ANALISIS SEKTOR PERTANIAN DITINJAU DARI KLASIFIKASI, STABILITAS PERTUMBUHAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN DAN STABILITAS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

menciptakan stabilitas ekonomi (economic stability) melalui retribusi

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN DAN STABILITAS PRODUK DOMESTIK BRUTO

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

DAFTAR ISI. Halaman Kata Pengantar Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. v Daftar Gambar ix

Gross Domestic Regional Product

The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By

Dari hasil perhitungan PDRB Kota Bandung selama periode dapat disimpulkan sebagai berikut :

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME BAB IX PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER IX REGIONAL INCOME Struktur Ekonomi. 9.1.

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PER KAPITA ANTAR KECAMATAN DAN POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KECAMATAN DI KABUPATEN KARANGASEM

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN WILAYAH KOTA MADIUN DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PDRB

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KARO

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI LOKAL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYEDIAAN LAPANGAN KERJA DAN PERBANDINGANNYA DENGAN SEKTOR-SEKTOR LAIN

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SURAKARTA DAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

III.METODE PENELITIAN. rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan

Pendapatan Regional Regional Income

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK

Produk Domestik Regional Bruto BAB X PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

ANALISIS DISPARITAS REGIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI (STUDI KASUS DI KOTA BATU TAHUN ) Alfiana Mauliddiyah. Abstract

Identifikasi Potensi Ekonomi di Kabupaten Rokan Hulu Identify of Economic s Potency in Rokan Hulu Regency.

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU. Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional,

Pendapatan Regional/ Regional Income

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Pendidikan Geografi Volume 03 Nomor 03 Tahun 2016 Halaman ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN TIAP KECAMATAN DI KABUPATEN TUBAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Nur Anim Jauhariyah & Nurul Inayah

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI KABUPATEN JAYAPURA. Aurelianus Jehanu 1 Ida Ayu Purba Riani 2

Analisa Keterkaitan Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sumatera

Tema: pengelolaan wilayah kelautan, pesisir dan pedalaman ANALISIS TIPOLOGI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUMAS.

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SKRIPSI ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BONE PERIODE KUSNADI ZAINUDDIN JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

ANALISIS EKONOMI WILAYAH KABUPATEN DI EKS- KARESIDENAN SURAKARTA (BOYOLALI, SUKOHARJO, KARANGANYAR, WONOGIRI, SRAGEN DAN KLATEN) TAHUN

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DAN KLASIFIKASI PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time

Pendapatan Regional/ Regional Income

PENGARUH SEKTOR EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI RIAU. Dian Alfira Kasmita

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Produk Domestik Regional Bruto

BAB III METODE PENELITIAN

PDRB / GDRP BAB XII PDRB GDRP. Berau Dalam Angka 2013 Page 265

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo

Produk Domestik Regional Bruto/ Gross Regional Domestic Product

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI-PROVINSI Dl INDONESIA MENURUT LAPANGAN USAHA 2OO9-2OO9

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

ANALISIS POTENSI EKONOMI SEKTORAL PADA EMPAT KABUPATEN DI PULAU MADURA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS EFEK PERTUMBUHAN EKONOMI PADA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN JOMBANG

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris, di mana pertanian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN MINAHASA DARI TAHUN

ANALISIS SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA TESIS. Oleh ASRUL AZIS /PWD

Figur Data Kota Surakarta Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

SEKTOR-SEKTOR EKONOMI POTENSIAL PADA PEREKONOMIAN KABUPATEN TANAH LAUT. Lina Suherty

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkannya diperlukan syarat-syarat yang harus terpenuhi, laju pertumbuhan penduduknya. (Todaro, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

Fakultas Ekonomi Universitas Baturaja Sumatera Selatan ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan kerja dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA. Etik Umiyati

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PATI. Eka Dewi Nurjayanti Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

PENGGUNAAN METODA STEPWISE FORWARD UNTUK MENENTUKAN PERSAMAAN REGRESI LINIER BERGANDA (Studi Kasus : Jumlah Pendapatan di Kabupaten Tapanuli Utara)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KONTRIBUTOR UTAMA PENENTU PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PERKOTAAN DI ACEH Muhammad Hafit 1, Cut Zakia Rizki 2* Abstract.

