BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pembangunan di Indonesia diarahkan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

TIPOLOGI DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI WILAYAH JAWA BAGIAN BARAT Oleh: Endang Setiasih 1)

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Timur dan Tenggara. Negara-negara dengan sebutan Newly Industrializing Countries

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011

BERITA RESMI STATISTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat merasakan kesejahteraan dengan cara mengelola potensi-potensi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi.

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER KOTA BEKASI TAHUN 2013

ANALISIS KONTRIBUSI DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI JAWA BARAT

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

BERITA RESMI STATISTIK

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS RELATIF DAN ANALISIS TINGKAT UPAH TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI JAWA BARAT

Jumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai perusahaan penyedia listrik milik pemerintah di tanah air, PT.

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. Tujuan

4 DINAMIKA PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN JAWA BARAT

GAMBARAN UMUM DAERAH PENGHASIL MIGAS

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

ANALISIS SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT OLEH VINA TRISEPTINA H

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pembangunan dan pelayanan atas dasar keuangan sendiri (Anzar, tangan dari pemerintah pusat (Fitriyanti & Pratolo, 2009).

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2014 (dalam rupiah)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. dalam perekonomian Indonesia. Masalah kemiskinan, pengangguran, pendapatan

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

EVALUASI PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) PROVINSI JAWA BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT

SISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. daerah, karenanya pembangunan lebih diarahkan ke daerah-daerah, sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

MODAL DASAR PD.BPR/PD.PK HASIL KONSOLIDISASI ATAU MERGER

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

BAB VI PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

PROFIL PEMBANGUNAN JAWA BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

BAB V ANALISA PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (dalam rupiah)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

CAPAIAN INDIKATOR MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN AREA MANAJEMEN TRIWULAN I TAHUN 2016

Transkripsi:

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT 5.1. PDRB Antar Kabupaten/ Kota oda perekonomian yang bergulir di Jawa Barat, selama tahun 2007 merupakan tolak ukur keberhasilan pembangunan Jabar. Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2007 yang mencapai 6,41 persen, merupakan suatu keberhasilan pembangunan yang tentu saja sangat ditentukan oleh kinerja perekonomian kabupaten/kota. Peranan ekonomi kabupaten/kota terhadap perekonomian Jawa Barat selama tahun 2007 yang tergambarkan dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terlihat sangat variatif, sehingga kita bisa membandingkan wilayah-wilayah mana yang memberikan kontribusi yang dominan dan yang kurang dominan terhadap perekonomian Jabar. Pada bagian ini akan diuraikan kinerja PDRB kabupaten/kota se-jawa Barat berdasarkan perbandingan indikator-indikator pokok masing-masing daerah terhadap daerah lainnya maupun terhadap provinsi. Dengan demikian. hasil uraian ini diharapkan dapat memberikan gambaran posisi masing-masing perekonomian kabupaten/kota. Untuk mengamati posisi relatif kinerja perekonomian kabupaten/kota terhadap kabupaten/kota lainnya dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel tersebut memperlihatkan kontribusi PDRB kab/kota terhadap total PDRB se Jawa Barat. Kisaran kontribusi PDRB dengan minyak dan gas bumi (migas) kabupaten/kota yaitu antara 0,26 persen sampai 15,04 persen. sedangkan kontribusi PDRB tanpa migas berkisar antara 0,28 persen sampai 15,63 persen. PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 51

Kalau kita amati lebih jauh, lima besar kontributor utama PDRB kabupaten/kota dengan migas terhadap jumlah Jawa Barat tahun 2007 masingmasing adalah Kabupaten Bekasi (15,04 %), Kabupaten Bogor (10,33 %), Kota Bandung (10,30 %), Kabupaten Karawang (7,33 %), dan Kabupaten Indramayu (7,04 %). Tiga kontributor terkecil PDRB kabupaten/kota terhadap jumlah PDRB nya adalah Kota Banjar, Kota Sukabumi, dan Kabupaten Kuningan yaitu masingmasing sebesar (0,26 %), (0,65 %) dan (1,23 %). 52 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007

Tabel 5.1. Peringkat PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten/Kota Di Jawa Barat Tahun 2007 Termasuk Migas Tanpa Migas Rank PDRB Share PDRB Share Kab/Kota (Milyar (%) Kab/Kota (Milyar (%) Rp.) Rp.) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Bekasi 73.867,76 15,04 Bekasi 72.543,10 15,63 2 Bogor 50.700,21 10,33 Bogor 50.700,21 10,92 3 Kota Bandung 50.552,18 10,30 Kota Bandung 50.552,18 10,89 4 Karawang 35.975,94 7,33 Karawang 34.375,18 7,41 5 Indramayu 34,541,95 7,04 Bandung 32.957,66 7,10 6 Bandung 33.319,63 6,79 Kota Bekasi 25.419,18 5,48 7 Kota Bekasi 25.419,18 5,18 Garut 17.715,22 3,82 8 Garut 17.715,22 3,61 Sukabumi 14.237,43 3,07 9 Sukabumi 14.502,89 2,95 Cianjur 13.548,21 2,92 10 Cianjur 13.548,21 2,76 Cirebon 12.930,23 2,79 11 Cirebon 12.930,23 2,63 Ciamis 12.545,00 2,70 12 Ciamis 12.545,00 2,56 Indramayu 12.492,76 2,69 13 Bandung Barat 12.283,78 2,50 Bandung Barat 12.283,78 2,65 14 Subang 12.121,31 2,47 Purwakarta 11.271,57 2,43 15 Purwakarta 11.271,57 2,30 Subang 10.969,80 2,36 16 Kota Depok 10.426,08 2,12 Kota Depok 10.426,08 2,25 17 Tasikmalaya 9.261,88 1,89 Tasikmalaya 9.261,88 2,00 18 Kota Cimahi 9.223,56 1,88 Kota Cimahi 9.223,56 1,99 19 Kota Cirebon 9.102,82 1,85 Kota Cirebon 9.102,82 1,96 20 Sumedang 9.034,57 1,84 Sumedang 9.034,57 1,95 21 Kota Bogor 8.558,04 1,74 Kota Bogor 8.558,04 1,84 22 Majalengka 7.250,60 1,48 Majalengka 7.111,04 1,53 23 Kota Tasikmalaya 6.353,91 1,29 Kota Tasikmalaya 6.353,91 1,37 24 Kuningan 6.023,54 1,23 Kuningan 6.023,54 1,30 25 Kota Sukabumi 3.172,97 0,65 Kota Sukabumi 3.172,97 0,68 26 Kota Banjar 1.290,03 0,26 Kota Banjar 1.290,03 0,28 Total Kab/Kota 490.993,07 100,00 Total Kab/Kota 464.099,96 100,00 Namun demikian, apabila dicermati dari PDRB tanpa migas, terjadi pergeseran posisi peranan yang cukup signifikan bagi Kabupaten Indramayu. PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 53

