BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN. Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa

dokumen-dokumen yang mirip
OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

BAB II PEMBAHASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. wisatawan itu sendiri. Sejak dahulu kegiatan pariwisata sudah banyak dilakukan oleh

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam kebudayaan, agama, suku yang berbeda-beda, dan kekayaan

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. TINJAUAN HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN. petualangan, romantik dan tempat- tempat eksotik, dan juga meliputi realita

BAB II URAIAN TEORITIS. : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. Sedangkan wisata

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN DAN WISATA AGRARIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu sintesa mengenai konsepsi dan pengertian pariwisata yang digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam dan menarik untuk di kembangkan sebagai obyek dan daya tarik

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1990 T E N T A N G K E P A R I W I S A T A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Oleh HY. Agus Murdiyastomo.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

DEFINISI- DEFINISI A-1

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kajian

RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN. mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan (Kusuma, 2011:30)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR. pandapat ahli yang berhubungan dengan penelitian ini. 1. Pengertian Gaeografi Pariwisata dan Industri Pariwisata

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

BAB V ANALISIS PEMASARAN PARIWISATA LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IZIN USAHA JASA PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN. ribu kunjungan atau naik 11,95% dibandingkan jumlah kunjungan wisman

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB II URAIAN TEORITIS. Peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi diberbagai negara tidak diragukan lagi.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

Sarana dan prasarana pariwisata yang lancar merupakan salah satu indikator perkembangan pariwisata. Sarana/prasarana diartikan sebagai proses tanpa

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata, Wisatawan, dan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh : Slamet Heri Winarno

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan wisata yang berarti kunjungan untuk melihat, mendengar, menikmati dan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan

BAB II URAIAN TEORITI TENTANG PARIWISATA

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

BAB II GAMBARAN UMUM PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata, Ilmu Pariwisata dan Wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. negara/wilayah baik alam maupun budaya ini, kini semakin berkembang pesat

Transkripsi:

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pengembangan Pariwisata Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2002), pengertian pengembangan adalah: Pertama, pengembangan adalah hal, cara atau hasil mengembangkan. Kedua, pengembangan adalah proses atau cara, perbuatan mengembangkan ke sasaran yang dikehendaki. Ditambahkan oleh Darminta (2002 : 474) pengembangan adalah suatu proses atau cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik, sempurna, dan berguna. Pengembangan dalam penelitian ini diartikan sebagai proses atau perbuatan pengembangan dari belum ada, dari yang sudah ada menjadi lebih baik dan dari yang sudah baik menjadi lebih baik. Pengembangan pariwisata menurut Pearce (1981 : 12) dapat diartikan sebagai usaha untuk melengkapi atau meningkatkan fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat. Dalam pengembangan pariwisata, terdapat faktor yang dapat menentukan keberhasilan pengembangan pariwisata (Yoeti : 1996) yaitu: 1. Tersedianya objek dan daya tarik wisata. 2. Adanya fasilitas accessibility yaitu sarana dan prasarana sehingga memungkinkan wisatawan mengunjungi suatu daerah atau kawasan wisata. 3. Tersedianya fasilitas amenities yaitu sarana kepariwisataan yang dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Pengembangan pariwisata tidak lepas dari perkembangan politik, ekonomi, sosial, dan pembangunan di sektor lainnya. Maka di dalam pengembangan pariwisata dibutuhkan perencanaan terlebih dahulu. Dari pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan adalah suatu proses atau cara yang terjadi secara terus menerus, untuk menjadikan sesuatu objek tersebut menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan kebutuhkan masyarakat secara keseluruhan. Pengembangan pariwisata mempunyai dampak positif maupun dampak negatif, maka diperlukannya perencanaan untuk menekan sekecil kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan. Spillane (1994 : 51-62) menjelaskan mengenai dampak positif maupun dampak negatif dari pengembangan pariwisata. Dampak positif, yang diambil dari pengembangan pariwisata meliputi: 1. Penciptaan lapangan pekerjaan, di mana pada umumnya pariwisata merupakan industri padat karya di mana tenaga kerja tidak dapat digantikan dengan modal atau peralatan. 2. Sebagai sumber devisa negara. 3. Pariwisata dan distribusi pembangunan spiritual, di sini pariwisata secara wajar cenderung mendistribusikan pembangunan dari pusat industri ke arah wilayah desa yang belum berkembang, bahkan pariwisata disadari dapat menjadi dasar pembangunan regional. Struktur perekonomian regional sangat penting untuk menyesuaikan dan menentukan dampak ekonomis dari pariwisata. Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya pengembangan pariwisata meliputi:

1. Pariwisata dan vulnerability ekonomi, karena di negara kecil dengan perekonomian terbuka, pariwisata menjadi sumber mudah kena serang atau luka (vulnerability), khususnya kalau negara tersebut sangat tergantung pada satu pasar asing. 2. Banyak kebocoran yang sangat luas dan besar, khususnya kalau proyek-proyek pariwisata berskala besar dan diluar kapasitas perekonomian, seperti barang-barang impor, biaya promosi keluar negri, tambahan pengeluaran untuk warga negara sebagai akibat dari penerimaan dan percontohan dari pariwisata dan lainnya. 3. Polarisasi spasial dari industri pariwisata di mana perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk menerima sumber daya modal yang besar dari kelompok besar perbankan atau lembaga keuangan lainnya. 2.2 Pengertian Pengembangan Objek Wisata Pengembangan objek wisata dapat diartikan suatu usaha atau cara yang dilakukan untuk membuat segala sesuatunya lebih baik yang dapat dilihat dan dinikmati oleh manusia sehingga menimbulkan perasaan senang, dengan demikian akan menarik wisatawan untuk berkunjung. Pengembangan suatu objek wisata harus dapat menciptakan product style yang baik, diantaranya adalah: 1. Objek tersebut memiliki daya tarik untuk disaksikan maupun dipelajari. 2. Mempunyai kekhususan dan berbeda dari objek yang lainnya. 3. Tersedianya fasilitas wisata. 4. Dilengkapi dengan sarana-sarana akomodasi, telekomunikasi, transportasi dan sarana pendukung lainnya. 5.

Pengembangan objek wisata pada dasarnya mencakup tiga hal, yaitu: 1. Pembinaan produk wisata Merupakan usaha meningkatkan mutu pelayanan dan sebagai unsur produk pariwisata seperti jasa akomodasi, jasa transportasi, jasa hiburan, jasa tour dan travel serta pelayanan di objek wisata. Pembinaan tersebut dilakukan dengan berbagai kombinasi usaha seperti pendidikan dan latihan, pengaturan dan pengarahan pemerintah, pemberian rangsangan agar tercipta iklim persaingan yang sehat guna mendorong peningkatan mutu produk dan pelayanan. 2. Pembinaan masyarakat wisata Adapun tujuan pembinaan masyarakat wisata adalah sebagai berikut: a. Menggalakkan pemeliharaan segi-segi positif dari masyarakat yang langsung maupun tidak langsung yang bermanfaat bagi pengembangan pariwisata. b. Mengurangi pengaruh buruk akibat dari pengembangan pariwisata. c. Pembinaan kerjasama baik berupa pembinaan produk wisata, 3. Pemasaran terpadu Dalam pemasaran pariwisata digunakan prinsip-prinsip paduan pemasaran terpadu yang meliputi: a. Paduan produk yaitu semua unsur produk wisata seperti atraksi seni budaya, hotel dan restoran yang harus ditumbuhkembangkan sehingga mampu bersaing dengan produk wisata lainnya.

b. Paduan penyebaran yaitu pendistribusian wisatawan pada produk wisata yang melibatkan biro perjalanan, penerbangan, angkutan darat dan tour operator. c. Paduan komunikasi artinya diperlukan komunikasi yang baik sehingga dapat memberikan informasi tentang tersedianya produk yang menarik. d. Paduan pelayanan yaitu jasa pelayanan yang diberikan kepada wisatawan harus baik sehingga produk wisata akan baik pula. 2.3 Tujuan dan Asas Pengembangan Objek Wisata 2.3.1 Tujuan Pengembangan Objek Wisata Tujuan pengembangan dari objek wisata ini adalah: 1. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam 2. Meningkatkan pengembangan objek wisata 3. Memberikan nilai rekreasi 4. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan 5. Meningkatkan keuntungan Ada dua keuntungan ekonomi dalam pengembangan objek wisata yaitu: a. Keuntungan ekonomi bagi masyarakat daerah: Membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat pengangguran Meningkatkan pendapatan masyarakat daerah Meningkatkan popularitas daerah Meningkatkan produksi

