BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 225, dan Indeks FTSE 100 terhadap pergerakan Indeks LQ45 Periode

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2007, keadaan ekonomi di Indonesia dapat dikatakan baik

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH

ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laju inflasi yang rendah dan stabil merupakan tujuan utama pengambil

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alat penggerak perekonomian di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

Transkripsi:

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, ekspor-impor, cadangan devisa, utang luar negeri dan kestabilan nilai tukar. Laju inflasi Indonesia selama kurun waktu tahun 1998-2010 menunjukkan fluktuasi seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.1. Nilai tertinggi dicapai pada tahun 1998 yaitu sebesar 77,63 persen dan nilai terendah dicapai pada tahun 1999 dengan laju inflasi sebesar 2,01 persen. Nilai tertinggi pada tahun 1998 merupakan dampak dari merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar dan faktor sosial politik yang tidak aman, sehingga mengakibatkan harga barang dan jasa terus meningkat tajam sampai akhir tahun 1998. LAJU INFLASI (PERSEN) 100 80 60 40 20 0 77.63 2.01 9.35 12.5510.03 5.06 6.4 17.11 6.6 6.59 11.06 2.78 6.96 TAHUN Laju Inflasi Sumber : BPS (diolah) Gambar 4.1 Laju Inflasi Tahunan di Indonesia Tahun 1998-2010

46 Laju inflasi bulanan di tahun 1998 yang tertinggi terjadi pada bulan Juni yang mencapai 12,45 persen. Pada tahun 1999, inflasi tahunan turun menjadi 2,01 persen. Penurunan laju inflasi yang sangat tajam ini tidak terlepas dari pengaruh terbentuknya pemerintah baru yang legitimate dan diharapkan dapat menciptakan stabilitas politik dan ekonomi yang lebih baik (Gambar 4.2). LAJU INFLASI (%) 15.00 10.00 5.00 0.00 5.00 10.00 15.00 12.45 9.30 8.70 98:01 98:10 99:07 00:04 01:01 01:10 02:07 03:04 04:01 04:10 05:07 06:04 07:01 07:10 08:07 09:04 10:01 10:10 TAHUN/PERIODE INFLASI Sumber : BPS (diolah) Gambar 4.2 Laju Inflasi Bulanan Indonesia Tahun 1998-2010 Laju inflasi tahunan dari tahun 2000-2004 sudah mulai stabil dimana angkanya yang berada dibawah dua digit. Inflasi tahun 2000 jika dibandingkan dengan inflasi tahun 1999 meningkat secara tajam yaitu dari 2,01 persen menjadi 9,35 persen. Peningkatan laju inflasi ini diantaranya disebabkan adanya kenaikan tarif angkutan per 1 September 2000, kenaikan BBM per Oktober 2000, Bulan Puasa/Ramadhan (November 2000), Natal dan Lebaran (Desember 2000). Secara umum pada tahun 2000-2005, inflasi terus terjadi dengan nilai yang terbilang tinggi, yaitu dengan rata-rata mencapai 10 persen. Pada tahun 2005 laju inflasi kembali naik mencapai 17,11 persen. Ini adalah inflasi tertinggi pasca krisis moneter Indonesia (1997/1998). Penyesuaian terhadap

47 kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan menjadi faktor utama tingginya inflasi tahun 2005. Tingginya harga minyak di pasar internasional menyebabkan pemerintah berusaha untuk menghapuskan subsidi BBM. Jika melihat inflasi bulanan pada tahun 2005 yang tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu sebesar 8,70 persen (Gambar 4.2). Laju inflasi selama tahun 2006-2007 menunjukkan perkembangan yang relatif stabil yaitu berkisar pada 6 persen. Laju inflasi tahun 2006 sebesar 6,60 persen sedangkan pada tahun 2007 sebesar 6,59 persen. Laju inflasi bulanan tahun 2006 dan 2007 menunjukkan dalam kondisi yang stabil yaitu dibawah 5 persen. Tekanan inflasi yang cukup tinggi terjadi di bulan Januari tahun 2006 dan turun secara perlahan sampai nilainya dibawah 1 persen. Penurunan laju inflasi dikarenakan adanya penundaan kenaikan tarif dasar listrik oleh pemerintah. Laju inflasi bulanan di tahun 2007 juga menunjukkan kondisi yang sama dengan tahun 2006 dimana nilainya masih di bawah 1,00 persen. Menjelang akhir tahun 2007, inflasi mengalami kenaikan yaitu dari 0,18 persen menjadi 1,10 persen. Kenaikan inflasi ini lebih disebabkan karena adanya kenaikan harga komoditas di dunia seperti minyak mentah, CPO, emas, dan gandum. Inflasi tahun 2008 mencapai 11,06 persen naik sebesar 4,47 persen bila dibandingkan dengan tahun 2007. Pada Januari tahun 2008 laju inflasi sebesar 1,77 persen. Inflasi bulanan tertinggi dicapai pada bulan Juni yaitu sebesar 2,46 persen. Inflasi pada tahun 2008 selain dipengaruhi oleh krisis keuangan global,

