a. Kitab Undang Undang Hukum Pidana Pasal 284. (1) di hukum penjara selama lamanya sembilan bulan: berlaku padanya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN

RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Sebagai UU yang Mengatur Tindak Pidana Khusus

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBERANTASAN MAKSIAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

KEJAHATAN DAN PELANGGARAN TERHADAP NYAWA DAN TUBUH ORANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 7 TAHUN 2001 T E N T A N G LARANGAN PERBUATAN PROSTITUSI DAN TUNA SUSILA DALAM DAERAH KABUPATEN WAY KANAN

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 18 TAHUN 2002

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA JAMBI dan WALIKOTA JAMBI M E M U T U S K A N :

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2003 T E N T ANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PELACURAN DI KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. Lokalisasi pekerja seks komersial atau psk juga bisa disebut rumah bordir, ini

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR : 15 TAHUN 2002 TENTANG LARANGAN PERBUATAN PROSTITUSI DAN TUNA SUSILA DALAM WILAYAH KOTA BANDAR LAMPUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyediakan tempat atau memudahkan terjadinya praktek prostitusi. Dalam

DBUPATI BATANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G PEMBERANTASAN PELACURAN DI WILAYAH KABUPATEN BATANG

BAB III PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

PERATURAN DAERAH. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah;

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PELARANGAN DAN PENERTIBAN PENYAKIT MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 05 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBUNUHAN BERENCANA. tertentu tanpa menyebutkan wujud dari tindak pidana. Unsur-unsur yang dapat

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF MENGENAI SANKSI PROSTITUSI ONLINE. A. Persamaan Sanksi Prostitusi Online Menurut Hukum Positif dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penahanan, penuntutan dan pemeriksaan disidang pengadilan, serta pelaksanaan putusan

: Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada diktum kedua, Pusat Pelayanan Terpadu tersebut dibantu oleh Sekretariat Tetap dan 3 (tiga) Divisi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 05 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DALAM KABUPATEN PROBOLINGGO BUPATI PROBOLINGGO,

KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 260 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. rumah lebih dari satu hari keperluan tempat untuk tidur, istirahat, keselamatan,

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 138 TAHUN 2016 TENTANG

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 46/PUU-XIV/2016 Perbuatan Perzinaan, Perkosaan, dan Pencabulan

BAB I PENDAHULUAN. commit to user 1

Menanti Tuntutan Pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Oleh : Arrista Trimaya * Naskah diterima: 07 Desember 2015; disetujui: 22 Desember 2015

BUPATI BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI

BUPATI WONOGIRI KEPUTUSAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 172 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN WONOGIRI

BAB II TINJAUAN UMUM. Perlindungan Korban dan Saksi, bahwa yang dimaksud dengan korban adalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN PENGEMIS, GELANDANGAN, ORANG TERLANTAR DAN TUNA SUSILA

Perda No. 12 / 2002 Tentang Penanggulangan Tuna Susila di Kabupaten Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BANYUWANGI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 06 TAHUN 2002 TENTANG PELANGGARAN KESUSILAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prostitusi dalam arti terangnya adalah pelacur atau pelayan seks atau

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/172/KEP/ /2014

BAB III ZINA LAJANG DALAM PERSPEKTIF RKUHP (RKUHP) Tahun 2012 Bagian Keempat tentang Zina dan Perbuatan

BAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN D A E R A H KABUPATEN BATANG NOMOR V TAHUN 2015

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 141 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 46/PUU-XIV/2016 Perbuatan Perzinaan, Perkosaan, dan Pencabulan

TENTANG BUPATI MUSI RAWAS,

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/ 290 /KEP/ /2013

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 1 TAHUN 2000 SERI C NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PALU NOMOR 21 TAHUN 1998 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

WALIKOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWAKARTA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011 NOMOR 7

PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANJAR NOMOR 6 TAHUN 1975 TENTANG PENCEGAHAN PELACURAN / TUNA SUSILA DALAM DAERAH TINGKAT II BANJAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 07 TAHUN 2006 TENTANG LARANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG UTARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 132/PUU-XIII/2015 Ketentuan Pidana Bagi Penyedia Jasa dan Pemakai Pada Tindak Pidana Prostitusi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PROSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 308 /PID/2012/PT-MDN.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah Tindak Pidana atau strafbaarfeit atau perbuatan pidana merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan manusia atau istilah Human Trafficking merupakan sebuah

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG KELOMPOK KERJA PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KABUPATEN BANYUWANGI.

