KONDISI PENCEMARAN PERAIRAN SUNGAI BABON SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN STATUS MUTU AIR

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

STATUS KUALITAS AIR SUNGAI SEKITAR KAWASAN PENAMBANGAN PASIR DI SUNGAI BATANG ALAI DESA WAWAI KALIMANTAN SELATAN

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

ANALISIS KUALITAS DAN KLASIFIKASI MUTU AIR TUKAD YEH POH DENGAN METODE STORET

KANDUNGAN LOGAM KADMIUM (Cd), TIMBAL (Pb) DAN MERKURI (Hg) PADA AIR DAN KOMUNITAS IKAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI PERCUT TESIS.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Udayana, Denpasar. Alamat (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

ANALISA BEBAN PENCEMARAN KEGIATAN BUDIDAYA TAMBAK BANDENG DI SUNGAI PASAR BANGGI KABUPATEN REMBANG

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

KAJIAN STATUS KUALITAS AIR SUNGAI RIAM KANAN Studi Kasus Sungai Riam Kanan Di Desa Awang Bangkal Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar

DATA KUALITAS AIR HASIL PEMANTAUAN TAHUN Tabel. 1. Data Hasil Analisis Laboratorium Pemantauan Kualitas Air Sungai Kabupaten Paniai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

STUDI KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI SUNGAI KAHAYAN (Water Quality Research For Fish Farming Keramba In The Kahayan River)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : April ISSN : Karakteristik Oksigen Terlarut Pada Tambak Bermangrove Dan Tambak Tidak Bermangrove

Simulasi Penentuan Indeks Pencemaran dan Indeks Kualitas Air (NSF-WQI)

FORMULIR ISIAN IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR KE LAUT. 1. Nama Pemohon : Jabatan : Alamat : Nomor Telepon/Fax. :...

PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG

ANALISIS PENCEMARAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT BERDASARKAN KANDUNGAN LOGAM, KONDUKTIVITAS, TDS DAN TSS

METODOLOGI PENELITIAN. pengambilan sampel pada masing-masing 3 lokasi sampel yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,


Tingkat Toksisitas dari Limbah Lindi TPA Piyungan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus.

ANALISIS KUALITAS AIR LAUT DI PERAIRAN SELAT BANGKA BAGIAN SELATAN ANALYSIS OF SEA WATER QUALITY IN THE SOUTHERN OF BANGKA STRAIT

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

PERMODELAN UJI LOGAM BERAT PADA BADAN AIR, BIOTA DAN SEDIMEN DI PERAIRAN MUARA DAS BARITO

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR

Evaluasi Dampak Pembuangan Limbah Cair Pabrik Kertas Terhadap Kualitas Air Sungai Klinter Kabupaten Nganjuk

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan luas ,30 ha. Tujuan penetapan kawasan ini untuk melindungi dan melestarikan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN MERKURI (Hg) PADA AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI BANYUASIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

STATUS TROFIK PERAIRAN RAWA PENING KABUPATEN SEMARANG. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna memperoleh gelar Sarjana Sains

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

Sumatera Utara, ( Universitas Sumatera Utara

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

Kualitas Air Situ Rampones, Kabupaten Serang (Water Quality of Situ Rampones, Serang Regency) ABSTRAK

Kawasaki Motor Indonesia Green Industry Sumber Limbah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara kita semakin hari semakin pesat. Pesatnya laju

Analisis Kualitas Perairan Muara Sungai Way Belau Bandar Lampung

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi

STUDI PERUBAHAN KUALITAS AIR DI SUNGAI PROGO BAGIAN HILIR D.I. YOGYAKARTA TAHUN Mega Dwi Antoro

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang


Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN (Carrying Capacity) DANAU SIAIS TERHADAP KEGIATAN KERAMBA JARING APUNG TESIS OLEH IMELDA SARI HARAHAP /PSL

3. METODE PENELITIAN

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

Lampiran 1. Kep.Men. LH Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

Studi Kesesuaian Wisata dan Mutu Air Laut untuk Ekowisata Rekreasi Pantai di Pantai Maron Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per

Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan

Transkripsi:

KONDISI PENCEMARAN PERAIRAN SUNGAI BABON SEMARANG Pollution Level at Babon River Semarang Mustofa Niti Suparjo 1 1 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH., Semarang Diserahkan : 30 Oktober 2008; Diterima : 30 Januari 2009 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mutu kualitas perairan di Sungai Babon, Semarang. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus 2008 dengan lokasi pengambilan sampel di Sungai Babon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Analisis data hasil penelitian yang didukung dengan data tahunan dari BAPEDALDA Semarang dengan menggunakan metode Storet. Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian (Kedalaman : 31-90 cm ; Kecerahan : 22-41 cm ; Kecepatan arus : 0,007-0,167 m/s ; Suhu air : 28,7-31 o C ; ph : 7,1-8,7 ; Oksigen Terlarut : 5,5-6,5 mg/l ; salinitas 0-32 ) nilai tersebut menunjukkan dalam keadaan yang masih dapat ditoleransi untuk kehidupan organisme. Sedangkan untuk parameter (BOD 5 : 6-70 mg/l ; COD : 30-295 mg/l ; H 2 S : 0,0022-0,0187 mg/l) menunjukkan bahwa nilai tersebut telah melampaui ambang batas baku mutu kelas II PP. No.82 tahun 2001 sehingga dapat mencemari lingkungan. Pada penelitian ini dilakukan penilaian mutu kualitas perairan di Sungai Babon, Semarang. Dari hasil analisis dengan menggunakan metode Storet menunjukkan bahwa kualitas air di stasiun 1 memiliki nilai -32, stasiun 2 memiliki nilai -38 dan stasiun 3 memilki nilai -38. Ketiga stasiun memiliki mutu kualitas perairan yang buruk karena memiliki nilai 31. Kata kunci : Mutu air, metode Storet, Sungai Babon ABSTRACT The aim of this study was to determine water quality of Babon river at Semarang city. This study conducted in August 2008 located in Babon river. Direct samples survey method was used in this study. Data analyzed by Storet method with complement of yearly data from BAPEDALDA Semarang. The result of the study shows that water condition was: depth 31-90 cm; clearly 22-41 cm; wave speed 0,007-0,167 m/s; water temperature 28,7-31 o C; ph 7,1-8,7; Disolved Oxygen 5,5-6,5 mg/l and salinity 0-320- 32. From the data we know that watery condition was tolerated enough for organism living. Parameter BOD 5 7-66 mg/l, COD 35-276 mg/l and H 2 S 0,0022-0,0187 mg/l values shows respectively. Its mean the value was higher than the standart which is allowed of good environtmental according to PP No. 82 year 2001 and it is indicated that the value could wasting the watery environtmental area.in this research, it will be carried out an evaluation of water quality in Babon river, Semarang. The analysis result of water Babon used Storet method from Environmental Protection Agency (EPA). From the analysis result that use Storet method showed that water quality in stasiun 1had a value -32, stasiun 2 had a value -38 and stasiun 3 had a value -38. The three of stasiun had a bad water quality because had a value 31. Keyword : Water quality, Storet method, Babon river. PENDAHULUAN Perairan sungai merupakan tempat yang memiliki peran penting bagi makhluk hidup. Keberadaan ekosistem sungai dapat memberikan manfaat bagi makhluk hidup, baik yang hidup di dalam sungai maupun yang ada di sekitarnya. Kegiatan manusia sebagai bentuk 38