48 juga dipengaruhi oleh inflasi harga yang diatur pemerintah dan bahan makanan yang bergejolak. Laju inflasi tahun 2009-2010 menunjukkan kondisi yang relatif stabil dimana pada tahun 2009 inflasi sebesar 2,78 persen dan tahun 2010 sebesar 6,96 persen. Untuk laju inflasi bulanan selama tahun 2009, nilainya masih dibawah 1 persen dan yang tertinggi dicapai pada bulan September sebesar 1,05 persen. Selama tahun 2009, sempat terjadi deflasi yaitu pada bulan Januari, April dan November dengan deflasi terbesar terjadi di bulan April sebesar 0,31 persen. Laju inflasi bulanan di tahun 2010 masih dibawah 1 persen dan sempat mengalami inflasi tinggi yaitu sebesar 1,57 persen pada bulan Juli. Pada bulan Maret juga sempat terjadi deflasi sebesar 0.14 persen. Inflasi tahun 2010 tersebut melampaui target yang ditetapkan oleh Bank Indonesia di awal tahun yaitu 5±1 persen dan juga melampau target inflasi pemerintah sebesar 5,3 persen. 4.2 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (Exchange Rate) di Indonesia Sejak tahun 1970 sampai sekarang Indonesia telah melakukan 3 kali perubahan sistem nilai tukar, yaitu mulai tahun 1970 sampai 15 November 1978 sistem yang dipakai adalah sistem nilai tukar tetap, kemudian mulai 15 November 1978 sampai 14 Agustus 1997 menggunakan sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating), dan mulai 14 Agustus 1997 sampai sekarang menggunakan sistem kurs bebas (flexible exchange rate). Perkembangan nilai tukar rupiah seiring dengan perkembangan sistem nilai tukar rupiah dapat dilihat pada Gambar 4.1. Saat Bank Indonesia menggunakan sistem nilai tukar

49 mengambang terkendali dapat dilihat bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat relatif stabil yaitu berkisar pada Rp. 2000,- per dolar. Tetapi pada saat menggunakan sistem nilai tukar bebas sejak Agustus 1997 terlihat bahwa nilai tukar rupiah cenderung berfluktuatif. RUPIAH 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Sumber : BI (diolah) Gambar 4.3 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Berdasarkan Sistem Nilai Tukar yang Diterapkan Perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada lima bulan pertama tahun 1998 cenderung berfluktuasi. Selama triwulan pertama, nilai tukar rupiah rata-rata mencapai sekitar Rp 9.200,- dan selanjutnya menurun menjadi sekitar Rp 8.000,- dalam bulan April hingga pertengahan Mei. Nilai tukar rupiah cenderung di atas Rp 10.000,- sejak minggu ketiga bulan Mei. Kecenderungan meningkatnya nilai tukar rupiah sejak bulan Mei 1998 terkait dengan kondisi sosial politik yang tidak menentu. Nilai tukar tersebut mencapai titik tertingginya yaitu Rp 14.900,- per dolar Amerika pada bulan Juni 1998. Akibat dari melemahnya nilai tukar rupiah tersebut menyebabkan sistem perbankan dan industri mengalami kerugian karena beban pinjaman dalam dolar Amerika meningkat, sementara di sisi lain para importir mengalami kesulitan karena harga

