ANATOMI MASALAH PTS. Oleh Johannes Gunawan Bernadette M. Waluyo

dokumen-dokumen yang mirip
ANATOMI MASALAH PTS Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Peranan Statuta Perguruan Tinggi Swasta

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

Pendirian, Perubahan Bentuk, dan Pembukaan Program Studi Perguruan Tinggi Swasta

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Oleh Prof.Dr.Bernadette Waluyo,SH., MH.,CN

Pendirian dan Perubahan Perguruan Tinggi Swasta serta Pembukaan dan Perubahan Program Studi Pada Perguruan Tinggi

Kopertis Wilayah VIII Tahun 2015

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Penyusunan Statuta Perguruan Tinggi Swasta Prof.Dr.Johannes Gunawan,SH.,LL.M

A. Pendahuluan. 1. Latar Belakang

Sosialisasi Pendirian, Perubahan, Pembubaran PTN, dan Pendirian, Peubahan, Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

Pendirian dan Perubahan Perguruan Tinggi Swasta serta Pembukaan dan Perubahan Program Studi Pada Perguruan Tinggi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

Persyaratan dan Prosedur Penyesuaian Perubahan Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Tahun

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penguatan Tata Kelola Perguruan Tinggi Swasta dalam Menghadapi Asean Economic Community (AEC)

Alih Kelola Perguruan Tinggi Swasta

Oleh: Tim Pengembang SPMI Ditjen Dikti, Kemdikbud

PERSYARATAN DAN PROSEDUR PENYESUAIAN PERUBAHAN BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI DIREKTORAT KELEMBAGAAN DAN KERJASAMA 2014 RESOLUSI KONFLIK

2014, No.16 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan

BAB I PENDAHULUAN. Format Instrumen dilampirkan pada bagian akhir buku ini.

UU YAYASAN DALAM KAITANNYA DENGAN PENYELENGGARAAN PTS DEDI MULYASANA

Lembar Kerja Penyusunan Statuta Perguruan Tinggi Swasta

PEMENUHAN SYARAT DAN KEABSAHAN BADAN PENYELENGGARA DAN LAHAN DALAM PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BENTUK PTS SERTA PENAMBAHAN PS

Pembukaan dan Perubahan Program Studi di Luar Kampus Utama Perguruan Tinggi

Peranan Statuta Dalam Mewujudkan Tata Kelola Yang Baik Perguruan Tinggi Swasta Berdasarkan UU.No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

PEDOMAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL PENDIDIKAN AKADEMIK - PENDIDIKAN VOKASI - PENDIDIKAN PROFESI - PENDIDIKAN JARAK JAUH

Kebijakan Pengembangan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

STANDAR PELAYANAN REKOMENDASI PENDIRIAN, PERUBAHAN PTS, PENAMBAHAN PROGRAM STUDI (PRODI) BARU DAN USULAN PENDIDIKAN JARAK JAUH

BAB I PENDAHULUAN. Format Instrumen dilampirkan pada bagian akhir buku ini.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI PENUTUP Kesimpulan 1. Implementasi Kebijakan Penjaminan Mutu Pada Perguruan Tinggi

Standar Nasional Pendidikan Tinggi

Pedoman Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Akademik Pendidikan Vokasi Pendidikan Profesi Pendidikan Jarak Jauh

Oleh: Tim Pengembang SPMI. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

2 pendidikan tinggi harus memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan pera

2016, No Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 201

2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Oleh Prof.Dr.Johannes Gunawan,SH.,LL.M

No II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 P

KOPERTIS WILAYAH XIII

STATUTA. Universitas/Institut/Sekolah Tinggi/Politeknik/ Akademi/Akademi Komunitas... Peraturan Yayasan... Nomor... Logo Perguruan Tinggi

Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Implikasi Regulasi Pendidikan Tinggi. Direktorat Kelembagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Mei 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pedoman. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI BARU INSTRUMEN AKREDITASI