kegiatan pembangunan akan berdampak pada perairan sungai. Adanya kegiatan manusia dan industri yang memanfaatkan sungai sebagai tempat untuk membuang limbah. Hal tersebut akan berdampak pada penurunan kualitas air, yaitu dengan adanya perubahan kondisi fisika, kimia dan biologi. Kondisi sungai yang tercemar tidak dapat digunakan untuk kegiatan perikanan (Salmin, 2005). Daerah Aliran Sungai (DAS) Babon merupakan salah satu DAS yang sangat penting bagi kelangsungan ekosistem di Propinsi Jawa Tengah, khususnya wilayah Semarang dan sekitarnya. Adanya kegiatan industri, pemukiman, pertanian serta pertambangan pada umumnya menimbulkan masalah-masalah lingkungan seperti pencemaran air, menurunnya kualitas sumberdaya alam, kekritisan lahan, gangguan kesehatan, penurunan potensi sumberdaya alam hayati, bencana tanah longsor, banjir, serta sedimen pada DAS bagian hilir. Menurut BLH Kota Semarang (2005), Sungai Babon menerima limbah dari kegiatan rumah tangga dan limbah yang berasal dari 6 industri besar. Limbah-limbah yang dibuang di Sungai Babon berasal dari industri pembuatan moto, industri tekstil, pulp/kertas dan pengalengan udang. Adanya pencemaran di Sungai Babon mengakibatkan keseimbangan ekosistem terganggu. Diperlukan suatu cara atau teknik tertentu untuk mengembalikan ekosistem tersebut ke kondisi semula. Salah satu cara untuk mengontrol suatu ekosistem dapat dilakukan dengan pemantauan kualitas air di daerah tersebut dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan menganalisa mutu kualitas perairan di Sungai Babon menggunakan Metode Storet sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.115 Tahun 2003, Metode Storet merupakan salah satu metode untuk menentukan status mutu air dengan mengetahui parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air Tujuan penelitian ini adalah mengetahui mutu kualitas air di Sungai Babon, sebagai acuan dalam melakukan pemantauan kualitas air di sungai Babon, serta mengetahui parameterparameter apa saja yang telah melebihi syarat baku mutu kelas II berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran. METODE PENELITIAN Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah air Sungai Babon. Parameter yang di ukur adalah parameter fisika dan kimia yang meliputi: kedalaman, kecerahan, arus dan suhu, ph, salinitas, Oksigen Terlarut (DO), Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) dan Hidrogen sulfida (H 2 S). Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2008. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 stasiun dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu daerah sebelum pembuangan limbah industri, di daerah Kelurahan Kudu (Stasiun 1), daerah pembuangan limbah industri, di Kelurahan Trimulyo (stasiun II), daerah setelah pembuangan limbah industri dan merupakan daerah antara Kelurahan Trimulyo dengan muara Sungai Babon (stasiun III). Pengambilan sampel dilakukan dalam satu hari pada hari yang sama, stasiun I diambil pada pukul 06.00 WIB, stasiun II diambil pada pukul 07.30 dan stasiun III pada pukul 08.30. Pengambilan sampel dilakukan pada Musim Kemarau. Semua analisis sampel dilakukan secara insitu kecuali H 2 S, BOD dan COD yang dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Semarang. Data yang diperoleh dianalisis dengan Metode Storet dan diambil kesimpulan dengan pustaka sebagai pendukung. Kriteria Mutu Air Kelas II berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, digunakan sebagai acuan kelayakan kualitas air. Penentuan status mutu air didasarkan pada sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency). Langkah Penentuan status mutu air dengan menggunakan Metode Storet adalah : a. Melakukan pengumpulan data kualitas air secara periodik b. Membandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air. c. Apabila hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran baku mutu) maka diberi skor 0. d. Apabila hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku mutu), maka diberi skor 1. e. Menjumlahkan seluruh skor negatif dari seluruh parameter yang dihitung dan menentukan status mutunya dari jumlah 39

skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai. HASIL DAN PEMBAHASAN Mutu Kualitas Air dengan Metode Storet Perhitungan mutu kualitas air di Sungai Babon dengan metode Storet untuk stasiun 1-3 tersaji pada tabel 2-4. Hasil perhitungan mutu kualitas air di Sungai Babon dengan metode Storet pada stasiun 1 diperoleh total skor -32, stasiun 2 diperoleh total skor -38, dan stasiun 3 diperoleh total skor -32. Parameter Kualitas Air Variabel kualitas air yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari parameter fisika dan kimia, diantaranya kedalaman, kecerahan, kecepatan arus, suhu, ph, Oksigen Terlarut (DO), Biological Oxygen Demand (BOD 5 ), Chemical Oxygen Demand (COD), Hidrogen Sulfida (H 2 S) dan salinitas. Hasil pengukuran kualitas air tersaji pada tabel 5. PEMBAHASAN Mutu Kualitas Air dengan Metode Storet Berdasarkan Tabel 2, hasil analisis fisika dan kimia delapan contoh air di stasiun I Sungai Babon Semarang sejak Mei 2005 sampai dengan Agustus 2008 diperoleh total skor -32. Hal ini berarti kondisi perairan di stasiun I Sungai Babon termasuk dalam kelas D dengan total skor 31, yaitu kondisi perairan di Sungai Babon buruk dengan status mutu kualitas perairannya tercemar berat. Pada stasiun I terlihat ada beberapa parameter kualitas air yang melebihi batas Baku Mutu Kelas II, yaitu Pb, H 2 S, NO 2 dan BOD 5. Berdasarkan Tabel 3, hasil analisis fisika dan kimia delapan contoh air di stasiun II Sungai Babon Semarang sejak Mei 2005 sampai dengan Agustus 2008 diperoleh total skor -31. Hal ini berarti kondisi perairan di stasiun II Sungai Babon termasuk dalam kelas D dengan total skor 31, yaitu kondisi perairan di Sungai Babon buruk dengan status mutu kualitas perairannya tercemar berat. Pada stasiun 2 terlihat ada beberapa parameter kualitas air yang melebihi batas Baku Mutu Kelas II, yaitu Total F sebagai P, H 2 S, NO 2, BOD 5 dan COD. Berdasarkan Tabel 4, hasil analisis fisika dan kimia delapan contoh air di stasiun III Sungai Babon Semarang sejak Mei 2005 sampai dengan Agustus 2008 diperoleh total skor -32. Hal ini berarti kondisi perairan di stasiun III termasuk dalam kelas D dengan total skor 31, yaitu kondisi perairan di Sungai Babon buruk dengan status mutu kualitas perairannya tercemar berat. Pada stasiun III terlihat ada beberapa parameter kualitas air yang melebihi batas Baku Mutu Kelas II, yaitu Co, H 2 S, NO 2, BOD 5 dan COD. Tingginya total skor yang diperoleh pada stasiun II disebabkan karena stasiun II merupakan daerah pembuangan limbah dari industri yang ada di sekitar Sungai Babon, sehingga tingkat pencemaran yang terjadi di stasiun II lebih tinggi daripada stasiun I dan stasiun III. Tingginya kandungan BOD pada ketiga stasiun penelitian karena lokasi tersebut sarat dengan aktivitas manusia dan menjadi tempat bagi pembuangan limbah industri yang semuanya sangat berpotensi menimbulkan limbah organik. Kandungan BOD yang berlebihan akan berpengaruh terhadap menurunnya oksigen terlarut di perairan tersebut serta akan berdampak langsung pada peningkatan kandungan COD (Effendi, 2003). Tabel 1. Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air Parameter Jumlah parameter Nilai Fisika Kimia < 10 Maksimum -1-2 Minimum -1-2 Rata-rata -3-6 10 Maksimum -2-4 Minimum -2-4 Rata-rata -6-12 Sumber : Keputusan MENLH No.115 Tahun 2003 40

