baik bagi jajaran Pemerintahan Propinsi, Kabupaten dan Kota, Badan Pemeriksa Keuangan, Unit- Unit Pemeriksa Internal Pemerintah dan Jajaran Pemerintah serta masyarakat umum lainnya mengenai saat pemberlakuan secara penuh Undang- Undang yang terkait dengan pengelolaan keuangan Negara/daerah, termasuk Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005. Ketujuh, bagi instansi yang berwenang agar senantiasa melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi seperlunya terhadap implementasi peraturan perundangan yang terkait dengan pengelolaan keuangan guna mendapatkan gambaran yang sesungguhnya mengenai hasil dan dampak dari pemberlakuan peraturan perundangan dimaksud, sehingga dapat segera dilakukan pengambilan keputusan ataupun kebijakan yang diperlukan. Demikianlah yang dapat kami sampaikan, mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan implementasi Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 beserta keterkaitannya dengan penerapan Standar Akuntansi Keuangan Pemerintahan. Satu hal yang dapat kita tarik garis tegas dari pemberlakuan kedua peraturan ini, bahwa kedua instrument peraturan perundangan ini merupakan langkah awal bagi pembangunan system pertanggungjawaban keuangan daerah yang transparan dan akuntabel. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Wabillahi Taufik Walhidyah Wassalamualaikum Wr. Wb. 11