JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: B-159

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) B-56

STUDI EXPERIMENT KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA TERHADAP VARIASI SUDUT BLADE PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER.

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) B-26

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) B-373

SIDANG TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI

PRESENTASI TUGAS AKHIR. Oleh: Zulfa Hamdani. PowerPoint Template NRP :

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept, 2012) ISSN: B-38

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATUBARA PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER TERHADAP KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA

STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT

oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani Djanali, S.T., ME., Ph.D

Studi Eksperimen Karakteristik Pengeringan Batubara dengan Variasi Beban Pengeringan pada Cyclone Coal Dryer

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

Studi Eksperimen Pengaruh Kecepatan Udara Pengering Inlet Chamber pada Swirling Fluidized Bed Dryer Terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) B-367

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

SIMULASI FLUIDIZED BED DRYER BERBASIS CFD UNTUK BATUBARA KUALITAS RENDAH

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

ANALISIS PENGARUH PENAMBAHAN ELLIPTICAL BULB TERHADAP HAMBATAN VISKOS DAN GELOMBANG PADA KAPAL MONOHULL DENGAN PENDEKATAN CFD

BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang

SIDANG TUGAS AKHIR FITRI SETYOWATI Dosen Pembimbing: NUR IKHWAN, ST., M.ENG.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: B-169

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN BODI PENGGANGGU TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI SILINDER UTAMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI EKSPERIMEN KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA DENGAN VARIASI PEMBEBANAN PADA CYCLONE COAL DRYER

Studi Numerik Distribusi Temperatur dan Kecepatan Udara pada Ruang Keberangkatan Terminal 2 Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B13

tudi kasus pengaruh perbandingan rusuk b/a = 12/12, 5/12, 4/12, 3/12, 2/12, 1/12, 0/12 dengan Re = 3 x 10 4.

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir.

ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Studi Numerik Pengaruh Panjang Rectangular Obstacle terhadap Perpindahan Panas pada Staggered Tube Banks

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Komparasi Bentuk Daun Kemudi terhadap Gaya Belok dengan Pendekatan CFD

KAJIAN EKSPERIMEN DAN NUMERIK PADA SPOT COLLING MENGGUNAKAN VORTEX TUBE (PENGARUH TEKANAN TERHADAP TEMPERATUR OUTLET)

STUDI NUMERIK VARIASI TURBULENSI MODEL PADA ALIRAN FLUIDA MELEWATI SILINDER TUNGGAL YANG DIPANASKAN (HEATED CYLINDER)

*Mohammad Renaldo Ercho. *Ir. Alam Baheramsyah, MSc. *Mahasiswa Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK-ITS

STUDI NUMERIK PENGARUH PANJANG RECTANGULAR OBSTACLE TERHADAP PERPINDAHAN PANAS PADA STAGGERED TUBE BANKS

BAB III METODOLOGI DAN PENGOLAHAN DATA

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Studi Numerik Pengaruh Gap Ratio terhadap Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Susunan Setengah Tube Heat Exchanger dalam Enclosure

Studi Numerik Pengaruh Posisi Sudut Obstacle Berbentuk Rectangular terhadap Perpindahan Panas pada Tube Banks Staggered

Analisa Pengeringan Secara Konveksi Butiran Teh pada Fluidized Bed Dryer Menggunakan Computational Fluid Dynamic (CFD)

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Numerik Distribusi Temperatur dan Kecepatan Udara pada Ruang Kedatangan Terminal 2 Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya

ANALISA LAJU ALIRAN FLUIDA PADA MESIN PENGERING KONVEYOR PNEUMATIK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI CFD

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

Bab II Teknologi CUT

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) B-182

SIMULASI NUMERIK PENGARUH MULTI-ELEMENT AIRFOIL TERHADAP LIFT DAN DRAG FORCE PADA SPOILER BELAKANG MOBIL FORMULA SAE DENGAN VARIASI ANGLE OF ATTACK

STUDI KARAKTERISTIK ALIRAN PADA TUJUH SILINDER VERTIKAL DENGAN SUSUNAN HEKSAGONAL DALAM REAKTOR NUKLIR MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM FLUENT

Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA NIP

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS.