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI

PENETAPAN STANDAR PENDIDIKAN TINGGI (STANDAR DIKTI) OLEH PERGURUAN TINGGI

PERAN SPMI BAGI PENINGKATAN KUALITAS PT

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti

Anugerah Kampus Unggul dan Unggulan PTS di lingkungan Kopertis Wilayah VII

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

Kebijakan Pendidikan Tinggi Bidang Kesehatan. Ridwan Roy T Kasubdit Pembelajaran Ditjen Dikti

2 Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Pres

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM STUDI DI LUAR DOMISILI PERGURUAN TINGGI

STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

STANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Oleh: Tim Pengembang SPMI, Ditjen Dikti, Kemdikbud

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan

STANDAR PEMBIAYAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

STANDAR SARANA DAN PRASARANA SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2013 TENTANG

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

PEDOMAN SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI. Disusun oleh:

STANDAR 2 : STANDAR ISI PEMBELAJARAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) UNIVERSITAS ISLAM MALANG PUSAT PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS ISLAM MALANG

R. Undang-Undang Pendidikan Tinggi yang telah disyahkan. DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2 Agustus 2012

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN PERATURAN REKTOR TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Oleh: Prof. Dr. Johannes Gunawan,SH.,LL.M Koordinator Tim Pengembang SPMI. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Oleh: Prof. Dr. Johannes Gunawan,SH.,LL.M Prof.Dr. Bernadette M.Waluyo, SH.,MH.,CN. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

KEBIJAKAN. Direktorat Kelembagaan dan Kerja Sama Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Tinggi dan Riset Republik Indonesia

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Penguatan Perguruan Tinggi Swasta dalam Menghadapi Asean Economic Community (AEC)

STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI

LAPORAN AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL (AMAI) TAHUN AKADEMIK

STMIK MUSIRAWAS Jl. Jendral Besar H.M Soeharto RT.08 Kelurahan Lubuk Kupang Kecamatan Lubuklinggau Selatan I Kota Lubuklinggau DOKUMEN STANDAR

Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA Koordinator Kopertis Wilayah VII

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) AKMI BATURAJA

SURAT KEPUTUSAN BADAN PEMBINA HARIAN (BPH) POLITEKNIK MUHAMMADIYAH PEKALONGAN NOMOR : 006/SK-BPH/PTT/VIII/2016 TENTANG : STATUTA POLITEKNIK

PETA MASALAH DALAM AKREDITASI PRODI BERDASARKAN ISIAN BORANG AKREDITASI

Transkripsi:

ANATOMI MASALAH PTS Oleh Johannes Gunawan Bernadette M. Waluyo

No Jenis Masalah Penyebab Masalah Penyelesaian Masalah 1 Penaatan Peraturan Perundangundangan Kesadaran Hukum Badan Penyelenggara dan Pimpinan Perguruan Tinggi Komitmen Badan Penyelenggara dan Pimpinan PTS 2 Tata Kelola Perguruan Tinggi Pengaturan Tata Kelola Penyusunan Statuta 3 Prinsip Nirlaba Motif Pendirian dan Pengelolaan 4 Otonomi Perguruan Tinggi Pemahaman tentang Hakekat Perguruan Tinggi Reorientasi Badan Penyelenggara dan Perguruan Tinggi Reorientasi Hakekat Perguruan Tinggi

No Jenis Masalah Penyebab Masalah Penyelesaian Masalah 1 Penaatan Peraturan Perundangundangan Kesadaran Hukum Badan Penyelenggara dan Pimpinan Perguruan Tinggi Komitmen Badan Penyelenggara dan Pimpinan PTS Aras Badan Penyelenggara a. Yayasan disahkan sebagai badan hukum oleh Menkumham b. Tidak memiliki lahan sesuai peraturan perundang-undangan c. Tidak memiliki sarana sesuai peraturan perundang-undangan d. Tidak memiliki cukup dana sesuai dengan studi kelayakannya Aras Perguruan Tinggi a. Tidak memahami SPM Dikti b. Kurikulum belum diperbaharui (out-dated) c. Tidak memenuhi rasio dosen : mahasiswa