Peranan PDRB Kabupaten Indramayu dengan migas terhadap total PDRB kabupaten/kota berada pada posisi kelima (7,04 %), namun apabila migasnya dikeluarkan posisinya turun menjadi ke duabelas (2,69 %) tergeser oleh Kabupaten Bandung. Hal ini bisa dijelaskan, karena sektor pertambangan dan industri migas di Kabupaten Indramayu sangat dominan terhadap struktur perekonomiannya. Grafik 5.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2007 (Termasuk Migas) 80,000 70,000 60,000 50,000 Milyar Rp. 40,000 30,000 20,000 10,000 0 Bekasi Bogor Kt Bdng Indramayu Karawang Bandung Kt Bekasi Garut Sukabumi Cianjur Cirebon Bdng Barat Ciamis Subang Purwakarta Kt Depok Kt Cimahi Tasikmalaya Sumedang Kt Cirebon Kt Bogor Majalengka Kt Tskmlya Kuningan Kt Sukabumi Kt Banjar 54 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007

Namun demikian, berbeda halnya dengan enam kabupaten lainnya yang memiliki migas tetapi tidak terlalu mempengaruhi posisinya apabila migasnya dikeluarkan dari PDRB kabupaten tersebut. Hal ini disebabkan kontribusi migas di enam kabupaten (Kabupaten Bandung, Bekasi, Sukabumi, Karawang, Majalengka dan Subang) tidak signifikan. Kabupaten Bekasi, Karawang dan Majalengka menempati posisi yang sama, dan Kabupaten Bandung serta Sukabumi masingmasing naik satu posisi. sedangkan Kabupaten Subang turun satu posisi dalam peringkat PDRB. Apabila kita perhatikan dari tabel 5.1 PDRB dengan migas, lima kabupaten posisi teratas dengan kontribusi terbesar terhadap PDRB Jawa barat masing-masing adalah Kabupaten Bekasi dengan kontribusinya sebesar 15,63 persen, Kabupaten Bogor sebesar 10,92 persen, Kota Bandung sebesar 10,89 persen, Kabupaten Karawang sebesar 7,41 persen dan Kabupaten Bandung sebesar 7,10 persen. Kalau kita amati lebih seksama dari kabupaten/kota yang memberikan peranan yang sangat dominan terhadap perekonomian Jawa Barat tersebut, ternyata sebagian besar PDRB yang tercipta di wilayahnya merupakan wilayah industrialisasi dan perdagangan, dan sektor-sektor tersebut merupakan sektor andalan di Jawa Barat. 5.2. Struktur Perekonomian Daerah Peranan sektor ekonomi suatu daerah terhadap pembentukan PDRB menggambarkan potensi perekonomian suatu wilayah. Tingginya peranan suatu sektor dalam perekonomian, akan memberikan gambaran bahwa sektor tersebut merupakan sektor andalan wilayah tersebut yang terus dapat dikembangkan dan dapat menjadi pendorong roda perekonomian agar semakin berkembang. Kalau kita perhatikan dari tabel 5.2, secara umum. yang menjadi mesin pertumbuhan ekonomi Jawa Barat adalah sektor industri pengolahan. Hal ini dilihat dari peranan sektor industri yang tetap mendominasi perekonomian Jawa Barat dari PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 55

tahun ke tahun. Sektor industri tersebut, disamping mendominasi perekonomian Jawa Barat, juga memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap industri nasional. Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor industri merupakan salah satu sektor andalan perekonomian nasional. Struktur perekonomian kabupaten/kota di Jawa Barat memiliki perbedaan karakteristik yang cukup beragam. Hal ini disebabkan adanya pengaruh kondisi geografis dan potensi di masing-masing wilayah. Kondisi geografis yang sebagian besar wilayahnya memiliki karakteristik pedesaan, cenderung dominan pada sektor pertanian dalam penciptaan Nilai Tambah Bruto dalam PDRB nya, sedangkan karakteristik perkotaan banyak yang didominasi oleh sektor perindustrian dan perdagangan. 56 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007

Tabel 5.2. Peranan Nilai Tambah Bruto Sektor Terhadap Total PDRB Setiap Kabupaten/Kota Tahun 2007 Termasuk Migas (Persen) No SEKTOR Kabupaten/ Kota Pertam Pertanian Industri Perdagangan Lainnya bangan Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Kabupaten : 1 Bogor 4,81 1,15 63,72 15,85 14,47 100,00 2 Sukabumi 33,21 4,72 16,86 22,23 22,98 100,00 3 Cianjur 42,98 0,14 2,94 24,18 29,77 100,00 4 Bandung 7,40 1,26 60,49 15,34 15,51 100,00 5 Garut 47,90 0,13 6,90 25,96 19,10 100,00 6 Tasikmalaya 47,61 0,26 8,14 21,99 22,01 100,00 7 Ciamis 32,01 0,38 6,68 24,66 36,28 100,00 8 Kuningan 33,18 0,92 2,05 19,74 44,10 100,00 9 Cirebon 30,16 0,42 15,48 20,50 33,44 100,00 10 Majalengka 33,87 3,83 15,16 17,30 29,84 100,00 11 Sumedang 29,02 0,14 23,58 25,78 21,48 100,00 12 Indramayu 13,54 25,04 40,62 12,33 8,47 100,00 13 Subang 37,89 9,57 12,43 19,38 20,73 100,00 14 Purwakarta 9,97 0,15 46,90 24,39 18,59 100,00 15 Karawang 8,67 4,60 53,80 17,66 15,27 100,00 16 Bekasi 2,03 1,81 79,82 8,52 7,81 100,00 17 Bandung Barat 10,58 0,45 46,90 18,46 23,60 100,00 Kota : 17 Bogor 0,24 0,00 24,69 40,15 34,92 100,00 18 Sukabumi 4,65 0,01 5,07 43,46 46,82 100,00 19 Bandung 0,28 0,00 26,52 39,73 33,47 100,00 20 Cirebon 0,31 0,00 31,92 33,16 34,62 100,00 21 Bekasi 0,85 0,00 46,29 28,57 24,30 100,00 22 Depok 2,47 0,00 37,03 33,67 26,83 100,00 23 Cimahi 0,15 0,00 59,72 19,34 20,79 100,00 24 Tasikmalaya 7,77 0,01 14,58 29,96 47,69 100,00 25 Banjar 17,86 0,33 12,05 32,18 37,58 100,00 Jawa Barat 11,95 2,40 44,97 19,13 21,55 100,00 Sektor perdagangan juga merupakan kontributor yang cukup dominan di Jawa Barat, yaitu menyumbang sebesar 19,13 persen terhadap pembentukan PDRB di seluruh kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007. Dominasi sektor perdagangan lebih terkonsentrasi pada daerah kota, seperti Kota Sukabumi (43,46 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 57

