Studi Makrozoobenthos di Perairan Situ Pamulang

dokumen-dokumen yang mirip
KELIMPAHAN MAKROZOOBENTHOS DI PERAIRAN SITU PAMULANG EDWARD ALFIN FTMIPA UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI. Abstrak.

KELIMPAHAN MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SITU PAMULANG

JENIS-JENIS GASTROPODA DI SUNGAI KUYUNG DESA KUMBUNG NAGARI LUNANG UTARA KECAMATAN LUNANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

2.2. Struktur Komunitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

STUDI KELIMPAHAN DAN JENIS MAKROBENTHOS DI SUNGAI CANGAR DESA SUMBER BRANTAS KOTA BATU. *

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KEPADATAN DAN DISTRIBUSI BIVALVIA PADA MANGROVE DI PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATRA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

KANDUNGAN BAHAN ORGANIK SEDIMEN DAN KELIMPAHAN MAKROZOOBENTHOS SEBAGAI INDIKATOR PENCEMARAN PERAIRAN PANTAI TANJUNG UBAN KEPULAUAN RIAU

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

STUDI PENDUGAAN STATUS PECEMARAN AIR DENGAN PLANKTON DI PANTAI KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

STUDI KELIMPAHAN DAN SEBARAN PHYTOPLANKTON SECARA HORIZONTAL (KASUS SUNGAI KURI LOMPO KABUPATEN MAROS) Abdul Malik dan Saiful ABSTRAK

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI KAWASAN MANGROVE DESA BAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN TRI WULANDARI

DINAMIKA NUTRIEN DENGAN SEBARAN MAKROZOOBENTOS DI LAGUNA SEGARA ANAKAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

KELIMPAHAN MAKROZOOBHENTOS DITINJAU DARI AKTIVITAS ANTROPHOGENIK DI PERAIRAN SUNGAI JANG

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SUNGAI BINGAI KECAMATAN BINJAI BARAT KOTA BINJAI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK FISIKA-KIMIA PERAIRAN DAN STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (BIVALVIA DAN GASTROPODA) DI PANTAI CERMIN SUMATERA UTARA SKRIPSI

Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta. Oleh. Arief Setyadi Raharjo M O BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah

Keanekaragaman dan Kelimpahan Makrozoobentos di Sungai Naborsahan Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Sungai merupakan salah satu sumber air utama bagi masyarakat luas baik

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Komunitas Makrozoobenthos di Perairan Hilir Sungai Lematang Sekitar Daerah Pasar Bawah Kabupaten Lahat

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN DAN DOMINANSI PLANKTON DI ESTUARI KUALA RIGAIH KECAMATAN SETIA BAKTI KABUPATEN ACEH JAYA

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS PERAIRAN SUNGAI SAIL KOTA PEKANBARU

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Unnes Journal of Life Science. Distribusi dan Keanekaragaman Jenis Makrozoobentos di Sungai Damar Desa Weleri Kabupaten Kendal

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indeks Keanekaragaman (H )

STUDI PENYEBARAN MAKROZOOBENTHOS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DI TELUK JAKARTA WAHYUNINGSIH

STRUKTUR KOMUNITAS MEIOBENTHOS YANG DIKAITKAN DENGAN TINGKAT PENCEMARAN SUNGAI JERAMBAH DAN SUNGAI BUDING, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

POLA DISTRIBUSI DAN KEPADATAN POPULASI GASTROPODA Terebralia sulcata DI PERAIRAN MUARA SUNGAI PUTRI SEMBILAN KECAMATAN RUPAT UTARA

POSTER KERAGAMAN JENIS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SUNGAI OGAN, SUMATERA SELATAN 1 Marson 2

DI DWERAN INTERTlDAk PBNTAI KAMAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makrozoobenthos Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Organisme makrozoobenthos

KOMUNITAS DAN PREFERENSI HABITAT GASTROPODA PADA KEDALAMAN BERBEDA DI ZONA LITORAL DANAU SINGKARAK SUMATERA BARAT TESIS OLEH: YULI WENDRI