a. Yayasan Belum Disahkan Sebagai Badan Hukum oleh Menkumham Pasal 60 ayat (2) UU Dikti PTS didirikan oleh Masyarakat dengan membentuk badan penyelenggara berbadan hukum yang berprinsip nirlaba dan wajib memperoleh izin Menteri. UU No. 16 Tahun 2012 Tentang Yayasan dan UU No. 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan UU Yayasan (3) Yayasan wajib diberitahukan kepada Menteri paling lambat 1 (satu) tahun setelah pelaksanaan penyesuaian. (6 Agustus 2006) (4) Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran Dasarnya dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak dapat menggunakan kata "Yayasan" di depan namanya dan dapat dibubarkan berdasarkan putusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaan atau pihak yang berkepentingan.

a. Yayasan Belum Disahkan Sebagai Badan Hukum oleh Menkumham PP. No. 63 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan UU Tentang Yayasan Pasal 39 Yayasan yang belum memberitahukan kepada Menteri sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (3) Undang- Undang tidak dapat menggunakan kata Yayasan di depan namanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (4) Undang-Undang dan harus melikuidasi kekayaannya serta menyerahkan sisa hasil likuidasi sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 Undang- Undang. Penjelasan Pasal 39 Yang dimaksud dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (3) Undang-Undang adalah pemberitahuannya 1 (satu) tahun setelah pelaksanaan penyesuaian, dengan batas akhir penyesuaiannya 6 Oktober 2008.

Penyelesaian Masalah Keabsahan Yayasan (06-10-2008 sd 02-01- 2013) Mendirikan yayasan baru dengan nama yang sama atau berbeda dengan nama yayasan sebelumnya. Apabila nama yayasan baru yang didirikan sama dengan nama yayasan yang sebelumnya, walaupun secara hukum merupakan masalah dengan keabsahan perguruan tingginya, namun masalah tersebut lebih mudah diselesaikan. Apabila nama yayasan yang disahkan berbeda dengan nama yayasan sebelumnya, maka akan menghadapi masalah sbb: 1. Bagaimana dengan legalitas proses pembelajaran, ijazah yang diterbitkan sebelum yayasan baru berdiri? 2. Bagaimana apabila kemudian yayasan dengan nama yang lama mengajukan permohonan pembukaan prodi baru atau akreditasi, padahal yayasan yang dimaksud sudah tidak boleh menggunakan nama yayasan. 3. Ada kemungkinan yayasan dengan nama yang sama dengan yayasan yang secara hukum sudah tidak eksis namun karena sudah terdaftar di Kemkumham, mengajukan pembukaan Prodi baru. Kasus ini dapat dilakukan oleh yayasan yang bersengketa antarorgan dan salah satu pihak mendirikan yayasan baru.

Penyelesaian Masalah Keabsahan Yayasan (Pasca 02-01- 2013) PP No. 2 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas PP No. 63 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan UU Tentang Yayasan 7. Ketentuan Pasal 39 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 39 Yayasan yang belum memberitahukan kepada Menteri sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (3) Undang- Undang tidak dapat menggunakan kata Yayasan di depan namanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (4) Undang-Undang dan tidak lagi melakukan kegiatannya sesuai dengan Anggaran Dasar selama 3 (tiga) tahun berturut-turut, harus melikuidasi kekayaannya serta menyerahkan sisa hasil likuidasi sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 Undang-Undang.

