BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan meliputi pemeliharaan hewan coba di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi, Ilmu Farmakologi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pemeliharaan hewan coba dilakukan di Animal Care Universitas Negeri

BAB IV METODE PENELITIAN. 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kedokteran forensik dan

BAB III METODE PENELITIAN. control group design. Pada jenis penelitian ini, pre-test tidak dilakukan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. Laboratorium Patologi Anatomi RSUP dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Ilmu Gizi, Farmakologi, Histologi dan Patologi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Tikus wistar diadaptasi di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan menggunakan 2 faktor (macam diet dan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.hewan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik, yaitu untuk

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAB III METODE PENELITIAN. random pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan.

Gambar 6. Desain Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Kimia untuk pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens Merr. &

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia.

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan hewan coba berupa tikus putih betina galur Sprague dawley.

METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan Post Test Only Control Group Design. Penelitian ini

keterangan: T = jumlah perlakuan R= jumlah replikasi

III. METODE PENELITIAN. pendekatan Pre test - Post Test Only Control Group Design. Perlakuan hewan coba dilakukan di animal house Fakultas Kedokteran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain posttest

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

PERBANDINGAN PEMBERIAN BRODIFAKUM LD50 DAN LD100 TERHADAP PERUBAHAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI USUS HALUS TIKUS WISTAR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava)

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. design. Posttest untuk menganalisis perubahan jumlah sel piramid pada

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

BAB III METODE PENELITIAN. desain The Post Test-Only Control Group (rancangan eksperimental

BAB IV METODE PENELITIAN

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina

BAB IV METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Fakultas Kedokteran

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Farmakologi, Farmasi, dan

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada hewan uji (Taufiqurrahman, 2004). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subyek

ANALISA GAMBARAN POST MORTEM MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS OTAK DAN HATI PADA TIKUS WISTAR SETELAH PEMBERIAN WARFARIN LD-50 DAN LD-100

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

METODE PENELITIAN. test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah

Transkripsi:

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN IV.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan meliputi pemeliharaan hewan coba di Laboratorium MIPA UNNES dan dilakukan pemberian warfarin LD 50 dan LD 100, kemudian dilakukan percobaan di Laboratorium Forensik RSUP. Dr. Kariadi Semarang dengan mengamati efek toksik keracunan warfarin pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan hingga mati, setelah itu dilakukan pemeriksaan dalam untuk melihat secara makroskopis perubahan yang terjadi pada organ dalam tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan. Sedangkan uji histopatologi organ Paru dan Usus halus pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan yang diberi Warfarin LD 50 dan LD 100 dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi Waspada, Semarang. IV.2. Rencana Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan hewan coba sebagai obyek percobaan. Skema rancangan penelitian 30

31 untuk melihat perubahan makroskopis dan histopatologi pada organ tikus putih yang diberi Warfarin LD 50 dan LD 100. IV.3. Materi Penelitian IV.3.1. Hewan Coba Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan umur lebih dari 90 hari dengan berat 150-200 gr. Hewan coba dipelihara di Kandang Hewan Coba dalam bak kandang plastik dengan alas sekam, dengan bagian atas kandang diberi tutup kawat strimin sedemikian rupa sehingga tikus tidak lepas. Suhu ruang hewan percobaan 18-26 o C dan dalam ruangan berventilasi cukup. Pakan tikus berupa pellet (Charoen Pokphan 511 Starter) dan minum dari air ledeng yang masing-masing diberikan secara ad libitum. IV.3.2. Obat/ Racun Penelitian ini menggunakan bahan yang berasal dari senyawa kimia berupa tablet, yaitu warfarin (Simarc ) 2 mg. Pemberian paparan Warfarin (Simarc ) yang telah dicampur aquadest dengan dosis 200 mg/kg kepada kelompok LD 50 dan dosis 400mg/Kg kepada kelompok LD 100 menggunakan metode force feeding/ intragastric. IV.3.3. Bahan Kimia Larutan buffer yang akan digunakan sebagai larutan fiksasi pada organ paru, hati, dan usus halus agar terhindar dari proses pembusukan adalah larutan buffer