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

IDENTIFIKASI POPULASI MAKROZOOBENTOS DI KAWASAN EKOSISTEM MANGROVE DESA LADONG ACEH BESAR. Lili Kasmini 11 ABSTRAK

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN PERIFITON DI PERAIRAN SUNGAI DELI SUMATERA UTARA SUSANTI LAWATI BARUS

TINJAUAN PUSTAKA. Air permukaan yang ada seperti sungai dan situ banyak dimanfaatkan

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN PANDANSARI KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK

DIVERSITAS GASTROPODA (MOLUSKA) DARI SUNGAI BATANG KUMU PASIR PENGARAIAN KABUPATEN ROKAN HULU RIAU. Rofiza Yolanda 1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS MAKROZOOBENTOS PADA EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU

BAB V PEMBAHASAN. hari dengan batas 1 minggu yang dimulai dari tanggal Juli 2014 dan

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS DI SUNGAI TALAWAAN MINAHASA UTARA, SULAWESI UTARA

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Aliran sungai dari sumber Kuluhan banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar warga

Kelimpahan Populasi dan Pola Distribusi Remis (Corbicula sp) di Sungai Borang Kabupaten Banyuasin

PENDAHULUAN. dengan arus yang lambat atau bahkan tidak ada arus sama sekali. Waktu tinggal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

Struktur Komunitas Makrozoobentos di Estuaria Kuala Sugihan Provinsi Sumatera Selatan

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN MAKROZOOBENTOS DI PANTAI KARTIKA JAYA KECAMATAN PATEBON KABUPATEN KENDAL

FITOPLANKTON DI PERAIRAN AREAL PERTAMBANGAN NIKEL BULI HALMAHERA TIMUR PHYTOPLANKTON IN NICKEL AREA GULF OF BULI EAST HALMAHERA

stasiun 2 dengan stasiun 3 dengan stasiun 3 Stasiun 1 dengan Stasiun 1 Morishita Horn

SEDIMENTASI DAN SEBARAN MAKROZOOBENTOS DI KAWASAN LAGUNA SEGARA ANAKAN NUSAKAMBANGAN, CILACAP

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

Makrozoobenthos di Sugai Wonorejo, Surabaya

ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI ZONA INTERTIDAL PULAU TOPANG KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU. Oleh:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS SEBAGAI INDIKATOR PERUBAHAN KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI BELAWAN KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG

KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI SEKITAR MERAK BANTEN DAN PANTAI PENET LAMPUNG

KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN PLANKTON DI PERAIRAN PULAU GUSUNG KEPULAUAN SELAYAR SULAWESI SELATAN SKRIPSI. Oleh: ABDULLAH AFIF

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

Struktur Komunitas Zooplankton Secara Horisontal Di Desa Mangunharjo, Kec. Tugu, Semarang

STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA) SERTA ASOSIASINYA PADA EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI ULEE - LHEUE, BANDA ACEH, NAD

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN MOROSARI, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI PERAIRAN INTERTIDAL BUKIT PIATU KIJANG, KABUPATEN BINTAN

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

Studi Makrozoobenthos di Perairan Situ Pamulang Edward Alfin, Lin Mas Eva, Nurdeni Fakultas TMIPA Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. edwardalfin@gmail.com ABSTRAK Perubahan lingkungan perairan dapat diketahui dari indikator biologi, indikator kimia dan indikator fisika. Adanya gangguan aktifitas antropogenik dapat memberikan dampak negatif terhadap kualitas air terutama kualitas air Situ Pamulang dan selanjutnya akan berdampak juga terhadap kehidupan biota air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makrozoobenthos di perairan Situ Pamulang Metode yang dipergunakan purposive random sampling dengan 4 lokasi sampling. Hasil penelitian yaitu Kelimpahan taksa pada tingkat spesies pada stasiun pengamatan di Situ Pamulang berkisar antara 4 sampai 7 jenis. Filopaludina javanica mendominasi Situ Pamulang dengan persentase 33.13%. Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,99 sampai 1,53, indeks keseragaman 0,495 sampai 0,58 dan indeks dominansinya 0,25 sampai 0,46. Terdapat 2 pola sebaran jenis makrozoobenthos yaitu bersifat mengelompok dan bersifat seragam. Kata Kunci: Makrozoobenthos, Perairan Situ Pamulang. ABSTRACT Changes in the aquatic environment can be known from biological indicators, chemical indicators and physical indicators. Anthropogenic disturbance activities can have a negative impact on water quality, especially the quality of water Situ Pamulang and will have an impact also on water biota. This study aims to determine the macrozoobenthos in Situ Pamulang waters used purposive sampling method with 4 sampling locations. The results of the study on the abundance of taxa at the species level observation stations in Situ Pamulang ranged from 4 to 7 types. Filopaludina javanica dominate Situ Pamulang with percentage 33.13 %. Diversity index ranged from 0.99 to 1.53, 0.495 to 0.58 uniformity index and dominance index of 0.25 to 0.46. There are 2 types of macrozoobenthos distribution patterns which are clustered and are uniform. Keywords : Makrozoobenthos, Waters Situ Pamulang

