BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus menerus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Metode Penemuan Terbimbing. menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.

PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan nasional. Perkembangan zaman saat ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

BAB I PENDAHULUAN. individu, pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan. 1 Istilah

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN. secara eksak berbagai ide dan kesimpulan. 1 Matematika tidak lepas dari. sebagaimana yang ada dalam QS. Mujadilah ayat 11 :

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, dan lewat

BAB I PENDAHULUAN. saat ini adalah mengenai peran dan tanggung jawab guru. Guru sebagai tenaga

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. Pendidikan merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar dapat. mengerti dan untuk dapat memecahkan suatu masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pondasi utama yang dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan. dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara 1

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup secara tepat dimasa akan datang atau dapat juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah yang terjadi pada dunia pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. derajat dan kedudukan suatu negara tersebut menjadi lebih tinggi. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. maju. Dalam Al-qur an surah ar-ra du ayat 11 Allah SWT berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. dan Teknologi (IPTEK) merupakan salah satu faktor penunjang yang penting

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat adalah orang-orang dewasa, orang-orang yang. dan para pemimpin formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern sekarang ini, tuntutan untuk mendapatkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, baik di dalam maupun

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga berkembang di bidang ilmu yang lain, seperti Kimia, Fisika, saat ini dengan penerapan konsep matematika tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, berketerampilan, dan berakhlak mulia. hubungan ini tepat sekali ajaran agama Islam yang menjunjung tinggi ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam ajaran agama Islam, umat Islam diperintahkan untuk semangat

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang maju.pada Al-qur an surah ar-ra d ayat 11 Allah SWT berfirman:

PERBEDAAN STRATEGI PEMBELAJARAN LIGHTENING THE LEARNING CLIMATE DAN EKSPOSITORI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. penting karena dapat menentukan perkembangan dan kemajuan suatu kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah diajarkannya cara menulis Al-Quran dan Hadits. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang RI Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 bab II pasal 3. disebutkan tujuan pendidikan nasional berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena tujuan yang dicapai oleh pendidikan tersebut adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan akhirat. Selain itu, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya manusia-manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berfikir secara kritis dan mandiri serta menyeluruh dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai kunci ilmu pengetahuan adalah mata pelajaran bahasa

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dipelajari, dikembangkan dan dioptimalkan. Berdasarkan Standar Kompetensi Dasar Tingkat MI dalam Peraturan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Pendidikan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. jalan bagi pertumbuhannya dalam segala aspek spritual, imajinatif (kreativitas),

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan segala potensi dan bakat yang terpendam dapat ditumbuhkembangkan,

terdapat pada surat Az-Zumar ayat 9 yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE TERJEMAH BAHASA ARAB DI MAN 1 PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan baik bagi anak maupun bagi masyarakat. 2. berupaya untuk mencetak individu-individu yang berkualitas, salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh kehidupan modern, wanita semakin hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. dan berkualitas. Pendidikan adalah hal yang penting dan sangat berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat

PENGAJIAN RAMADAN 1435 H PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang pendidikan merupakan sara dan wahana yang sangat baik

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor yang penting dalam membentuk akhlak sejak anak usia dini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan individu yang sedang berkembang dimana mereka

BAB I PENDAHULUAN. sekolah-sekolah sampai sekarang merupakan lembaga pendidikan utama yang. merupakan pusat pengembangan sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Adopratama, 2011, hal Depdiknas, Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No. 20

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. awalnya tidak berkompeten akan menjadi manusia yang lebih berkompeten dan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. kearah peningkatan yang lebih positif. Agar usaha-usaha tersebut dapat terwujud

ISLAM DAN TOLERANSI. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. MUHAMMAD ALVI FIRDAUSI, S.Si, MA. Modul ke: Fakultas TEHNIK

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Cara efektif untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. * Seluruh Teks dan terjemah Al-Qur`ān dalam skripsi ini dikutip dari Microsoft Word Menu Add-Ins