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

Transkripsi:

ANALISIS SEKTOR PERTANIAN DITINJAU DARI KLASIFIKASI, STABILITAS PERTUMBUHAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN SUKOHARJO Putri Isabel Lumbantobing, Eny Lestari, Agustono Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No.36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./Fax (0271) 637457 E-mail:putriisabell@gmail.com. Telp. 085711909006 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Sukoharjo, mengetahui stabilitas pertumbuhan PDRB sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Sukoharjo, dan mengetahui peran sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan di Kabupaten Sukoharjo. Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif. Metode analisis data yang digunakan adalah Tipologi Klassen, analisis variabilitas (standar deviasi) dan persistensi (koefisien autokorelasi), serta Indeks Williamson. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari analisis Tipologi Klassen diperoleh sektor pertanian, perdagangan, hotel, dan restoran, serta listrik, gas, dan air bersih termasuk sektor maju dan tumbuh pesat, sektor industri pengolahan, jasa-jasa, pengangkutan dan komunikasi, bangunan dan konstruksi, serta keuangan, sewa, dan jasa perusahaan termasuk sektor maju tapi tertekan, sedangkan sektor pertambangan termasuk sektor relatif tertinggal. Analisis stabilitas diperoleh sektor yang paling stabil adalah sektor pertanian, sedangkan sektor yang paling tidak stabil adalah sektor listrik, gas, dan air bersih. Sektor yang paling tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek adalah sektor pengangkutan dan komunikasi, sedangkan sektor yang paling tidak tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek adalah sektor bangunan dan konstruksi. Analisis Indeks Williamson menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara distribusi pendapatan dengan tanpa sektor pertanian. Kata Kunci : Tipologi Klassen, Analisis Stabilitas, Indeks Williamson. Abstract: This research aim to classify agricultural sector and other economic sectors in District Sukoharjo, know the growth stability of agricultural sector and other economic sectors in District Sukoharjo, and know the role of agricultural sector in distributing income in District Sukoharjo. Basic method of this research is descriptive method. Secondary data is used and analyzed using Klassen Typology, variability (standard deviation) and persistency (autocorrelation coefficient) analysis, and Williamson Index. Data used is secondary data. The result shows that agricultural, trade, hotel, and restaurant, and electricity, gas, and water sector is classified as advanced and rapidly growing sector. Manufacturing industry, services, transport and communication, building and construction, finance, lease, and company service is classified as advanced but depressed sector. On the other hand, mining sector is classified as relatively underdeveloped sector. The most stable sector is agricultural sector and the most unstable is electricity, gas, and water sector. The most persistent sector in short term is transport and communication sector, while building and construction sector is the most non persistent sector in short term. Another result of this research shows that agricultural sector gives no significant difference for income distribution in District Sukoharjo. Keywords : Klassen Typology, Stability Analysis, Williamson Index.

PENDAHULUAN Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang meliputi perubahan struktur sosial, perubahan dalam sikap hidup masyarakat dan perubahan dalam kelembagaan (institusi) nasional. Pembangunan juga meliputi tingkat pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan pendapatan, dan pemberantasan kemiskinan (Todaro dan Smith, 2006). Pembangunan yang dilakukan di ketiga aspek tersebut akan memberikan manfaat yang begitu banyak bagi kehidupan masyarakat. Pembangunan merupakan suatu proses yang tidak hanya berlangsung di setiap aspek (struktur sosial, sikap hidup, dan kelembagaan nasional), tetapi juga terjadi di setiap tingkatan, baik di tingkat nasional maupun tingkat daerah. Pembangunan tidak hanya dilakukan di tingkat nasional, tetapi juga sampai ke tingkat daerah. Salah satu bagian dari pembangunan tersebut adalah pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi, yang merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi, dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB). PDB merupakan nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan dari setiap sektor ekonomi pada periode tertentu. Nilai PDB digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi di tingkat nasional, sedangkan di tingkat regional dikenal dengan istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Besarnya PDRB antar wilayah akan menunjukkan angka yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sumber daya alam di masing-masih daerah serta sumber daya manusia yang mengelolanya. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2001-2012 terus mengalami peningkatan. PDRB kabupaten tersebut pada tahun 2001 sebesar Rp 2.340.848,63 dan meningkatn menjadi Rp 5.468.738,70 pada tahun 2012 (BPS Kabupaten Sukoharjo, 2001-2012). Sama dengan daerah lain, PDRB Kabupaten Sukoharjo disusun oleh sembilan sektor ekonomi, yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih, bangunan, perdagangan, hotel, dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, sewa, dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa. Tiga sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB kabupaten tersebut adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran (30,40%), industri pengolahan (24,32%), serta pertanian (20,44%) (BPS Kabupaten Sukoharjo, 2012). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Kabupaten Sukoharjo. Kontribusi yang berbeda-beda dari masing-masing sektor juga menunjukkan bahwa setiap sektor mempunyai tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda. Pertumbuhan yang baik dari suatu sektor adalah pertumbuhan yang diikuti oleh stabilitas pertumbuhan. Stabilitas dalam pertumbuhan menjadi penting karena sering kali yang menjadi permasalahan dalam pertumbuhan adalah konjungtur atau naik-turunnya pertumbuhan itu sendiri. Simatupang