1. Pendahuluan Pengelolaan perairan adalah suatu formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumberdaya alam dan manusia yang terdapat di daerah aliran sungai untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya air dan tanah. Ia mempunyai arti sebagai pengelolaan dan alokasi sumberdaya alam di daerah aliran sungai termasuk pencegahan banjir dan erosi, serta perlindungan nilai keindahan yang berkaitan dengan sumberdaya alam. Termasuk dalam pengelolaan perairan adalah identifikasi keterkaitan antara tataguna lahan, tanah dan air dan keterkaitan antara daerah hulu dan hilir suatu perairan. Pengelolaan perairan perlu mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya dan kelembagaan yang beroperasi di dalam dan di luar daerah aliran sungai yang bersangkutan (Asdak, 2000). Situ Pamulang merupakan kawasan perairan di Pamulang dengan intensitas pemanfaatan daerah tangkapan air yang cukup tinggi. Berbagai kegiatan penduduk yang memanfaatan Situ Pamulang seperti perikanan, pertanian dan perkebunan serta merupakan kawasan aliran air konsumsi rumah tangga. Pemanfaatan yang kompleks ini menjadikan Situ Pamulang merupakan bagian vital bagi kehidupan masyarakat. Berkembangnya kegiatan penduduk di Situ Pamulang dapat berpengaruh terhadap kualitas air karena limbah kegiatan penduduk langsung ditransfer ke Situ. Industri juga memberikan andil seperti intensifikasi air irigasi akan menyebabkan timbulnya masalah dari pembuangan limbah. Alam mempunyai kemampuan untuk membersihkan diri ( self Purification) seperti halnya sungai dari berbagai bahan yang masuk ke dalamnya, akan tetapi jika melebihi kemampuan sungai ( carrying capacity) tentu akan menimbulkan masalah yang serius yaitu adanya pencemaran sehingga dapat memberikan dampak negatif terhadap kehidupan biota perairan dan kesehatan penduduk yang memanfaatkan air sungai tersebut. Perubahan lingkungan perairan dapat diketahui dari indikator kimia, indikator fisika dan indikator biologi. Indikator kimia dengan menganalisa alkalinitas, kesadahan, oksigen terlarut dan ph air. Indikator fisika dapat