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PELARANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

BUPATI POLEWALI MANDAR

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PROSTITUSI MELALUI MEDIA ONLINE

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL,

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 9/Okt-Des/2016

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 518 /KPTS/013/2011 TENTANG

WALI KOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG ZONA BEBAS PEKERJA ANAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 19 TAHUN : 1999 SERI : C.1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMYU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ada tiga golongan utama teori untuk membenarkan penjatuhan pidana:

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 5 TAHUN 2007 T E N T A N G LARANGAN PELACURAN DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/530/KEP/ /2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS

BUPATI BARITO KUALA KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR / 227 /KUM/2012 TENTANG

Transkripsi:

Lampiran- Lampiran A. Undang undang a. Kitab Undang Undang Hukum Pidana Pasal 284. (1) di hukum penjara selama lamanya sembilan bulan: a. laki laki yang beristri, berbuat zina, sedang diketahuinya bahwa pasal 27 Kitab Undang undang hukum perdata (KUHPdt) berlaku padanya. b. perempuan yang bersuami, berbuat zina. (2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan suami / istri yang mendapat malu dan jika pada suami / istri itu berlaku pasal 27 kitab Undang undang Hukum Perdata dalam tempo 3 bulan sesudah pengaduan itu, diikuti dengan permintaan akan bercerai atau bercerai tempat tidur dan meja makan (scheiding van tafel and bed) oleh perbuatan itu juga. (3) Tentang pengaduan ini pasal 72, 73 dan 75 tidak berlaku. (4) Pengaduan itu boleh dicabut selama pemeriksaan di muka sidang pengadilan belum dimulai. (5) Kalau bagi suami dan istri itu berlaku pasal 72 kitab Undang undang hukum perdata maka pengaduan itu tidak diindahkan, sebelumnya mereka bercerai atau sebelum keputusan hakim tentang perceraian tempat tidur dan meja makan mendapat keputusan tetap.

Soesilo (1991) memberikan penjelasan sebagai berikut : 1. Zinah adalah persetubuhan yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan yang telah kawin dengan perempuan atau laki laki yang bukan istri atau suaminya. Supaya masuk pasal ini, maka persetubuhan itu harus dilakukan dengan suka sama suka, tidak boleh ada paksaan dari salah satu pihak. Yang dimaksud dengan persetubuhan ialah peraduan antara anggota kemaluan laki laki dan perempuan yang biasa dijalankan untuk mendapatkan anak, jadi anggota laki laki harus masuk kedalam anggota perempuan, sehingga mengeluarkan air mani, sesuai dengan Arrest Hooge Raad 5 Pebruari 1912 (W.9292). Pasal 296 KUHP Barangsiapa yang pencahariannya atau kebiasaannya yaitu dengan sengaja mengadakan atau memudahkan perbuatan cabul dengan orang lain dihukum penjara selama lamanya satu tahun empat bulan atau denda sebanyak banyaknya Rp. 15.000,- Pengelola lokalisasi atau mucikari yang menyewakan kamar atau memfasilitasi pekerja seks komersial menerima / melayani tamu yakni seorang laki laki untuk berzina dapat didakwa dengan pasal ini. Soesilo (1991) memberikan penjelasan : 1. Pasal ini gunanya untuk memberantas orang orang yang mengadakan bordil bordil atau tempat tempat pelacuran.

2. Supaya dapat dihukum harus dibuktikan, bahwa perbuatan itu menjadi pencahariannya (dengan pembayaran) atau kebiasaannya (lebih dari satu kali). 3. Tentang perbuatan cabul ialah segala perbuatan yang melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji semuanya itu dalam lingkungan nafsu birahi kelamin, misalnya cium ciuman, meraba raba anggota kemaluan, meraba raba buah dada dan sebagainya. 4. Persetubuhan masuk pula dalam pengertian perbuatan cabul, akan tetapi dalam undang undang disebutkan tersendiri. Pasal 506 KUHP Barangsiapa sebagai Mucikari (soutener) mengambil untung dari pelacuran perempuan, dihukum kurungan selama lamanya tiga bulan. Pada pasal ini diatur secara tegas tentang Mucikari, namun sayang ancamannya terlalu ringan Soesilo (1991) memberikan penjelasan : 1. Mucikari = makelar cabul, artinya seorang laki laki yang hidupnya seolah olah dibiayai oleh pelacur yang tinggal bersama sama dengan dia, yang dalam pelacuran menolong, mencarikan langganan langganan, dari hasil mana dia mendapat bagiannya. 2. Seorang laki laki terhadap istrinya sendiri menurut Arrest Hoge Raad 8 Maret 1912 dapat pula dihukum sebagai mucikari, bila menarik istrinya untuk melakukan pelacuran, dengan hasil pelacuran mana ia mendapat keuntungan uang.

a. Pada prakteknya perempuan juga dapat menjadi Mucikari, sebenarnya bila benar ada keinginan untuk menutup lokalisasi penerapan pasal 296 dan 506 KUHP secara konsisten akan bisa menjadi dasar dan payung hukum yang kuat.