Tabel 2. Hasil Pengukuran Kualitas Air di Sungai Babon Titik No Parameter Stasiun 1 2 3 Jurnal Saintek Perikanan Vol. 4, No. 2, 2009 : 38-45 Rataan Standard Deviation Kisaran 1 Kedalaman (cm) I 31 36 34 33,7 2,517 31-36 II 75 80 65 73,3 7,638 65-80 III 85 90 75 81,7 40,723 75-90 2 Kecerahan (cm) I 24 25 24 24,3 0,577 24-25 II 36 31 22 29,7 7,095 22-36 III 26 41 26 31 8,661 26-41 3 Kec. arus (m/s) I 0,008 0,008 0,007 0,008 0,001 0,007-0,008 II 0,083 0,083 0,077 0,081 0,003 0,077-0,083 III 0,143 0,167 0,143 0,151 0,014 0,0143-0,167 4 Suhu ( 0 C) I 28,7 29 29 28,9 0,173 28,7-29 II 29,8 30 30 29,9 0,115 29,8-30 III 30 31 31 30,7 0,577 30,31 5 Salinitas I 0 0 0 0 II 30 30 0 30 III 32 32 0 32 6 DO (mg/l) I 6,5 6,1 6,4 6,3 0,208 6,1-6,5 II 6,1 5,8 5,9 5,9 0,153 5,8-6,1 III 5,5 6 5,8 5,8 0,252 5,5-6 7 ph I 7,1 7,4 7,3 7,3 0,153 7,1-7,4 II 8,2 8,6 8,7 8,5 0,265 8,2-8,7 III 8, 3 8,4 8,6 8,4 0,153 8,3-8,6 8 H 2 S (mg/l) I 0.0069 0.0078 0.0088 0.0078 0.001 0.0069-0.0088 II 0.016 0.019 0.021 0.0187 0.003 0.016-0.021 III 0.0022 0.0026 0.0029 0.0026 0.001 0.0022-0.0029 9 BOD 5 (mg/l) I 7 6 7 7 0.577 6-7 II 70 60 68 66 5.292 60-70 III 33 27 27 29 3.464 27-33 10 COD (mg/l) I 37 30 37 35 4.041 30-37 II 295 294 243 277 29.738 243-295 III 176 146 136 153 20.817 136-176 Tingginya kandungan COD pada ketiga stasiun dipengaruhi oleh degradasi bahan organik maupun anorganik yang berasal dari aktivitas masyarakat di sekitar sungai maupun limbah yang dihasilkan oleh industri tidak terolah dengan baik. Tingginya kandungan COD pada air tanah sangat dipengaruhi oleh tingginya BOD. Akan tetapi BOD karena selain sumbernya dari bahan organik juga berasal dari bahan anorganik hasil degradasi mikrobia yang terakumulasi dengan air (Sunu (2004) dalam Sundra (2006)). Akibat dari kandungan COD yang berlebihan pada suatu perairan akan sama halnya dengan kandungan BOD yaitu akan berpengaruh terhadap menurunnya kandungan oksigen terlarut (DO) sehingga akan berpengaruh pada menurunnya kualitas perairan (Peavy (1986) dalam Sundra (2006)). Kualitas air Sungai Babon dari stasiun I, stasiun II dan stasiun III memiliki kondisi perairan yang buruk untuk kegiatan perikanan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari BLH Propinsi Jawa Tengah (2005) yang mengatakan bahwa dengan menggunakan Metode Storet ternyata kuaitas air di sungai Babon apabila dinilai dengan standar baku mutu kelas II termasuk dalam kelas D. Hal tersebut ditafsirkan sebagai cemar berat. Parameter Kualitas Air Sungai Babon yang memiliki kisaran nilai kecerahan 24,3-31 cm, penetrasi dan absorbsi di perairan tersebut akan berlangsung tidak 41

optimal, sehingga produktivitas primer tidak berjalan secara optimal yang mengakibatkan perairan tersebut tidak layak untuk kehidupan organisme. Menurut Asmawi (1983), nilai kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan adalah lebih besar dari 0,45m. Kandungan oksigen yang terdapat di Sungai Babon (5,5-6,5 mg/l) masih dapat ditolerir oleh organisme perairan untuk hidup di perairan tersebut. Sesuai dengan pendapat Kristanto (2004), kehidupan air dapat bertahan jika terdapat oksigen terlarut minimal 5 mg/l, selebihnya bergantung pada ketahanan organisme, derajat keaktifannya, kehadiran bahan pencemar, dan fluktuasi suhu. Nilai ph yang didapat selama penelitian masih dalam kisaran baku mutu kelas II PP No.82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran yaitu berkisar antara 6-9. perairan yang tercemar berat memiliki ph kurang dari 5 atau melebihi 9 (Manik, 2003). Nilai H 2 S yang didapatkan (0.002-0.02) masih dalam batas kelayakan Menurut Ahmad, et.al (2000), pada kondisi H 2 S sebesar 0,1-0,2 mg/l ikan akan keracunan H 2 S dan dapat membahayakan organisme. Biological Oxygen Demand (BOD) adalah angka indeks oksigen yang diperlukan oleh bahan pencemar yang dapat teruraikan (biodegradable pollutant) di dalam suatu perairan selama berlangsungnya proses dekomposisi aerobik (Asdak, 2002). BOD 5 yang didapatkan selama penelitian melebihi batas baku mutu kelas II PP No.82 Tahun 2001 yaitu sebesar 3 mg/l. Nilai COD yang didapat selama penelitian (30-295 mg/l) melebihi batas baku mutu kelas II PP No.82 Tahun 2001 yaitu sebesar 25 mg/l. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penilaian status mutu air dengan Metode Storet, total skor stasiun I adalah -32, stasiun II adalah -38 dan stasiun III adalah -32. Semua nilai yang diperoleh dari ketiga stasiun tersebut termasuk dalam kelas D dengan skor > -30, sehingga dapat disimpulkan bahwa mutu air di perairan Sungai Babon Semarang adalah buruk dengan kondisi perairan tercemar berat. 2. Dari hasil analisis data penelitian didukung data yang diperoleh dari BLH Kota Semarang dari Bulan Mei 2005 sampai dengan Bulan Agustus 2005, jumlah parameter kualitas air yang melampaui baku mutu kelas II (baku mutu untuk perikanan) menurut PPRI No.82 Tahun 2001 untuk air Sungai Babon adalah Hidrogen Sulfida (H 2 S), BOD dan COD. UCAPAN TERIMA KASIH Kami mengucapkan terima kasih kepada V.V. Cynthia P.C dan Utsman Kusnandar atas bantuan tersusunnya publikasi ini. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, T ; Erna R, dan M. Jamil R, Yakob, 2000. Budidaya Bandeng Secara Intensif. Penerbit Swadaya. Jakarta. Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan dalam Karamba. PT. Gramedia, Jakarta. Badan Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Tengah dan Program Pengelolaan Lingkungan Hidup Indonesia-Jerman (ProLH-GTZ). 2005. Rencana Pengelolaan Kualitas Air Daerah Aliran Sungai Babon. Semarang. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.115 tahun 2003 tentang Penetapan Status Mutu Air. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta. Manik, K. 2003. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penerbit Djambatan, Jakarta. Peraturan Pemerintah No. 82. Tahun 2001. tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kementrian lingkungan Hidup. Jakarta. Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualiatas Perairan. Bidang Dinamika Laut Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta. Sundra, I K. 2006. Kualitas Air Bawah Tanah di wilayah Pesisir Kabupaten Badung, [akses online tanggal 2 Maret 2008],http://www.lablink.or.id/Hidro/Sik lus/air-siklus.htm. 42