50 barang impor meningkat drastis. Keadaan semakin memburuk karena banyak masyarakat yang membeli dolar untuk menjaga nilai kekayaan mereka, yang mendorong rupiah lebih melemah lagi (Gambar 4.4). 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 Rp. 14.900/$US Rp. 6.726/$US Rp. 12,151/$US 98:01 98:09 99:05 00:01 00:09 01:05 02:01 02:09 03:05 04:01 04:09 05:05 06:01 06:09 07:05 08:01 08:09 09:05 10:01 10:09 KURS (RP/$US) TAHUN/PERIODE Sumber : BI (diolah) Gambar 4.4 Laju Nilai Tukar Rupiah Bulanan Indonesia Tahun 1998-2010 Pada bulan Januari tahun 1999, nilai tukar rupiah mulai mengalami penguatan dimana nilai tukar rupah mencapai Rp 8.950,- per dolar. Nilai ini semakin menguat dan mencapai titik tertinggi pada bulan Juni yaitu sebesar Rp. 6.726,- per dolar. Penguatan nilai tukar ini disebabkan karena Indonesia yang mendapat bantuan dari International Monetary Fund (IMF) dan dipengaruhi juga oleh kondisi ekonomi, politik dan sosial yang membaik dalam negeri. Sampai akhir tahun 1999, nilai tukar rupiah masih stabil dengan kisaran dibawah Rp. 10.000,-. Di awal tahun 2000 yaitu bulan Januari, rupiah kembali melemah dimana nilainya sebesar Rp. 7.425,- yang naik sebesar 320 poin dari bulan sebelumnya. Tekanan terhadap nilai tukar rupiah terus meningkat sejak bulan April hingga Desember 2000, sebagai akibat dari perkembangan politik dan keamanan

51 menjelang Sidang Tahunan MPR Agustus 2000. Nilai tukar tertinggi di tahun 2000 pada bulan Desember sebesar Rp. 9.595,-. Melemahnya rupiah ini terus berlanjut hingga tahun 2001 dimana nilai tertinggi dicapai pada bulan Juni 2001 sebesar Rp. 11.440,-. Pada pertengahan tahun 2001 atau bulan Juli 2001 nilai tukar rupiah menguat sebesar 1.915 poin atau berada pada level Rp. 9.525,- per dolar Amerika. Perkembangan rupiah selama tahun 2002-2003 menunjukkan terjadinya penguatan. Di awal tahun 2002 nilai rupiah sebesar Rp. 10.320,- per dolar Amerika dan di akhir tahun nilai rupiah menjadi Rp. 8.940,-. Perkembangan tersebut menunjukkan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Hal ini disebabkan adanya pemerintahan yang baru pada pertengahan tahun 2001. Perkembangan nilai rupiah di awal tahun 2004 cenderung masih stabil tetapi menjelang bulan Mei, rupiah mulai melemah sebesar 549 poin atau berada pada Rp. 9.210,-. Melemahnya nilai rupiah ini terus berlangsung sampai akhir tahun 2004 dan hal ini lebih disebabkan karena situasi politik menjelang Pemilu 2004. Nilai rupiah pada awal-awal tahun 2005 cenderung stabil yang dibuka pada bulan Januari sebesar Rp. 9.165,-. Pada bulan Agustus, nilai rupiah melemah hingga menembus level Rp. 10.240,- per dolar. Meningkatnya harga minyak dunia yang sempat menembus level US$70/barrel memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap meningkatnya permintaan valuta asing sebagai konsekuensi negara pengimpor minyak sehingga menyebabkan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika. Menjelang akhir tahun 2005 nilai rupiah mulai menguat hingga di bulan Desember ditutup sebesar Rp. 9.830,-.