%), Kota Bogor (40,15 %), Kota Bandung (39,73 %), Kota Cirebon (33,16 %), Kota Depok (33,67 %), dan Kota Banjar (32,18 %). Apabila dicermati lebih jauh, perbedaan struktur ekonomi kabupaten/ kota juga dipengaruhi oleh adanya pertambangan dan industri migas di beberapa kabupaten. Industri migas mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap kabupaten terutama di Kabupaten Indramayu. Struktur perekonomian akan bergeser apabila sektor pertambangan dan industri migas ini dikeluarkan dari PDRB kabupaten yang bersangkutan. Secara makro tampak bahwa sampai tahun 2007, sektor industri pengolahan merupakan sektor dominan terhadap perekonomian seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat. Sektor ini memberikan kontribusi sebesar 44,97 persen terhadap perekonomian Jawa Barat. Begitu pula di beberapa kabupaten kota sektor industri menjadi andalan perekonomian wilayahnya. Dari Tabel 5.2. terlihat bahwa 5 kabupaten/kota yang memiliki potensi ekonomi di sektor industri pengolahan atau peranan sektor industri pengolahan yang paling dominan di daerahnya, antara lain; Kabupaten Bekasi (79,82 %), Kabupaten Bogor (63,72 %), Kabupaten Bandung (60,49 %), Kota Cimahi (59,72 %), dan Kabupaten Karawang (53,80 %). Hal ini memberikan gambaran bahwa di daerahdaerah tersebut terdapat kawasan-kawasan industri yang mampu mendorong roda perekonomiannya. Pada tahun 2007, dominasi peranan sektor pertanian terdapat di 10 kabupaten dari 16 kabupaten yang ada di Jawa Barat. Ke sepuluh kabupaten tersebut yaitu: Kabupaten Garut (47,90 %), Tasikmalaya (47,61 %), Cianjur (42,98 %), Subang (37,89 %), Majalengka (33,87 %), Sukabumi (33,21 %), Kuningan (33,18 %), Ciamis (32,01 %), Cirebon (30,16 %) dan Sumedang (29,02 %), kondisi ini tidak jauh berbeda seperti tahun sebelumnya. Khusus Kabupaten Indramayu, apabila nilai tambah migas dikeluarkan dari penghitungan PDRB, tampak sektor pertanian merupakan kontributor yang sangat 58 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007

dominan. yaitu menyumbang sebesar 37,45 persen terhadap pembentukan PDRB di daerahnya (Tabel 5.3.). Tabel 5.3. Peranan Nilai Tambah Bruto Sektor Terhadap Total PDRB Setiap Kabupaten/Kota Tahun 2007 Tanpa Migas (Persen) No SEKTOR Kabupaten/ Kota Pertambangan -an Perdagang Pertanian Industri Lainnya Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Kabupaten : 1 Bogor 4,81 1,15 63,72 15,85 14,47 100,00 2 Sukabumi 33,83 2,94 17,18 22,65 23,41 100,00 3 Cianjur 42,98 0,14 2,94 24,18 29,77 100,00 4 Bandung 7,48 0,17 61,15 15,51 15,68 100,00 5 Garut 47,90 0,13 6,90 25,96 19,10 100,00 6 Tasikmalaya 47,61 0,26 8,14 21,99 22,01 100,00 7 Ciamis 32,01 0,38 6,68 24,66 36,28 100,00 8 Kuningan 33,18 0,92 2,05 19,74 44,10 100,00 9 Cirebon 30,16 0,42 15,48 20,50 33,44 100,00 10 Majalengka 34,54 1,94 15,46 17,64 30,42 100,00 11 Sumedang 29,02 0,14 23,58 25,78 21,48 100,00 12 Indramayu 37,45 0,22 4,83 34,08 23,42 100,00 13 Subang 41,87 0,07 13,73 21,42 22,91 100,00 14 Purwakarta 9,97 0,15 46,90 24,39 18,59 100,00 15 Karawang 9,08 0,16 56,30 18,48 15,98 100,00 16 Bekasi 2,03 1,81 79,82 8,52 7,81 100,00 17 Bandung Barat 10,58 0,45 46,90 18,46 23,60 100,00 Kota : 17 Bogor 0,24 0,00 24,69 40,15 34,92 100,00 18 Sukabumi 4,65 0,01 5,07 43,46 46,82 100,00 19 Bandung 0,28 0,00 26,52 39,73 33,47 100,00 20 Cirebon 0,31 0,00 31,92 33,16 34,62 100,00 21 Bekasi 0,85 0,00 46,29 28,57 24,30 100,00 22 Depok 2,47 0,00 37,03 33,67 26,83 100,00 23 Cimahi 0,15 0,00 59,72 19,34 20,79 100,00 24 Tasikmalaya 7,77 0,01 14,58 29,96 47,69 100,00 25 Banjar 17,86 0,33 12,05 32,18 37,58 100,00 Jawa Barat 12,54 0,25 44,51 20,08 22,61 100,00 Sektor pertambangan dan penggalian menyumbang 2,40 persen pada tahun 2007 terhadap PDRB di Jawa Barat. Namun apabila migasnya dikeluarkan maka PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 59