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

Nama Mahasiswa : HAYKEL FIBRA PRABOWO NRP : Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Ir. PRABOWO, M.Eng

SIMULASI PENGARUH VARIASI KECEPATAN INLET TERHADAP PERSENTASE PEMISAHAN PARTIKEL PADA CYCLONE SEPARATOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD ABSTRAK

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

SIMULASI NUMERIK ALIRAN FLUIDA PADA TINGKAT PERTAMA KOMPRESOR DALAM INSTALASI TURBIN GAS DENGAN DAYA 141,9MW MENGGUNAKAN CFD FLUENT 6.3.

EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL PADA LAJU PENGERINGAN PUPUK ZA DALAM TRAY DRYER

STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR

PEMODELAN DAN PENYELESAIAN NUMERIK DARI PERMASALAHAN PENYEBARAN ASAP MENGGUNAKAN METODE VOLUME HINGGA Arif Fatahillah 1

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang dilalui garis khatulistiwa, negara kita Indonesia

(Studi Kasus PT. EMP Unit Bisnis Malacca Strait) Dosen Pembimbing Bambang Arip Dwiyantoro, ST. M.Sc. Ph.D. Oleh : Annis Khoiri Wibowo

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo

STUDI GASIFIKASI BATU BARA LIGNITE DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA UNTUK KEPERLUAN KARBONASI

BAB I PENDAHULUAN. Produksi Konsumsi Ekspor Impor Gambar 1.1 Grafik konsumsi dan produksi minyak di Indonesia (Kementrian ESDM, 2011) 1

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

PENGARUH HUMIDITY DAN TEMPERATURE TERHADAP KENYAMANAN PEMAKAIAN HELM TENTARA MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD) FLUENT

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI

SIMULASI PENGARUH VARIASI KECEPATAN INLET TERHADAP PERSENTASE PEMISAHAN PARTIKEL PADA CYCLONE SEPARATOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD

Muchammad 1) Abstrak. Kata kunci: Pressure drop, heat sink, impingement air cooled, saluran rectangular, flow rate.

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN TINGGI AIR JATUH 2.3 M DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B36

STUDI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA SUSUNAN SILINDER VERTIKAL DALAM REAKTOR NUKLIR ATAU PENUKAR PANAS MENGGUNAKAN PROGAM CFD

