BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang merupakan permukaan luar organisme dan membatasi lingkungan dalam tubuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk

FORMULASI EKSTRAK AIR KULIT PISANG KEPOK (MUSA ACUMINATA L.) SEBAGAI MASKER WAJAH DALAM BENTUK GEL PEEL-OFF

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Musaceae yang berasal dari Asia Tenggara. Di Indonesia, pisang merupakan buah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Riska Rosdiana, 2014 Fortifikasi Tahu Menggunakan Antioksidan Dari Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa Bluggoe)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ketidakstabilan ini disebabkan karena atom tersebut memiliki satu atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

DAFTAR LAMPIRAN. xvii

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBAHASAN. I. Definisi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit terjadi karena adanya

I. PENDAHULUAN. rusak serta terbentuk senyawa baru yang mungkin bersifat racun bagi tubuh.

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya di era modern ini banyak hasil pengolahan ikan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini telah banyak diungkapkan bahaya lingkungan yang tidak sehat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

waktu tinggal sediaan dalam lambung dan memiliki densitas yang lebih kecil dari cairan lambung sehingga obat tetap mengapung di dalam lambung tanpa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sinar UV seakan akan menjadi teman baik bagi kulit wajah. Flek hitam, kulit kering,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

BAB I PENDAHULUAN. jenis pisang di hutan asli pulau yang ada di seluruh Indonesia.

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Efek pangan dapat berdampak terhadap kesehatan, karena

I. PENDAHULUAN. penghasil pisang terbesar yaitu ton buah pisang per tahun. Buah. dan B yang penting bagi tubuh (Anonim, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan)

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

Madu tidak hanya bermanfaat dalam bidang pangan, tapi juga bermanfaat dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Karena kandungan madu yang kaya akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lain dan merupakan aspek penting dari komunikasi non verbal (Graham dan

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengobatan tradisional sebagai alternatif lain pengobatan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keinginan manusia, baik dari industri rumahan sampai restoran-restoran

Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Larutan Perendam terhadap Rendemen Gelatin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4. PEMBAHASAN 4.1. Warna Larutan Fikosianin Warna Larutan secara Visual

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL. Kadar Air Daun Anggrek Merpati

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (kulit) terutama untuk membersihkan, mengharumkan, mengubah penampilan, memperbaiki bau badan dan melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2011). Sediaan kosmetika untuk pengaplikasian pada wajah tersedia dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah masker dalam bentuk gel yang mempunyai beberapa keuntungan diantaranya mudah dalam penggunaan, serta mudah untuk dibilas dan dibersihkan. Selain itu, dapat juga diangkat atau dilepaskan seperti membran elastik (Wilkinson and Moore, 1982). Masker bermanfaat memperlancar peredaran darah, merangsang kembali kegiatan sel-sel kulit dan mengangkat sel-sel tanduk yang telah mati (Dwikarya, 2002). Masker berdasarkan cara aplikasinya dan bentuk sediaan dasarnya digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu tipe peel-off, tipe wipe-off, tipe rinse-off, tipe peel-off when hard dan tipe adhesive fabric. Jenis masker yang digunakan adalah gel (peel-off mask) yang merupakan masker dengan bahan dasar yang bersifat jelly yang biasanya terbuat dari gum, tragakan, dan latex sehingga memiliki karakteristik tembus terang (transparent) dan biasanya dikemas dalam wadah sediaan yang berbentuk tube. Alasan pemilihan tipe masker gel peel-off adalah masker dapat digunakan langsung pada kulit wajah dengan cara mengoleskannya secara merata dan dapat dibersihkan dengan cara melepaskan lapisan film dari kulit wajah sehingga lebih praktis dalam pemakaian dan cocok untuk pemakai dengan tingkat mobilitas tinggi (Mitsui, 1997; Tresna, 2010). Masker wajah peel off memiliki beberapa manfaat, diantaranya mampu 1

merilekskan otot-otot wajah, membersihkan, menyegarkan, melembabkan, dan melembutkan kulit wajah (Vieira et al., 2009). Penggunaan masker wajah tipe ini akan memberikan rasa lembut dan kencang pada kulit wajah (Mitsui, 1997; Tresna, 2010). Mekanisme kerja masker wajah adalah menyebabkan suhu kulit wajah meningkat sehingga peredaran darah menjadi lebih lancar dan penghantaran zat-zat gizi ke lapisan permukaan kulit dipercepat sehingga kulit muka terlihat menjadi lebih segar. Akibat dari terjadi peningkatan suhu dan peredaran darah yang menjadi lebih lancar maka fungsi kelenjar kulit meningkat, kotoran dan sisa-sisa metabolisme dikeluarkan ke permukaan kulit kemudian diserap oleh lapisan masker yang mengering. Cairan yang berasal dari keringat dan sebagian cairan masker diserap oleh lapisan tanduk, meskipun lapisan masker mengering tetapi lapisan tanduk tetap kenyal, bahkan sifat ini menjadi lebih baik ketika lapisan masker dilepaskan yaitu terlihat keriput pada kulit menjadi berkurang dan kulit wajah tidak saja menjadi lebih halus tetapi juga menjadi lebih kencang. Setelah masker dilepaskan, bagian cairan yang telah diserap oleh lapisan tanduk akan menguap akibatnya akan terjadi penurunan suhu kulit wajah sehingga memiliki efek menyegarkan kulit (Ginting, 2015). Perkembangan sediaan kosmetik berbahan alam saat ini lebih pesat dikarenakan masyarakat lebih menyukai kosmetik berbahan alam dibandingkan dengan kosmetik berbahan kimia. Hal ini dikarenakan penggunaan kosmetik berbahan kimia telah dilaporkan memiliki banyak efek samping (FDA, 1999). Sebagai contoh penggunaan bahan kimia dalam sediaan kosmetik yang memberikan efek samping adalah asam retinoat sebagai pemutih yang dapat menyebabkan peradangan pada kulit, berpotensi sebagai zat karsinogen dan zat teratogen (Briggs, Freeman and Yaffe, 2005; American Society of Health-System Pharmacy, 2010), akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahan alam juga memiliki kelemahan 2