b. Keuntungan ekonomi bagi objek wisata Meningkatkan pendapatan objek wisata tersebut Meningkatkan gaji pegawai pengelolah objek wisata Meningkatkan sarana dan prasarana yang ada pada objek wisata Meningkatkan sikap kesediaan dalam berperan serta untuk melestarikan potensi daerah objek wisata dan lingkungan hidup serta manfaat yang dikelolah. Meningkatkan sikap, kreasi dan inovasi para pengusaha objek wisata. Serta meningkatkan mutu aksessibilitas dan bahan-bahan promosi dalam pengembangan suatu objek wisata (, http://google.com). 2.3.2 Asas Pengembangan Objek Wisata Pengembangan objek wisata didasarkan atas sebagai berikut: 1. Asas Pelestarian Penyelenggaraan program sadar wisata terhadap suatu objek wisata yang hendak dikembangkan dan diarahkan bertujuan untuk meningkatkan kelestarian alam dan lingkungan objek wisata serta kebugaran udara di daerah objek wisata tersebut. 2. Asas Manfaat Penyelengaraan program sadar wisata diarahkan untuk dapat memberikan manfaat dan dampak praktis baik ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan maupun lingkungan (, http://google.com).

2.4 Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan merupakan sumber daya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu. Dalam Undang- undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa objek dan daya tarik wisata adalah suatu yang menjadi sasaran wisata terdiri atas : 1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, flora, dan fauna. 2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni dan budaya, wisata agro, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan komplek hiburan. Objek dan daya tarik wisata menurut Direktoral Jenderal Pemerintah di bagi menjadi tiga macam, yaitu: 1. Objek Wisata Alam Objek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budi daya. Potensi objek wisata alam dapat dibagi menjadi empat kawasan, yaitu: a. Flora dan fauna.

b. Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya ekosistem pantai dan ekosistem hutan bakau. c. Gejala alam, misalnya kawah, sumber air panas, air terjun dan danau. d. Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan, peternakan, usaha perikanan. 2. Objek Wisata Sosial Budaya Objek wisata sosial budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan sejarah, upacara adat, seni pertunjukkan, dan kerajinan. 3. Objek Wisata Minat Khusus Objek wisata minat khusus merupakan jenis wisata yang baru di kembangkan di Indonesia. Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang mempunyai motivasi khusus. Dengan demikian, biasanya para wisatawan harus memiliki keahlian. Contohnya berburu, mendaki gunung, arung jeram, tujuan pengobatan, agrowisata, dan lain-lain. Suatu daerah untuk menjadi Daerah Tujuan Wisata yang baik harus dikembangkan tiga hal agar daerah itu menarik untuk dikunjungi, yaitu: a. Something to see adalah objek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa dilihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain objek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di objek tersebut.

b. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, rileks berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana. c. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau ikon dari daerah tersebut sehingga bisa d. dijadikan sebagai oleh-oleh (Yoeti, 1985:164). Ketiga hal di atas merupakan unsur-unsur penting untuk daerah tujuan wisata dan pihak lain harus dipikirkan bagaimana produk yang telah disiap dipasarkan dapat dibeli oleh wisatawan, karena itu perlu adanya persiapan: 1. Persiapan perjalanan bagi calon wisatawan, yaitu: informasi, reservasi, tiket, voucher, traveller check, dan barang-barang bawaan selama dalam perjalanan. 2. Kenderaan yang akan membawanya ke daerah tujuan. 3. Akomodasi, seperti hotel, mess, dan lain-lain 4. Bar dan restoran 5. Sarana-sarana lain yang dapat menunjang kelancaran kedatangan wisatawan seperti Kantor Pos, Kantor Telpon, Bank, Money Canger, dan lain-lain sarana yang berkaitan (Yoeti, 1983:168).