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

ANALISA PENGARUH BENTUK FOIL SECTION NOZZLE TERHADAP EFISIENSI PROPULSI PADA KAPAL TUNDA

ANALISIS MODEL MATEMATIKA PROSES PENYEBARAN LIMBAH CAIR PADA AIR TANAH

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 B-159 Studi Numerik Pengaruh Variasi Temperatur Air Heater Terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara pada Fluidized Bed Coal Dryer dengan Tube Heater Tersusun Aligned Andi Kurniawan dan Prabowo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: prabowo@me.its.ac.id Abstrak Kebijakan pemerintah lewat rencana bauran energi nasional secara jelas memprioritaskan pemakaian batubara hingga 33% untuk pemenuhan kebutuhan energi nasional. Sebagian besar cadangan batubara Indonesia adalah batubara dengan kualitas rendah. Batubara kualitas rendah cenderung memiliki kandungan air yang besar sehingga kurang efektif dalam pemakaiannya sebagai bahan bakar. Penelitian terkait model pengeringan batubara khususnya fluidized bed coal dryer menjadi menarik untuk dilakukan sebagai upaya untuk membantu memecahkan masalah terkait energi batubara. Penelitian dilakukan dengan metode numerik berbasis komputasi (CFD). Pemilihan kondisi simulasi digunakan model turbulensi k-ε realizable dan skema interpolasi first-order upwind. Pemodelan perpindahan massa dilakukan dengan menggunakan model species transport dengan melakukan pengaturan moisture content water pada permukaan batubara. Pada penelitian ini divariasikan temperatur udara pengering, yaitu 316 K, 327 K, 339 K. Dari penelitian ini dapat diketahui karakteristik pengeringan pada ruang pengering batubara tipe fluidized bed dengan tube heater tersusun aligned. Hasil post processing kuantitatif menunjukkan peningkatan temperatur air heater diikuti dengan peningkatan koefisien perpindahan panas dan massa serta laju perpindahan massa. Pengurangan laju moisture content terbesar didapatkan pada temperature air heater 339K diikuti temperature 327K serta 316K. Konfigurasi tube heater secara aligned menimbulkan proses heating dengan humidifikasi yang ditandai dengan peningkatan temperatur dan humidity ratio serta nilai relative humidity udara di sekitar tube heater yang lebih rendah daripada batubara di sekitarnya. Kata Kunci Aligned Tube Heater, CFD, Fluidized Bed Coal Dryer, Humidifikasi,Laju Pengeringan, Moisture Content merupakan implikasi diberlakukannya beberapa regulasi pemerintah dalam upaya konversi pemakaian bahan bakar minyak menjadi bauran energi lainnya. Kebijakan terkait pengaturan bauran energi nasional telah diatur oleh pemerintah dalam beberapa peraturan perundangan. Proporsi pemakaian batubara sebagai sumber energi dalam bauran energi nasional ditargetkan terus meningkat mencapai 33% di tahun 2025 [2]. Batubara dijadikan salah satu prioritas bauran energi yang dapat digunakan untuk mengurangi konsumsi dan ketergantungan terhadap pemakaian minyak bumi. Prioritas pemakaian batubara sebagai sumber energi di masa yang akan datang didukung dengan adanya potensi batubara di Indonesia yang mencapai 21,13 miliar ton dari tingkat produksi sebesar 275 juta ton per tahun untuk tambang terbuka [3]. Kualitas batubara di Indonesia didominasi jenis batubara dengan kualitas menengah ke bawah. Sementara batubara dengan kualitas sangat baik dialokasikan untuk ekspor karena dinilai lebih menguntungkan dari sisi ekonomis. Batubara dengan kualitas kurang baik umumnya memilki nilai kalor yang rendah akibat kandungan air yang cukup tinggi di dalamnya, sehingga dibutuhkan suatu tekhnologi pengolahan untuk meningkatkan kualitas batubara. Hal ini dikarenakan tingginya permintaan batubara di masa depan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. I I. PENDAHULUAN ndonesia dikenal sebagai negara yang memiliki potensi sumber daya alam melimpah. Batubara merupakan salah satu komoditi sumber daya alam yang dihasilkan dari aktivitas pertambangan di Indonesia. Pada tahun 2010 produksi batubara Indonesia mencapai 325 juta ton [1]. Batubara merupakan bahan tambang strategis dalam penyediaan sumber energi suatu negara dikarenakan harga minyak dunia yang semakin tinggi. Produksi batubara Indonesia diperkirakan akan mengalami kenaikan di masa yang akan datang. Prediksi kenaikan produksi batubara di Indonesia Gambar 1.Perbandingan jumlah batubara Indonesia [4] Kualitas batubara Indonesia yang pada umumnya

