Summary GAMBARAN PERILAKU KELUARGA TENTANG UPAYA PENCEGAHAN DBD DI DESA LUHU KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013 Ade Rahmatia Podungge NIM : 841 409 002 Program Studi Ilmu Keperawatan Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo Abstrak Di Indonesia DBD adalah penyakit yang angka kesakitannya masih tinggi. Hal ini tentu erat kaitannya dengan perilaku keluarga yang dapat dilihat dari pengetahuan, sikap dan tindakan tentang pencegahan DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku keluarga tentang upaya pencegahan DBD. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian survey deskriptif. Dengan jumlah populasi 1109 KK dan sampel 294 KK terdiri dari ayah atau ibu yang berdomisili di Desa Luhu. Pemilihan sampel menggunakan metode Proporsional random sampling. Data diperoleh melalui kuesioner dan diolah dalam SPSS menggunakan tabel frekuensi dengan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52% keluarga memiliki pengetahuan cukup, 27,2% keluarga memiliki pengetahuan baik dan 20,7% keluarga memiliki pengetahuan kurang. 76% keluarga memiliki sikap cukup, 18,2% keluarga memiliki sikap baik dan 4,4% keluarga memiliki sikap kurang. 85% keluarga memiliki tindakan cukup, 14% memiliki tindakan baik dan hanya 1% keluarga memiliki tindakan kurang. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa perilaku keluarga tentang upaya pencegahan DBD di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo berada dalam kategori cukup baik. Dari hasil penelitian ini diharapkan perilaku keluarga tentang pencegahan DBD dapat semakin baik sehingga menurunkan angka kesakitan penyakit DBD. Kata Kunci : Perilaku, Keluarga, Pencegahan, DBD
I. PENDAHULUAN Demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama masyarakat internasional dan merupakan jenis penyakit yang berpotensi mematikan. DBD pertama kali diakui pada tahun 1950 dan menjadi wabah di Filipina dan Thailand. Saat ini 2,5 miliar orang atau dua perlima dari populasi dunia menghadapi resiko dari DBD (WHO, 2012). Kasus penyakit DBD di Indonesia selama tahun 2010 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut data sementara di Rektorat pengendalian penyakit bersumber binatang kementerian kesehatan, jumlah kasus dengan DBD selama tahun 2010 sebanyak 150.000 kasus dengan 1.317 kematian, sedangkan jumlah kasus DBD tahun 2009 sebanyak 137.600 kasus dengan 1.170 kematian (Hadinegoro, 2006 dalam Hidayah, 2009). Berdasarkan data yang di dapat dari Puskesmas Mongolato, jumlah kasus DBD diwilayah kerja Puskesmas Mongolato mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2010 jumlah penderita adalah 20 jiwa, tidak ada yang meninggal, pada tahun 2011 menurun dengan jumlah penderita 16 jiwa dan 1 jiwa yang meninggal, sedangkan pada tahun 2012 jumlah penderita menjadi 21 jiwa, 2 jiwa meninggal. Dan yang di dapati terbanyak penderita di desa Luhu Kec. Telaga Kab. Gorontalo dengan jumlah penderita tahun 2010 adalah 12 jiwa tidak ada yang meninggal, tahun 2011 penderita berjumlah 8 jiwa 1 meninggal, dan tahun 2012 jumlah penderita 12 jiwa 2 jiwa meninggal. II. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui perilaku yang dilihat dari pengetahuan, sikap, dan tindakan keluarga tentang pencegahan DBD di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh keluarga yang pernah menderita dan tidak pernah menderita demam berdarah dengue yang berjumlah 1109 KK terdiri dari lima Dusun yaitu Dusun Ipilo, Dusun Botutela, Dusun Nananti, Dusun Beledata dan Dusun Tapalu. Teknik pengambilan sampel menggunakan Poporsional Random Sampling dengan jumlah sampel 294 KK terdiri dari Dusun Ipilo 67 KK, Dusun Botutela 56 KK, Dusun Nanati 50 KK, Dusun Beledata 80 KK dan Dusun Tapalu 41 KK yang semuanya diambil sebagai sampel pada penelitian. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, teknik analisis data diolah dengan program SPSS.16,0 menggunakan tabel frekuensi dengan teknik analisis data univariat untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga tentang upaya pencegahan DBD di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian Karakteristik responden berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 26-32 tahun, pendidikan responden sebagian besar SD/sederajat, pekerjaan responden sebagian besar adalah IRT dan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan. 3.1.1 Pengetahuan Keluarga Tentang Upaya Pencegahan DBD Tabel 3.1 Distrubusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tingkat Pengetahuan frekuensi (orang) % Baik 80 27,2 Cukup 153 52 Kurang 61 20,7 Total 249 100 Sumber: Data Primer Tabel 3.1 menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga memiliki pengetahuan cukup tentang upaya pencegahan DBD yaitu sebesar 52%, keluarga yang memiliki pengetahuan baik sebesar 27,2%, dan sebesar 20,7% keluarga memiliki pengetahuan yang kurang. 3.1.2 Sikap Keluarga Tentang Upaya Pencegahan DBD Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Kategori Sikap Sikap frekuensi (orang) % Baik 53 18,2 Cukup 228 76 Kurang 13 4,4 Total 294 100 Sumber : Data primer Pada Tabel 3.2 menunjukkan bahwa sikap keluarga terhadap upaya pencegahan DBD cukup baik yaitu sebesar 76%. Keluarga yang memiliki sikap baik sebesar 18,2%, dan yang memiliki sikap kurang 4,4%.
3.1.3 Tindaka Keluarga Tentang Upaya Pencegahan DBD Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Kategori Tindakan Sikap frekuensi (orang) % Baik 41 14 Cukup 250 85 Kurang 3 1 Total 294 100 Sumber : Data Primer Tabel 3.3 menunjukkan bahwa tindakan keluarga terhadap upaya pencegahan DBD adalah cukup yaitu sebesar 85%, keluarga yang memiliki tindakan baik adalah 14% dan yang memiliki tindakan kurang hanya 1%. 3.2 Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga tentang upaya pencegahan demam berdarah dengue (DBD) di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. 3.2.1 Pengetahuan Responden Tentang Upaya Pencegahan DBD Tabel 3.1 menunjukkan bahwa pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan DBD dikategorikan cukup yaitu sebesar 52%, dalam hal ini keluarga mengetahui bahwa DBD disebabkan oleh infeksi virus, DBD merupakan penyakit menular, nyamuk penyebab penularan, pemberantasan dengan 3M, penggunaan kawat pada ventilasi rumah, mengetahui cara mencegah perkembangbiakkan nyamuk dengan mengganti tempat minum hewan peliharaan, tempat penampungan air dapat menjadi tempat nyamuk berkembangbiak, penggunaan kelambu dan obat anti nyamuk. Akan tetapi kurang mengetahui tentang sarana perkembangbiakkan nyamuk, waktu nyamuk menggigit, dan kurang memahami tentang pencegahan dengan menguras air pada bak mandi dimana responden berpendapat bahwa menguras bak mandi tidak harus dilakukan, serta tidak memahami tentang manfaat dari fogging (pengasapan). Berdasarkan penelitian di atas, banyaknya responden yang menjawab kuesioner dengan jawaban yang kurang tepat, sehingga peneliti berasumsi bahwa keluarga kurang mencari informasi atau salah dalam penyerapan informasi tentang DBD dan pencegahannya. Informasi yang dperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Semakin banyak seseorang menerima informasi mengenai suatu penyakit maka pengetahuannya akan semakin bertambah.
3.2.2 Sikap Keluarga Tentang Upaya Pencegahan DBD Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden yang memiliki sikap cukup terhadap pencegahan DBD sebesar 76%, terutama dalam hal menguras bak mandi, mengubur barang bekas, dan menutup tempat penampungan air. Akan tetapi kurang menyikapi tentang penggunaan kawat pada ventilasi rumah, penggunaan kelambu, keluarga kurang menyikapi tentang pencegahan dengan fogging, dimana mereka berpendapat bahwa hanya dengan fogging sudah mampu memberantas nyamuk pembawa virus, keluarga juga berpendapat bahwa membuang sampah pada tempatnya tidak termasuk dalam pencegahan DBD sehingga kurang menyikapi hal ini. Menurut Allport (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu kepercayaan (keyakinan), kehidupan emosional, dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini salah satu yang memegang peran penting adalah pengetahuan. Dari hasil penelitian tersebut peneliti berasumsi bahwa seorang anggota keluarga dalam hal ini ayah atau ibu yang mengetahui tentang DBD dan pencegahannya, pengetahuan ini akan membawa keluarga untuk berpikir dan berusaha agar anggota keluarga lain tidak akan terkena penyakit DBD. 3.3.3 Tindakan Keluarga Tentang Upaya Pencegahan DBD Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan keluarga tentang upaya pencegahan DBD dalam kategori cukup yaitu sebesar 85%, dalam hal ini keluarga selalu menggunakan obat anti nyamuk, menutup tempat penampungan air, dan melakukan pencegahan dengan 3M. Akan tetapi kurang melakukan tindakan seperti kurang menggunakan kawat pada ventilasi rumah, mengubur barang bekas dan kurang berpartisipasi saat diadakan pengasapan (fogging), serta kurang menggunakan kelambu. Dari hasil tersebut peneliti berasumsi bahwa hal ini disebabkan karena pengetahuan dan sikap yang dimiliki oleh keluarga masih cukup sehingga masih banyak keluarga yang tidak melaksanakan pencegahan DBD dengan baik dan benar. Kesadaran akan tumbuh pada keluarga untuk melakukan tindakan pencegahan DBD jika keluarga memiliki pengetahuan yang baik dimana keluarga mampu mengenal secara detail masalah kesehatan yang berhubungan dengan DBD. Hasil ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2012) bahwa pengetahuan seseorang akan sejalan dengan sikap dan tindakannya.
3.3.4 Perilaku Keluarga Tentang Upaya Pencegahan DBD Hasil pengetahuan keluarga adalah sebagian besar keluarga memiliki pengetahuan yang cukup tentang DBD dan pencegahannya yaitu sebesar 52%, keluarga yang memiliki pengetahuan baik sebesar 27,7% dan 20,7% yang berpengetahuan kurang. Sedangkan sikap keluarga pada penelitian ini didapati bahwa sikap keluarga sebgian besar adalah cukup yaitu sebesar 76%, baik 18,2% dan kurang 4,4%. Dan tindakan keluarga pada penelitian ini di dapati bahwa sebagian besar keluarga memiliki tindakan yang cukup tentang pencegahan DBD yaitu sebesar 85%, baik 14% dan kurang hanya 1%. Maka secara keseluruhan keluarga di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo memiliki perilaku yang cukup tentang upaya pencegahan DBD. Menurut Notoatmodjo (2012) Perilaku dibedakan menjadi 2 yaitu perilaku tertutup dan perilaku terbuka. Perilaku tertutup yang dimaksud adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tertutup, respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada pengetahuan dan sikap yang belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Perilaku terbuka yang dimaksud adalah tindakan nyata atau praktik dimana seseorang merespon terhadap stimulus itu sudah jelas. Keluarga dengan pengetahuan yang tinggi terhadap DBD dan pencegahannya belum tentu memiliki tingkat keterampilan yang baik untuk melakukan tindakan pencegahan DBD. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang didapatkan oleh keluarga, dimana keluarga hanya mendapat informasi dari media masa atau elektronik yang memberikan informasi hanya secara umum saja dan tidak sampai pada pengetahuan tentang DBD dan pencegahannya secara baik dan jelas. Keluarga yang memiliki keinginan untuk mendapatkan edukasi berupa pendidikan kesehatan akan lebih tepat bila petugas kesehatan melakukan pengecekkan dan pembinaan secara langsung kepada keluarga yang bertujuan untuk peningkatan pemahaman dan kesadaran tentang DBD dan pencegahannya didalam keluarga sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan menimbulkan kesadaran tentang kesehatannya serta perubahan yang dicapai dapat bertahan lama. IV. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo memiliki perilaku yang cukup tentang uapay pencegahan DBD. Diharapkan dalam upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit DBD, partisipasi keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat sangat diperlukan. Untuk itu diharapkan masing-masing keluarga dapat secara aktif berperan penting dalam pencegahan DBD di lingkungan rumahnya.