Lampiran 1. Skor Mutu Kualitas Air Menurut Sistem Nilai STORET di Stasiun 1 SUNGAI Babon Semarang Menurut Baku Mutu Kelas II (PP No.82/2001). Hasil Pengukuran No Parameter Satuan Baku mutu Skor maksimum minimum rata-rata Fisika 1 TDS mg/l 430 220 308,75 2 Suhu o C ±3 34 29 30,9 0 3 Kecerahan m 25 24 24,3 Kimia 4 DO mg/l 4 6,3 4,02 4,77 0 5 ph 6-9,1 7,7 6 6,88 0 6 As mg/l 1 < 0,002 < 0,002 < 0,002 0 7 Hg mg/l 0,002 < 0,001 < 0,001 < 0,001 0 8 Ba mg/l < 0,1 < 0,1 < 0,1 9 Cd mg/l 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 0 10 Cu mg/l 0,05 < 0,05 < 0,05 < 0,05 0 11 Zn mg/l 0,05 < 0,05 < 0,05 < 0,05 0 12 Cr mg/l 0,05 0,0086 < 0,0001 0,0014 0 13 Pb mg/l 0,03 < 0,3 < 0,01 0,055-8 14 Fe mg/l < 0,3 < 0,01 0,155 15 Ttl F sbg P mg/l 0,2 0,1709 0,0865 0,1079 0 16 Co mg/l 0,2 < 0,05 < 0,02 0,03 0 17 H 2 S mg/l 0,002 0,4023 0,0019 0,0848-8 18 CN mg/l 0,02 < 0,02 < 0,002 0,006 0 19 Mn mg/l 0,3742 0,0044 0,2681 20 NO 3 mg/l 10 1,121 0,0324 0,3302 21 NO 2 mg/l 0,06 0,5676 0,0171 0,0965-8 22 Fenol mg/l 1 < 0,5 < 0,005 0,25 23 NH 3 mg/l 2,486 0,007 0,6879 24 SO 4 mg/l 321,786 26,079 107,555 25 Mnyk&lmk mg/l 1000 < 0,5 0,1 0,2125 26 Cl mg/l 30,33 11,855 17,553 27 BOD mg/l 3 17 3 9,125-8 28 COD mg/l 25 48,8 7,35 24,015 Total Skor -32 43

