BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 4 NO. 1 ISSN : Hasibuan, H.H & Harahap, F MARET 2016 Halaman :

BABI PENDAHULUAN. teknologi terus berkembang seiring dengan melesatnya kebutuhan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakangMasalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Buku ajar di sekolah dibuat untuk pegangan belajar siswa. Namun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BABI PENDAHULUAN. Pendidikan sains bertujuan untuk membantu siswa memahami konsep yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nurhely Hidayat Dian Pertiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP REPRODUKSI VIRUS MELALUI ANALISIS GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. Semua pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah disebut sebagai

IMPLEMENTASI STRATEGI PETA KONSEP DALAM COOPERATIF LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA

, 2015 IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP ARTHROPODA

IMPLEMENTASI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mampu mendeskripsikan dan menghubungkan antar konsep untuk menjelaskan

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

BAB I PENDAHULUAN. hanya sebagai objek, sementara guru aktif mendominasi seluruh kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang pendidikan. Dalam era globalisasi ini, sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran biologi adalah adanya miskonsepsi. Miskonsepsi muncul karena

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yaitu terdapatnya interaksi antara siswa dan guru. Belajar menunjuk

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pembukaan UUD 45 pada alinea ke empat, yang bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah sangat diperlukan dalam kehidupan siswa kelak.

BAB I PENDAHULUAN. Miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa akan mengganggu efektivitas

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar yaitu guru, kurikulum, lingkungan belajar, dan siswa. Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. IPS merupakan mata pelajaran yang mempunyai peranan penting

EFEKTIVITAS METODE TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SRAGEN TAHUN AJARAN 2006/2007

BAB I PENDAHULUAN. untuk memotivasi siswa agar dapat meningkatkan ketertarikan mereka untuk

2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

53. Mata Pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran biologi di Madrasah Aliyah (MA) adalah agar peserta didik

27. peristiwa mutasi; 28. evolusi dan asal-usul kehidupan; 29. usaha manusia dalam meningkatkan produksi pangan; 30. bioteknologi dalam kehidupan.

KISI KISI UKG 2015 BIOLOGI SMA. No Kompetensi Standar Kompetensi Guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran fisika adalah pembelajaran yang tidak mengabaikan hakikat

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap perkembangan dunia pendidikan. Dengan adanya kurikulum 2013

Metode Metode Instruksional Dina Amelia/

12. Mata Pelajaran Biologi Untuk Paket C Program IPA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang baik. Hal ini sejalan dalam Undang-Undang

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. pendekatan dalam belajar adalah pendekatan konstruktivisme.

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peranan pendidikan telah dicantumkan oleh pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. Belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses. pengkonstruksian pengetahuan oleh individu pembelajar sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menerima materi pelajaran. Guru dan siswa dituntut untuk sama-sama aktif.

BAB I PENDAHULUAN. adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar di kelas masih memiliki kendala dalam

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada berbagai kendala yang ada. Menurut Anne O Dwyer (2011)

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

Meilantifa, Strategi Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu. Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

PEMBELAJARAN MELALUI MODUL BERBASIS KONSTRUKTIVISME DALAM UPAYA MENGATASI MISKONSEPSI PESERTA DIDIK PADA KONSEP SEL DI SMA NEGERI 2 SABANG

Silabus Olimpiade BOF XI Soal SMP

I. PENDAHULUAN. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SYLLABUS. 1. Memahami struktur dan fungsi sel sebagai unit terkecil kehidupan. Material Activities Indicator Evaluation Time Resource

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Table 8. Kategori aktivitas belajar siswa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN S LEARNING IN SCIENCE

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Ketercapaian tujuan pendidikan dapat diwujudkan melalui program

ANALISIS SK / KD. SK KD THP Indikator THP Materi Pokok Ruang Lingkup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gilarsi Dian Eka Pertiwi, 2013

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT

I. PENDAHULUAN. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses. pendidikan di sekolah. Proses belajar menentukan berhasil tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. dan bersastra. Pada kurikulum 2013 pelajaran bahasa Indonesia mengalami

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : Surabaya, 25 Pebruari 2012