32 formalin 10 %. Bahan kimia tersebut akan diambil dari Laboratorium Forensik RSUP. Dr. Kariadi Semarang. Larutan yang akan digunakan sebagai pelarut dari Warfarin adalah aquadest. IV.3.4. Alat Penelitian Alat untuk pembuatan pencampuran senyawa/ racun yang digunakan yaitu mortir dan stamper, serta gelas ukur. Alat untuk memasukan/ memaparkan Warfarin pada hewan coba, pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam dan pengambilan organ untuk pemeriksaan histopatologi serta dokumentasi yaitu skapel, gunting, pisau dapur, pinset bedah, sonde/ gastric tube, kamera, stopwatch, paku payung, wadah sample. IV.4. Metode Penelitian IV.4.1. Populasi Populasi yang diteliti adalah tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar. IV.4.2. Sampel IV.4.2.1. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : Tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar jantan Umur 90-120 hari

33 Berat > 150-200 gr Tikus dalam kondisi sehat : gerakan-gerakan makan, minum, keadaan tenang, tidak ada luka dan cacat. IV.4.2.2. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah : Tikus dalam kondisi sakit Tikus mati Tikus stress IV.4.2.3. Besar Sampel Besar sampel penelitian menggunakan 9 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan pada kelompok perlakukan dengan LD 50, 9 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan pada kelompok perlakuan dengan LD 100 dan 9 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan kelompok kontrol. Besar sample yang diuji ditentukan dengan rumus Federer yaitu : (n-1). (t-1) 15 dimana: n = Jumlah sample tiap kelompok

34 t = Jumlah Kelompok dengan t = 3, maka didapatkan jumlah sample yang dibutuhkan : (n-1). (t-1) 15 (n-1). (3-1) 15 (n-1). (2) 15 2 n- 2 15 2n 17 n 17/2 = 8,5 9. Berdasarkan perhitungan rumus diatas, maka besar sample pada penelitian ini adalah lebih dari/ sama dengan 9 ekor tiap kelompok. IV.4.2.4. Cara Pengambilan Sampel Untuk menghindari bias karena faktor variasi umur dan berat badan maka pengambilan sampel dilakukan penghitungan umur dari tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan semenjak lahir sehingga dipastikan umur tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan diatas tiga bulan. Selanjutnya dilakukan pengukuran berat badan dan memastikan jenis kelamin. IV.4.3. Variabel dan Definisi Operasional IV.4.3.1. Variabel a. Variabel independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah obat warfarin dengan dosis LD 50 200 mg/kgbb dan LD 100 400 mg/kgbb.

35 b. Variabel dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah efek toksik terhadap tikus berupa pemeriksaan makroskopik dan histopatologi organ. c. Variabel pengganggu Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah stress pada hewan coba, kondisi kandang. IV.4.3.2. Definisi Operasional Tabel 4. Definisi Operasional No Variable Definisi Operasional Nilai Skala 1 Warfarin Antikoagulan generasi pertama ang berfungsi menginhbiasi vit K dalam proses koagulasi 1. LD50 dengan dosis 200mg/kgbb 2. LD100 dengan dosis 400mg/kgbb Rasio 2 Gambaran Gambaran Makroskopis 1. Panjang Rasio makroskopis yang dimaksud adalah (Centimeter) organ Paru pengukuran ukuran yang 2. Lebar dan Usus terdiri dari (Centimeter) Halus panjang.lebar,dan 3. Berat (Gram) pengukuran berat organ