Lampiran 2. Skor Mutu Kualitas Air Menurut Sistem Nilai STORET di Stasiun 2 Sungai Babon Semarang Menurut Baku Mutu Kelas II (PP No.82/2001). No Parameter Satuan Baku mutu Hasil Pengukuran maksimum minimum rata-rata Skor Fisika 1 TDS mg/l 3079 280 1099,25 2 Suhu o C ±3 34 30 31,5 0 3 Kecerahan m 38 28 31,7 Kimia 4 DO mg/l 4 5,9 4,01 4,69 0 5 ph 6-9,1 9 6 7,4 0 6 As mg/l 1 < 0,002 < 0,002 < 0,002 0 7 Hg mg/l 0,002 < 0,001 < 0,001 < 0,001 0 8 Ba mg/l < 0,1 < 0,1 < 0,1 9 Cd mg/l 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 0 10 Cu mg/l 0,05 < 0,05 < 0,05 < 0,05 0 11 Zn mg/l 0,05 < 0,05 < 0,05 < 0,05 0 12 Cr mg/l 0,05 0,0038 < 0,0001 0,0009 0 13 Pb mg/l 0,03 < 0,03 < 0,01 0,02 0 14 Fe mg/l < 0,3 < 0,01 0,02 15 Ttl F sbg P mg/l 0,2 0,2443 0,0805 0,1231-2 16 Co mg/l 0,2 < 0,05 < 0,02 0,03 0 17 H 2 S mg/l 0,002 0,4023 0,0038 0,111-10 18 CN mg/l 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,02 0 19 Mn mg/l 1,553 < 0,01 0,4446 20 NO 3 mg/l 10 0,9438 < 0,1 0,3026 0 21 NO 2 mg/l 0,06 0,3749 0,0059 0,0853-8 22 Fenol mg/l 1 < 0,5 < 0,005 0,25 0 23 NH 3 mg/l < 0,25 0,0435 0,1219 24 SO 4 mg/l 399,2 20,90 204,157 25 Mnyk&lmk mg/l 1000 < 0,5 0,19 0,231 0 26 Cl mg/l 16615,66 18,53 6336,9 27 BOD mg/l 3 66 5 25,25-10 28 COD mg/l 25 277 7,35 76,069-8 Total Skor -38 44

Lampiran 3. Skor Mutu Kualitas Air Menurut Sistem Nilai STORET di Stasiun 3 Sungai Babon Semarang Menurut Baku Mutu Kelas II (PP No.82/2001). No Parameter Satuan Baku mutu Hasil Pengukuran Skor Fisika maksimum minimum rata-rata 1 TDS mg/l 3260 280 1115,9 2 Suhu o C ±3 34 30 31 0 3 Kecerahan m 30 26 27,3 Kimia 4 DO mg/l 4 5,9 4,03 4,76 0 5 ph 6-9,1 8,4 6 7,175 0 6 As mg/l 1 < 0,002 < 0,002 < 0,002 0 7 Hg mg/l 0,002 < 0,001 < 0,001 < 0,001 0 8 Ba mg/l < 0,1 < 0,1 < 0,1 9 Cd mg/l 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 0 10 Cu mg/l 0,05 < 0,05 < 0,05 < 0,05 0 11 Zn mg/l 0,05 < 0,05 < 0,05 < 0,05 0 12 Cr mg/l 0,05 0,0036 < 0,0001 0,0008 0 13 Pb mg/l 0,03 < 0,03 < 0,01 0,0175 0 14 Fe mg/l < 0,3 < 0,01 0,155 15 Ttl F sbg P mg/l 0,2 0,1872 0,0784 0,11375 0 16 Co mg/l 0,2 < 0,05 < 0,02 0,03 0 17 H 2 S mg/l 0,002 0,1341 0,0025 0,0928-8 18 CN mg/l 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,02 0 19 Mn mg/l 1,586 < 0,01 0,452 20 NO 3 mg/l 10 1,164 < 0,1 0,3674 0 21 NO 2 mg/l 0,06 0,4589 0,005 0,1158-8 22 Fenol mg/l 1 < 0,5 < 0,005 0,25 0 23 NH 3 mg/l 4,947 0,0435 0,8419 24 SO 4 mg/l 399,6 24,44 195,164 25 Mnyk&lmk mg/l 1000 0,68 0,13 0,3425 0 26 Cl mg/l 21900,3 21,38 6981,6 27 BOD mg/l 3 39 5 19,625-8 28 COD mg/l 25 153 14,71 58,88-8 Total Skor -32 45