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan matematika dalam pembelajaran mampu meningkatkan sumber

mengembangkan berbagai hal, seperti; konsep, prinsip, kreativitas, tanggung

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus menerus tak putus dari generasi ke generasi di manapun di dunia ini. Sasaran pendidikan ialah manusia atau peserta didik. Pendidikan bermaksud untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi-potensi yang ada di peserta didik. Sebagaimana dijelaskan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Sisdiknas, 2007 : 3). Di dalam dunia pendidikan, ada yang dikenal dengan istilah pembelajaran. Menurut Tim Pengembang MKDP kurikulum dan pembelajaran (2013:128), pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar. Adapun menurut Hamalik (2013: 36) makna belajar sendiri ialah suatu proses dimana belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Dengan demikian, proses belajar tidak hanya menghapal konsep-konsep, tetapi suatu kegiatan yang menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Oleh sebab itu, agar terjadi pembelajaran yang bermakna, maka 1

2 guru harus berusaha menggali pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa dan menghubungkan konsep-konsep yang dipahami siswa dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Belajar konsep adalah belajar dengan pemahaman. Dalam kamus besar bahasa indonesia pemahaman berasal dari kata dasar paham, yang berarti mengerti benar. Seseorang dapat dikatakan paham terhadap suatu hal apabila orang tersebut mengerti benar dan mampu menjelaskan suatu hal yang dipahaminya. Sehingga pemahaman konsep dapat diartikan mengerti benar dengan konsep yang dipelajarinya. Selain itu Mulyasa (2005 : 78), menyatakan bahwa pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Kata konsep sendiri banyak didefinisikan oleh para ahli, di antaranya (Riyanto, 2010: 58), mendefinisikan konsep sebagai pengalaman mental, abtraksi dari pengalaman di dunia, ide, dan stimulus. Dengan belajar konsep manusia akan dapat dengan mudah menamai objek atau sesuatu dengan baik. Sehingga konsep dapat diartikan suatu abtraksi dari pengalaman mental seseorang yang akhirnya orang tersebut dapat dengan mudah menamai dan memahami sesuatu dengan baik. Konsep ini berkaitan erat dengan pemahaman, sebab orang dikatakan mengetahui suatu konsep apabila ia telah paham dengan sesuatu tersebut. Berdasarkan pemahaman konsep di atas maka dapat di didefinisikan kemampuan pemahaman konsep adalah kemampuan siswa dalam menerjemahkan, menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep matematika berdasarkan pembentukan pengetahuannya sendiri dan bukan sekedar menghafal. Kemampuan siswa yang berupa penguasaan pada sejumlah mata

3 pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat konsep yang dipelajari, tetapi dapat mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti. Selain itu, siswa dapat menemukan dan menjelaskan kaitan suatu konsep dengan konsep lainnya. Dilihat dari mata pelajaran yang ada di setiap tingkatan pendidikan, baik tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, ataupun Perguruan Tinggi, matematika menjadi pelajaran wajib yang harus dipelajari oleh peserta didik. Berikut ini beberapa alasan perlunya belajar matematika menurut Cornelius (dalam Amilda, 2012: 100) di karenakan matematika merupakan (1) sarana berfikir yang jelas dan logis, (2) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (3) sarana untuk memecahkan masalah sehari-hari, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Oleh sebab itulah pada dasarnya, pembelajaran matematika bertujuan untuk membekali seseorang dengan pengetahuan dan pengalaman serta untuk menghadapi berbagai masalah tertentu yang terkadang mengenai hal-hal yang sukar dan pemecahannya tidak dapat diperoleh dengan segera. Menurut Russel (dalam Uno, 2008:129) sebagaimana dikutip Carpenter matematika diasimilasikan sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal. Dalam pembelajaran matematika memerlukan tahapan-tahapan, yakni bentuk belajar yang terstruktur dan terencana berdasarkan pada pengetahuan dan latihan sebelumnya, yang menjadi dasar untuk mempelajari materi selanjutnya. Misalnya untuk memahami materi garis dan sudut, siswa terlebih dahulu memahami konsep