52 Perbaikan indikator moneter membuat nilai tukar rupiah selama tahun 2006 sedikit menguat dibandingkan akhir tahun 2005. Pada awal tahun nilai tukar dibuka dengan nilai Rp. 9.395,- per dolar dan ditutup di akhir tahun dengan nilai sebesar Rp. 9.020,-. Penguatan nilai rupiah pada tahun ini didukung oleh faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal adalah karena masih dipengaruhi oleh ekonomi AS yang melemah karena terjebak defisit ratusan miliar dolar AS dan oleh kestabilan harga minyak dunia, meskipun masih cukup tinggi. Sementara itu, dari sisi internal penguatan ini dipengaruhi oleh laju inflasi yang berada di bawah 10 persen dan menyebabkan suku bunga turun ke level 9,75 persen. Selama tahun 2007, nilai tukar rupiah juga relatif menguat jika dibandingkan dengan tahun 2006 dan mencapai titik terendah pada bulan Mei dengan nilai Rp. 8.828,- per dolar AS. Menjelang akhir tahun, rupiah sempat melemah yang disebabkan karena besarnya permintaan korporasi terhadap dolar untuk keperluan pembayaran utang jatuh tempo. Disamping itu suku bunga di beberapa negara yang mengalami kenaikan, tingginya harga minyak dunia, rontoknya bursa saham akibat krisis ekonomi di AS juga menjadi pendorongnya. Setelah sempat melemah di akhir tahun 2007, rupiah mulai menguat di awal tahun 2008 yaitu sebesar 128 poin. Penguatan nilai rupiah ini masih berlangsung sampai pertengahan tahun 2008. Mulai bulan Oktober tahun 2008, rupiah mulai melemah dengan kisaran nilai di atas Rp. 10.000,-. Pada akhir tahun rupiah ditutup dengan nilai Rp. 10.950,-. Awal tahun 2009, nilai rupiah masih melemah yang merupakan kelanjutan dari akhir tahun 2008. Nilai rupiah sempat mencapai Rp. 11.980,- pada bulan

53 Februari. Menjelang akhir tahun, rupiah kembali menguat dengan kisaran Rp. 9.000,-. Pada tahun 2010, rupiah diperdagangkan dengan nilai rata-rata Rp. 9.000,- dan relatif stabil sepanjang tahun. 4.3 Perkembangan Upah Buruh di Indonesia Besarnya upah yang diterima buruh tiap bulan dikenal dengan upah buruh nominal, sedangkan upah buruh riil adalah besar upah yang diharapkan dapat memenuhi Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) para buruh setelah memperhitungkan faktor inflasi. Upah buruh yang dimaksud adalah upah buruh industri di bawah mandor (supervisor). Dari data BPS, selama kuartal 1-1997 hingga kuartal 3-2001 trend pada upah buruh riil meningkat di tahun 1997 lalu terjadi penurunan di tahun 1998 dan kemudian mulai meningkat lagi di tahun 1999. Timbulnya trend ini merupakan salah satu dampak krisis ekonomi yang dimulai tahun 1997, sehingga perusahaan-perusahaan mengambil kebijakan dengan merumahkan sebagian karyawan/buruh baik sementara ataupun hingga pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal ini jelas ikut mempengaruhi besar upah yang diterima para buruh. Dari Gambar 4.5, dapat dilihat bahwa dari tahun 1996 sampai akhir tahun 1997 upah riil terus mengalami peningkatan, lalu menurun secara drastis hanya dalam satu kuartal saja mencapai 22,2 persen yaitu dari kuartal 4-1997 ke kuartal 1-1998. Penurunan ini terus berlanjut hingga akhir kuartal 4-1998 dan mulai meningkat lagi di awal tahun 1999 bahkan hingga akhir kuartal 3-2001 berada 15,7 persen di atas posisi awal. Untuk sektor industri, kenaikan upah buruh riil

54 setelah krisis 1997 mulai terlihat pada kuartal I tahun 1999. Selama tahun 1999, kenaikan upah riil rata-rata 3,9 persen. RUPIAH/ORANG 300000 250000 200000 150000 100000 I 1997 IV 1997 III 1998 II 1999 I 2000 IV 2000 III 2001 II 2002 I 2003 IV 2003 III 2004 II 2005 I 2006 IV 2006 III 2007 II 2008 I 2009 IV 2009 KUARTAL UPAH RIIL Sumber : BPS (diolah) Gambar 4.5 Upah Buruh Riil Indonesia Tahun 1998-2010 Jika dilihat dari rata-rata persentase kenaikan upah riil, dapat dilihat bahwa dari tahun 1999 sampai tahun 2000 terlihat bahwa upah riil buruh industri mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu di tahun 1999 sebesar 3,91 dan di tahun 2000 sebesar 6,58. Secara rata-rata tingkat upah riil buruh sektor industri semakin mengalami peningkatan secara bertahap. Penurunan upah riil sempat terjadi pada tahun akhir 2005 sampai akhir tahun 2009. Penurunan ini kemungkinan besar disebabkan oleh semakin memburuknya kondisi perekonomian bangsa sebagai akibat adanya krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat tahun 2008. Pada tahun 2005, saat pemerintah menaikkan harga BBM, terlihat juga bahwa upah riil buruh cenderung mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2004. Hal ini sebagai dampak dari biaya produksi yang semakin tinggi akibat kenaikan harga BBM. Kenaikan biaya produksi berdampak pada penurunan