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB III SILABUS. Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian. Mengamati struktur sel hewan dan sel tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Syarifudin, 2007: 21). Dalam arti luas, pendidikan berlangsung bagi siapapun,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 4 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan siswa setelah melaksanakan pengalaman belajar. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses belajar mengajar pembentukan konsep materi ajar sangatlah penting, karena dapat berpengaruh terhadap pemahaman peserta didik terhadap suatu materi pelajaran. Secara keseluruhan dalam proses pembelajaran, konsep merupakan dasar berpikir untuk memecahkan masalah dalam proses belajar. Apabila konsep yang dimiliki oleh peserta didik menyimpang bahkan bertentangan dengan konsep ilmiah maka hal ini menyebabkan terjadinya hambatan terhadap penerimaan konsep-konsep baru yang akan dipelajari, pemahaman konsep yang berbeda dengan konsep yang diterima secara ilmiah inilah yang dikenal dengan istilah miskonsepsi (Gultom, 2011). Kesalahan konsep atau miskonsepsi merupakan sumber kesulitan siswa dalam mempelajari biologi. Pembelajaran yang tidak mempertimbangkan pengetahuan awal siswa mengakibatkan miskonsepsi-miskonsepsi siswa semakin kompleks. Miskonsepsi dipandang sebagai faktor penting penghambat bagi siswa dalam pembelajaran Suratno dalam Rahayu (2011). Miskonsepsi yang dialami siswa dapat berasal dari pengalaman seharihari ketika siswa berinteraksi dengan lingkungannya. Miskonsepsi pada diri siswa juga dapat berasal dari konsep salah yang diajarkan guru pada jenjang pendidikan sebelumnya. Adanya miskonsepsi ini tentu akan menghambat proses belajar siswa (Rahayu, 2011). Miskonsepsi pada siswa yang muncul secara terus menerus dapat mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah. Pembelajaran yang tidak memperhatikan miskonsepsi menyebabkan kesulitan belajar dan akhirnya akan bermuara pada rendahnya prestasi belajar mereka. Pandangan tradisional yang menganggap bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa perlu digeser menuju pandangan konstruktivisme yang berasumsi bahwa pengetahuan dibangun dalam diri siswa (Rahayu, 2011). 1

2 Miskonsepsi pada siswa disebabkan oleh persepsi yang diterima siswa tidak sama dengan persepsi guru yang memberikan materi. Miskonsepsi juga disebabkan oleh pengalaman dan pengetahuan guru itu sendiri dalam menentukan konsep mana yang harus diajarkan. Dalam menentukan konsep pembelajaran, guru harus memperhatikan kemampuan konseptual siswa dan perkembangan bahasa siswa. Adanya miskonsepsi tersebut menyebabkan siswa mengalami kebingungan dalam membuat alternatif-alternatif dalam memutuskan suatu hal. Jika hal ini dibiarkan terus maka dapat menyebabkan miskonsepsi yang berkelanjutan (Fadillah, 2014). Menurut Dahar (2011), dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran, pada saat muncul miskonsepsi, guru menyajikan konflik kognitif sehingga terjadi ketidakseimbangan (disekualibrasi) pada diri siswa. Konflik kognitif yang disajikan guru, diharapkan dapat menyadarkan siswa atas kekeliruan konsepsinya dan pada akhirnya mereka merekonstruksi konsepsinya menuju konsepsi ilmiah. Pembelajaran biologi bertujuan agar siswa dapat memahami materi pembelajaran yang berhubungan dengan struktur dan fungsi makhluk hidup, begitu pula dengan sel. Pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) pembahasan tentang sel semakin mendalam, bukan hanya konsep pengenalan saja, tetapi sudah meliputi struktur dan fungsi sel (Gultom, 2011). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa materi pembelajaran yang berhubungan dengan sel, sering mengalami miskonsepsi. Gultom (2011), menyatakan bahwa siswa mengalami kesulitan pemahaman konsep terutama berhubungan dengan perkembangan teori sel, perbedaan sel prokariotik dengan sel eukariotik, plasmolisis, dan endositosis, karena konsep bersifat abstrak sehingga siswa sulit memahaminya. Sinaga (2010), menyatakan pada umumnya siswa mengalami kesulitan untuk menguasai materi sel serta difusi osmosis disebabkan konsep yang tidak tepat. Jika miskonsepsi tidak dihilangkan, miskonsepsi akan berdampak negatif pada pembelajaran selanjutnya Pabucu dan Geban dalam Gultom (2011).