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 B-160 didominasi oleh batubara peringkat rendah (lignit) yaitu sekitar (60-70)% dari total cadangan batubara [4]. Batubara kualitas rendah belum banyak dieksploitasi karena masih mengalami kendala dalam transportasi dan pemanfaatan. Batubara peringkat rendah mempunyai kandungan air total cukup tinggi sehingga nilai kalor menjadi rendah. Oleh karena itu diperlukan teknologi khusus untuk memanfaatkan batubara peringkat rendah agar dapat digunakan sebagai pengganti batubara peringkat tinggi yang cadangannya sudah mulai menipis. Berdasarkan kondisi tersebut teknologi peningkatan kualitas batubara rendah menjadi tuntutan untuk dapat diwujudkan keberadaannya. Penelitian terkait teknologi peningkatan kualitas batubara pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. (Suwono, 2000) [5] melakukan kajian terkait teknologi Upgraded Brown Coal (UBC) yang merupakan teknologi peningkatan kualitas batubara peringkat rendah melalui penurunan kadar air total yang dikembangkan oleh Kobe Steel Ltd di negara Jepang. Keuntungan teknologi Upgraded Brown Coal (UBC) adalah prosesnya yang berlangsung pada temperatur dan tekanan rendah. Untuk mencegah masuknya kembali air ke dalam batubara, maka dalam proses ditambahkan minyak residu untuk melapisi poripori pada partikel batubara. Penelitian terkait dengan teknologi pengeringan batubara pernah dilakukan oleh Levy dkk (2006) [6]. Dalam penelitiannya yang berjudul Use Of Coal Drying To Reduce Waterconsumed In Pulverized Coal Power Plants. Dalam penelitiannya Levy dkk (2006) [ 6] merancang sebuah peralatan eksperimental untuk melakukan analisa pengeringan batubara. Pengujian alat eksperimen dilakukan dalam naungan Riset Energi Center Fluidized Bed Laboratory. Ruang pengeringan bertipe fluidized bed dengan diameter 6 inchi. Udara pemanas dirancang mencapai suhu 150 0 F dengan kecepatan mencapai 1.6 m/s. Dari penelitian ini didapatkan hasil penelitian berupa pengaruh pemakaian sistem pengering batubara terhadap keuntungan yang didapatkan dari penghematan yang diciptakan dari proses pengeringan batubara. Kandungan air yang berada di dalam batubara dapat dikurangi dari proses pengeringan. Batubara akan memiliki nilai kalor yang lebih baik dengan berkurangnya kandungan air dalam batubara. Proses pembakaran dengan bahan bakar batubara dalam proses industri akan lebih baik ketika nilai kalor batubara naik. Pembakaran yang lebih efektif akan meningkatkan efisiensi anggaran suatu industri. Berdasarkan beberapa penelitian dan fenomena aktual diatas, penelitian mengenai karakteristik teknologi coal dryer diperlukan sebagai upaya strategis pengembangan teknologi dalam peningkatan kualitas batubara untuk menghadapi tantangan krisis energi dunia. Dalam karya tulis ilmiah ini akan dibahas karakteristik pengeringan pada ruang pengering batubara tipe fluidized bed dengan melakukan analisa secara numerik aliran 2 dimensi sepanjang ruangan pengering. Beberapa faktor yang mempengaruhi karakteristik pengeringan adalah tekanan operasi ruang pengering, temperatur tube heater, temperatur air heater dan konfigurasi susunan tube heater. Berdasarkan hal tersebut pada penelitian ini, rumusan masalah yang akan dikaji antara lain : 1. Pengaruh konfigurasi susunan tube heater yang tersusun secara aligned terhadap karakteristik laju pengeringan pada ruang pengering batubara tipe fluidized bed. 2. Pengaruh variasi temperatur air heater terhadap karakteristik laju pengeringan pada ruang pengering batubara tipe fluidized bed. Pada penelitian ini akan digunakan metode numerik berbasis komputasi dengan melakukan simulasi pada model ruang pengering batubara tipe fluidized bed. Hasil simulasi berupa karakteristik aliran yang ditunjukkan dengan data kualitatif berupa kontur distribusi temperatur dan fraksi massa air dalam ruang pengering. Sedangkan data kuantitatif yang berkaitan dengan laju pengeringan adalah perubahan laju pengeringan dan kandungan air produk terhadap waktu. Secara umum, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pengeringan pada ruang pengering batubara tipe fluidized bed dengan tube heater tersusun aligned. Variasi temperature Air Heater serta konfigurasi tube heater akan dijadikan fokus utama dalam melakukan analisa karakteristik pengeringan batubara pada fluidized bed coal dryer dengan tube heater tersusun aligned II. METODE PENELITIAN Adanya keterbatasan dalam pengambilan data eksperimental serta tuntutan visualisasi dan analisa yang detail pada penelitian, maka dibutuhkan bantuan komputasi dalam metodologi penelitian ini. Pada penelitian ini digunakan metode numerik berbasis komputasi CFD (Computational Fluid Dynamic). Pada metode numerik dibutuhkan tiga tahapan utama yang harus dilakukan, antara lain: preprocessing, solving atau processing, dan postprocessing. Gambar 2. Skema sistem pengering fluidized bed coal dryer dengan tube heater tersusun aligned skala laboratorium A. Tahap Preprocessing Preprocessing dilakukan sebagai metode awal dalam penelitian untuk membangun dan menganalisa sebuah model