36 3 Gambaran Gambaran Mikroskopis 0. 0% Rasio mikroskopis yang dimaksud adalah 1. <25% organ Paru menilai gambaran 2. 25% - 50% perdarahan pada jaringan 3. 50% - 75% organ paru dengan 4. 75% - 100% mikroskop cahaya menggunakan perbesaran 100X dengan 5 lapangan pandang. 4 Gambaran Gambaran mikroskopis 0. Normal Ordinal mikroskopis usus halus yang dimaksud 1. Deskuamasi organ Usus adalah menilai tingkat epitel Halus kerusakan usus halus 2. Erosi mukosa dengan mikroskop cahaya 3. Ulserasi menggunakan perbsesaran 4. Perdarahan 400X dengan 5 lapangan pandang. Penilaian tingkat kerusakan usus halus dengan menggunakan system skoring modifikasi Barthel Manja

37 IV.4.4. Pembuatan larutan warfarin dengan cara dilarutkan dalam aquadest Warfarin yang diberikan pada hewan coba dilarutkan dalam aquadest yang bersifat netral, tidak mempunyai efek tosik. Warfarin (Simarc ) dihitung sesuai dosis untuk kelompok LD 50 dan LD 100, dimasukkan ke dalam mortir dan dihaluskan dengan menggunakan stamper. Selanjutnya ditambahkan dengan aquadest dengan volume tertentu. Selanjutnya diaduk sampai terlarut dan homogen. Pembuatan larutan Warfarin (Simarc ) diperhitungkan sehingga volume yang diberikan ke tikus antara 1,0-5,0 ml. dengan memperhitungkan volume kapasitas lambung tikus. Rumus umum yang digunakan adalah 40 : Volume pemberian Warfarin dosis LD 50 = Berat badan tikus 200 1000 kadar Warfarin Sebanyak 100,0 mg Warfarin ditimbang dan dilarutkan dalam 5,0 ml aquadest, hingga diperoleh larutan Warfarin dengan kadar 20 mg/ ml. Tikus dengan berat badan 200 gr membutuhkan Warfarin 40 mg atau sebanyak 2 ml larutan Warfarin. Volume pemberian Warfarin dosis LD 100 = Berat badan tikus 400 1000 kadar Warfarin

38 Sebanyak 100,0 mg Warfarin ditimbang dan dilarutkan dalam 5,0 ml Aquadest, hingga diperoleh larutan Warfarin dengan kadar 20 mg/ ml. Tikus dengan berat badan 200 gr membutuhkan Warfarin 80 mg atau sebanyak 4 ml larutan Warfarin. IV.4.5. Perlakuan pada Hewan Percobaan 1. Melakukan pengumpulan 27 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan. 2. Tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan dibagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing terdiri dari 9 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan. 3. Memberi Warfarin yang telah dicampur Aquadest dengan dosis 200 mg/kg kepada kelompok LD 50 dan dosis 400mg/Kg kepada kelompok LD 100. menggunakan metode force feeding/ intragastric. 4. Pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan yang mati akibat perlakuan pemberian Warfarin, akan dilakukan otopsi dengan membuat irisan kecil pada kulit menggunakan gunting pada medial toraks. Menilai keadaan organ paru dan usus halus. 5. Mengambil sample organ yang akan diperiksa dan memasukan kedalam wadah yang berisi larutan buffer formalin. 6. Melakukan pemeriksaan Histopatologi pada sample yang telah diambil.

39 IV.5. Evaluasi Hasil dan Analisis Data Evaluasi hasil uji pemberian Warfarin meliputi pengamatan kematian hewan coba, pengamatan makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan makroskopis meliputi bentuk, ukuran, warna, bintik perdarahan, pelebaran pembuluh darah, kerusakan pada organ Paru, dan Usus halus. Sedangkan mikroskopis melihat gambaran histopatologi dari organ Paru, dan Usus Halus meliputi jaringan hiperemik, perdarahan, tanda peradangan, dan tanda nekrotik. Untuk mendeskripsikan efek toksisitas dari Warfarin antar kelompok perlakuan dilakukan dengan bantuan perangkat lunak computer. IV.6. Rancangan Penelitian Penelitian ini mempunyai tipe perancangan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Mempunyai 2 kelompok perlakuan. Dengan uji validitas menggunakan rumus RAL t ( r 1 ) 15 Dimana : t = Kelompok perlakuan r = Pengulangan