3 Menurut banyak penelitian, miskonsepsi dapat terjadi di semua bidang pembelajaran sains, seperti fisika, kimia, biologi, dan astronomi. Penelitian mengenai miskonsepsi dalam bidang biologi telah banyak dilakukan. Beberapa diantaranya mengenai miskonsepsi pada vertebrata dan invertebrata (Braund, 1998 dalam Tekkaya, 2002), biologi sel (Kara dan Yesilyurt, 2008), fotosintesis (Kose, 2008), respirasi pada tanaman (Boo, 2007) respirasi pada manusia (Michael et al., 1999), sistem saraf (Odom, 1993), difusi dan osmosis (Tarakci, Hatipogul, dan Ozden, 1999), genetika (Pashley, 1994 dalam Tekkaya, 2002), sistem respirasi dan sistem ekskresi (Oktarina, 2012), jaringan tumbuhan (Khairati, 2011). Berdasarkan observasi peneliti yang dilaksanakan pada kelas XI IPA-1 SMA Yayasan Pendidikan Mulia teridentifikasi bahwa memang terjadi miskonsepsi pada materi sel. Guru bidang studi biologi mengungkapkan bahwa banyak dari siswa yang tidak mengerti konsep tentang sel terutama pada proses terjadinya difusi, osmosis dan plasmolisis dan perbedaan sel hewan dan tumbuhan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gultom (2011), bahwa adanya miskonsepsi yang terjadi pada siswa SMA se-kabupaten Deliserdang pada materi sel sebanyak 36, 36%. Peneliti mengatakan bahwa miskonsepsi yang terjadi pada siswa terdapat pada 4 konsep, yaitu: perkembangan teori sel, perbedaan sel prokariotik dengan sel eukariotik, plasmolisis, dan endositosis. Penyelesaian masalah miskonsepsi yang dihadapi guru dan dialami siswa tentu tidak lepas dari peran strategi pembelajaran yang digunakan selama proses pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan siasat atau taktik yang harus direncanakan guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa diantaranya ialah dengan mengunakan tes diagnostik yang disertai alasan terbuka, diskusi dalam kelas, dan lain sebagainya. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk membantu siswa dalam mengatasi miskonsepsi. Secara umum kiat yang tepat untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi adalah dengan

4 mencari bentuk kesalahan dari siswa tersebut, mencari sebab-sebabnya, dan menemukan cara yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi tersebut. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam meminimalisasi miskonsepsi tersebut adalah dengan menggunakan atau menerapakan metode pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan minat belajar siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa adalah metode pembelajaran tutor sebaya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa pada Mata Pelajaran Biologi dari rendah menjadi tinggi. Metode Tutor Sebaya merupakan metode pembelajaran yang dilakukan oleh siswa untuk membimbing siswa yang lain. Tutor adalah siswa yang ditunjuk atau ditugaskan untuk membantu teman yang mengalami kesulitan belajar kerena hubungan antara guru dan siswa. Metode tutor sebaya diterapkan oleh guru supaya dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menggairahkan dan mendorong siswa untuk memiliki minat belajar yang tinggi. Dengan demikian metode tutor sebaya dapat dijadikan sebagai salah satu variasi pembelajaran yang menyenangkan dan dapat meningkatkan minat belajar siswa (Susilowati, 2012). Adapun keunggulan metode pembelajaran tutor sebaya yaitu: (1) Bagi siswa yang memiliki rasa takut terhadap gurunya maka hasil belajarnya akan lebih baik; (2) bagi tutor pekerjaan tutoring akan dapat memperkuat konsep yang sedang dibahas, dan (4) mempererat hubungan antar siswa. Sedangkan kekurangan metode pembelajaran tutor sebaya yaitu: (1) siswa yang dibantu sering kali kurang serius, (2) siswa yang merasa malu atau enggan untuk bertanya kepada kawannya, (3) pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan, dan (4) bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor sebaya. Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diketahui bahwa miskonsepsi sangat sering terjadi pada mata pelajaran biologi terutama pada materi sel. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian dengan judul Identifikasi Miskonsepsi Dan Peran Tutor Sebaya Untuk Meminimalisasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Sel Di SMA Yayasan Pendidikan Mulia Tahun Pembelajaran 2014/2015.