b. Tidak memiliki lahan sesuai peraturan perundang-undangan Berdasarkan Permendikbud No. 95 Tahun 2014, syarat keberadaan lahan bagi kampus perguruan tinggi, sebagai berikut: a. memiliki status Hak Milik, Hak Guna Bangunan, atau Hak Pakai yang dibuktikan dengan Sertipikat Hak Milik, Sertipikat Hak Guna Bangunan, atau Sertipikat Hak Pakai atas nama Badan Penyelenggara yang diperuntukkan bagi PTS tersebut; b. dalam hal lahan sebagaimana dimaksud pada huruf a yang berstatus Hak Milik, Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai bukan atas nama Badan Penyelenggara, maka Badan Penyelenggara dapat membuat perjanjian sewa menyewa lahan tersebut dengan pemegang Hak Milik, Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai tersebut, selama paling sedikit 20 (dua puluh) tahun disertai dengan hak opsi.

c. Tidak memiliki sarana sesuai peraturan perundang-undangan Berdasarkan Permendikbud No. 49 Tahun 2014, syarat keberadaan syarat perguruan tinggi, sebagai berikut: Standar sarana pembelajaran paling sedikit terdiri atas: a. perabot; b. peralatan pendidikan; c. media pendidikan; d. buku, buku elektronik, dan repositori; e. sarana teknologi informasi dan komunikasi; f. instrumentasi eksperimen; g. sarana olahraga; h. sarana berkesenian; i. sarana fasilitas umum; j. bahan habis pakai; dan k. sarana pemeliharaan, keselamatan, dan keamanan. Jumlah, jenis, dan spesifikasi sarana ditetapkan berdasarkan rasio penggunaan sarana sesuai dengan karakteristik metode dan bentuk pembelajaran, serta harus menjamin terselenggaranya proses pembelajaran dan pelayanan administrasi akademik.

d. Tidak memiliki dana sesuai studi kelayakan Berdasarkan Permendikbud No. 49 Tahun 2014, syarat keberadaan dana perguruan tinggi, sebagai berikut: Badan penyelenggara perguruan tinggi atau perguruan tinggi wajib mengupayakan pendanaan pendidikan tinggi dari berbagai sumber di luar sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) yang diperoleh dari mahasiswa. Komponen pembiayaan lain di luar SPP, antara lain: a. hibah; b. jasa layanan profesi dan/atau keahlian; c. dana lestari dari alumni dan filantropis; dan/atau d. kerja sama kelembagaan pemerintah dan swasta. Perguruan tinggi wajib menyusun kebijakan, mekanisme, dan prosedur dalam menggalang sumber dana lain secara akuntabel dan transparan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan.

Anatomi Masalah PTS (Aras Perguruan Tinggi) a. Tidak Memahami Sistem Penjaminan Pendidikan Tinggi (SPM Dikti) Berdasarkan Permendikbud No. 50 Tahun 2014 Tentang SPM Dikti Pasal 3 ayat (1) SPM Dikti terdiri atas: a. Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI); dan b. Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME). Pasal 3 ayat (2) sd. ayat (4) (2) SPMI direncanakan, dilaksanakan, dikendalikan, dan dikembangkan oleh perguruan tinggi. (3) SPME direncanakan, dilaksanakan, dikendalikan, dan dikembangkan oleh BAN PT dan/atau LAM melalui akreditasi sesuai dengan kewenangan masing-masing. (4) Luaran penerapan SPMI oleh perguruan tinggi digunakan oleh BAN-PT atau LAM untuk penetapan status dan peringkat terakreditasi perguruan tinggi atau progam studi. Pasal 7 ayat (1) (1) Data, informasi pelaksanaan, serta luaran SPMI dan SPME dilaporkan dan disimpan oleh perguruan tinggi dalam Pangkalan Data Pendidikan Tinggi

Anatomi Masalah PTS (Aras Perguruan Tinggi) b. Kurikulum Belum Diperbaharui sesuai Kurikulum Pendidikan Tinggi Pasal 35 UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi (1) Kurikulum pendidikan tinggi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan ajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan Tinggi. (2) Kurikulum Pendidikan Tinggi dikembangkan oleh setiap Perguruan Tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi untuk setiap Program Studi yang mencakup pengembangan kecerdasan intelektual, akhlak mulia, dan keterampilan. (3) Kurikulum Pendidikan Tinggi wajib memuat mata kuliah: a. agama; b. Pancasila; c. kewarganegaraan; dan d. bahasa Indonesia.