diketahui dari kecepatan arus, kedalaman, kecerahan dan suhu dan indikator biologi menggunakan flora dan fauna. Flora dan fauna dapat dijadikan indikator biologi pencemaran sungai dengan pengamatan keanekaragaman spesies ( diversity), dan laju pertumbuhan (sebaran umur). Keanekaragaman sungai tinggi menandakan kualitas air sungai tersebut baik. Sebaliknya bila keanekaragaman kecil sungai tersebut terindikasi tercemar (Sastrawijaya, 1991). Untuk mengetahui kondisi perairan dapat diamati salah satunya dengan indikator biologis berupa organisme yang hidup di perairan. Organisme yang dapat digunakan sebagai indikator biologis contohnya adalah makrozoobenthos. Makrozoobenthos merupakan organisme perairan yang dapat dipergunakan sebagai indikator pencemaran karena sifatnya menyebar pada perairan dan merupakan bagian dari rantai makanan. Penggunaan makrozoobenthos juga didukung sifatnya yang menetap dengan waktu yang relatif lama sehingga merupakan penduga yang baik bagi pencemaran (Sastrawijaya, 1991). Adanya gangguan aktifitas antropogenik dapat memberikan dampak negatif terhadap kualitas air terutama kualitas air Situ Pamulang dan selanjutnya akan berdampak juga terhadap kehidupan biota air. Perubahan biota air merupakan indikator adanya gangguan ekologi yang terjadi pada Situ tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap keberadaan makrozoobenthos yang ada di Situ Pamulang 2. Metode Metode penelitian yang digunakan adalah purposive random sampling. Lokasi ditentukan berdasarkan rona lingkungan yang ada dan untuk menentukan posisi lokasi sampling diukur dengan menggunakan GPS ( Global Positioning System) yang diamati meliputi 4 lokasi sampling yaitu: 1) Stasiun 1 merupakan inlet untuk Situ Pamulang yang merupakan masukan dari perumahan penduduk, 2) Stasiun 2 merupakan inlet untuk Situ Pamulang yang merupakan masukan dari tambak/kegiatan perikanan, 3) Stasiun 3 merupakan inlet untuk Situ Pamulang yang merupakan masukan dari kegiatan peternakan, 4) Stasiun 4 merupakan outlet Situ Pamulang yang merupakan luaran dari Situ Pamulang. Data yang diamati

mencakup: 1) jenis serta sumber pencemaran di Situ Pamulang, 2) jenis makrozoobenthos perairan Situ Pamulang. 3. Hasil dan Pembahasan Komposisi Jenis dan Kepadatan Makrozoobenthos Dari kelas gastropoda tersebut, secara keseluruhan terdapat dalam 4 ordo yaitu 5 jenis dari ordo Sorbeoconcha, 2 jenis dari ordo Viviparoidea dan masingmasing 1 jenis dari ordo Architaenioglossa dan Hygrophyila. 8 7 6 5 4 3 2 1 0 STASIUN 1 STASIUN 2 STASIUN STASIUN 3 4 JUMLAH TAKSA TINGKAT SPESIES Gambar 1. Perbandingan jenis spesies tiap stasiun di Situ Pamulang Dari gambar diatas diketahui bahwa stasiun 2 merupakan stasiun yang paling banyak spesies makrozoobenthos yang didapatkan dan stasiun 4 merupakan stasiun yang paling sedikit spesies makrozoobenthos yang didapatkan. Adanya perbedaan komposisi taksa ini dapat disebabkan adanya perbedaan faktor fisika, kimia dan biologi serta adanya perubahan kondisi lingkungan akibat kegiatan antropogenik yang menimbulkan tekanan lingkungan terhadap jenis makrozoobenthos tertentu. Kelimpahan taksa pada tingkat spesies pada stasiun pengamatan di Situ Pamulang berkisar antara 4 sampai 7 jenis, ini menandakan bahwa tingkat kelimpahan spesies tersebut tergolong rendah. Perkins (1974) mengatakan bahwa total 0 sampai 10 jenis yang ditemukan di suatu lokasi menunjukkan bahwa lokasi tersebut sudah mengalami gangguan yang berarti dan sebaliknya semakin baik kualitas air maka akan semakin tinggi keanekaragaman jumlah taksanya serta kondisinya akan semakin bagus. Hal ini merupakan akibat dari gangguan