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 B-161 Outlet Udara Pengering komputasi ( CFD). Tahapan Preprocessing terdiri dari beberapa sub-tahapan antara lain: pembuatan geometri, penentuan domain, pembuatan meshing dan penentuan parameter-parameter yang digunakan. Geometri yang dibentuk dalam penelitian ini adalah geometri coal drying chamber disertai tube heater dengan susunan aligned. Pemodelan geometri dilakukan dengan menggunakan software berbasis (CFD). Batubara sebagai objek proses pengeringan dimodelkan tersusun secara merata di sekitar tube heater yang berada di dalam coal drying chamber. Batubara Tube Heater Inlet Udara Pengering Parameter Tabel 1.Geometri Drying Chamber Drying Chamber Dimensi (inchi) Diameter Bed 6 Diameter tube 0.5 Pitch Tube 2 Tinggi 7 Diameter Batubara 0.236 Gambar 3. Geometri 2D fluidized bed coal dryer B. Tahap Processing Pada tahapan Processing penelitian dilakukan dengan menggunakan software berbasis (CFD) yang terdiri dari tahapan dibawah ini. Memilih Solver Pada saat membuka software berbasis (CFD) terdapat pilihan untuk menggunakan solver 2D/3D dengan keakuratan tunggal atau ganda (single precision/double precision). Secara umum, solver single precision cukup akurat untuk berbagai kasus sehingga dalam penelitian ini digunakan solver single precision. Memilih Formulasi Solver Fluent menyediakan tiga formulasi solver, yaitu: Segregated Coupled Implisit Coupled Eksplisit Formulasi solver segregated dan coupled mempunyai perbedaan pada cara penyelesaian persamaan kontinuitas, momentum, dan energi. Solver segregated menyelesaikan persamaan tersebut secara bertahap (terpisah antara satu persamaan dengan persamaan yang lain), sementara solver coupled menyelesaikan semua persamaan tersebut secara bersamaan 1.Solver coupled implisit dan eksplisit sendiri mempunyai perbedaan pada cara melinierkan persamaan yang akan diselesaikan.pada penelitian ini digunakan solver segregated untuk menyelesaikan persamaan yang ada. Pemilihan Spesies Pada penelitian ini juga digunakan pemodelan spesies tramsport. Pemodelan Spesies transport digunakan untuk memodelkan kondisi perpindahn massa yang terjadi pada permukaan batubara yang mengandung fraksi massa air (H 2 O). Sementara itu untuk boundary condition lain nilai fraksi massa air (H 2 O) juga diatur pada kondisi Velocity Inlet. Boundary Condition tube heater dan wall hanya diatur pada kondisi material dan temperaturnya. Pemilihan Turbulence Modelling Referensi penentuan Turbulence Modelling pada penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sarjono (2007)[ 7]. Pada penelitian terdahulu digunakan Turbulence modelling realizable k-epsilon model. Sehingga model turbulence ini digunakan sebagai acuan peneliti dalam pengambilan data. Pemilihan Operating Condition Setelah melakukan pemilihan turbulence modeling, pengaturan operating condition menjadi penting untuk dilakukan pada proses selanjutnya. Kondisi operasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekanan operasi pada saat fluidized bed dryer digunakan untuk mengeringkan batubara. Pada penelitian ini tekanan operasi yang digunakan adalah 101325 Pa. Boundary Condition Dalam mendefinisikan suatu kasus, harus memasukkan informasi pada variabel aliran pada domain kasus tersebut. Data yang diperlukan pada batas tergantung dari tipe kondisi batas yang digunakan. Dalam simulasi ini menggunakan batas kondisi sebagai berikut : Tabel 2. Boundary condition drying chamber Boundary Condition Inlet Keterangan Tipe : Velocity Inlet Temperatur : 316 K, 327 K, 339 K Kecepatan : 14.42 m/s (arah sumbu-y) 1 Dasar-dasar CFD menggunakan FLUENT (Firman Tuakia., 2008)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 B-162 Outlet Chamber Wall Wall