4 yang berkaitan dengan garis dan sudut. Seperti: benda-benda yang berkaitan dengan garis dan sudut. Materi garis dan sudut merupakan salah satu materi yang diajarkan di kelas VII semester I dijenjang sekolah menengah pertama (SMP/MTs). Pada materi ini siswa mengalami kesulitan dalam memahami sudut dan jenis-jenis sudut sesuai dengan besar sudut yang ditentukan dan kesuliatan memahami bagian-bagian yang terkait dengan garis dan sudut. Seperti: garis-garis yang sejajar, berpotongan dan berimpit dan kondisi pada saat melukis sudut baik sudut,, dan besar sudut yang lain. Selain itu suasana saat proses belajar mengajar yang cenderung pasif karena kegiatan pembelajaran lebih banyak berpusat pada guru. Adanya kendala tersebut menjadi faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Oleh karena itu pemilihan suatu metode dan strategi pembelajaran matematika mutlak diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari salah seorang guru matematika yang mengajar di SMP Nahdlatul Ulama Palembang melalui wawancara, guru tersebut mengatakan bahwa sebagian besar siswa kelas VII masih mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Hal ini dapat dilihat dari ulangan harian yang diperoleh siswa (data dokumentasi). Guru mengeluhkan rendahnya hasil belajar yang dialami siswa dalam proses mengajarnya disebabkan oleh kurangnya rasa ingin tahu dari siswa dan kurangnya pemahaman konsep siswa pada materi tertentu. Seperti siswa mengalami kesulitan untuk memahami materi tentang garis dan sudut, terutama dalam memahami kedudukan dua garis yang berimpit dan melukis sebuah sudut. Padahal guru telah berusaha untuk

5 mengatasi masalah tersebut yaitu dengan memvariasikan metode pembelajaran konvensional seperti: metode ceramah, tanya jawab, pemberian tugas atau latihan. Akan tetapi banyak siswa yang masih kesulitan untuk memahami materi tertentu yang diberikan oleh guru [Widiyawati, Hasil Wawancara, 30 oktober 2014]. Dalam permasalahan di atas, salah satu kendala dalam proses belajar mengajar yaitu kesulitan siswa dalam memahami konsep materi yang diberikan guru dan metode yang digunakan saat belajar. Menurut Suryasubroto (2009:140) metode adalah cara, yang dalam fungsinya untuk mencapai tujuan. Karena metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam membelajarkan suatu materi kepada siswa di kelasnya untuk mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut, maka pemilihan metode pembelajaran perlu didasarkan pada kesesuaian dengan tugas dan tujuan pembelajaran yang akan ditempuh oleh siswa. pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan yaitu metode penemuan terbimbing. Metode penemuan terbimbing yaitu pembelajaran yang dilakukan dengan bimbingan dari guru, yakni petunjukpetunjuk berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa pada titik kesimpulan yang diharapkan. Pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing ini diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami konsep pada pelajaran matematika khususnya. Adapun salah satu kelebihan dari metode ini adalah dapat menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiri (mencari-temukan). Di dalam pandangan Bruner (Markaban, 2006:9), belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampak ganjil setelah itu siswa dapat mencari jalan pemecahannya. Dengan

6 selalu melakukan penemuan sendiri di bantu oleh petunjuk-petunjuk guru selama pembelajaran, diharapkan akan mempermudah siswa dalam menemukan sebuah konsep dari materi yang sedang dipelajari. Dengan demikian diharapkan siswa akan lebih mudah dalam memahami materi yang diberikan dan tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan pemahaman konsep. Dijelaskan dalam surah Al-Ankabut ayat 19-20 Allah SWT Berfirman: أ و ل م ي ر و ا ك ي ف ي ئ ٱ ه ٱل خ لق ث هم ۥ ي ع ي إ هن ل ك ع ل ى ٱ ه ي س ير ٩١ ق ل س ير وا ف ي ٱ ر ض ف ٱنظ ر وا ك ي ف ب أ ٱل خ ل ق ث هم ٱ ه ي ش ئ ٱل هش أ ٱ خ ر إ هن ٱ ه ع ل ى ك ل ش ي ء ق ي ر ٠٢ Artinya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. Katakanlah: Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS Al-Ankabut: 19 20). Dari ayat tersebut (QS Al-Ankabut: 19 20) Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk (Jaelani, 2012: 5): 1. Melakukan perjalanan, dengannya seseorang akan menemukan banyak pelajaran berharga baik melalui ciptaan Allah yang terhampar dan beraneka ragam, maupun dari peninggalan lama yang masih tersisa puing-puingnya. Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa pengalaman merupakan kunci sebagai tolok ukur perkembangan dalam setiap perubahan yang dilakukan. Selain itu dari pengalaman yang kita lakukan maupun dari pengalaman orang lain lakukan selayaknya dijadikan sebagai ibrah untuk menuju yang lebih baik. 2. Melakukan pembelajaran, penelitian, dan percobaan (eksperimen) dengan menggunakan akal untuk sampai kepada kesimpulan bahwa tidak ada yang kekal di dunia ini, dan bahwa dibalik peristiwa dan ciptaan itu, wujud satu kekuatan dan kekuasaan Yang Maha Besar. Pemikiran ini adalah tujuan akhir dari semua yang dikerjakan oleh setiap manusia Dalam penerapan metode penemuan terbimbing ini, peneliti juga melihat banyaknya peserta didik dalam satu kelas. Apabila jumlah peserta didik dalam

