RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 31/PUU-XIV/2016 Pengelolaan Pendidikan Tingkat Menengah Oleh Pemerintah Daerah Provinsi I. PEMOHON 1. Drs. Bambang Soenarko,...... Pemohon I 2. Enny Ambarsari, S.H. Pemohon II 3. Radian Jadid.. Pemohon III 4. Widji Lestari, S.Psi.... Pemohon IV selanjutnya disebut para Pemohon Kuasa Hukum: Edward Dewaruci, S.H., M.H., Nonot Suryono, S.H, Dwi Istiawan,S.H., Riyanto, S.H., berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 11 Januari 2016. II. III. IV. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya disebut UU 16/2004. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Para Pemohon menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah: 1. Pasal 24 ayat (2) UUD 1945: Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha Negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi ; 2. Pasal 24C ayat (1) UUD 1945: Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum ; 3. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi: Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON Para Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia yang merasa dirugikan dengan ketentuan Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DI UJI A. NORMA MATERIIL Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) UU 23/2014 (1) Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi serta Daerah kabupaten/kota tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini. (2) Urusan pemerintahan konkuren yang tidak tercantum dalam Lampiran Undang-Undang ini menjadi kewenangan tiap tingkatan atau susunan pemerintahan yang penentuannya menggunakan prinsip dan kriteria pembagian urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13. Lampiran Huruf A Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pendidikan Dalam Sub Urusan Manajemen Pendidikan No Sub Urusan Pemerintah Pusat 1 Manajemen a. Penetapan Pendidikan standar nasional. tinggi Daerah Propinsi a. Pengelolaan menengah. khusus Daerah Kabupaten/Kota a. Pengelolaan dasar. anak usia dini dan nonformal. B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Pasal 28C ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945 (1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. (2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. Pasal 33 ayat (1) dan ayat (3) UUD 1945 (1) Setiap warga negara berhak mendapat (3) Pemerintah mengusahakan satu sistem nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang VI. ALASAN-ALASAN PARA PEMOHON UNDANG-UNDANG A QUO BERTENTANGAN DENGAN UUD 1945 1. Bahwa Pasal 15 ayat (1) dan (2) serta lampiran huruf (A) tentang pembagian urusan pemerintah bidang dalam sub urusan manajemen UU 23/2014 memberikan kerugian konstitusional bagi para Pemohon yaitu potensi kehilangan jaminan bagi warga negara tidak mendapat dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi dst, sebagaimana dijamin Pasal 28C ayat (1) UUD 1945 dan pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 28D ayat (1) serta Pasal 31 ayat (1) dan (3) UUD 1945; 2. Bahwa saat ini terdapat daerah-daerah kabupaten/kota yang secara mandiri sudah mampu menjalankan jaminan sampai tingkat menengah khusus namun dengan berlakunya Pasal 15 ayat (1) dan (2) serta lampiran huruf (A) UU 23/2014 menimbulkan ketidakpastian hukum dalam jaminan di bidang dikarenakan adanya beralihnya pemberian wewenang dalam hal pengelolaan tingkat menengah,khusus dimana wewenangnya hanya dikhususkan kepada pemerintah daerah provinsi dan dapat diartikan hal ini merupakan larangan bagi seluruh pemerintah daerah kabupaten/kota, termasuk pemerintah daerah kabupaten/kota yang sudah melaksanakan jaminan sampai tingkat menengah untuk tidak lagi dapat mengelola tingkat menengah; 3. Bahwa faktanya saat ini pengelolaan tingkat menengah, khusus dengan memberikan jaminan pelayanan sampai tingkat menengah khusus, sudah diberlakukan di daerah-daerah yang secara mandiri mampu menjalankannya; 4. Bahwa penerapan jaminan sampai tingkat menengah yang sudah dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota itu dilakukan dengan cara yang benar dan tanpa melanggar ketentuan wajib belajar 9 (sembilan) tahun