et al dalam Agustono (2011) menjelaskan bahwa keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan harus diukur dengan dua besaran yaitu tingkat dan stabilitas pertumbuhan. Pertumbuhan yang tinggi merupakan syarat keharusan, sedangkan stabilitas yang mantap merupakan syarat kecukupan. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan stabilitas yang mantap merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi. Tujuan pembangunan ekonomi tidak hanya pertumbuhan ekonomi, tetapi juga distribusi pendapatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan adalah besaran PDRB per kapita. PDRB per kapita adalah besaran rata-rata pendapatan yang diperoleh setiap penduduk sebagai hasil dari kegiatan produksi. Sama halnya dengan total PDRB yang meningkat, PDRB per kapita di Kabupaten Sukoharjo pun mengalami peningkatan dari tahun 2005-2010. PDRB per kapita ADHK pada tahun 2005-2009 berturut-turut sebesar Rp 4.314.280,01, Rp 5.000.457,62, Rp 5.222.682,42, Rp 5.423.223,95, dan Rp 5.641.976,24. PDRB per kapita pun mengalami peningkatan kembali pada tahun 2010 menjadi Rp 5.888.840,00 (BPS Kabupaten Sukoharjo, 2011 a ). Peningkatan pendapatan per kapita yang merupakan hasil dari proses pembangunan tidaklah cukup untuk menunjukkan bahwa pembangunan telah berhasil dilakukan. Hal ini dikarenakan peningkatan pendapatan tidak menjamin bahwa pendapatan telah terdistribusi secara merata. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis mengenai distribusi pendapatan per orang berdasarkan produk yang dihasilkan di dalam suatu daerah/regional. Pada bagian awal telah dijelaskan bahwa sektor pertanian merupakan salah satu dari tiga sektor tumpuan ekonomi di Kabupaten Sukoharjo. Sektor tersebut juga merupakan salah satu sektor pemberi kontribusi terbesar bagi PDRB. Oleh karena itu sebagai bagian dari perekonomian, dilakukan analisis terhadap sektor pertanian dilihat dari klasifikasinya, stabilitas pertumbuhan PDRB, serta peran sektor tersebut terhadap distribusi pendapatan di Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui klasifikasi sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Sukoharjo; mengetahui stabilitas pertumbuhan sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Sukoharjo; mengetahui peran sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan di Kabupaten Sukoharjo. METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif. Penentuan Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja). Penelitian dilakukan di Kabupaten Sukoharjo. Kabupaten Sukoharjo dipilih di antara kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan tersebut didasarkan dengan data PDRB sektor pertanian Kabupaten Sukoharjo tahun 2012 yang menunjukkan bahwa di antara seluruh

kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Sukoharjo merupakan kabupaten dengan kontribusi sektor pertanian yang sangat rendah, yaitu hanya sebesar 18,93% (BPS Provinsi Jawa Tengah, 2013). Kontribusi tersebut menunjukkan bahwa berdasarkan nilai PDRB sektor pertanian, kegiatan perekonomian utama di Kabupaten Sukoharjo bukanlah sektor pertanian. Posisi sektor pertanian sebagai sektor yang bukan merupakan pemberi kontribusi terbesar merupakan salah satu alasan untuk menganalisis bagaimana peran pertanian di Kabupaten Sukoharjo. Alasan lain dipilihnya Kabupaten Sukoharjo adalah jumlah tenaga kerja sektor pertanian yang berada pada tingkat ketiga terbanyak. Pada peringkat pertama dan kedua adalah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Walaupun berada di peringkat ketiga, jumlah tenaga kerja sektor pertanian terus meningkat. Pada tahun 2010, jumlah tenaga kerja sektor tersebut sebesar 50.927 orang kemudian menjadi 63.583 orang pada tahun 2012 (BPS Kabupaten Sukoharjo, 2012). Jenis dan Sumber data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo. Metode Analisis Data Analisis Klasifikasi Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi Lainnya Analisis klasifikasi sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya dilakukan dengan menggunakan Analisis Tipologi Klassen. Analisis tersebut dilakukan dengan membandingkan dua indikator, yaitu laju pertumbuhan sektor dan kontribusi sektor terhadap PDRB. Perbandingan dilakukan di antara dua sektor yang sama di tingkat Kabupaten Sukoharjo dan di Provinsi Jawa Tengah. Hasil perbandingan dari kedua indikator tersebut akan menggolongkan sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya ke dalam empat tipe, yaitu sektor maju dan tumbuh pesat; sektor maju tapi tertekan; sektor sektor potensial atau masih dapat berkembang; sektor relatif tertinggal. Berikut adalah matrik Tipologi Klassen Tabel 1. Analisis Klasifikasi Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi Lainnya berdasarkan Tipologi Klassen Laju Pertumbuhan (s) ski > sk (+) (tinggi) Kontribusi terhadap PDRB (sk) ski < sk (-) (rendah) si > s (+) (tinggi) si < s (-) (rendah) Sumber: Sjafrizal, 2008 Tipe I Sektor maju dan tumbuh pesat Tipe III Sektor potensial atau masih dapat berkembang Tipe II Sektor maju tapi tertekan Tipe IV Sektor relatif tertinggal

PDRB adalah Produk Domestik Regional Bruto. Si adalah laju pertumbuhan PDRB sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Sukoharjo. S adalah laju pertumbuhan PDRB sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Provinsi Jawa Tengah. Ski adalah kontribusi sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya terhadap PDRB Kabupaten Sukoharjo. Sk adalah kontribusi sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah. Analisis Stabilitas Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi Lainnya Stabilitas dapat diukur dengan menggunakan pendekatan variabilitas dan persistensi. Variabilitas diukur dengan menggunakan pendekatan standar deviasi dari X. Semakin tinggi nilai standar deviasi, semakin stabil suatu sektor. Persistensi diukur dengan menggunakan koefisien autokorelasi (ACOR) antara Xt dan Xt-1. Semakin rendah nilai ACOR, semakin tahan suatu sektor terhadap gucangan dalam jangka pendek (Basu and Taylor dalam Syam dan Saktyanu, 2001). Analisis Distribusi Pendapatan per Kapita Analisis distribusi pendapatan per kapita dilakukan dengan menggunakan Indeks Williamson. Formulasi Indeks Williamson secara statistik dapat ditampilkan sebagai berikut: Vw = (1) (Sjafrizal, 2012) Vw adalah nilai Indeks Williamson, yi adalah PDRB per kapita Kabupaten Sukoharjo, y adalah PDRB per kapita rata-rata Provinsi Jawa Tengah, fi adalah jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo, n adalah jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah. Nilai vw berada di antara 0 dan 1. Semakin mendekati 0 berarti pendapatan terdistribusi dengan semakin merata. HASIL DAN PEMBAHASAN Klasifikasi Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi Lainnya Pertumbuhan sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya perlu diketahui untuk mengetahui kondisi dari masing-masing sektor yang dilihat dari dua indikator, yaitu laju pertumbuhan sektor dan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Sukoharjo tergolong ke dalam empat tipe sektor. Pertama, tipe I (sektor maju dan tumbuh pesat). Sektor yang termasuk ke dalam tipe I adalah sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; serta sektor listrik, gas, dan air bersih. Walaupun sektor pertanian bukan merupakan sektor pemberi kontribusi terbesar, namun kontribusinya yang berada di peringkat ketiga tetap lebih tinggi daripada kontribusi sektor yang sama di tingkat provinsi. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo memiliki perkembangan yang cukup baik. Perkembangan yang cukup baik tersebut salah satunya dapat dilihat dari produksi Gabah Kering Giling (GKG) yang mengalami peningkatan. Rata-rata produksi GKG pada tahun 2012 sebesar 66,49 kuintal/hektare dan meningkat