55 upah buruh riil. Walaupun sempat naik sedikit di tahun 2006, tetapi tahun 2008-2009, upah riil kembali mengalami penurunan yang juga sebagai dampak dari kenaikan harga BBM oleh pemerintah. 500 400 300 200 100 I 1997 IV 1997 III 1998 II 1999 I 2000 IV 2000 III 2001 II 2002 I 2003 IV 2003 III 2004 II 2005 I 2006 IV 2006 III 2007 II 2008 I 2009 IV 2009 III 2010 indeks Upah Riil IHK Sumber : BPS, diolah Gambar 4.6 Perbandingan IHK dan Indeks Upah Riil Buruh Jika dilihat perbandingan antara tingkat inflasi atau indeks harga konsumen (IHK) dan besarnya upah riil maka dapat dilihat bahwa indeks upah riil selalu berada di bawah IHK. Hal ini disebabkan karena upah riil ini memang upah yang diterima buruh setelah memperhitungkan tingkat inflasi yang terjadi (Gambar 4.6). 4.4 Perkembangan Indeks Harga Komoditi Pangan Dunia dan Hubungannya dengan Komoditi Pangan Indonesia Selama kurun waktu tahun 1998 sampai 2003, indeks harga komoditi pangan dunia cenderung stabil. Indeks harga komoditi pangan dunia mulai meningkat pada awal tahun 2006. Perubahan iklim yang bersifat ekstrem di beberapa negara penghasil komoditi pangan utama menyebabkan terganggunya siklus panen di banyak negara yang juga menyebabkan kenaikan harga pangan.

56 250.0 200.0 150.0 100.0 50.0 224,1 98:01 98:09 99:05 00:01 00:09 01:05 02:01 02:09 03:05 04:01 04:09 05:05 06:01 06:09 07:05 08:01 08:09 09:05 10:01 10:09 INDEKS (UNIT) PERIODE/TAHUN Indeks Harga Makanan Sumber : FAO (diolah) Gambar 4.7 Indeks Harga Komoditi Pangan Dunia Tahun 1998-2010 Kenaikan harga pangan dunia yang paling tinggi terjadi pada tahun 2007-2008. Pada tahun 2008, indeks harga pangan dunia mencapai 224,1 yang merupakan posisi tertinggi selama kurun waktu 1998-2010 (Gambar 4.7). Berdasarkan laporan dari Bank Dunia (Food Price Watch, Februari 2011) indeks harga pangan dunia meningkat 15 persen dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Januari 2011. Angka tersebut hanya 3 persen di bawah level tertingginya yang dicapai pada Juni 2008. Komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga di antaranya adalah gandum, jagung, gula, dan minyak goreng, dengan sedikit kenaikan pada beras. Kenaikan harga komoditas pangan yang terjadi selama beberapa bulan terakhir terutama disebabkan oleh masalah-masalah temporer, diantaranya: (i) gangguan pasokan akibat gangguan cuaca; (ii) larangan ekspor dari negara-negara eskportir pangan untuk mengamankan pasokan domestik; (iii) quantitative easing negara-negara maju yang mendorong investor untuk mencari target investasi yang lebih menguntungkan, yaitu negara-negara berkembang maupun pasar komoditas; dan (iv) kebijakan negara-negara eksportir pangan,