Selain itu pada umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasarkan atas: 1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan bersih. 2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. 3. Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka. 4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir. 5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya. 6. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau. Perkembangan suatu kawasan wisata juga tergantung pada apa yang dimiliki kawasan tersebut untuk dapat ditawarkan kepada wisatawan. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari peranan para pengelola kawasan wisata. Dalam Yoeti (1997:165) berpendapat bahwa berhasilnya suatu tempat wisata hingga tercapainya industri wisata sangat tergantung PSDS tiga A (3A), yaitu atraksi (attraction), mudah dicapai (accesibility), dan fasilitas (amenities). 1. Atraksi (attraction) Atraksi wisata yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat, dinikmati dan yang termasuk dalam hal ini adalah tari-tarian, nyanyian kesenian rakyat tradisional, upacara adat, dan lain-lain. Dalam Yoeti (1997:172) tourism disebut attractive spontance, yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke suatu tempat tujuan wisata diantaranya adalah:

a. Benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang dalam istilah Natural Amenities. Termasuk kelompok ini adalah: - Iklim contohnya curah hujan, sinar matahari, panas, hujan, dan salju. - Bentuk tanah dan pemandangan contohnya pegunungan, perbukitan, pantai, air terjun, dan gunung api. - Hutan belukar. Flora dan fauna, yang tersedia di Cagar alam dan daerah perburuan. - Pusat- pusat kesehatan, misalnya : sumber air mineral, sumber air panas, dan mandi lumpur. Di mana tempat tersebut diharapkan dapat menyembuhkan macam-macam penyakit. b. Hasil ciptaan manusia (man made supply). Kelompok ini dapat dibagi dalam empat produk wisata yang berkaitan dengan tiga unsur penting yaitu historical (sejarah), cultural (budaya), dan religious (agama). c. Monumen bersejarah dan sisa peradaban masa lampau (artifact) d. Museum, art gallery, perpustakaan, kesenian rakyat dan kerajian tangan. e. Acara tradisional, pameran, festival, upacara naik haji, pernikahan, khitanan, dan lain-lain. f. Rumah-rumah ibadah, seperti mesjid, candi, gereja, dan kuil. 2. Aksesibilitas (accesibility) Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi dan komunikasi karena faktor jarak dan waktu yang sangat mempengaruhi keinginan seseorang untuk

melakukan perjalanan wisata. Unsur yang terpenting dalam aksesbilitas adalah transportasi, maksudnya yaitu frekuensi penggunaannya, kecepatan yang dimilikinya dapat mengakibatkan jarak seolah-olah menjadi dekat. Selain transportasi yang berkaitan dengan aksesbilitas adalah prasarana meliputi jaln, jembatan, terminal, stasiun dan bandara. Prasarana ini berfungsi untuk menghubungkan suatu tempat dengan tempat yang lain. Keberadaan prasarana transportasi akan mempengaruhi laju tingkat transportasi itu sendiri. Kondisi prasarana yang baik akan membuat laju transportasi optimal. 3. Fasilitas (amenities) Fasilitas pariwisata tidak akan terpisah dengan akomodasi perhotelan karena pariwisata tidak akan pernah berkembang tanpa penginapan. Fasilitas wisata merupakan hal-hal penunjang terciptanya kenyamanan wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Adapun sarana-sarana penting yang berkaitan dengan perkembangan pariwisata adalah sebagai berikut : a. Akomodasi Hotel b. Restoran c. Air Bersih d. Komunikasi e. Hiburan f. Keamanan.

