MEMAHAMI ANTILOKUSI PADA POLISI

dokumen-dokumen yang mirip
Memahami Perilaku Komunikasi dalam Adaptasi Budaya Pendatang dan Hostculture berbasis Etnisitas

ABSTRAK. Kata kunci : akomodasi, jawa, batak, interaksi

PENGALAMAN KOMUNIKASI REMAJA YANG DIASUH OLEH ORANGTUA TUNGGAL

ANALISIS RESEPSI PEMBACA RAMALAN ZODIAK DI ASK FM LIGHTGIVERS

KOMUNIKASI ANTAR PERSONAL DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTARSUKU

Fenomena Penggunaan Blackberry Messenger Sebagai Media Personal Branding

PERILAKU KOMUNIKASI REMAJA DENGAN LINGKUNGAN SOSIAL DARI KELUARGA SINGLE PARENT. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan.

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS) Oleh : Ira Purwitasari

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

PERAN SIGNIFICANT OTHERS

PENGARUH TERPAAN PEMBERITAAN KEKERASAN PELAJAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PELAJAR. : Herlina Kurniawati : D2C006040

Silabus dan Satuan Acara Perkuliahan

DAFTAR PUSTAKA. . (2011). Penelitian Kualitatif edisi Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan meningkatnya ketergantungan ekonomi,

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

NEGOSIASI IDENTITAS PENDATANG DENGAN MASYARAKAT JAWA (Sudi Deskriptif pada Mahasiswa Balikpapan di Kota Malang) SKRIPSI

MEMAHAMI KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS DALAM MEMBERIKAN PENDIDIKAN SEKSUAL PADA MASA PUBER. Penyusun

SKRIPSI. Oleh: NIRMALA PUTRI KUSUMANINGTYAS DOSEN PEMBIMBING : 1. Nasrullah, S.Sos, M.Si 2. Isnani Dzuhrina, S.Sos, M.Adv

SKRIPSI. Imam Mahmudi NIM:

Memahami Pengalaman Individu yang Resisten dengan Industri. Rokok dalam Mengikuti Program Djarum Bakti Pendidikan dan. Program Beasiswa Bulutangkis

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

Pembelajaran. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Memahami materi perkuliahan secara Umum/Menyepakati kontrak belajar

MANAJEMEN DIRI UNTUK MENGELOLA KETIDAKPASTIAN DAN KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA ASAL KALIMANTAN BARAT DI SURAKARTA

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT

BAB III METODE PENELITIAN

STEREOTIP SUKU MINAHASA TERHADAP ETNIS PAPUA (STUDI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NEGOSIASI IDENTITAS KULTURAL TIONGHOA MUSLIM DAN KELOMPOK ETNISNYA DALAM INTERAKSI ANTARBUDAYA. Abstrak

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. 1 Kita mulai

POLA JARINGAN KOMUNIKASI DALAM KOMUNITAS SEPEDA ONTHEL. (Studi pada anggota Komunitas Timbang Melaku Club di Kota Mojokerto) SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI

Komunikasi dan Etika Profesi

BAB IV PENUTUP. interpersonal dalam VCT, penulis melihat bahwa wujud komunikasi interpersonal

PERILAKU KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA MAHASISWA SUMBAWA DALAM UPAYA ADAPTASI BUDAYA. Studi Pada Paguyuban Mahasiswa Sumbawa di Malang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

Penyusun : Nikolaus Ageng Prathama : D2C006063

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat banyak orang Korea berdatangan di negara di mana mereka. satunya di Indonesia. Selain ingin melakukan perjalanan

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

Studi Pengalaman Negosiasi Identitas antara Anak yang Melakukan Perpindahan Agama kepada Orang Tuanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN PENANGKAPAN WAKIL KETUA KPK BAMBANG WIDJOJANTO (Studi di Majalah Berita Mingguan Tempo Edisi Februari 2015)

INTERPRETASI WARGA BANJAR TERHADAP KAIN SASIRANGAN SEBAGAI IDENTITAS KULTURAL (Studi pada Anggota Forum Komunikasi Mahasiswa Banjarmasin di Malang)

AKTIVITAS KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Pertama yaitu, Communication Privacy Management Gay dalam Menjaga Hubungan Antarpribadi dengan teman.