menjadi 75,24 kuintal/hektare pada tahun 2013 (Dispertan Kabupaten Sukoharjo, 2013 a ). Kedua, tipe II (sektor maju tapi tertekan). Sektor yang termasuk ke dalam tipe II adalah industri pengolahan, jasa-jasa, pengangkutan dan komunikasi, bangunan dan konstruksi, serta keuangan, sewa, dan jasa perusahaan. Sektor-sektor di Kabupaten Sukoharjo memang paling banyak terklasifikasi ke dalam tipe II. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut sebenarnya merupakan sektor maju namun pertumbuhannya mengalami perlambatan, yang menyebabkan kontribusinya pun menurun. Walaupun demikian, sektor-sektor yang tergolong di dalam tipe II memiliki potensi yang sangat besar untuk terus dikembangkan. Ketiga, tipe IV (sektor relatif tertinggal). Sektor yang termasuk dalam kategori ini adalah sektor pertambangan. Kondisi sektor ini di Kabupaten Sukoharjo memang relatif tertinggal. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan izin usaha pertambangan di Kabupaten Sukoharjo yang menunjukkan angka yang sangat kecil. Pada tahun 2007-2011, jumlah izin usaha pertambangan berturutturut adalah 5, 3, 6, dan 5 (BPS Kabupaten Sukoharjo, 2012). Jumlah izin usaha yang sangat rendah menunjukkan bahwa sektor pertambangan bukanlah sektor yang dikembangkan dengan baik oleh pemerintah Kabupaten Sukoharjo sehingga kondisi sektor ini pun relatif tertinggal dibandingkan sektor lainnya. Berikut adalah hasil analisis klasifikasi sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Sukoharjo Tabel 2. Analisis Klasifikasi Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi lainnya berdasarkan Tipologi Klassen di Kabupaten Sukoharjo Laju Pertumbuhan (s) si>s (+) (tinggi) si<s (-) (rendah) Kontribusi terhadap PDRB (sk) ski>sk (+) ski<sk (-) (tinggi) (rendah) Tipe I Tipe II Sektor Maju dan Tumbuh Sektor Maju Tapi Tertekan Pesat 1. Sektor pertanian 1. Sektor industri pengolahan 2. Sektor perdagangan, hotel, 2. Sektor jasa-jasa dan restoran 3. Sektor listrik, gas, dan air 3. Sektor pengangkutan dan bersih komunikasi 4. Sektor bangunan dan konstruksi 5. Sektor keuangan, sewa, dan jasa perusahaan Tipe III Tipe IV Sektor potensial atau masih Sektor relatif tertinggal dapat berkembang - Sektor pertambangan Sumber: Analisis Data Sekunder Tahun 2014

Stabilitas Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi Lainnya Stabilitas sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya diukur dengan dua indikator, yaitu variabilitas dan persistensi. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki nilai standar deviasi yang paling rendah, sedangkan sektor listrik, gas, dan air bersih memiliki standar deviasi yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang paling stabil sedangkan sektor listrik, gas, dan air bersih merupakan sektor yang paling tidak stabil. Kestabilan sektor pertanian dalam pertumbuhannya menunjukkan bahwa sektor ini mengalami perkembangan yang cukup baik, yang salah satunya didukung oleh faktor SDM (Sumber Daya Manusia). Pada tahun 2012, terdapat 634 kelompok petani dan 62 orang aparatur di sektor pertanian yang ditumbuhkembangkan dan diberdayakan kapasitasnya melalui kegiatan penyuluhan dan pelatihan pertanian. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Kabupaten Sukoharjo telah melakukan suatu pengembangan kualitas terhadap para petani dan aparatur sehingga diperoleh SDM yang semakin terlatih dan terampil dalam melakukan pekerjaan di sektor pertanian (Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, 2013). Pemerintah Kabupaten Sukoharjo juga menyediakan sarana yang mendukung pelaksanaan kegiatan di sektor pertanian itu sendiri. Pada tahun 2012, terdapat 187 unit sarana produksi yang disediakan bagi para petani. Selain itu disediakan juga 83 ton benih padi untuk pelaksanaan perbenihan padi di balai benih dan 330,4 ton benih padi untuk pelaksanaan perbenihan padi di kelompok penangkar. Penyediaan sarana produksi tersebut berperan dalam mendukung kelancaran kegiatan usahatani sehingga akan mempengaruhi juga stabilitas pertumbuhan dari sektor pertanian itu sendiri (Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, 2013). Berikut adalah nilai standar deviasi sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Sukoharjo Tabel 3. Nilai Standar Deviasi Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi Lainnya di Kabupaten Sukoharjo Sektor Standar Deviasi A. Pertanian 7,48 B. Ekonomi lainnya: 1. Listrik, gas, dan air bersih 19,55 2. Pertambangan dan penggalian 14,52 3. Pengangkutan dan komunikasi 12,70 4. Jasa-jasa 12,45 5. Bangunan dan konstruksi 11,84 6. Keuangan, sewa, dan jasa perusahaan 11,60 7. Perdagangan, hotel, dan restoran 10,48 8. Industri pengolahan 10,32 Sumber: Analisis Data Sekunder Tahun 2014