antropogenik yang memberikan pengaruh terhadap kualitas air sehingga berdampak pada kehidupan spesies makrozoobenthos. STASIUN 4 STASIUN 3 STASIUN 2 STASIUN 1 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% Melanoides tuberculata Melanoides maculata Melanoides punctata Melanoides riquerti Filopaludina javanica Filopaludina sumatrensis Thiara cancellata Pomacea canaliculata Indoplanorbis exustus Gambar 2. Prosentase spesies tiap stasiun di Situ Pamulang Gambar di atas menunjukkan bahwa persentase komposisi jenis yang paling dominan dan melimpah, yang sering ditemukan adalah jenis Melanoides tuberculata, Filopaludina javanica, Filopaludina sumatrensiss dan Pomacea canaliculata yang ditemukan pada keempat stasiun pengamatan. Di mana kerapatan relatif tiap stasiun untuk Melanoides tuberculata adalah 23.21%; 12.08%; 13.04%; 4.35%, Filopaludina javanica 23.21%; 37.58%; 42.48%; 24.64%, Filopaludina sumatrensis 41.07%; 18.12%; 39.13% %; 8.70% dan Pomacea canaliculata 10.71%; 24.16%; 2.17%; 62.32%. Komposisi jenis yang jarang ditemukan yaitu dan hanya ditemukan 1 spesies yaitu Thiara cancellata pada stasiun 1, Melanoides riquerti pada stasiun 2 dan Indohanorbis exustus pada stasiun 3. Tetapi berdasarkan presentase komposisi jenis stasiun, yang paling jarang adalah Thiara cancellata. Adanya hubungan kondisi lingkungan tiap stasiun yang mendapat pengaruh antropogenik berupa masukan limbah dan bahan organic maka akan menimbulkan kondisi lingkungan yang tercemar kemudian diikuti tingginya jumlah makrozoobenthos tertentu sehingga ini akan mempengaruhi kepadatan total hamper seluruh stasiun pengamatan. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa Filopaludina javanica mendominasi Situ Pamulang dengan persentase 33.13%.

Hal ini merupakan gambaran karakteristiknya yang bersifat fakultatif, dimana jenis yang fakultatif karena kemampuannya bertahan hidup terhadap perairan yang banyak bahan organiknya dan mampu bertahan pada tekanan lingkungan pada tahap tertentu. Disamping itu juga diketahui bahwa substrat dasar perairan Situ Pamulang cenderung subtract berlumpur. Hal ini didukung Wilhm (1975) yang menyatakan bahwa sifat substrat dasar perairan dan penambahan bahan pencemar ke dalam air berpengaruh terhadap kelimpahan, komposisi serta tingkat keanekaragamannya. Indeks Komunitas Ekologi Komunitas adalah kumpulan populasi yang hidup pada suatu lingkungan tertentu yang saling berinteraksi dan membentuk tingkat trofik. Konsep komunitas penting di dalam ekologi dan relevan digunakan untuk menganalisa kondisi suatu lingkungan karena komposisi dan karakteristik dari komunitas merupakan indikator yang sangat baik untuk menunjukkan kondisi lingkungan di mana komunitas tersebut berada. Lima karakteristik struktur komunitas adalah keanekaragaman, kerapatan relatif, bentuk dan struktur pertumbuhan serta struktur trofik (Krebs, 1989). Kajian indeks yang sering digunakan untuk menduga kondisi suatu lingkungan perairan dan kestabilan komunitas berdasarkan komponen biologis adalah indeks keanekaragaman ( H ), keseragaman ( E) dan dominansi ( C). Menurut Legendre dan Legendre (1983), Jika keanekargaman (H ) sama dengan nol maka komunitas akan terdiri atas spesies tunggal. Nilai keanekaragaman (H ) akan mendekati maksimum jika semua spesies terdistribusi secara merata dalam komunitas sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai indeks keanekaragaman sangat dipengaruhi oleh faktor jumlah spesies, jumlah individu dan pola penyebaran pada masing-masing spesies. Tabel 1. Nilai indeks ekologi Situ Pamulang No Stasiun Indeks Dominansi (C) 1. Stasiun 1 0.288 2. 3. Stasiun 2 Stasiun 3 0.250 0.360 Indeks Keanekaragaman (H ) 1.34 1.53 1.16 Indeks Keseragaman (E) 0.577 0.545 0.499