yang menjadi amanat dari UU Sisdiknas dan peraturan pelaksananya, dimana pengelolaan merupakan open public policy sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi No: 92/PUU-XII/2014; 5. Bahwa dengan berlakunya Pasal 15 ayat (1) dan (2) serta lampiran huruf (A) UU 23/2014 akan terjadi beralihnya kewenangan pengelolaan tingkat menengah yang dikhususkan pada pemerintah daerah provinsi, hal ini menghilangkan kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota yang secara mandiri telah dan mampu melaksanakan pengelolaan tingkat menengah yang diterapkan di daerahnya; 6. Bahwa kerugian potensial yang akan diterima oleh Para Pemohon setelah berlakunya ketentuan Pasal 15 ayat (1) dan (2) serta lampiran huruf (A) UU 23/2014, adalah hilangnya keuntungan konstitusional dalam jaminan pelayanan yang telah diterima sebelumnya dimana hal ini sudah memberikan jaminan yang lebih tinggi terhadap kualitas masa depan warga negara; 7. Bahwa kerugian potensial tersebut bukan hanya berimplikasi pada Para Pemohon akan tetapi juga akan berimplikasi pada warga negara Indonesia lainnya yang mana pemerintah kabupaten/kota-nya sudah melaksanakan jaminan sampai tingkat menengah; 8. Bahwa meskipun ketentuan Pasal 15 ayat (1) dan (2) serta lampiran huruf (A) UU Pemda memberikan hal yang positif bagi daerah tingkat kabupaten/kota yang belum/tidak mampu untuk mengelola sampai tingkat menengah, khusus namun perlu ada kejelasan penafsiran ketentuan tersebut; 9. Bahwa Pasal 15 ayat (1) dan (2) serta lampiran huruf (A) tentang pembagian urusan pemerintah bidang dalam sub urusan manajemen UU 23/2014 adalah conditionally unconstitutional (inkonstitusional bersyarat) sepanjang bahwa pengelolaan tingkat menengah,khusus hanya dapat dilakukan oleh pemerintah daerah provinsi jika tidak mempertimbangkan keberhasilan daerah kabupaten/kota yang secara mandiri sudah mampu melaksanakan jaminan sampai tingkat menengah,khusus di daerahnya VII. PETITUM 1. Menerima dan mengabulkan seluruhnya permohonan pengujian Pasal 15 ayat (1) dan (2) serta lampiran huruf (A) tentang pembagian urusan pemerintah bidang dalam sub urusan manajemen UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Menyatakan Pasal 15 ayat (1) dan (2) serta lampiran huruf (A) tentang pembagian urusan pemerintah bidang dalam sub urusan manajemen UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bertentangan dengan Pasal 28C ayat (1), ayat (2), Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 31 ayat (1), ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, sepanjang tidak ditafsirkan bahwa kewenangan pengelolaan menengah dapat dilakukan oleh kabupaten/kota yang secara mandiri sudah melaksanakan jaminan sampai tingkat menengah,khusus di daerah tersebut; 3. Menyatakan Pasal 15 ayat (1) dan (2) serta lampiran huruf (A) tentang pembagian urusan pemerintah bidang dalam sub urusan manajemen UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya, sepanjang tidak ditafsirkan bahwa kewenangan pengelolaan menengah dapat dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota yang secara mandiri sudah mampu melaksanakan jaminan sampai tingkat menengah,khusus di daerahnya; 4. Atau apabila Majelis Hakim Konstitusi berpendapat dan menganggap Pasal 15 ayat (1) dan (2) serta lampiran huruf (A) tentang pembagian urusan pemerintah bidang dalam sub urusan manajemen UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah tetap mempunyai kekuatan hukum mengikat dan berlaku, mohon agar Majelis Hakim Konstitusi dapat memberikan tafsir konstitusional terhadap Pasal 15 ayat (1) dan (2) serta lampiran huruf (A) tentang pembagian urusan pemerintah bidang dalam sub urusan manajemen UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dengan menyatakan konstitusional bersyarat (conditionally constitutional) diartikan bahwa kewenangan pengelolaan menengah juga dapat dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota yang secara mandiri sudah melaksanakan jaminan sampai tingkat menengah,khusus selama ini; 5. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. Atau apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono)