Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan RI. Surabaya, 5 Agustus 2010

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR1438/MENKES/PER/IX/2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI

Strategi Penanganan Kasus Pelanggaran Disiplin Praktik Kedokteran dalam Rangka Pembinaan Profesi Dokter/Dokter Gigi pada Era MEA #

Masalah Penegakan Disiplin Praktik Kedokteran

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAGAS WARAS KABUPATEN KLATEN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN TERAPI OKUPASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

dr. AZWAN HAKMI LUBIS, SpA, M.Kes

THE IMPORTANCE OF HOSPITAL SPECIFIC CLINICAL PRACTICE GUIDELINES TOWARDS BETTER CLINICAL MANAGEMENT

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. sakit memegang peranan penting terhadap meningkatnya derajat kesehatan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 867/MENKES/PER/VIII/2004 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK TERAPIS WICARA

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit

AP (ASESMEN PASIEN) AP.1

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI 1 EFEKTIF TANGGAL 1 JANUARI 2018

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

UUD 36 thn 2009 ttg Kesehatan Pasal 4 Setiap orang berhak atas kesehatan. Pasal 5 Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas

IMPLEMENTAS I PERAWAT PRAKTEK MANDIRI. Ns. SIM SAYUTI, S.Kep NIRA : Beprofessional nurse Knowledge, skill, & attitude

7. Peraturan Pemerintah...

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem

PERAN IDI DALAM MELAKSANAKAN KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA TERKAIT PROSES VERIFIKASI BPJS

MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012

UUD 1945 Ps: 28 H ayat 1

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 012 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

A. KOMITE MEDIK Susunan Komite Medik terdiri diri dari : a. Ketua, b. Wakil Ketua, c. Sekretaris d. Anggota

BAB I PENDAHULUAN. profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI),

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BYLAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINJAI BUPATI SINJAI,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WALUYO YAKKUM SURAKARTA Nomor : 2347a/PW/Sekr/VIII/2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PANDUAN KREDENSIAL KEPERAWATAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN

PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

Lingkup. Tanggungjawab Hukum. Tanggungjawab Hukum di Rumah Sakit. Administratif Perdata Pidana

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan merupakan prioritas baik bagi pihak penyedia

BAB III TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH KOTA KENDARI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PROFIL LULUSAN DOKTER GIGI DI INDONESIA

PELAYANAN PASIEN RISIKO TINGGI DAN PENYEDIAAN PELAYANAN RISIKO TINGGI. ( dr. Syukri, SpJP, Ns.Martalena,Skep, Ns.Syahlinda,Skep )

BAB IV PENUTUP. kewenangan bidan praktik mandiri merupakan peran imperatif. Peran. imperatif yakni peran yang wajib dilaksanakan sesuai ketentuan.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUMEN KAJI BANDING

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS,

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI

BUPATI BENER MERIAH RANCANGAN QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia, serta penyelenggaraan penelitian, pengembangan dan penapisan teknologi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR SUMATERA BARAT

Peraturan Pemerintah ini mengatur Pekerjaan Kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi atau penyaluran, dan pelayanan sediaan farmasi.

PERAN KOMITE MEDIS DALAM PEMBERIAN KEWENANGAN KLINIS PADA STAF MEDIS RS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Transkripsi:

INFORMASI KEMKES TENTANG PERATURAN DI BIDANG PEMBANGUNAN KESEHATA N KHUSUSNYA TERKAIT KOMPETENSI DAN KEWENANGAN TENAGA KESEHATAN DI BIDANG PELAYANAN GIGI MULUT. Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan RI Surabaya, 5 Agustus 2010

FILOSOFI KEBIJAKAN PUBLIK Peraturan Perundang-undangan mengenai hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak sebaiknya disusun dengan melibatkan sebanyak mungkin komponen masyarakat Undang-Undang dan Peraturan Daerah adalah Kebijakan Publik yang paling representatif karena melibatkan wakil rakyat. PP, Perpres, Peraturan/Keputusan Menteri disusun dalam rangka melaksanakan UU (eksplisit ataupun implisit)

DASAR HUKUM PENYUSUNAN 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. 2. Perpres Nomor 68 Tahun 2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan RUU, RPerpu, RPP, dan RPerpres. 3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 96/Mekkes/SK/IV/76 Tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Peraturan Perundang- Undangan Pada Departemen Kesehatan RI