4. Stasiun 4 0.458 0.99 0.495 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 (C) (H') (E) 0.4 0.2 0 STASIUN 1 STASIUN 2 STASIUN 3 STASIUN 4 Gambar 3. Hubungan ketiga indeks ekologi Situ Pamulang Gambar diatas menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman yang tinggi terdapat di stasiun 2 yaitu 1,53, nilai indeks keseragamannya 0,55 dan nilai indeks dominansi tergolong rendah yaitu 0,25. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi komunitas perairan di stasiun 2 cukup stabil. Nilai keanekaragaman yang tinggi menunjukkan bahwa jenis makrozoobenthos yang lebih beragam spesiesnya dimana jumlah taksanya lebih banyak dan menunjukkan ada hubungannya dengan kondisi lingkungan, semakin tinggi nilai keanekaragaman maka kondisi lingkungan akan semakin baik dan komunitasnya tergolong stabil. Nilai indeks keanekaragaman yang paling rendah terdapat di stasiun 4 yaitu 0.99 kemudian keseragamannya juga rendah yaitu 0,495 sedangkan indeks dominansinya sangat tinggi yaitu 0,458. Hasil indeks dominansi yang tinggi ini sejalan dengan rendahnya nilai indeks keanekaragaman dan nilai indeks keseragaman. Tingginya nilai indeks dominansi disebabkan tingginya jumlah jenis makrozoobenthos sehingga ini akan mempengaruhi beberapa spesies yang lainnya atau ada yang mendominasi sehinga mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan ekosistem yang kemungkinan disebabkan adanya gangguan secara alami atau antropogenik yang menimbulkan tekanan lingkungan yang pada akhirnya hanya beberapa jenis spesies tertentu saja yang dapat bertahan hidup

seperti halnya spesies Pomacea canaliculata yang mempunyai kisaran toleransi hidup yang tinggi terhadap bahan pencemar, hal ini dapat terlihat bahwa jenis makrozoobenthos pada stasiun yang mempunyai nilai indeks keanekaragaman rendah seperti pada stasiun 4 dimana yang mendominasi adalah Pomacea canaliculata. Salah satu penyebab nilai indeks dominansi yang kecil adalah karena tipe substrat yang bertipe lumpur karena menurut Koesbiono (1979) dasar perairan yang berupa pasir atau sedimen halus merupakan lingkungan yang kurang baik bagi hewan benthos dimana pada substrat halus kandungan oksigennya tidak begitu banyak akan tetapi kandungan nutriennya berlimpah. Stasiun 3 merupakan stasiun dengan nilai indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi yang menengah. Hal ini dikarenakan pola penyebaran dan kepadatan yang merata sehingga tidak ada jenis yang terlalu mendominasi kemudian juga dipengaruhi oleh keadaan karakteristik habitat dan substrat dasar perairannya sehingga dapat disimpulkan bahwa rendahnya jumlah taksa yang ada belum tentu dipengaruhi kondisi lingkungan yang tidak baik tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya. Odum (1971) mengatakan bahwa penilaian tercemar tidaknya suatu ekosistem tidak sedemikian mudah terdeteksi dari hubungan antara keanekaragaman dan kestabilan komunitasnya. Sistem yang stabil dalam pengertian tahan terhadap gangguan atau bahan pencemar dapat saja memiliki keanekaragman yang rendah atau tinggi, hal ini bergantung dari fungsi aliran energy yang terdapat pada perairan tersebut. Pola Sebaran Jenis Makrozoobenthos Pola penyebaran dalam komunitas dipengaruhi oleh adanya perubahan lingkungan di mana komunitas tersebut berada, selain itu pola sebaran biota dalam komunitas juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu substrat yang merupakan habitat suatu spesies, ketersediaan makanan dalam bentuk dentritus dan partikel tersuspensi, pengaruh faktor ekologis seperti faktor fisika, kimia dan lingkungan serta strategi adaptasi dan interaksi biologis antar populasi yang terdapat dalam komunitas tersebut. Untuk mengetahui bagaimana pola penyebaran jenis spesies dalam suatu komunitas digunakan indeks penyebaran morisita.