Tube Coal Tipe : Outflow Tipe : Wall Tipe : Wall Temperatur : 348 K Tipe : Wall Temperatur : 301 K Fraksi massa : 0.22 Dalam simulasi ini akan divariasikan temperatur inlet sebesar 316 K, 327 K, dan 339 K. Dengan variasi tersebut, diharapkan dapat dilakukan analisa drying rate yang menunjukkan karakteristik sebuah proses pengeringan di dalam drying chamber pada fluidized bed coal dryer dengan tube heater yang tersusun secara aligned. Pada kondisi sebelum masuk air heater, udara yang disuplai menuju drying chamber dalam kondisi udara di wilayah Surabaya dengan temperature 27 0 C serta kelembaban relatif 73% dan moisture content 0.01659 Kg water / Kg air (BMKG Republik Indonesia). Dalam penelitian mengenai karakteristik pengeringan pada drying chamber kecepatan minimum fluidisasi atau minimum fluidization velocity adalah faktor kecepatan yang penting untuk diketahui.penelitian mengenai kecepatan minimum fluidisasi pernah dilakukan oleh Irhan Febrijanto [8] yang meneliti mengenai pengaruh diameter partikel dan gaya antar partikel terhadap kecepatan minimum fluidisasi. Berdasarkan penelitian yang ada, kecepatan fluidisasi minimum dapat dihitung dengan persamaan : = ( ) 1650 = ( ) (. ). ( ) = 14.42 (Kecepatan Fluidisasi Minimum) Intialize Initialize merupakan tebakan awal agar lebih memudakan proses iterasai untuk mencapai kondisi konvergen. Iterasi Iterasi adalah proses perhitungan yang berulang-ulang dari kondisi batas yang diberikan sampai konvergensi tercapai. Perhitungan yang dilakukan berdasarkan kondisi batas dan persamaan-persamaan teoritis. Pada penelitian ini digunakan residual konvergensi 10-3 yang diambil berdasarkan penelitian serupa yang terdahulu. C. Tahap Postprocessing Setelah solusi numerik didapatkan dapat dilihat data kualitatif berupa kontur temperatyr dan kontur fraksi massa dalam drying chamber fluidized bed coal dryer dengan tube heater yang tersusun secara aligned. Data kualitatif yang diperoleh akan dianalisa untuk melihat karakteristik pengeringannya. Data kuantitatif didapatkan dengan melakukan ekstraksi data pada hasil simulasi. Pada penelitian ini data-data yang diperoleh berupa fraksi massa H 2 O rata-rata temperatur, koefisien perpindahan panas rerata, koefisien difusi massa, konduktifitas panas fluida), massa jenis dan panas spesifik. Data-data tersebut diolah dengan software Microsoft Excel 2007 untuk mendapatkan laju pengeringan produk dan perubahan moisture content produk terhadap waktu. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini didapatkan data yang digunakan untuk menganalisa hasil penelitian secara kualitatif dan kuantitatif. Analisa data secara kualitatif dilakukan dengan menampilkan kontur perbedaan temperatur dan fraksi massa air dalam chamber fluidized bed coal dryer. Sementara, untuk analisa data secara kuantitaif akan membahas mengenai perubahan koefisien perpindahan panas dan massa yang akan diikuti dengan perubahan laju fluks perpindahan massa serta kandungan air dalam batubara. Semua parameter kuantitatif akan dibahas berdasarkan fungsi waktu yang datanya didapatkan dari hasil simulasi penelitian (a) (b) Gambar 4. Kontur temperatur fluidized bed coal dryer pada T inlet (339K) (a) Iterasi awal (b) Iterasi akhir Berdasarkan kontur temperatur terlihat bahwa proses pengeringan uap air yang terkandug dalam batubara menyebabkan udara pengering mengalami penurunan temperatur. Hal ini disebabkan adanya penjenuhan secara adiabatis udara pengeringan oleh uap air batubara. Proses penjenuhan akan diikuti dengan pengurangan kandungan air dalam batubara dan turunnya temperatur dry bulb. Perubahan Fraksi Massa Air (a) (b) Gambar 5. Kontur fraksi massa air fluidized bed coal dryer pada T inlet (339K) (a) Iterasi awal (b) Iterasi akhir