sektor ini hanya mampu menyumbang terhadap PDRB sebesar 0,25 persen. Sumbangan nilai tambah terbesar dari sektor pertambangan berasal dari Kabupaten Indramayu yang merupakan penghasil migas yang cukup besar. Peranan sektoral termasuk migas di tiap kabupaten/kota di Jawa Barat pada tahun 2007 dapat dilihat pada Grafik di bawah ini. Grafik 5.2. Peranan Nilai Tambah Bruto Sektor Pertanian Terhadap Total PDRB Kabupaten/Kota Tahun 2007 (Termasuk Migas) Persen 50 47.5 45 42.5 40 37.5 35 32.5 30 27.5 25 22.5 20 17.5 15 12.5 10 7.5 5 2.5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Kabupaten/Kota 60 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007

Persen 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Grafik 5.3. Peranan Nilai Tambah Bruto Sektor Industri Pengolahan Terhadap Total PDRB Kabupaten/Kota Tahun 2007 (Termasuk Migas) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Kabupaten/Kota PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 61

45 Grafik 5.4. Peranan Nilai Tambah Bruto Sektor Perdagangan Terhadap Total PDRB Kabupaten/Kota Tahun 2007 (Termasuk Migas) 40 35 30 Persen 25 20 15 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Kabupaten/Kota 62 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007

50 Grafik 5.5. Peranan Nilai Tambah Bruto Sektor Lainnya (Pertambangan, LGA, Bangunan, Angkutan, Keuangan & Jasa-jasa) Terhadap Total PDRB Kabupaten/Kota Tahun 2007 (Termasuk Migas) 45 40 35 Persen 30 25 20 15 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Kabupaten/Kota 5.3 Pertumbuhan Ekonomi Laju Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2007, yang diukur dari kenaikan PDRB atas dasar harga konstan 2000 mencapai 6,41 persen. Pertumbuhan tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2006 yang tumbuh sebesar 6,02 persen. Sedangkan pertumbuhan perekonomian di kabupaten/kota di Jawa Barat pada tahun 2007 mempunyai besaran dengan kisaran 2,65 sampai 8,24 persen. PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 63

Tabel 5.4. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005-2007 Termasuk Migas (Persen) No Kabupaten/Kota 2005 2006 *) 2007 **) (1) (2) (3) (4) (5) 1 Bogor 5,85 5,95 6,04 2 Sukabumi 4,35 3,92 4,19 3 Cianjur 3,82 3,34 4,22 4 Bandung 5,78 5,80 5,92 5 Garut 4,16 4,11 4,76 6 Tasikmalaya 3,83 4,01 4,33 7 Ciamis 4,58 3,84 5,01 8 Kuningan 4,08 4,13 4,22 9 Cirebon 5,06 5,14 5,37 10 Majalengka 4,46 4,18 4,87 11 Sumedang 4,52 4,17 4,64 12 Indramayu -7,82 2,42 2,65 13 Subang 6,97 3,75 5,09 14 Purwakarta 3,51 3,87 3,90 15 Karawang 7,87 7,52 7,11 16 Bekasi 6,01 5,99 6,14 17 Bandung Barat 4,93 5,14 5,36 18 Kota. Bogor 6,12 6,03 6,09 19 Kota. Sukabumi 5,95 6,23 6,51 20 Kota. Bandung 7,53 7,83 8,24 21 Kota. Cirebon 4,89 5,54 6,17 22 Kota. Bekasi 5,65 6,07 6,44 23 Kota Depok 6,96 6,65 6,95 24 Kota Cimahi 4,56 4,82 5,03 25 Kota Tasikmalaya 4,02 5,11 5,98 26 Kota Banjar 4,63 4,71 4,93 Jawa Barat 5,60 6,02 6,41 Keterangan : *) Angka perbaikan **) Angka sementara Kalu kita perhatikan LPE kabupaten/kota seperti pada Tabel 5.4. yaitu LPE atas dasar harga konstan 2000 termasuk migas, tiga besar dengan LPE tertinggi dicapai oleh masing-masing: Kota Bandung sebesar 8,24 persen, Kabupaten Karawang 7,11 persen dan Kota Depok sebesar 7,04 persen. Tidak berbeda dengan tahun sebelumnya, untuk Kabupaten Indramayu pada 64 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007

tahun 2007 masih memiliki LPE terkecil yaitu sebesar 2,65 persen. Kalau kita perhatikan lebih jauh lagi, kondisi tersebut ternyata sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan migas, apabila migasnya dikeluarkan LPE Kabupaten Indramayu mampu tumbuh sebesar 5,62 persen. Tabel 5.5. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005-2007 Tanpa Migas (Persen) No Kabupaten/Kota 2005 2006 *) 2007 **) (1) (2) (5) (6) (7) 1 Bogor 5,85 5,95 6,04 2 Sukabumi 4,33 3,98 4,20 3 Cianjur 3,82 3,34 4,22 4 Bandung 5,81 5,82 5,93 5 Garut 4,16 4,11 4,76 6 Tasikmalaya 3,83 4,01 4,33 7 Ciamis 4,58 3,84 5,01 8 Kuningan 4,08 4,13 4,22 9 Cirebon 5,06 5,14 5,37 10 Majalengka 4,47 4,26 4,86 11 Sumedang 4,52 4,17 4,64 12 Indramayu 4,25 5,10 5,62 13 Subang 5,95 5,04 5,12 14 Purwakarta 3,51 3,87 3,90 15 Karawang 7,42 7,55 7,75 16 Bekasi 5,84 6,02 6,26 17 Bandung Barat 4,93 5,14 5,36 18 Kota. Bogor 6,12 6,03 6,09 19 Kota. Sukabumi 5,95 6,23 6,51 20 Kota. Bandung 7,53 7,83 8,24 21 Kota. Cirebon 4,89 5,54 6,17 22 Kota. Bekasi 5,65 6,07 6,44 23 Kota Depok 6,96 6,65 7,04 24 Kota Cimahi 4,56 4,82 5,03 25 Kota Tasikmalaya 4,02 5,11 5,98 26 Kota Banjar 4,63 4,71 4,93 Jawa Barat 6,23 6,31 6,86 Keterangan : *) Angka perbaikan **) Angka sementara PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 65