PESAN PROSOSIAL DAN ANTISOSIAL DALAM FILM (Analisis Isi Pada Film Minggu Pagi di Victoria Park Karya Lola Amaria)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,

Hubungan antara Terpaan Publisitas dan Faktor Demografis. dengan Dukungan Masyarakat pada Kegiatan City Branding Jepara

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG TAYANGAN HIBURAN TELEVISI DALAM MEMBENTUK JATI DIRI ISLAMI SKRIPSI

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS GUNADARMA. Tanggal Penyusunan 28/02/2017 Tanggal revisi dd/bb/thn

KOMUNIKASI VERBAL PEREMPUAN DALAM RESPON INTERAKTIF OPERATOR SELULER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

Eksistensi Kulkul Sebagai Media Komunikasi Tradisional

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI LURAH DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI KELURAHAN KOLASA KECAMATAN PARIGI KABUPATEN MUNA

PASAR SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA (Studi Deskriptif Pedagang Pasar Segiri Samarinda)

BAB III METODE PENELITIAN

RESUME PRAKTEK PENELITIAN KOMUNIKASI HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON PROGRAM KUTHANE DEWE DENGAN TINGKAT PEMAHAMAN ISI BERITA YANG DIDAPAT

KOMUNIKASI KELUARGA UNTUK MENUMBUHKAN MOTIVASI SEMBUH PADA ANAK PENDERITA KANKER. Misbah Hayati, Universitas Diponegoro.

KONSTRUKSI MAKNA STEREOTIP REMAJA DARI KELUARGA BERCERAI PADA IBU TIRI

AKTIVITAS KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK TUNARUNGU

Hubungan antara Kebutuhan Informasi mengenai Seks dan Intensitas Membaca Rubrik Seks dengan Kepuasan Informasi mengenai Seks di Majalah Pria Dewasa

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI UNTUK MEMBANGUN KOMITMEN PACARAN SERIUS SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

Pengaruh Self disclosure Terhadap Stabilitas Hubungan Antar PSK di Lokalisasi Sunan Kuning Semarang

04Ilmu. Komunikasi Antar Budaya. Fungsi Komunikasi Antar Budaya. Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si. Komunikasi. Modul ke: Fakultas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah mahluk sosial budaya yang memperoleh perilakunya

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA THAILAND DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS FARMAKOLOGI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

TEORI KOMUNIKASI. Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN\ sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. 1. Penelitian deskriptif yang ditujukan untuk: 2

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

MODEL KOMUNIKASI INTERPERSONAL LESBIAN SKRIPSI

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi terhadap data-data hasil

Resolusi Konflik Pada Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) Di Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) FISIP Undip. Skripsi

BAB IV PENUTUP. yang sama sebagai bagian dari Pasar Klewer. Kondisi groupthink terlihat jelas. tertinggi dalam struktur kepengurusan.

KOMUNIKASI ADAPTASI KELUARGA DALAM REMARRIAGE SUMMARY SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1.

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU

MEMAHAMI PROSES KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM KELOMPOK KERJA: PENELITIAN PADA ANGGOTA AIESEC BERKEWARGANEGARAAN INDONESIA YANG BERTUGAS DI LUAR NEGERI

KONSEP DIRI PENYANYI DANGDUT LOKAL PEREMPUAN

1. BAB I PENDAHULUAN

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana

Pertemuan 6 20 April 2013

Summary KOMUNIKASI SENIOR DAN JUNIOR PADA KELOMPOK PELAJAR DALAM UPAYA MEMPERTAHANKAN BUDAYA TAWURAN. Penyusun. Nama : Rizka Amalia NIM : D2C008070

STEREOTYPE TENTANG ETNIS MADURA SEBAGAI INTERCULTURAL BARIER DALAM KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia diciptakan sebagai makhluk multidimensional, memiliki akal

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005).

KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU DENGAN SISWA TUNARUNGU DI SEKOLAH LUAR BIASA IDAYU PAKIS SKRIPSI

DINAMIKA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DI KALANGAN MAHASISWA FISIP USU DALAM MENJAGA HARMONISASI. Fipit Novita Sari

KOMUNIKASI PERSUASI MELALUI JILBAB SEBAGAI MEDIA DAKWAH SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

INTERAKSI SOSIAL DAN GAYA KOMUNIKASI MELALUI FACEBOOK

JEMBATAN EMAS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Pengelolaan Kecemasan dan Ketidakpastian Individu dalam Komunikasi Antarbudaya (Kasus Pelajar SMA Papua di Semarang) Skripsi

IDENTITAS ETNIS DAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA SKRIPSI YUANITA EVIANI BR SITEPU

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang. dalam pembangunan bangsa dan karakter.

PENERAPAN KOMUNIKASI NONVERBAL GERAK TUBUH GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PADA ANAK TUNARUNGU. (Studi Pada Guru SMALB Negeri Kota Banyuwangi)

Arwani dan Monica Ester, Komunikasi Dalam Keperawatan. EGC Jakarta, 2002.

Transkripsi:

MEMAHAMI ANTILOKUSI PADA POLISI Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Penyusun Nama : Alifati Hanifah NIM : 14030110141003 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014

ABSTRAKSI Judul: Memahami Antilokusi Pada Polisi Nama : Alifati Hanifah NIM : 14030110141003 Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya pemberitaan di media massa dan informasi negatif mengenai perilaku buruk polisi di masyarakat. Pemberitaan tersebut membuat masyarakat memiliki persepsi dan stereotip negatif dan munculnya prasangka terhadap polisi. Ekspresi prasangka terhadap polisi seringkali ditemui dalam taraf antilokusi, yaitu ekspresi menggunjingkan perilaku buruk polisi, dan menyebabkan komunikasi polisi dengan lingkungan sosial tempat tinggalnya menjadi terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana munculnya prasangka terhadap polisi dan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengelola prasangka tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang merujuk pada paradigma interpretif dan tradisi fenomenologi. Peneliti menggunakan konsep persepsi dan stereotip untuk menjelaskan munculnya prasangka terhadap polisi, dan konsep lima ekspresi prasangka untuk menjelaskan ekspresi prasangka terhadap polisi yang seringkali ditemui di masyarakat. Teknik analisis yang digunakan adalah metode fenomenologi dari Van Kaam. Informan penelitian berasal dari anggota polisi dan masyarakat umum, yang sekaligus merupakan tetangga informan polisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prasangka terhadap polisi tidak selalu disebabkan oleh persepsi dan stereotip negatif yang dimiliki seseorang. Hal tersebut disebabkan adanya faktor lain yang menyebabkan munculnya prasangka yaitu lingkungan budaya informan yang merupakan lingkungan budaya konteks tinggi (high context cultural). High context cultural menjelaskan bahwa anggota budaya ini menggunakan latar belakang sosial untuk menilai seseorang, sehingga prasangka lebih mudah muncul dalam kelompok budaya ini. Temuan penelitian juga menunjukkan bahwa komunikasi untuk mengelola hanya dilakukan oleh informan polisi dikarenakan informan polisi memiliki kepentingan dan tujuan untuk mengurangi prasangka terhadap institusinya. Informan polisi menggunakan pesan verbal dan nonverbal untuk melakukan komunikasi tersebut. Cara yang digunakan informan merupakan ciri khas komunikasi yang dilakukan anggota budaya konteks tinggi. Keyword: Prasangka, Antilokusi dan Budaya konteks tinggi

Rumusan Masalah Instansi kepolisian, khususnya anggota polisi, seringkali dipersepsikan dengan negatif. Persepsi tersebut dibentuk oleh adanya tindakan-tindakan yang kurang bijaksana yang dilakukan oleh sebagian oknum Polisi. Hal ini juga dapat dilihat pada pemberitaan di media massa mengenai kasus-kasus yang melibatkan anggota polisi, yang juga semakin memperkuat persepsi tersebut. Adanya persepsi ini juga menimbulkan munculnya stereotip negatif masyarakat mengenai anggota polisi. Stereotip membantu pikiran seseorang untuk menyederhanakan gambaran mengenai anggota polisi dan mengarahkan sikap kita dalam menghadapi anggota polisi. Stereotip ini juga memunculkan adanya prasangka masyarakat terhadap anggota polisi. Prasangka membuat seseorang bersikap dengan tidak fleksibel, ketika berinteraksi dengan anggota polisi, sehingga komunikasi yang terjadi antara anggota polisi dengan orang yang memiliki prasangka negatif terhadap anggota polisi berjalan dengan tidak alami. Orang cenderung mengekpresikan prasangka yang ia miliki mengenai anggota polisi dalam taraf antilokusi. Yaitu dengan menceritakan rumor/cerita buruk mengenai anggota polisi kepada orang disekitarnya, yang sering kali dilakukan oleh orang lingkungan sosialnya, terutama tetangga. Dengan adanya prasangka dan ekspresi prasangka orang disekitarnya menyebabkan komunikasi dan interaksi polisi dengan lingkungan sosialnya menjadi tidak nyaman. Maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana prasangka terhadap polisi diekspresikan dan bagaimana komunikasi digunakan untuk

mengelola prasangka terhadap polisi, dalam bentuk antilokusi dalam interaksi polisi dengan lingkungan sosial tempat tinggalnya. Tujuan 1. Menjelaskan bagaimana munculnya antilokusi terhadap polisi 2. Menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengelola prasangka dalam bentuk antilokusi terhadap polisi dalam interaksi polisi dengan lingkungan sosial tempat tinggalnya. Kerangka Teori Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, dengan paradigma interpretif dan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini menggunakan konsep persepsi, stereotip, prasangka dan lima ekspresi prasangka untuk menjelaskan prasangka terhadap polisi. Pemberitaan, informasi dan pengalaman langsung yang didapat dan dialami masyarakat mengenai kasus-kasus yang melibatkan anggota Polisi dapat membentuk persepsi negatif masyarakat mengenai anggota Polisi. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimulus indrawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 2011: 51). Persepsi terbatas yang dimiliki masyarakat terhadap polisi dapat menimbulkan adanya stereotip terhadap polisi. Stereotipe merupakan bentuk kompleks dari pengelompokan yang secara mental mengatur pengalaman anda dan mengarahkan sikap anda dalam menghadapi orang-orang tertentu. Hal ini

menjadi cara untuk mengatur gambaran-gambaran yang anda miliki kedalam suatu kategori yang pasti dan sederhana yang anda gunakan untuk mewakili sekelompok orang (Lippman, dalam Samovar,dkk, 2010: 170). Adanya stereotipe juga membuat kita memiliki prasangka terhadap anggota polisi. Prasangka sendiri merupakan generalisasi kaku dan menyakitkan mengenai sekelompok orang. Prasangka menyakitkan dalam arti bahwa orang memiliki sikap yang tidak fleksibel yang didasarkan atas sedikit atau tidak ada bukti sama sekali. Orang-orang dari kelas sosial, jenis kelamin, orientasi seks, usia, partai politik, ras atau etnis tertentu dapat menjadi target dari prasangka (Macionis, dalam Samovar dkk, 2010: 173). Konsep lima ekspresi prasangka, yang dikemukakan Allport, menjelaskan bahwa prasangka biasa diekspresikan dalam lima taraf. Ekspresi prasangka terhadap polisi seringkali diekspresikan dalam bentuk gunjingan atau gossip mengenai perilaku buruk polisi. Ekspresi tersebut menurut Allport termasuk dalam taraf pertama yaitu taraf antilokusi. Pembahasan Informan penelitian ini terdiri dari dua unit informan, satu unit terdiri dari satu informan yang berasal dari anggota polisi dan satu informan yang berasal dari masyarakat umum, yang juga merupakan tetangga dari informan polisi. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dengan informan. Hasil wawancara kemudian dianalisis menggunakan metode analisis fenomenologi dari Van Kaam.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa persepsi informan terhadap polisi tidak hanya disebabkan oleh banyaknya pengetahuan informan mengenai perilaku buruk polisi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang ada pada informan. Temuan penelitian menunjukkan persepsi yang dimiliki informan yang berasal dari masyarakat umum cenderung positif, sedangkan informan yang berasal dari anggota polisi beranggapan bahwa masyarakat memiliki persepsi negatif terhadap polisi. Hal tersebut dikarenakan pembentukan persepsi mengenai polisi tidak hanya disebabkan oleh banyaknya informasi negatif mengenai polisi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya. Kerangka rujukan yang dimiliki informan yang berasal dari masyarakat umum juga dapat memengaruhi bagaimana pembentukan persepsi pada informan tersebut. Kerangka rujukan yang cenderung positif mengenai polisi, yang dimiliki informan yang berasal dari masyarakat umum membentuk persepsi positif terhadap polisi. Namun pada informan yang berasal dari polisi proses penafsiran makna pada persepsi juga dipengaruhi oleh sensasi, atensi, ekspektasi, motivasi dan memori yang dimiliki informan. Harapan yang tinggi pada informan anggota polisi, membuat informan menjadi lebih peka terhadap pandangan buruk masyarakat terhadap instansinya. Hal tersebut membuat informan yang berasal dari anggota polisi memersepikan masyarakat memiliki persepsi negatif terhadap polisi. Temuan penelitian menunjukkan juga bahwa persepsi dan stereotip tidak selalu menyebabkan munculnya prasangka. Pengalaman informan polisi menunjukkan bahwa prasangka disebabkan oleh persepsi dan stereotip negatif terhadap polisi, tetapi pada pengalaman informan masyarakat umum persepsi dan