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 B-163 Pada kontur fraksi massa air di sekitar tube heater pada fluidized bed coal dryer dengan temperatur inlet 339 K terjadi pengurangan kandungan air dalam udara pengering. Pengurangan kandungan air terjadi karena proses pengeringan oleh udara pengering yang terjadi secara kontinyu. Pengeringan secara kontinyu akan diikuti dengan berkurangnya kandungan air dalam batubara hingga sama dengan kandungan air pada udara sekitar batubara. Konsentrasi perpindahan massa terjadi pada daerah sekitar tube heater. Fenomena ini berlaku pada semua temperatur udara air heater yang divariasikan dalam penelitian ini. Konsentrasi perpindahan massa terjadi dikarenakan nilai relatif humidity udara sekitar tube heater yang lebih rendah dibandingkan batubara di sekitarnya. Oleh karena itu pada penelitian ini ditemukan fakta bahwa pada daerah sekitar tube heater terjadi proses heating disertai humidifikasi. hm (Kg/s) 8,0E-01 6,0E-01 4,0E-01 2,0E-01 hm vs Time Step 0,0E+00 Time Step 1,00 3,00 5,00 7,00 9,00 11,00 13,00 Gambar 6. Perubahan Koefisien Perpindahan Massa terhadap Waktu Pengeringan Pada analisa data kuantitatif menunjukkan adanya perubahan keofisien perpindahan massa terhadap temperatur air heater. Pada temperatur tertinggi yakni 339K nilai koefisien perpindahan massa mencapai nilai tertinggi diikuti temperatur 327K dan 316K. Koefisien perpindahan massa dipengaruhi oleh temperatur air heater. Apabila temperatur air heater tinggi maka akan diikuti dengan perpindahan massa yang besar. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan konsentrasi massa air batubara dan air dalam udara pemanas yang besar. Oleh karena itu dengan nilai temperatur air heater yang tinggi akan dicapai koefisien perpindahan panas yang tinggi. koefisien perpindahan massa pada fluidized bed coal dryer. Secara teoritis koefisien perpindahan massa akan mempengeruhi nilai fluks perpindahan massa. Nilai koefisien perpindahan massa berbanding lurus dengan perpindahan massa sehingga ketika nilai perpindahan massa meningkat akan diikuti dengan peningkatan fluks perpindahan massa. Secara teoritis keterkaitan antara koefisien perpindahan massa terhadap fluks perpindahan massa dapat dijelaskan berdadarkan persamaan " = (,, ) Nilai fluks perpindahan massa terbesar didapatkan pada temperatur inlet 339 K diikuti dengan temperatur inlet 327 K dan 316 K. Nilai koefisien perpindahan massa terbesar dicapai saat temperatur inlet 339 K hal ini dikarenakan adanya perubahan panas yang besar karena selisih temperatur inlet terhadap temperatur batubara bernilai terbesar. Nilai moisture content coal juga akan mengalami penurunan yang besar seiring dengan proses perpindahan massa air yang terkandung dalam batubara menuju udara pengering. Perubahan fluks perpindahan massa pada percobaan ketiga hingga keenam terjadi secar linier. Kondisi koefisien perpindahan massa yang konstan dapat dilihat pengaruhnya pada nilai fluks perpindahan massa yang konstan pada kondisi yang sama. Hal ini diakibatkan karena selisih temperatur inlet dengan temperatur batubara mulai berkurang. Temperatur batubara mulai mendekati temperatur inlet akibat proses pengeringan yang berjalan secara kontinu. Pengeringan akan berhenti ketika nilai temperatur dan moisture content dari batubara mendekati udara pengering. 5 3 1 6 4 2 n A " (kg/s) 2,0E-01 1,5E-01 1,0E-01 5,0E-02 n A " vs Time Step Gambar 9 Psychromtric Chart Temperatur Inlet 316 K 6 6 5 5 4 4 3 3 0,0E+00 Time Step 1,00 3,00 5,00 7,00 9,00 11,00 13,00 2 2 Gambar 7. Perubahan Fluks Perpindahan Massa terhadap Time Step Trend grafik fluks perpindahan massa identik dengan grafik 1 Gambar 10. Kontur di Daerah Sekitar Tube Heater Temperatur Inlet 316 K (a)kontur Moisture Content (b) Kontur Relative Humidity 1