Anatomi Masalah PTS (Aras Perguruan Tinggi) c. Rasio Dosen : Mahasiswa Tidak Sesuai Dengan Peraturan Perundang-undangan Berdasarkan Kepmendiknas No 234/U/2000 Tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi Untuk setiap program studi pada Program Diploma dan Program S1 jumlah calon mahasiswa sekurang-kurangnya 30 orang dan sebanyakbanyaknya disesuaikan dengan nisbah dosen tetap dengan mahasiswa, untuk kelompok bidang ilmu pengetahuan sosial 1 : 30 dan untuk kelompok bidang ilmu pengetahuan alam 1 : 20.

Anatomi Masalah PTS No Jenis Masalah Penyebab Masalah Penyelesaian Masalah 2 Tata Kelola Perguruan Tinggi Pengaturan Tata Kelola Penyusunan Statuta Aras Badan Penyelenggara a. Tidak memahami Tata Kelola Perguruan Tinggi b. Pembina, Pengurus, dan Pengawas berasal dari kalangan non pendidikan c. Badan Penyelenggara (al: Yayasan) dipandang milik organ Pembina d. Tidak memandang perlu statuta Aras Perguruan Tinggi a. Pimpinan tidak berpengalaman mengelola Perguruan Tinggi b. Tidak ada pelatihan manajemen perguruan tinggi c. Tidak memandang perlu statuta d. Tidak taat statuta

a. Tidak Memahami Tata Kelola Perguruan Tinggi Pasal 61 UU Dikti (1) Organisasi penyelenggara merupakan unit kerja Perguruan Tinggi yang secara bersama melaksanakan kegiatan Tridharma dan fungsi manajemen sumber daya. (2) Organisasi penyelenggara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas unsur: a. penyusun kebijakan; b. pelaksana akademik; c. pengawas dan penjaminan mutu; d. penunjang akademik atau sumber belajar; dan e. pelaksana administrasi atau tata usaha. (3) Organisasi penyelenggara Perguruan Tinggi diatur dalam statuta Perguruan Tinggi. Pasal 31 UU Dikti (1) Organisasi PTS ditetapkan oleh Badan Penyelenggara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Pembina, Pengawas, dan Pengurus Yayasan berasal dari kalangan non pendidikan Pendiri Yayasan yang kemudian menjadi Pembina Yayasan pada umumnya berasal dari kalangan yang bukan penyelenggara pendidikan tinggi; Akibatnya, perguruan tinggi yang didirikan akan dikelola sesuai dengan pengalamannya; Pendiri Yayasan dapat berasal dari: a. Pelaku usaha; b. Pensiunan PNS; c. Pejabat Pemerintah Pusat atau Daerah. d. Dan Non pendidikan lainnya.

c. Badan Penyelenggara (al: Yayasan) dipandang milik organ Pembina Pendiri Yayasan yang kemudian menjadi Pembina menganggap bahwa yayasan adalah milik yang bersangkutan; Padahal menurut UU Yayasan No. 16 Tahun 2001: Pasal 1 angka 1: Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota. Pasal 3 ayat (2) Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada Pembina, Pengurus, dan Pengawas.

d. Tidak memandang perlu statuta Pasal 60 ayat (5) UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi Perguruan Tinggi wajib memiliki Statuta. Pasal 31 ayat (2) PP No. 4 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Dan Pengelolaan Perguruan Tinggi Ketentuan mengenai organisasi dan tata kelola PTS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Statuta masing-masing PTS yang ditetapkan dengan peraturan Badan Penyelenggara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Anatomi Masalah PTS (Aras Perguruan Tinggi) a. Pimpinan tidak berpengalaman mengelola Perguruan Tinggi Pada umumnya, pimpinan perguruan tinggi berasal dari dosen yang kaya akan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi kurang dalam pengalaman manajerial, khususnya manajemen perguruan tinggi. b. Tidak ada pelatihan manajemen perguruan tinggi Tidak terdapat pelatihan bagi para dosen perguruan tinggi yang akan menjabat yang dilakukan secara rutin sebagai pendidikan formal; c. Tidak memandang perlu statuta Sama dengan d. d. Tidak taat statuta Walaupun statuta sudah dimiliki, tetapi karena statuta berasal dari copy paste dari perguruan tinggi lain.