stereotip positif mengenai polisi tetap menyebabkan munculnya prasangka. Hal tersebut karena prasangka pada informan masyarkat umum dipengaruhi oleh budaya konteks tinggi (high context cultural) yang dimiliki masyarakat suku Jawa yang merupakan lingkungan tempat tinggal informan. Masyarakat budaya konteks tinggi banyak menggunakan latar belakang sosial untuk menilai seseorang, sehingga peluang munculnya prasangka akan lebih besar, begitu pula dengan prasangka terhadap polisi. Komunikasi untuk mengelola prasangka terhadap polisi hanya aktif digunakan oleh informan yang merupakan anggota polisi, sedangkan informan yang berasal dari masyarakat umum tidak melakukan komunikasi untuk mengelola prasangka. Hal tersebut dikarenakan adanya kepentingan dan tujuan pada informan polisi untuk mengelola dan mengurangi prasangka yang ada di masyarakat, sehingga interaksi anggota polisi di masyarakat dapat berlangsung dengan baik. Informan yang berasal dari anggota polisi mengelola prasangka terhadap polisi dengan komunikasi verbal dan non verbal. Informan polisi melakukan komunikasi verbal dengan memberikan pengertian dan penjelasan dalam kesempatan seperti dalam pertemuan rutin RT dan PKK. Informan juga melakukan komunikasi non verbal dengan memberikan contoh sebagai warga dan polisi yang baik. Informan juga terbuka untuk memberikan bantuan kepada masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya, terutama bantuan yang dapat dilakukannya sebagai polisi. Cara-cara komunikasi untuk mengelola prasangka yang dilakukan oleh informan yang berasal dari anggota polisi merupakan cara-cara yang khas

digunakan oleh budaya konteks tinggi. Informan menggunakan pesan-pesan non verbal untuk menguatkan pesan verbal yang ia sampaikan. Anggota kelompok budaya konteks tinggi menggunakan banyak pesan non verbal untuk mendukung komunikasi. Pesan non verbal seringkali lebih dapat dipercayai daripada pesan verbal.

Daftar Pustaka Referensi Buku : DeVito, Joseph. (1997). Komunikasi Manusia Kuliah Dasar. Jakarta : Professional Books. Littlejohn, Stephen dan Foss. (2009). Teori Komunikasi, Theories of Human Communication. Jakarta : Salemba Humanika. Liliweri, Alo. (2009). Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Moustakas, Clark. (1994). Phenomenological Research Methods. London : Sage Publications. Moleong, Lexy. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosadakarya. Rakhmat, Jalaluddin. (2011). Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosadakarya. Samovar, Porter and McDaniel. (2010). Communication Between Cultures. Boston : Wadsworth Tubbs dan Moss. (2005). Human Communication. Bandung : Rosdakarya West, Richard & Turner. (2009). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, buku 1. Jakarta : Salemba Humanika.

Referensi Penelitian : Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. (2011). Persepsi dan Sikap Masyarakat Terhadap Peran dan Kinerja Polisi. Referensi Internet : http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/11/10/204916/kasu s-penganiayaan-sopir-oleh-anggota-brimob-dilimpahkan-ke-polda diakses pada 14/08/2014 pukul 19.34 Ditangkap-Satu-Oknum-Polisi diakses pada 14/08/2014 pukul 20.09 http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/09/10/175815/tiga- http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2013/01/08/211227/kpk- Periksa-Simulator-SIM-di-Polrestabes-Semarang- diakses pada 15/08/2014 pukul 09.10