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang mempunyai kekuatan mengikat secara umum. 2. Jenis dan Hierarki (Pasal 7 ayat (1) UU 10/2004): a. UUD RI Tahun 1945 b. UU/Perpu c. PP d. Perpres e. Perda 3. Pasal 7 ayat (4) UU 10/2004), Peraturan Menteri Mempunyai Kekuatan Hukum yg mengikat

DISKRESI (KEPUSTAKAAN) Diskresi merupakan kebijakan pejabat administrasi negara, untuk mengisi kekosongan hukum, untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul dimasyarakat, yang belum terakomodasi atau diatur kedalam peraturan-perundang-undangan

TOLOK UKUR PENGGUNAAN DISKRESI OLEH PEJABAT ADMINISTRASI NEGARA Adanya keleluasaan administrasi untuk bertindak atas inisiatif sendiri Untuk menyelesaiakan persoalan-persoalan yang mendesak yang belum ada aturannya Harus dapat dipertanggungjawabkan Diskresi merupakan alternatif kebijakan untuk mengisi kekurangan dan kelemahan didalam penerapan asas legalitas

PRATURAN PEMERINTAH NOMOR 38 Menteri/kepala lembaga pemerintah non departemen menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria untuk pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan. Pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota dalam melaksanakan urusan pemerintahan wajib dan pilihan berpedoman kepada norma, standar, prosedur, dan kriteria

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TENTANG KESEHATAN Pasal 19 Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau. Pasal 20 (1) Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui sistem jaminan sosial nasional bagi upaya kesehatan perorangan

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TENTANG KESEHATAN Pasal 21 (1) Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan. (2) Ketentuan mengenai perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah. (3) Ketentuan mengenai tenaga kesehatan diatur dengan Undang-Undang.

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TENTANG KESEHATAN Pasal 23 (1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan. (2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki. (3) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah. (5) Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TENTANG KESEHATAN Pasal 24 (1) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional. (2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh organisasi profesi. (3) Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TENTANG KESEHATAN Pasal 25 (1) Pengadaan dan peningkatan mutu tenaga kesehatan diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat melalui pendidikan dan/atau pelatihan. (2) Penyelenggaraan pendidikan dan/atau pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah daerah. (3) Ketentuan mengenai penyelengaraan pendidikan dan/atau pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TENTANG KESEHATAN Pasal 26 (1) Pemerintah mengatur penempatan tenaga kesehatan untuk pemerataan pelayanan kesehatan. (2) Pemerintah daerah dapat mengadakan dan mendayagunakan tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan daerahnya. (3) Pengadaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan: a. jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat; b. jumlah sarana pelayanan kesehatan; dan c. jumlah tenaga kesehatan sesuai dengan beban kerja pelayanan kesehatan yang ada. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan tenaga kesehatan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TENTANG KESEHATAN Pasal 93 Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi, dan pemulihan kesehatan gigi oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan. Kesehatan gigi dan mulut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan gigi perseorangan, pelayanan kesehatan gigi masyarakat, usaha kesehatan gigi sekolah.

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TENTANG KESEHATAN Pasal 94 Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat kesehatan gigi dan mulut dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat.

UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT

UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TENTANG RUMAH SAKIT Pasal 5 Rumah Sakit mempunyai fungsi : a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit; b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis; c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan;

UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TENTANG RUMAH SAKIT Pasal 14 (1) Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga kesehatan asing sesuai dengan kebutuhan pelayanan. (2) Pendayagunaan tenaga kesehatan asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan alih teknologi dan ilmu pengetahuan serta ketersediaan tenaga kesehatan setempat.

STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TENTANG PRATIK KEDOKTERAN Pasal 44 Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi. Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan menurut jenis dan strata sarana pelayanan kesehatan. Standar pelayanan untuk dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN Pengertian : Yang dimaksud dengan standar pelayanan adalah pedoman yang harus diikuti oleh dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran. Yang dimaksud dengan strata sarana pelayanan adalah tingkatan pelayanan yang standar tenaga dan peralatannya sesuai dengan kemampuan yang diberikan.

POKOK-POKOK PIKIRAN MUATAN MATERI PERATURAN MENTERI TENTANG STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN

STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN Tujuan : Memberikan jaminan kepada pasien untuk memperoleh praktik kedokteran yang berdasarkan pada nilai ilmiah sesuai dengan kebutuhan medis pasien. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kedokteran yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi.

STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN PRINSIP DASAR Standar Pelayanan Kedokteran terdiri dari Pedoman Pelayanan Kedokteran dan SPO. SPK dibuat oleh organisasi profesi dan disahkan oleh Menteri. SPO dibuat dan ditetapkan oleh pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan Pedoman atau Standar...?

STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN PRINSIP DASAR ( Lanjutan) 1. Standar Pelayanan Kedokteran menggunakan pilihan pendekatan: Pengelolaan penyakit dalam kondisi tunggal, yaitu tanpa penyakit lain atau komplikasi; Pengelolaan berdasarkan kondisi; 2. Standar Pelayanan Kedokteran dibuat dengan bahasa yang sederhana, menggunakan kata bantu kata kerja yang tepat, mudah dimengerti, terukur dan realistik. 3. Standar Pelayanan Kedokteran harus sahih pada saat ditetapkan, mengacu pada kepustakaan terbaru dengan dukungan bukti klinis, dan dapat berdasarkan hasil penapisan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan atau institusi pendidikan kedokteran. Diperbaharui berdasarkan perkembangan IPTEK KEDOKTERAN

STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN Dilakukan Secara Bertahap, dengan prioritas : Penyakit atau kondisi yang paling sering atau banyak terjadi; Penyakit atau kondisi yang memiliki risiko tinggi; Penyakit atau kondisi yang memerlukan biaya tinggi;

STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN Multi disiplin : Standar Pelayanan Kedokteran yang melibatkan multi disiplin profesi kedokteran atau kedokteran gigi, disusun oleh Perhimpunan Dokter Spesialis atau Perhimpunan Dokter Gigi Spesialis yang terkait disahkan oleh Menteri. Perlukan ditetapkan oleh Organisasi Profesi sebelum disyahkan Menteri

STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) : Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan wajib memprakarsai penyusunan SPO sesuai dengan jenis dan strata fasilitas pelayanan kesehatan yang dipimpinnya. Pedoman SPK harus dijadikan acuan pada penyusunan SPO di fasilitas pelayanan kesehatan. SPO harus dijadikan panduan bagi seluruh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan. SPO disusun dalam bentuk panduan penatalaksanaan klinis (clinical practise guidelines) yang dilengkapi dengan alur klinis (clinical pathway), algoritme, protokol, prosedur dan standing order. SPO harus memuat sekurang-kurangnya mengenai pengertian, anamnesis, pemeriksaan fisik, kriteria diagnosis, diagnosis banding, pemeriksaan penunjang, terapi, edukasi, prognosis dan kepustakaan.

STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN PERLUKAH DIATUR PENYANGKALAN (DISCLAIMER)...? Dalam setiap penyusunan Pedoman SPK dan SPO harus dicantumkan adanya penyangkalan (disclaimer). Penyangkalan (disclaimer) merupakan dasar pembenar terhadap kemungkinan adanya modifikasi dalam penyelenggaraan praktik kedokteran terhadap Pedoman SPK dan SPO. Modifikasi hanya dapat dilakukan atas dasar keadaan yang memaksa, antara lain keadaan khusus pasien, kedaruratan dan keterbatasan sumber daya. Modifikasi SPK dan SPO harus dicatat di dalam rekam medis.

UPAYA KESEHATAN GIGI DAN MULUT PASCA DIUNDANGKANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TENTANG KESEHATAN

Peraturan Menteri Kesehatan Muatan Materi terdiri dari: 1. Dasar hukum 2. Maksud dan tujuan pengaturan 3. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Gigi dan mulut a. SDM Kes/Tenaga Kesehatan b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan c. Pelayanan kesehatan gigi perseorangan d. Pelayanan kesehatan gigi masyarakat e. Usaha kesehatan gigi sekolah. f. Tata laksana 4. Keterkaitan dengan peraturan perundang-undangan lain.

KATA AKHIR Tenaga Kesehatan dalam Melaksanakan Profesinya harus Sesuai dengan keahlian dan Kewenangan Semua Program berlandaskan hukum, jelas parameter dan kriteria penilaiannya, dipantau, dan dievaluasi secara berkesinambungan Semua Program harus dilaksanakan bersama, Pusat dan Daerah, bahkan banyak yang harus lintas sektor Termasuk Organisasi Profesi. Bersama kita bisa.

TERIMA KASIH