Anatomi Masalah PTS No Jenis Masalah Penyebab Masalah Penyelesaian Masalah 3 Prinsip Nirlaba Motif Pendirian dan Pengelolaan Aras Badan Penyelenggara a. Yayasan keluarga - profit b. Yayasan Pemda elektabilitas Reorientasi Badan Penyelenggara dan Perguruan Tinggi Aras Perguruan Tinggi a. Dasar Perguruan Tinggi adalah Kebenaran bukan Kekuasaan atau Politik atau Ekonomi b. Pengelolaan Perguruan Tinggi sesuai market trend

a. Yayasan Keluarga - Profit Pasal 60 ayat (2) UU Dikti PTS didirikan oleh Masyarakat dengan membentuk badan penyelenggara berbadan hukum yang berprinsip nirlaba dan wajib memperoleh izin Menteri. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayan yang dipisahkan untuk kemaslahatan masyarakat melalui kegiatan sosial, keagamaan dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota. Fakta: yayasan dianggap merupakan milik pribadi. Dampak: yayasan merasa berwenang untuk mengatur dan menentukan urusan akademik maupun non akademik Perguruan Tinggi b. Yayasan Pemda Elektabilitas Terdapat perguruan tinggi yang didirikan oleh Pejabat Daerah dengan maksud agar dapat terpilih kembali sebagai pejabat adaerah.

Anatomi Masalah PTS (Aras Perguruan Tinggi) a. Dasar Perguruan Tinggi adalah Kebenaran bukan Kekuasaan atau Politik atau Ekonomi Perguruan tinggi merupakan lembaga atau institusi yang memiliki misi suci, yaitu senantiasa mencari, menemukan, menyebarluaskan, dan menjujung tinggi kebenaran. Kenyataan menunjukkan bahwa perguruan tinggi justru menjadi cermin dari keburukan dalam masyarakat. b. Pengelolaan Perguruan Tinggi sesuai market trend Pendirian perguruan tinggi dan pembukaan perguruan tinggi tidak dilandasi kebenaran, tetapi semata-mata mengikuti trend /kecenderungan tentang bidang-bidang yang laku di dalam dunia kerja. Seharusnya dasarnya adalah kebutuhan masyarakat bukan laku atau tidaknya suatu program studi.

Anatomi Masalah PTS No Jenis Masalah Penyebab Masalah Penyelesaian Masalah 4 Otonomi Perguruan Tinggi Pemahaman tentang Hakekat Perguruan Tinggi Reorientasi Hakekat Perguruan Tinggi Aras Badan Penyelenggara a. Organ tidak faham tentang hakekat Perguruan Tinggi b. Dipandang sebagai mesin uang atau cash cow Aras Perguruan Tinggi a. Memiliki persepsi yang keliru tentang Otonomi Perguruan Tinggi b. Perguruan Tinggi dikelola seperti badan usaha atau organisasi politik

Anatomi Masalah PTS Otonomi Perguruan Tinggi Pasal 62 UU Dikti (1) Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan Tridharma. (2) Otonomi pengelolaan Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan dasar dan tujuan serta kemampuan Perguruan Tinggi. (3) Dasar dan tujuan serta kemampuan Perguruan Tinggi untuk melaksanakan otonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dievaluasi secara mandiri oleh Perguruan Tinggi. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi dasar dan tujuan serta kemampuan Perguruan Tinggi untuk melaksanakan otonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri.

Terima Kasih