Untuk beberapa kabupaten/kota lainnya yang mempunyai migas perbedaan LPE nya dapat dilihat pada tabel 5.5. LPE (Persen) 8.5 8.25 8 7.75 7.5 7.25 7 6.75 6.5 6.25 6 5.75 5.5 5.25 5 4.75 4.5 4.25 4 3.75 3.5 3.25 3 2.75 2.5 2.25 2 Grafik 5.3 Diagram Pencar LPE Kabupaten/Kota termasuk Migas Tahun 2007 Bogor Sukabumi Bandung Garut Tasikmalaya Cianjur Ciamis Cirebon Subang Majalengka Sumedang Kuningan Indramayu Karawang Bekasi Kab/Kot Purwakarta Kt. Sukabumi Kt. Bogor Bandung Barat Kt. Bandung Kt. Cirebon Kt. Depok Kt. Bekasi Kt. Cimahi Jabar Kt. Tasikmalaya Kt. Banjar LPE Seperti terlihat pada grafik 5.3, apabila angka LPE Jawa Barat dijadikan base line, maka tampak dua kelompok kabupaten/kota menurut besaran LPE nya. Kelompok pertama adalah 5 kabupaten/kota dengan pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata (di atas angka Jawa Barat). Kelima kabupaten/kota tersebut adalah Kota Bandung, Kabupaten Karawang, Kota Depok., Kota Sukabumi dan Kota Bekasi, 66 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007

sedangkan kelompok kedua yaitu 21 kabupaten/kota dengan pertumbuhan di bawah rata-rata. Tabel 5.6 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Barat Termasuk Migas Tahun 2007 Laju Pertumbuhan Ekonomi 1) (%) 3.00 Kabupaten/Kota (1) (2) Indramayu 3.00-3.99 Purwakarta Sukabumi, Kuningan, Cianjur, Tasikmalaya, 4.00-4.99 Sumedang, Garut, Majalengka dan Kota Banjar. Ciamis, Kota Cimahi, Subang, Bandung Barat, 5.00 5.99 Cirebon, Bandung dan Kota Tasikmalaya. Bogor, Kota Bogor, Bekasi, Kota Cirebon, Kota 6.00 Bekasi, Kota Sukabumi, Kota Depok, Karawang dan Kota Bandung. Keterangan : 1) atas dasar harga Konstan 2000 Pada Tabel 5.6. disajikan LPE kabupaten/kota di Jawa Barat yang dibagi menjadi lima kelompok. Kelompok pertama dengan LPE kurang dari 3 yaitu, Kabupaten Indramayu, kelompok kedua dengan LPE antara 3-3.99 yaitu Kabupaten Purwakarta, kelompok ketiga dengan LPE 4-4.99 persen. ada 8 kabupaten/kota diantaranya: Sukabumi, Kuningan, Cianjur, Tasikmalaya, Sumedang, Garut, Majalengka dan Kota Banjar, sedangkan yang termasuk kelompok empat ada 7 kabupaten/kota dengan batasan LPE 5.00 5.99 persen diantaranya adalah: Ciamis, Kota Cimahi, Subang, Bandung Barat, Cirebon, Bandung dan Kota Tasikmalaya, dan kelompok terakhir dengan LPE diatas 6 persen diantaranya : PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 67

Bogor, Kota Bogor, Bekasi, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Sukabumi, Kota Depok, Karawang dan Kota Bandung. 5.4. PDRB Per Kapita PDRB per kapita merupakan rata-rata nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh setiap penduduk di suatu wilayah pada satu satuan waktu. Indikator PDRB per kapita ini sering digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu region walaupun sebenarnya masih kurang tepat. Semakin besar PDRB per kapita. secara kasar menunjukkan semakin tingginya tingkat kemakmuran penduduk pada wilayah tersebut. sebaliknya semakin rendah PDRB per kapita berarti kemakmuran penduduknya semakin rendah. Dari Tabel 5.7 diperlihatkan perkembangan PDRB per kapita dengan migas dan tanpa migas di tiap kabupaten/kota pada tahun 2000 dan 2007. Dengan demikian, akan tergambarkan perbandingan kesejahteraan masyarakat antar kabupaten/kota baik dengan migas maupun tanpa migas. Namun perlu disadari bahwa proporsi nilai tambah migas yang dinikmati oleh masyarakat di wilayah yang bersangkutan sangatlah kecil. Secara makro, PDRB perkapita atas dasar harga berlaku termasuk migas Jawa Barat mengalami kenaikan sebesar 148,77 persen yaitu dari Rp. 5,48 juta tahun 2000 menjadi Rp. 12,76 juta pada tahun 2007. Sedangkan PDRB perkapita atas dasar harga konstan tumbuh sebesar 21,13 persen yaitu dari Rp. 5.48 juta tahun 2000 menjadi Rp. 6,64 juta pada tahun 2007. 68 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007