Indikator kedua yang digunakan untuk mengukur stabilitas pertumbuhan sektor adalah persistensi. Persistensi diukur dengan melihat nilai koefisien autokorelasi (ACOR) dari masing-masing sektor. Semakin rendah nilai ACOR, semakin tidak tahan suatu sektor terhadap guncangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki nilai ACOR yang paling tinggi, sedangkan sektor bangunan dan konstruksi memiliki nilai ACOR yang paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor yang paling tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek, sedangkan sektor bangunan dan konstruksi merupakan sektor yang paling tidak tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek. Sektor pertanian sendiri memiliki nilai ACOR yang menempati posisi ketiga paling rendah sehingga dapat dikatakan bahwa sektor pertanian juga merupakan sektor yang tidak tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek. Sektor pertanian sebagai sektor yang tidak tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek mengalami guncangan yang tidak hanya berasal dari iklim dan cuaca maupun serangan hama, tetapi juga dari ketersediaan lahan. Arifin (2001) menyatakan bahwa produksi pertanian masih terlalu berbasis pada ketersediaan lahan, sementara beberapa kegiatan ekonomi yang disertai konversi lahan-lahan pertanian menjadi kegunaan lain masih akan terus berlangsung. Pada tahun 2012, luas lahan di Kabupaten Sukoharjo yang berfungsi sebagai lahan sawah sebesar 21.010 Ha, sedangkan yang berfungsi sebagai lahan bukan sawah sebesar 25.656 Ha. Data tersebut menunjukkan bahwa 54,98% lahan di Kabupaten Sukoharjo digunakan untuk keperluan selain sawah, sedangkan hanya 45,04% yang digunakan untuk keperluan sawah (BPS Kabupaten Sukoharjo, 2013). Berikut adalah nilai ACOR sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya Tabel 4. Nilai ACOR Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi Lainnya di Kabupaten Sukoharjo Sektor ACOR A. Pertanian -0,143 B. Ekonomi lainnya: 1. Pengangkutan dan komunikasi 0,653 2. Listrik, gas, dan air bersih 0,548 3. Perdagangan, hotel, dan restoran 0,446 4. Industri pengolahan 0,412 5. Keuangan, sewa, dan jasa perusahaan 0,049 6. Jasa-jasa -0,001 7. Pertambangan dan penggalian -0,026 8. Bangunan dan konstruksi -0,545 Sumber: Analisis Data Sekunder Tahun 2014

Distribusi Pendapatan per Kapita Hasil penghitungan distribusi PDRB per kapita dengan menggunakan rumus Indeks Williamson menunjukkan bahwa nilai Vw dengan dan tanpa pertanian pada sama-sama mendekati 0. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa terdapat selisih yang kecil antara nilai Vw dengan dan tanpa pertanian. Oleh karena itu dilakukan analisis untuk mengetahui secara pasti ada tidaknya perbedaan distribusi pendapatan dengan dan tanpa pertanian maka perlu dilakukan uji beda, yaitu uji t- berpasangan. Uji t-berpasangan dilakukan dengan menggunakan software SPSS (Statistical Program for Social Science) dengan membandingkan nilai signifikasi dengan nilai alfa (α) 0,05 (tingkat kepercayaan 95%). Jika nilai signifikansi < α, maka Tabel 5. Hasil Analisis Indeks Williamson terdapat perbedaan nyata antara distribusi pendapatan dengan dan tanpa pertanian, sedangkan jika jika nilai signifikansi > α, maka tidak terdapat perbedaan nyata antara distribusi pendapatan dengan dan tanpa pertanian. Hasil uji t berpasangan menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,373, yang berarti tidak terdapat perbedaan nyata antara distribusi pendapatan dengan dan tanpa pertanian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan di Kabupaten Sukoharjo telah terdistribusi secara merata. Hal ini tentu saja sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat, yaitu pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dan hasil pertumbuhan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dan bukannya hanya segolongan kecil masyarakat saja (Thee Kian Wie, 1983). Tahun Indeks Williamson (Vw) Dengan Pertanian Tanpa Pertanian 2001 0,0340 0,0424 2002 0,0046 0,0121 2003 0,0178 0,0068 2004 0,0194 0,0163 2005 0,0171 0,0128 2006 0,0109 0,0114 2007 0,0101 0,0096 2008 0,0093 0,0076 2009 0,0095 0,0065 2010 0,0152 0,0010 2011 0,0038 0,0013 2012 0,0024 0,0053 Sumber: Analisis Data Sekunder Tahun 2014 SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya diklasifikasikan menjadi tiga tipe berdasarkan Tipologi Klassen, yaitu tipe I (sektor maju dan tumbuh pesat), yaitu sektor pertanian,