7 sutu kelas sedikit dan memungkinkan untuk dibimbing satu-satu, maka kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara membimbing siswa secara individu. Tetapi apabila jumlah peserta didik dalam satu kelas cukup besar, maka kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara membimbing siswa secara berkelompok. Sehingga guru lebih efektif membimbing siswa dalam proses pembelajaran dan siswa juga dapat saling membantu dan bekerja sama dengan anggotanya dalam memperoleh pengetahuan yang diharapkan. Selain itu dalam menerapkan metode penemuan terbimbing ini, diharapkan supaya siswa dapat memahami materi yang dipelajari dan dapat menyelesaikan masalah yang ditemukan nantinya. Karena pada saat proses pembelajaran siswa diberi kesempatan berpikir sendiri dan mengalami sendiri proses penyelesaian dan penemuan masalah yang dihadapinya agar kemampuan pemahaman konsep siswa dapat berkembang. Dengan menggunakan metode penemuan terbimbing, maka guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsepnya melalui tukar pendapat, dengan diskusi, mencoba sendiri dengan proses penemuan sendiri, guru bertindak hanya sebagai pemberi petunjuk-petunjuk atau bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan saja. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Eka Novianti dalam skripsinya yang berjudul penerapan model penemuan terbimbing melalui Team Accelerated Instruction (TAI) pada pembelajaran matematika di SMP Negeri 6 Tobolali, pada pokok materi SPLDV didapatkan kesimpulan bahwa hasil belajar dan aktivitas belajar siswa lebih meningkat dan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode konvensional. Sedangkan dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Baidilah dalam skripsinya yang berjudul pengaruh penerapan

8 metode penemuan terbimbing terhadap pemahaman konsep matematika siswa pada materi pokok keliling dan luas bangun datar segi empat siswa kelas VII SMP Negeri 1 Penukal, Muara Enim, menunjukan bahwa ada pengaruh signifikan metode penemuan terbimbing ini terhadap pemahaman konsep matematika siswa. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian di SMP Nahdlatul Ulama Palembang tersebut guna mencari solusi dari permasalahan yang peneliti temukan pada saat PPLK II di sekolah tersebut yaitu kurangnya kemampuan pemahaman konsep siswa pada materi tertentu, salah satunya yaitu materi garis dan sudut berharap mereka nantinya tidak mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan konsep materi tersebut pada materi yang lebih sulit nantinya. Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Metode Penemuan Terbimbing Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas VII Di SMP Nahdlatul Ulama Palembang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah penerapan metode penemuan terbimbing berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran matematika kelas VII di SMP Nahdlatul Ulama Palembang?. C. Tujuan Penelitian

9 Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh penerapan metode penemuan terbimbing terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran matematika kelas VII di SMP Nahdlatul Ulama Palembang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa, dapat membuat siswa nyaman dan senang dalam belajar melalui pengalaman belajar yang baru, sehingga dapat lebih mudah dalam memahami konsep materi pelajaran matematika. 2. Bagi Guru, metode penemuan terbimbing ini sebagai masukan bagi pelajaran matematika maupun pelajaran yang lain yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. 3. Bagi Sekolah, sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk memilih metode penemuan terbimbing ini dalam meningkatkan hasil belajar. 4. Bagi Peneliti, menambah wawasan pada pelajaran matematika dan pengalaman belajar yang berkesan sehingga apabila mengajar nanti dapat digunakan metode ini pada saat proses belajar mengajar.