Tabel 5.7. Perbandingan PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten/Kota Di Jawa Barat Tahun 2000 dan 2007 No Dengan Migas Tanpa Migas Kabupaten/ Kota 2000 2007 2000 2007 (Ribu Rp.) (Ribu Rp.) (%) (Ribu Rp.) (Ribu Rp.) (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Kabupaten : 1 Bogor 5.610,99 11.234,91 100,23 5.610,99 11.234,91 100,23 2 Sukabumi 2.833,34 6.114,00 115,79 2.780,97 6.002,09 115,83 3 Cianjur 2.911,11 6.259,06 115,01 2.911,11 6.259,06 115,01 4 Bandung 5.216,74 10.967,48 110,24 5.154,69 10.848,34 110,46 5 Garut 3.566,96 7.722,03 116,49 3.566,96 7.722,03 116,49 6 Tasikmalaya 2.895,19 6.665,93 130,24 2.895,19 6.665,93 130,24 7 Ciamis 3.304,91 8.076,72 144,39 3.304,91 8.076,72 144,39 8 Kuningan 2.669,99 5.846,27 118,96 2.669,99 5.846,27 118,96 9 Cirebon 2.629,20 6.051,00 130,15 2.629,20 6.051,00 130,15 10 Majalengka 2.593,99 6.213,69 139,54 2.542,20 6.094,09 139,72 11 Sumedang 3.818,77 8.473,82 121,90 3.818,77 8.473,82 121,90 12 Indramayu 8.140,46 20.590,63 152,94 2.974,27 7.447,00 150,38 13 Subang 3.275,61 8.573,78 161,75 3.062,30 7.759,28 153,38 14 Purwakarta 6.889,52 13.981,79 102,94 6.889,52 13.981,79 102,94 15 Karawang 5.532,27 17.719,22 220,29 5.532,27 16.930,80 206,04 16 Bekasi 18.844,11 32.835,03 74,25 18.844,11 32.246,21 71,12 17 Bandung Barat 3.836,82 8.226,34 114,41 3.836,82 8.226,34 114,41 Kota : 17 Bogor 3.558,26 9.975,45 180,35 3.558,26 9.975,45 180,35 18 Sukabumi 4.304,93 11.474,57 166,54 4.304,93 11.474,57 166,54 19 Bandung 6.999,66 22.050,43 215,02 6.999,66 22.050,43 215,02 20 Cirebon 14.560,89 31.374,42 115,47 14.560,89 31.374,42 115,47 21 Bekasi 5.451,06 11.632,88 113,41 5.451,06 11.632,88 113,41 22 Depok 3.051,69 7.198,76 135,89 3.051,69 7.198,76 135,89 23 Cimahi 9.397,51 17.403,93 85,20 9.397,51 17.403,93 85,20 24 Tasikmalaya 3.018,59 7.317,10 142,40 3.018,59 7.317,10 142,40 25 Banjar 3.098,11 7.707,18 148,77 3.098,11 7.707,18 148,77 Jawa Barat 5.484,99 12.759,73 132,63 5.177,70 12.158,99 134,83 Keterangan : = Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 69

Apabila dicermati dari nilai pendapatan perkapita atas dasar harga berlaku termasuk migas menurut kabupaten/kota di Jawa Barat, tampak bahwa Kabupaten Bekasi pada tahun 2007 menghasilkan PDRB perkapita terbesar yaitu sebesar Rp. 32,84 juta dengan pertumbuhan sebesar 74,25 persen dari tahun 2000. Sedangkan PDRB per kapita yang paling rendah terdapat di Kabupaten Kuningan yaitu hanya Rp. 5,85 juta dengan pertumbuhan dari tahun 2000 sebesar 118,96 persen, diikuti Kabupaten Cirebon dan Sukabumi masing-masing Rp. 6,05 juta dan Rp. 6,11 juta. Pertumbuhan pendapatan perkapita di kedua kabupaten tersebut masing-masing adalah 130,15 persen dan 115,79 persen. Pada Tabel 5.7 tersebut juga bisa diperhatikan bahwa PDRB perkapita Kabupaten Indramayu dengan migas mencapai Rp. 20,59 juta dengan pertumbuhan sebesar 152,94 persen dibandingkan tahun 2000, namun apabila dikeluarkan migasnya menjadi Rp. 7,45 juta dengan pertumbuhan sebesar 150,38 persen. Demikian pula dengan Kabupaten Subang. PDRB Perkapita dengan migas sebesar Rp. 8,57 juta menjadi Rp. 7,76 juta tanpa migas dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 161,75 % dan 153,38 %. Peningkatan PDRB perkapita di atas, masih belum menggambarkan secara riil kenaikan daya beli masyarakat di kabupaten/kota tersebut secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB perkapita. yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku, masih terkandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Untuk mengamati perkembangan daya beli masyarakat secara riil bisa digunakan PDRB per kapita yang dihitung atas dasar harga konstan. Dari penghitungan PDRB per kapita atas dasar harga konstan dengan migas, secara umum daya beli masyarakat di Jawa Barat mengalami peningkatan sebesar 21,13 persen. Sedangkan pertumbuhan pendapatan per kapita tanpa migas secara umum naik sebesar 24,49 persen. Peningkatan daya beli masyarakat tertinggi terjadi di Kota Bandung yaitu 55,43 persen, yang diikuti oleh Kabupaten Karawang yang tumbuh sebesar 48,45 70 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007

persen, dan di posisi ketiga ditempati oleh Kabupaten Subang yang mengalami pertumbuhan sebesar 41,89 persen dari tahun 2000 sampai 2007. Namun demikian apabila migas dikeluarkan maka Kabupaten Karawang dan Subang hanya mengalami peningkatan masing-masing sebesar 41,77 % dan 34,55 persen.. PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 71