B. SK BUPATI BUPATI TULUNGAGUNG KEPUTUSAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 188.45 / / 031 / 2011 TENTANG TIM PEMBERDAYAAN DAN PENGENTASAN WANITA TUNA SUSILA KABUPATEN TULUNGAGUNG BUPATI TULUNGAGUNG Menimbang : Bahwa dalam rangka Pemberdayaan Perempuan melalui Pengentasan Wanita Tuna Susila dari lokalisasi menuju Kehidupan yang bermartabat di Kabupaten Tulungagung sesuai Instruksi Gubernur Jawa Timur nomor 460/16474/031/2010, tanggal 30 Nopember 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Prostitusi, serta Woman Trafficking maka perlu membentuk Tim Pemberdayaan dan Pengentasan Wanita Tuna Susila Kabupaten Tulungagung yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati Tulungagung. Mengingat : 1. UUD 1945 beserta perubahannya. 2. 3. 4. 5. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. UU nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. UU nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. UU nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah

6. 7. Tangga UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Keppres nomor 88 tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional 8. (RAN)Pemberantasan Perdagangan atau Traficking Perempuan. Instruksi Gubernur Jawa Timur nomor 460/16474/031/2010, tanggal 30 Nopember 2010 perihal Pencegahan dan Penanggulangan Prostitusi, serta Woman Trafficking -2- MEMUTUSKAN Menetapkan : PERTAMA : Menetapkan Tim Pemberdayaan dan Pengentasan Wanita Tuna Susila Kabupaten Tulungagung dengan susunan sebagaimana keanggotaan sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan ini. KEDUA : Tim Pemberdayaan dan Pengentasan Wanita Tuna Susila Kabupaten Tulungagung sebagaimana dimaksud dalam Diktum Pertama Keputusan ini mempunyai tugas sebagai berikut : I. SEKSI DATA DAN INFORMASI 1. 2. 3. Melakukan identifikasi dan inventarisasi wanita tuna susila dan pihak pihak terkait di lokalisasi. Membuat Data Base data diri wanita tuna susila di lokalisasi Melakukan sosialisasi kepada masyarakat umum tentang upaya pemberdayaan perempuan melalui pengentasan wanita tuna susila dari lokalisasi menuju kehidupan yang

bermartabat 4. 5. Mengelola kegiatan kegiatan kehumasan Melakukan kajian, monitoring dan evaluasi terhadap jalannya kegiatan secara keseluruhan. Melakukan langkah langkah yang diperlukan guna mendukung pencapaian tujuan. II. SEKSI PELATIHAN DAN REHABILITASI SOSIAL 1. 2. 3. 4. Menyelenggarakan kegiatan bimbingan kepada wanita tuna susila binaan dalam rangka mengupayakan perubahan pola pikir dan perilaku menuju konstruksi positif sesuai koridor norma agama dan sosial Menyelenggarakan kegiatan pembekalan kepada wanita tuna susila binaan terkait pemahaman terhadap hukum dan perundang-undangan. Menyelenggarakan pelatihan keterampilan sesuai bakat, minat dan potensi wanita tuna susila binaan. Melakukan langkah langkah yang diperlukan guna mendukung pencapaian tujuan. III. SEKSI KEAMANAN DAN KETERTIBAN 1. 2. 3. 4. Melakukan identifikasi dan inventarisasi potensi gejolak dan konflik terkait pengosongan lokalisasi. Melakukan usaha usaha pencegahan dan penanggulangan gejolak dan konflik yang muncul. Mendayagunakan semua potensi demi terciptanya suasana kondusif untuk mendukung keseluruhan kegiatan Melakukan langkah langkah yang diperlukan guna mendukung pencapaian tujuan.

IV. SEKSI RESOSIALISASI / PENDAMPINGAN. 1. 2. 3. 4. 5. Mempersiapkan dan mengkondisikan daerah asal wanita tuna susila binaan agar bisa mendukung proses resosialisasi. Mempersiapkan proses pemulangan wanita tuna susila binaan. Melaksanakan pemulangan wanita tuna susila binaan. Melaksanakan pendampingan wanita tuna susila binaan dalam proses resosialisasi. Melakukan langkah langkah yang diperlukan guna mendukung pencapaian tujuan V. SEKSI PEMBERDAYAAN EKONOMI 1. 2. 3. 4. Melakukan kajian terhadap wanita tuna susila binaan dalam hubungannya dengan jenis usaha ekonomi produktif yang dipilih dan daya dukung lingkungan dan pasar. Merumuskan formulasi, jenis dan volume kegiatan usaha ekonomi produktif dalam rangka pemberdayaan wanita tuna susila binaan. Melaksanakan pengadaan paket bantuan kegiatan usaha ekonomi produktif Melaksanakan kegiatan pendampingan pengelolaan bantuan usaha ekonomi produktif. Melakukan langkah langkah yang diperlukan guna mendukung pencapaian tujuan

KETIGA : Tim Pemberdayaan dan Pengentasan Wanita Tuna Susila Kabupaten Tulungagung bersifat Ad Hoc dengan masa kerja tak terbatas dan bertanggungjawab langsung kepada Bupati Tulungagung KEEMPAT : Semua biaya yang timbul akibat diterbitkannya Keputusan ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tulungagung KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan Ditetapkan di Tulungagung Pada tanggal 2011 Desember BUPATI TULUNGAGUNG Ir. HERU TJAHJONO, MM

LAMPIRAN : KEPUTUSAN BUPATI T ULUNGAGUNG NOMOR TANGGAL : : 188.45/ /031/2011 Desember 2011 SUSUNAN KEANGGOTAAN TIM PEMBERDAYAAN DAN PENGENTASAN WANITA TUNA SUSILA KABUPATEN TULUNGAGUNG NO. JABATAN DALAM TIM JABATAN DALAM DINAS 1 2 3 1 Penanggung Jawab Bupati Tulungagung Muspida Kab. Tulungagung 2 Ketua Sekretaris Daerah Kab. Tulungagung 3 Wakil Ketua Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Tulungagung 4 Sekretaris 1. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Linmas

Kab. Tulungagung 2. Kepala Bidang Sosial Dinsosnakertrans Kab. Tulungagung 5 Seksi Data dan Informasi 1. Kepala Bappeda Kab. Tulungagung 6 Seksi Pelatihan dan Rehabilitasi Sosial. 2. Kepala Bagian Humas Setda Kab. Tulungagung 3. Kepala Subag. Bina Program Dinsosnakertrans. Kab. Tulungagung 1. Kepala Dinas Kesehatan Kab. Tulungagung 2. Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Tulungagung 3. Kepala Bagian Kesra Setda Kab. Tulungagung 4. Kepala Seksi Rehyansos Dinsosnakertrans Kab. Tulungagung. 4. Ketua MUI Tulungagung, 5. Ketua Muhammadiyah Tulungagung, 6. Ketua PC NU Tulungagung, 7. Ketua LDII Tulungagung, 8. Ketua BAMAG Tulungagung

9. Ketua PAROKI Tulungagung 1 2 3-5- 7 Seksi Keamanan dan Ketertiban 1. Kepala Satpol PP Kab. Tulungagung 2. Kepala Kepolisian Resort Tulungagung 3. Komandan Kodim 08/07 Tulungagung 4. Kepala Bag. Hukum Setda Kab. Tulungagung 6. Kapolsek Ngunut. dan Kedungwaru 8 Seksi Resosialisasi (pendampingan) 7. Komandan Koramil Ngunut dan Kedungwaru 8. Camat Ngunut dan Kedungwaru 1. Kepala BPP & KB Kab. Tulungagung 2. Kepala Bag. Pemerintahan Setda Kab. Tulungagung 3. Kepala Seksi PSM Dinsosnakertrans 9 Seksi Pemberdayaan Kab. Tulungagung 1. Kepala BPMPD Kab. Tulungagung 2. Kepala Bag. Ekonomi Setda Kab. Tulungagung. 3. Kepala Seksi BP Sos Dinsosnakertrans

Kab. Tulungagung 4. Ketua GP Anshor Tulungagung 5. Komandan Banser Tulungagung 7. Ketua Aisyiah Tulungagung 8. Ketua Muslimat NU Tulungagung. 9. Ketua Fatayat Tulungagung. BUPATI TULUNGAGUNG Ir. HERU TJAHJONO, MM

C. Foto foto b. Foto pedagang di lokalisasi