2.5 Sarana dan Prasarana Pariwisata Sarana kepariwisataan menurut Yoeti (1994 : 184) adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepariwisataan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan. Sarana kepariwisataan tersebut adalah: a. Perusahaan akomodasi: hotel, losmen, bungalow dan lai-lain b. Perusahaan transportasi: pengangkutan udara, laut atau kereta api dan bus-bus yang melayani khusus pariwisata saja. c. Rumah makan, restaurant, depot atau warung-warung yang berada di sekitar objek wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung dari objek wisata tersebut. d. Toko-toko penjual cenderamata khas dari objek wisata tersebut yang mendapat penghasilan hanya dari penjualan barang-barang cinderamata khas objek tersebut e. Dan lain-lain (Yoeti, 1985, p.185-186) Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam. Prasarana tersebut antara lain: a. Perhubungan jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut termial b. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.

c. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi, kantor pos, warnet dan lain-lain. d. Pelayanan kesehatan, baik itu puskesmas maupun rumah sakit. e. Pelayanan keamanan, baik itu pos satpam, penjaga objek wisata, maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar objek wisata. f. Pelayanan wistawan, baik itu berupa pust informasi ataupun kantor pemandu wisata. g. Pom bensin h. Dan lain-lain Dalam pengembangan sebuah objek wisata, sarana dan prasarana tersebut harus dilaksanakan sebaik mungkin karena apabilasuatu objek wisata dapat membuat wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata disana maka akan menyedot banyak pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk peningkatan ekonomi baik untuk komunitas di sekitar objek wisata 2.6 Cagar Alam Cagar alam adalah suatu suatu kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Sebagai bagian dari kawasan konservasi (Kawasan Suaka Alam), maka kegiatan wisata atau kegiatan lain yang bersifat komersial, tidak boleh dilakukan di dalam area cagar alam. Sebagaimana kawasan konservasi lainnya, untuk memasuki cagar alam diperlukan SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi). SIMAKSI bisa diperoleh di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat (http://id.wikipedia.org/wiki/cagar_alam).

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990: 1. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam (mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas kawasan suaka alam, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lainnya tidak asli). 2. Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahum dan denda paling banyak Rp. 200.000.000 3. Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelangaran terhadap ketentuan dipidana dengan dipidana kurungan paling lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000. 2.7 Sapta Pesona Wisata Sapta pesona adalah unsur yang penting dalam mengembangkan suatu objek wisata. Citra dan mutu pariwisata di suatu daerah atau objek wisata pada dasarnya ditentukan oleh keberhasilan dalam perwujudan sapta pesona daerah tersebut. Sapta pesona merupakan tujuh kondisi yang harus diwujudkan dan dibudayakan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sebagai salah satu upaya untuk memperbesar daya tarik dan daya saing pariwisata Indonesia Berikut tujuh unsur Sapta Pesona Indonesia tersebut: 1. Keamanan Bertujuan menciptakan lingkungan yang aman bagi wisatawan dan berlangsungnya kegiatan kepariwisataan, sehingga wisatawan tidak merasa cemas dan dapat menikmati kunjungannya. 2. Ketertiban Menciptakan lingkungan yang tertib bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu memberikan layanan teratur dan efektif bagi wisatawan.

3. Kebersihan Menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas dari kotoran, sampah, limbah maupun penyakit dan pencemaran. 4. Kesejukan Menciptakan lingkungan yang nyaman bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang nyaman dan rasa betah bagi wisatawan, sehingga mendorong lama tinggal dan kunjungan lebih panjang. 5. Keindahan Menciptakan Lingkungan yang indah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang menarik dan menumbuhkan kesan yang mendalam bagi wisatawan, sehingga mendorong promosi ke kalangan pasar yang lebih luas dan potensi kunjungan ulang. 6. Keramah-tamahan Menciptakan lingkungan yang ramah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang akrab, bersahabat serta seperti di rumah sendiri bagi wisatawan, sehingga mendorong minat kunjungan ulang dan promosi yang positif bagi prospek pasar yang lebih luas. 7. Kenangan Menciptakan memori yang berkesan bagi wisatawan, sehingga pengalaman perjalanan/kunjungan wisata yang dilakukan dapat terus membekas dalam benak wisatawan, dan menumbuhkan motivasi untuk berkunjung ulang.

Untuk mewujudkan sapta pesona tersebut maka perlu kebijakan serta peran dari masyarakat untuk bersama-sama menciptakan hidup bersih, sehingga dapat memberi kesan yang baik bagi wisatawan yang mengunjungi. Serta sapta pesona sangat penting untuk mengembangan objek wisata.