Tabel 5.8. Perbandingan PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten/Kota Di Jawa Barat Tahun 2000 dan 2007 No Dengan Migas (Ribu Rp.) Tanpa Migas (Ribu Rp.) Kabupaten/ Kota 2000 2007 2000 2007 (%) (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Kabupaten : 1 Bogor 5.610,99 6.238,03 11,18 5.610,99 6.238,03 11,18 2 Sukabumi 2.833,34 3.252,34 14,79 2.780,97 3.196,35 14,94 3 Cianjur 2.911,11 3.393,72 16,58 2.911,11 3.393,72 16,58 4 Bandung 5.216,74 6.150,00 17,89 5.154,69 6.081,23 17,97 5 Garut 3.566,96 4.168,55 16,87 3.566,96 4.168,55 16,87 6 Tasikmalaya 2.895,19 3.387,45 17,00 2.895,19 3.387,45 17,00 7 Ciamis 3.304,91 4.134,69 25,11 3.304,91 4.134,69 25,11 8 Kuningan 2.669,99 3.368,83 26,17 2.669,99 3.368,83 26,17 9 Cirebon 2.629,20 3.289,04 25,10 2.629,20 3.289,04 25,10 10 Majalengka 2.593,99 3.312.86 27,71 2.542,20 3.244,30 27,62 11 Sumedang 3.818,77 4.607,02 20,64 3.818,77 4.607,02 20,64 12 Indramayu 8.140,46 7.723,16 (5,13) 2.974,27 3.861,40 29,83 13 Subang 3.275,61 4.647,75 41,89 3.062,30 4.120,42 34,55 14 Purwakarta 6.889,52 7.686,74 11,57 6.889,52 7.686,74 11,57 15 Karawang 5.532,27 8.212,83 48,45 5.532,27 7.843,20 41,77 16 Bekasi 18.844,11 20.661,00 9,64 18.844,11 20.405,72 8,29 17 Bandung Barat 3.836,82 4.525,01 17,94 3.836,82 4.525,01 17,94 Kota : 17 Bogor 3.558,26 4.677,35 31,45 3.558,26 4.677,35 31,45 18 Sukabumi 4.304,93 5.812,28 35,01 4.304,93 5.812,28 35,01 19 Bandung 6.999,66 10.879,28 55,43 6.999,66 10.879,28 55,43 20 Cirebon 14.560,89 19.000,00 30,49 14.560,89 19.000,00 30,49 21 Bekasi 5.451,06 6.066,11 11,28 5.451,06 6.066,11 11,28 22 Depok 3.051,69 3.741,06 22,59 3.051,69 3.741,06 22,59 23 Cimahi 9.397,51 10.639,40 13,22 9.397,51 10.639,40 13,22 24 Tasikmalaya 3.018,59 3.780,96 25,26 3.018,59 3.780,96 25,26 25 Banjar 3.098,11 3.861,42 24,64 3.098,11 3.861,42 24,64 Jawa Barat 5.484,99 6.643,80 21,13 5.177,70 6.445,91 24,49 Keterangan : = Pertumbuhan 72 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007

Sedangkan peningkatan daya beli masyarakat terendah terjadi di Kabupaten Indramayu yang hanya mengalami penurunan sebesar minus 5,13 persen. Namun apabila dihitung tanpa migas. daya beli masyarakat Indramayu naik sebesar 29,83 persen. Perbedaan PDRB perkapita atas dasar harga konstan 2000 dengan migas dan tanpa migas secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.8. Kelompok PDRB Perkapita (Rp. Juta) 2.00 2.99 Tabel 5.9. Pengelompokkan Kabupaten/Kota Berdasarkan Besaran PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000 dan 2007 (Tanpa Migas) Kabupaten/Kota 2000 2007 [1] [2] [3] Sukabumi. Cianjur. Tasikmalaya. Kuningan. Cirebon. Majalengka dan - Indramayu 3.00 3.99 Garut. Ciamis. Sumedang. Subang. Kota Bogor. Kota Depok. Kota Tasikmalaya. Bandung Barat dan Kota Banjar. 4.00 4.99 Kota. Sukabumi - - 5.00 Bandung. Bogor. Purwakarta. Karawang. Bekasi. Kota Bandung. Kota Cirebon. Kota Bekasi dan Kota Cimahi Jawa Barat (Rp. 5,18 juta) Jawa Barat (12,16 juta) Semua Kabupaten/Kota Pada Tabel 5.9 menunjukkan pengelompokkan PDRB per kapita berdasarkan beberapa level. Memasuki tahun 2007, terlihat bahwa seluruh kabupaten/kota PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 73

berada di atas level Rp. 5 juta. Pergeseran level PDRB perkapita dari tahun 2000 ke tahun 2007 ke level yang lebih tinggi terjadi di seluruh kabupaten/kota. Pada tahun 2000 masih terdapat 7 kabupaten/kota yang memiliki PDRB perkapita di bawah Rp. 3 juta. terdapat 9 Kabupaten/kota yang memiliki PDRB Perkapita pada level Rp. 3 juta sampai Rp. 3.99 juta. pada level Rp. 4 4.99 juta hanya terdapat satu kota. sedangkan pada level diatas Rp. 5 juta terdapat 9 kabupaten/kota. Memasuki tahun 2007. tampak bahwa level PDRB perkapita semua kabupaten/kota di atas Rp. 5 juta. Hal ini menunjukkan adanya perkembangan yang cukup baik dibandingkan dengan tahun 2000 dimana hanya terdapat 9 kabupaten/kota saja yang mempunyai pendapatan perkapita pada level diatas 5 juta. 5.5. Perbandingan LPE dan PDRB per Kapita Kinerja pembangunan masing-masing daerah dilihat dari aspek ekonomi dapat dilakukan dengan membandingkan posisi suatu kabupaten/kota terhadap Provinsi Jawa Barat. Di samping itu dengan mengetahui posisinya dapat pula dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Jawa Barat. Dengan demikian diharapkan suatu kabupaten/kota dapat mengevaluasi serta menggali potensi SDA dan SDM yang dimilikinya agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi sampai pada tingkat yang optimum. Di samping itu, untuk memudahkan dalam melihat posisi kabupaten/kota terhadap provinsi Jawa Barat. PDRB disajikan dalam bentuk tabel kuadran yang merupakan plot LPE dan PDRB per kapita. Tabel tersebut terdiri dari 4 kuadran. setiap kuadran dipisahkan oleh garis vertikal yang merupakan angka LPE Jawa Barat dan garis horisontal yang menunjukan besarnya PDRB per kapita propinsi. 74 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007