57 terutama AS, untuk mendorong produksi biofuel yang berakibat pada menurunnya pasokan pangan dunia karena alih fungsi lahan pertanian. 400.00 300.00 200.00 100.00 0.00 0198 0998 0599 0100 0900 0501 0102 0902 0503 0104 0904 0505 0106 0906 0507 0108 0908 0509 0110 0910 INDEKS (UNIT) PERIODE IHK Bahan Makanan Indeks Harga Komoditi Pangan Dunia Sumber : FAO dan BPS (diolah) Gambar 4.8 Perbandingan Indeks Harga Komoditi Pangan Dunia dan Indeks Harga Konsumen (IHK) Bahan Makanan di Indonesia Tahun 1998-2010 Jika dibandingkan dengan indeks harga komoditi pangan dunia, maka dapat dilihat bahwa perkembangan indeks harga konsumen (IHK) bahan makanan di Indonesia relatif sama dengan perkembangan indeks harga komoditi pangan dunia. Kenaikan harga komoditi pangan dunia juga akan menyebabkan kenaikan harga bahan makanan di Indonesia. Dari Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa perkembangan indeks harga konsumen bahan makanan bergerak searah dengan indeks komoditi pangan dunia, hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan harga pangan dunia akan berpengaruh terhadap harga pangan domestik. Jika dilihat proporsi inflasi bahan makanan terhadap inflasi umum, secara rata-rata dari tahun 1998-2010 (dari Gambar 4.9), terlihat bahwa laju inflasi bahan makanan diatas laju inflasi umum. Artinya, sumbangan inflasi bahan makanan

58 terhadap inflasi umum masih cukup besar sehingga jika terjadi guncangan sedikit terhadap harga bahan makanan maka laju inflasi umum juga ikut naik. PERSEN 250.00 200.00 150.00 100.00 50.00 0.00 50.00 TAHUN INFLASI UMUM INFLASI BAHAN MAKANAN Sumber : BPS (diolah) Gambar 4.9 Perbandingan Inflasi Bahan Makanan dan Inflasi Umum Tahun 1998-2010. 4.5 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada periode tahun 1998-2010, fluktuasi harga minyak cenderung mengalami kenaikan yang terus menerus. Di awal tahun 1998, harga minyak masih relatif rendah yaitu sekitar $15,07 per barrel. Harga minyak dunia ini cenderung stabil sampai awal tahun 2004. Menjelang akhir tahun 2004, harga minyak mulai berfluktuasi yang harganya diatas $40 per barel. Pada bulan Agustus 2004, harga minyak dunia mencapai $42,08 per barel. Pada bulan-bulan selanjutnya harga minyak dunia meningkat dan pada bulan Desember tahun 2004 harganya sempat mengalami penurunan yaitu diperdagangkan di $39,09 per barel. Selama tahun 2005, harga minyak mulai mengalami kenaikan kembali dan di bulan Desember 2005 harganya mencapai $56,47 per barel (Gambar 4.10).

59 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 98:01 98:10 99:07 00:04 01:01 01:10 02:07 03:04 04:01 04:10 05:07 06:04 07:01 07:10 08:07 09:04 10:01 10:10 $US/Barrel PERIODE/TAHUN Harga Minyak Dunia Sumber : IMF (diolah) Gambar 4.10 Harga Minyak Dunia Bulanan Tahun 1998-2010 Selama periode tahun 2006-2008, harga minyak dunia tetap menunjukkan perkembangan yang selalu naik. Kenaikan dalam tahun-tahun ini bahkan sudah menembus $90 per barel, harga yang sangat tinggi jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada bulan Maret 2008, harga minyak kembali mengalami peningkatan bahkan harganya mencapai $100 per barel atau tepatnya $101,84 per barel. Harga diatas $100 per barel ini tetap berlangsung sampai bulan Agustus 2008 dan kembali turun menjelang akhir tahun 2008. Menjelang akhir tahun 2008, harga minyak dunia mulai turun dan stabil dengan kisaran harga $40 per barel. Kondisi ini berlangsung sampai tahun 2009. Tetapi di bulan Juni tahun 2009 harga minyak kembali mengalami peningkatan dimana harganya mencapai level $70 per barel. Kenaikan harga ini terus berlangsung hingga tahun 2010, dimana di akhir tahun harganya mencapai level $90 per barel.