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 B-164 Proses psychrometry pada daerah sekitar tube heater untuk temperature (316,327,339) K memilki fenomena yang relatif sama. 1.Proses I :Proses ini ditandai dengan meningkatnya temperatur udara pengering yang diikuti dengan peningkatan nilai humidity ratio dalam udara pengering. (Garis1-Garis 2) 2. Proses II :Proses penyerapan moisture content batubara yang diikuti dengan naiknya nilai humidity ratio dan turunnya temperatur udara pengering.proses perpindahan moisture content batubara ke udara pengering terja akibat Relative Humidity dari udara yang lebih kecil dibandingkan batubara.(garis 2-Garis3) 3.Proses III:Proses peningkatan temperatur udara pengering dengan diikuti naiknya nilai humidity ratio dalam udara pengering akibat akumulasi moisture content batubara.(garis 3- Garis4) 4.Proses IV : Proses penyerapan moisture content batubara yang diikuti dengan naiknya nilai humidity ratio dan turunnya temperatur udara pengering.proses perpindahan moisture content batubara ke udara pengering terjadi akibat Relative Humidity dari udara yang lebih kecil dibandingkan batubara.(garis 4-Garis5) 5.ProsesV : Proses peningkatan temperatur udara pengering dengan diikuti naiknya nilai humidity ratio dalam udara pengering akibat akumulasi moisture content batubara.(garis 5-Garis6) Analisa kondisi udara di sekitar tube heater dengan menggunakan psychrometric chart menujukkan adanya fenomena heating dengan humidifikasi. Proses heating, idealnya hanya meningkatkan temperatur udara dan menurunkan relative humidity. Pada hasil analisa penelitian dengan menggunakan psychrometric chart menunjukkan proses heating diikuti dengan humidifikasi. Hal ini dikarenakan adanya penambahan uap air ( moisture) dari batubara yang berada di dekat batas sistem yang dianalisa data simulasi numeriknya, mengingat analisa didasarkan pada keseluruhan batubara yang berada dalam chamber dan semula dipandang sebagai sistem dalam fluidized bed coal dryer. IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Berdasarkan pembahasan serta analisa data pada bab sebelumnya, maka dalam penelitian mengenai studi numerik pengaruh variasi temperatur air heater terhadap karakteristik pengeringan batubara dengan tube heater tersusun aligned pada temperatur 316K, 327K, 339K dapat diambil kesimpulan bahwa 1. Semakin tinggi temperatur Air Heater akan diikuti dengan peningkatan nilai koefisien perpindahan panas dan koefisien perpindahan massa. Pada penelitian ini laju perpindahan massa Moisture Content Batubara ke udara pengering mecapai nilai terbesar pada temperatur air heater 339K kemudian 327K dan 316K. 2. Proses Heating pada tube heater dengan susunan aligned mengakibatkan proses heating disertai humidifikasi yang ditandai dengan peningkatan temperatur udara di sekitar tube heater dan diikuti dengan peningkatan nilai humidity rationya.proses Heating oleh tube heater dengan susunan aligned mengakibatkan penurunan relative humidity udara di sekitar tube heater dan bernilai lebih kecil dibandingkan nilai relative humidity batubara di sekitar tube heater.peningkatan humidity ratio terjadi akibat konsentrasi perpindahan massa/ moisture content batubara di sekitar tube heater UCAPAN TERIMA KASIH Penulis Andi Kurniawan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung hingga penulisan jurnal ilmiah ini. Ucapan terima kasih kepada Dr.Eng.Ir.Prabowo,M.Eng selaku dosen pembimbing tugas akhir penulis. Ucapan terima kasih pada kedua orang tua penulis dan segenap kolega yang senantiasa mendukung penulis.terima kasih kepada yayasan Karya Salemba Empat dan Indofood yang telah menjadi donatur beasiswa selama penulis mengenyam pendidikan di ITS. Ucapan terima kasih dan hormat kepada semua dosen, karyawan dan mahasiswa Teknik Mesin ITS yang telah mengajarkan tentang hidup dan kemahasiswaan yang bermakna selama penulis berkuliah di ITS. DAFTAR PUSTAKA [1] Badan Pusat Statistik. Jakarta, Indonesia, (2010). [2] Blueprint Pengelolaan Energi Nasional, Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006, Jakarta,Indonesia, (2006). [3] Kementrian Energi Sumber Daya Mineral. Jakarta, Indonesia, (2011). [4] Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Jakarta, Indonesia, (2011). [5] Suwono, Kajian teknologi Upgraded Brown Coal (UBC) sebagai teknologi peningkatan kualitas batubara peringkat rendah, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara. Jakarta.Indonesia, (2005). [6] Edward K. Levy dkk. Use Of Coal Drying To Reduce Water Consumed In Pulverized Coal Power Plants Final Report. Energy Research Center Lehigh University.Betlehem, (2011). [7] Putro, Sarjono Asminto. Simulasi Numerik dan Analisa Performansi Di Ruang Pengering Dengan Variasi Kecepatan Udara Dan Porositas, ITS Surabaya, Indonesia, (2007). [8] Febrijanto, Irhan. Efek Gaya Antar Partikel Dan Diameter PartikelTerhadap Kecepatan Minimum Fluidisasi Penerapan Teknologi Jakarta, Indonesia, (2010). Badan Pengkajian