perdagangan, hotel, dan restoran, serta listrik, gas, dan air bersih; tipe II (sektor maju tapi tertekan), yaitu sektor industri pengolahan, jasa-jasa, pengangkutan dan komunikasi, bangunan dan konstruksi, serta keuangan, sewa, dan jasa perusahaan; tipe III (sektor relatif tertinggal), yaitu sektor pertambangan. Sektor yang paling stabil adalah sektor pertanian, sedangkan sektor yang paling tidak stabil adalah sektor listrik, gas, dan air bersih. Sektor yang paling tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek adalah sektor pengangkutan dan komunikasi, sedangkan sektor yang paling tidak tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek adalah sektor bangunan dan konstruksi. Sektor pertanian tidak berperan nyata terhadap distribusi pendapatan di Kabupaten Sukoharjo, sehingga dengan dan tanpa sektor pertanian di kabupaten tersebut distribusi pendapatan tetap dalam kondisi merata. Oleh karena itu, saran yang dapat diberikan kepada pemerintah daerah Kabupaten Sukoharjo adalah pemerintah sebaiknya melakukan pemberian subsidi sarana produksi yang mencukupi kebutuhan petani dalam melakukan kegiatan di bidang pertanian. Selain itu pemerintah juga sebaiknya terus mengadakan sekolah lapang secara teratur yang berkaitan dengan penanggulangan serangan hama dan anomali cuaca sehingga petani dapat memperoleh informasi dan inovasi yang berkaitan dengan hal-hal tersebut. Pemerintah juga sebaiknya ikut berperan menerapkan kebijakan yang mendukung peningkatan pendapatan petani, salah satunya kebijakan untuk mempertahankan lahan pertanian sehingga tidak mengalami alih fungsi. DAFTAR PUSTAKA Agustono. 2011. Peran Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan dan Stabilitas Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten Bojonegoro. Jurnal SEPA Vol 8 (1). Arifin, Bustanul. 2001. Spektrum Kebijakan Pertanian Indonesia Telaah Struktur, Kasus, dan Alternatif Strategi. Jakarta: Erlangga. BPS Kabupaten Sukoharjo. 2011 a. PDRB Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik. BPS Kabupaten Sukoharjo. 2012. Sukoharjo dalam Angka 2012. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo. BPS Kabupaten Sukoharjo. 2013. Sukoharjo dalam Angka 2013. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo. BPS Kabupaten Sukoharjo. 2001-2012. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik. Dispertan Kabupaten Sukoharjo. 2013 a. Produksi Gabah: Tantangan Produksi GKGSaatLahanHijauMenyempit.http://www.dispertan.sukoharjo kab.go.id/produksi-gabahtantanganproduksi-gkg-saatlahan-hijau-menyempit/.diakses pada tanggal 18 Juni 2014.

Pemerintah Kabupaten Sukoharjo. 2013. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012. Sukoharjo: Pemerintah Kabupaten Sukoharjo. Sjafrizal. 2012. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Syam, Amiruddin, Saktyanu K. Dermoredjo. 2000. Kontribusi Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan dan Stabilitas Produk Domestik Regional Bruto. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Thee Kian Wie. 1983. Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan Beberapa Pendekatan Alternatif. Jakarta: LP3ES. Todaro, Michael P dan Smith SP. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.