5 1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang sudah diuraikan, dapat diidentifikasi beberapa masalah, sebagai berikut: 1. Adanya miskonsepsi pada siswa terhadap materi sel dalam pembelajaran biologi. 2. Siswa kurang mampu mengaitkan konsep-konsep sel yang dipelajari. 3. Siswa kurang memahami konsep materi tentang sel 4. Metode tutor sebaya dapat meminimalisasi miskonsepsi pada pembelajaran bioogi. 1.3 Batasan Masalah Untuk menghindari pemahaman yang salah, maka penulis perlu membatasi permasalahan diatas yakni: 1. Materi yang diajarkan pada penelitian ini adalah materi sel. 2. Penelitian ini dilaksanakan pada peserta didik kelas XI IPA SMA Yayasan Pendidikan Mulia Setia Budi Medan Tahun pembelajaran 2015/2016. 3. Mengidentifikasi ada atau tidaknya miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas XI IPA SMA Yayasan Pendidikan Mulia pada materi sel. 4. Mengidentifikasi peran tutor sebaya dalam megatasi atau meminimalisasi miskonsepsi pada materi sel siswa kelas XI IPA SMA Yayasan Pendidikan Mulia Setia Budi Medan. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Seberapa besar tingkat persentase miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas XI IPA SMA Yayasan Pendidikan Mulia? 2. Pada indikator pembelajaran apa saja siswa kelas XI IPA mengalami miskonsepsi pada materi sel di SMA Yayasan Pendidikan Mulia? 3. Pada tingkat kognitif tes apa saja siswa kelas XI IPA yang paling banyak mengalami miskonsepsi pada materi sel di SMA Yayasan Pendidikan Mulia?

6 4. Adakah peran tutor sebaya dalam meningkatkan pembelajaran siswa untuk meminimalisasi miskonsepsi siswa kelas XI IPA SMA Yayasan Pendidikan Mulia? 1.5 Tujuan Penelitian Maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui persentase miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas XI IPA SMA Yayasan Pendidikan Mulia? 2. Untuk mengetahui indikator pembelajaran apa saja siswa kelas XI IPA mengalami miskonsepsi pada materi sel di SMA Yayasan Pendidikan Mulia? 3. Untuk mengetahui pada tingkat kognitif tes dimana siswa kelas XI IPA yang paling banyak mengalami miskonsepsi pada materi sel di SMA Yayasan Pendidikan Mulia? 4. Untuk mengetahui peran tutor sebaya dalam meminimalisasi miskonsepsi siswa kelas XI IPA SMA Yayasan Pendidikan Mulia? 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Dari sudut teoritik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru yang berkaitan dengan analisis miskonsepsi siswa SMA Yayasan Pendidikan Mulia dalam materi sel sehingga menambah ilmu khususnya dalam dua kependidikan, meningkatkan kompetensi guru dalam mempelajari biologi dan dapat memperkaya kepustakaan ilmiah. 2. Manfaat Praktis Dari sudut praktis, diharapkan penelitin ini dapat memberikan kontribusi positif khususnya bagi guru biologi yang ingin melakukan proses pembelajaran materi sel dapat dijadikan sebagai solusi bagi guru untuk meminimalisasi miskonsepsi dan sebagai penambah alternatif. Dan bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengadakan penelitian yang berkaitan dengan identifikasi miskonsepsi siswa pada materi sel.

7 1.7 Defenisi Operasional 1. Miskonsepsi adalah kesalahan konsep yang terjadi pada siswa yang mengalami perbedaan konsep sel yang dimilikinya dengan konsep yang sebenarnya. 2. Tutor sebaya adalah siswa yang telah dilakukan evaluasi lebih dahulu dan lebih memahami materi sel mengajari temannya yang masih kurang paham dalam materi pelajaran sel. 3. Sel dalam penelitian ini adalah materi tentang struktur dan fungsi membran sel, sitoplasma, dan inti sel, sel prokariotik dan sel eukariotik, fungsi organel-organel sel, difusi dan osmosis, mekansime transpor aktif.