Tabel 5.10. Laju Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota Di Jawa Barat Tahun 2007 No. Kabupaten/ Kota LPE (%) Dengan Migas PDRB Per Kapita (Ribu) LPE (%) Tanpa Migas PDRB Per kapita (Ribu) (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kabupaten: 1. Bogor 6,04 11.234,91 6,04 11.234,91 2. Sukabumi 4,19 6.114,00 4,20 6.002,09 3. Cianjur 4,22 6.259,06 4,22 6.259,06 4. Bandung 5,92 10.967,48 5,93 10.848,34 5. Garut 4,76 7.722,03 4,76 7.722,03 6. Tasikmalaya 4,33 6.665,93 4,33 6.665,93 7. Ciamis 5,01 8.076,72 5,01 8.076,72 8. Kuningan 4,22 5.846,27 4,22 5.846,27 9. Cirebon 5,37 6.051,00 5,37 6.051,00 10. Majalengka 4,87 6.213,69 4,86 6.094,09 11. Sumedang 4,64 8.473,82 4,64 8.473,82 12. Indramayu 2,65 20.590,63 5,62 7.447,00 13. Subang 5,09 8.573,78 5,12 7.759,28 14. Purwakarta 3,90 13.981,79 3,90 13.981,79 15. Karawang 7,11 17.719,22 7,75 16.930,80 16. Bekasi 6,14 32.835,03 6,26 32.246,21 17. Bandung Barat 5,36 8.226,34 5,36 8.226,34 Kota: 17. Bogor 6,09 9.975,45 6,09 9.975,45 18. Sukabumi 6,51 11.474,57 6,51 11.474,57 19. Bandung 8,24 22.050,43 8,24 22.050,43 20. Cirebon 6,17 31.374,42 6,17 31.374,42 21. Bekasi 6,44 11.632,88 6,44 11.632,88 22. Depok 6,95 7.198,76 7,04 7.198,76 23. Cimahi 5,03 17.403,93 5,03 17.403,93 24. Tasikmalaya 5,98 7.317,10 5,98 7.317,10 25. Banjar 4,93 7.707,18 4,93 7.707,18 Jawa Barat 6,41 12.759,73 6,86 12.158,99 Kuadran (daerah) I mengandung arti bahwa kabupaten/kota yang berada di daerah ini memiliki LPE yang lebih tinggi dan PDRB per kapita lebih besar dari angka propinsi. Bila diasumsikan terdapat pemerataan pendapatan, maka masyarakat PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 75

di kabupaten/kota yang berada di kuadran ini relatif paling sejahtera dibandingkan yang berada pada kuadran lainnya. Kuadran II menunjukkan kabupaten/ kota yang memiliki PDRB per kapita lebih besar, namun LPE-nya lebih rendah dibandingkan dengan angka provinsi. Masyarakat kabupaten/kota pada kuadran II relatif lebih sejahtera, namun pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibandingkan rata-rata kabupaten/kota lainnya. Kuadran yang menunjukkan keterbelakangan pertumbuhan ekonomi juga rendahnya tingkat kesejahteraan penduduknya dibandingkan daerah lainnya di Jawa Barat adalah Kuadran III. Kuadran yang terakhir (IV) ditempati oleh kabupaten/kota yang tingkat kesejahteraan penduduknya lebih rendah dibandingkan angka provinsi, namun memiliki pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih pesat. Hasil plot posisi kabupaten/ kota secara lengkap dapat dilihat pada tabel 5.11 dan 5.12 yang menggambarkan perbandingan LPE dan PDRB per kapita kabupaten/kota baik dengan memasukkan pengaruh minyak dan gas bumi maupun mereduksi pengaruh minyak dan gas bumi. Dari tabel 5.11 terlihat bahwa dengan memperhitungkan nilai tambah minyak dan gas bumi, hanya terdapat 2 kabupaten/kota yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita di atas Jawa Barat (berada pada kuadran I) yaitu Kota Bandung dan Kabupaten Karawang. Posisi pada kuadran I tersebut merupakan posisi ideal, sebab kondisi ini menggambarkan bahwa kinerja perekonomian dan kemakmuran masyarakat di tiap kabupaten/kota yang bersangkutan relatif lebih makmur dibandingkan kabupaten/kota lainnya secara makro. 76 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007

Tabel 5.11. Plot LPE dan PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota Tahun 2007 (Dengan Migas) II Bekasi, Kota Cirebon, Indramayu, Kota Cimahi, Purwakarta. L P E Kota Bandung dan Kab. Karawang I III Kota Bogor, Kota Tasikmalaya, Kota Banjar, Bogor, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Cirebon, Majalengka, Sumedang, Subang dan Bandung Barat PDRB Per Kapita Jawa Barat = Rp. 12,76 Juta J a b a r 6,41 % IV Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, Kota Bekasi dan Kota Depok Selanjutnya pada kuadran II terdapat 5 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Indramayu, Purwakarta, Bekasi, Kota Cirebon dan. Kota Cimahi. Posisi pada kuadran ini menggambarkan tingkat kemakmuran yang sudah berada di atas rata-rata namun kinerja perekonomiannya pada tahun 2007 masih relatif rendah, dibandingkan dengan daerah lainnya. Sebaliknya. kondisi pada kuadran III menunjukkan tingkat kemakmuran dan kinerja ekonomi yang relatif rendah dibandingkan kabupaten/ kota pada umumnya. Daerah-daerah yang berada pada kuadran III pada tahun ini terdiri dari 14 kabupaten/kota yaitu: Bogor, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis Kuningan, Cirebon, Majalengka, Sumedang, Subang, Bandung Barat, Kota Bogor, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar. Untuk kuadran IV yang menggambarkan tingkat kemakmuran penduduk yang masih rendah dibandingkan dengan rata-rata prvinsi, namun kinerja perekonomiannya cukup pesat, ditempati oleh Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, Kota Bekasi dan Kota Depok. PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 77

Tabel 5.12. Plot LPE dan PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota Tahun 2007 (Tanpa Migas) II Purwakarta, Bekasi, Kota Cirebon dan Kota Cimahi L P Kota Bandung dan Karawang I E III PDRB Per Kapita Jawa Barat = Rp. 12,16 juta Kota Bogor, Kota Sukabumi. Kota Bekasi, Kota Tasikmalaya, Kota Banjar, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan Cirebon, Majalengka, Sumedang, Indramayu, Subang, dan Bandung Barat. J a b a r 6,86 % Kota Depok IV Seperti yang telah dibahas sebelumnya untuk melihat perbandingan kemakmuran masyarakat di tiap kabupaten/kota secara riil maka pengaruh migas haruslah dikeluarkan pada penghitungan PDRB per kapita. Dengan mengeluarkan pengaruh minyak dan gas bumi, ternyata cukup berpengaruh terhadap posisi ploting kabupaten/kota terutama pada tiga kabupaten yang mengalami pergeseran, yaitu Indramayu (dari kuadran II ke III). 78 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007