Tabel 2. Pola sebaran jenis makrozoobenthos Situ Pamulang Jenis Organisme Id Pola Sebaran Melanoides tuberculata Pomacea canaliculata Filopaludina sumatrensis Thiara cancellata Filopaludina javanica Melanoides maculate Melanoides punctata Melanoides riquerti Indohanorbis exustus 0.73 3.10 1.68 0 7.77 0.18 0.01 0 0 Mengelompok Mengelompok Mengelompok Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 2 pola sebaran jenis makrozoobenthos yaitu bersifat mengelompok dan bersifat seragam. Pola mengelompok dimiliki oleh spesies Pomacea canaliculata, Filopaludina sumatrensis, Filopaludina javanica dan spesies lainnya adalah pola seragam. Pola penyebaran berkelompok terjadi karena spesies tersebut ditemukan dalam jumlah banyak serta mendominasi suatu daerah. Pola hidup mengelompok ini diduga berkaitan erat antar spesies dan saling berhubungan. Faktor yang menyebabkan pola penyebaran mengelompok diantaranya kondisi lingkungan, tipe substrat, kebiasaan makan serta cara reproduksi. APHA (1989) mengatakan bahwa pada dasar perairan yang relatif homogen, maka organismenya cenderung mengelompok. Penyebaran yang bersifat mengelompok ini memiliki kecenderungan dalam berkompetisi dengan jenis lainnya, terutama dalam hal makanan serta memiliki sifat mobilitas yang rendah sehingga sukar menyebar dan berpindah tempat. Pola penyebaran mengelompok merupakan respon terhadap lingkungan yang kurang mendukung karena adanya perbedaan faktor fisika dan kimia yang terdapat pada masing-masing stasiun, sehingga organisme tersebut mengelompok mencari habitat yang sesuai (Nybakken, 1992). Pola penyebaran yang bersifat seragam kemungkinan disebabkan adanya pengaruh komposisi pasir yang rendah di stasiun yang terdapat jenis yang pola sebarannya bersifat seragam selain itu juga disebabkan kurangnya cadangan makanan di lokasi tersebut. Odum (1991) mengatakan bahwa pola penyebaran seragam dapat terjadi di mana persaingan di antara individu sangat keras sehingga mendorong pembagian ruang untuk habitat benthos. Sebenarnya jenis pola sebaran seragam sangat jarang ditemukan,

seragam di sini dapat diartikan sebagai seragam dengan pola sebaran acak yakni di dalam sebaram jenis yang acak terdapat jenis-jenis yang seragam sebarannya. 4. Simpulan Berdasar hasil penelitian ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Kelas gastropoda dengan jenis makrozoobenthos Filopaludina javanica mendominasi 2) Adanya 2 pola sebaran yang dominan yaitu pola seragam dan pola mengelompok. Pola mengelompok terjadi karena spesies tersebut ditemukan dalam jumlah banyak serta mendominasi suatu daerah. Pola seragam disebabkan pengaruh komposisi cadangan makanan di lokasi tersebut. 5. Ucapan Terimakasih Penulis mengucapkan terimakasih Kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah III yang telah membiayai penelitian ini melalui pendanaan Penelitian Hibah Bersaing. Rektor dan LPPM Universitas Indraprasta PGRI yang telah memfasilitasi penelitian ini sehingga dapat terlaksana. Daftar Pustaka American Public Health Association (APHA). 2005. Standard Methods for The Examination of Water and Waste Water.17 th ed. Washington D.C. Asdak, Chay. 2000. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Koesbiono. 1987. Metode dan Teknik Pengukuran Biologi Perairan. Bogor. Kursus Amdal angkatan V. Krebs, C.J. 1989. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. Heaper and Row Publisher. New York USA. Legendre C, P Legendre. 1983. Scientific Publisher Company. Numerical Ecology. New York: Elsevier Nybakken, J.W. 1988. Marine Ecology And Ecologycal Approach. Harper and Rows Publishers. New York.

Odum, EP. 1971. Dasar-dasar Ekologi (Edisi ke-3). Terjemahan oleh: Tjahyono Samingan dan B Srigandono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Perkins, E.J. 1974. The Biologycal Of Estuaries and Coastal Waters. Academic Press. Co. New York. Sastrawijaya, Tresna. 1991. Pencemaran Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Wilhm, J.L. 1975. Biologycal Indicators Of Pollution, In B.A. Whitton. Ed. River Ecology. Blackwell. Sci. Publ.