seperti masalah stabilitasnya selama penyimpanan. Masker wajah yang tersedia di pasaran diformulasi dengan menggunakan bahan-bahan yang berasal dari alam seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan sebagainya. Salah satu pemanfaatan masker bahan alam untuk kulit wajah adalah sebagai antioksidan. Pemanfaatan aktivitas antioksidan dalam bentuk masker dengan bahan alami yang sudah ada adalah masker ekstrak biji melinjo, ekstrak kacang kedelai dan ekstrak buah stroberi (Octavia, 2008; Vieira et al., 2009; Septiani, Wathoni dan Mita, 2012). Selain ekstrak buah yang telah disebutkan, pisang merupakan tanaman yang buahnya telah dibuktikan memiliki aktivitas antioksidan, dimana bagian kulit buah pisang memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar daripada daging buahnya (Canales- Aguirre et al., 2008; Fatemeh et al., 2012; Shodehinde and Oboh, 2013). Kulit pisang merupakan bahan buangan atau limbah yang cukup banyak jumlahnya dan belum dimanfaatkan secara maksimal selain dibuang sebagai limbah organik dan sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi dan kerbau (Susanti, 2006). Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya pemanfaatan limbah kulit pisang yang memiliki aktivitas antioksidan. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif, akibatnya kerusakan sel akan dihambat (Winarsi, 2007). Tanaman yang mengandung senyawa fenolik dan polifenol seperti tanin memiliki aktivitas antioksidan (Jain, Goyal, and Ramawat, 2011; Ling and Palanisamy, 1999; Sumathy et al., 2011). Tanin merupakan senyawa polifenol dari kelompok flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan kuat, anti peradangan dan anti kanker (anticarcinogenic). Mekanisme kerja tanin sebagai antioksidan adalah menstabilkan senyawa radikal bebas dengan cara melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki oleh radikal bebas. Dalam reaksi yang terjadi apabila gugus hidroksil bertemu dengan senyawa radikal maka gugus 3

OH akan terpecah dengan lepasnya ion H + kemudian selanjutnya atom hidrogen akan ditangkap oleh senyawa radikal bebas yang akan membuat senyawa itu menjadi stabil (Winarno, 2002). Tanin utamanya diketahui sebagai adstringensia yang banyak digunakan sebagai pengencang kulit dalam kosmetik (Yuliarti, 2009). Tanin memiliki efek sinergis dengan fungsi masker dalam hal fungsinya sebagai pengencang kulit. Tanin dapat mengencangkan kulit dengan cara memadatkan protein kulit (Anonim, 2014). Beberapa spesies pisang yang diketahui adalah Musa acuminata L., Musa balbisiana L., Musa sapientum L., Musa fehi Bert. dan Musa paradisiaca L. (Valmayor et al., 2000). Pisang kepok (Musa acuminata L.) merupakan tumbuhan yang dapat hidup di daerah tropis dan subtropis (Sudarman dan Harsono, 1989). Kulit buah pisang masak yang berwarna kuning kaya akan senyawa flavonoid, maupun senyawa fenolik yang lainnya, disamping banyak mengandung karbohidrat, mineral seperti kalsium dan natrium, serta selulosa. Kulit pisang secara in vitro memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibanding bagian tanaman pisang lainnya. Aktivitas antioksidan pada kulit pisang mencapai 94,25% pada konsentrasi 125 μg/ml atau 0,12% sedangkan pada bagian buah pisang hanya sekitar 70% pada konsentrasi 50 mg/ml atau 5% (Fatemeh et al., 2012; Canales-Aguirre et al., 2008). Aktivitas antioksidan tinggi ini dihubungkan dengan tanin yang terkandung dalam kulit pisang. Berdasarkan penelitian Akpabio, Udiong dan Akpakpan (2012), Nagarajaiah dan Prakash (2011) serta Tartrakoon et al. (1999), aktivitas antioksidan tertinggi terdapat pada kulit pisang kepok dimana jumlah taninnya mencapai 11,26 mg/g kulit pisang, dibandingkan dengan kulit pisang ambon dan groho. Berdasarkan hal tersebut, maka kulit pisang yang dipakai pada penelitian ini adalah dari kulit pisang kepok (Musa acuminata 4

L.) dimana kulit buahnya berwarna kuning dan umur panen kulit pisang sekitar 100 hari setelah bunga mekar (Nuramanah, Sholihin dan Siswaningsih, 2013; Murtiningsih dan Pekerti, 1998). Pada penelitian ini, kulit pisang yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu kemudian dibuat menjadi serbuk. Pembuatan serbuk ditujukan agar ekstraksi lebih maksimal karena jumlah luas permukaan serbuk kulit pisang yang kontak dengan cairan penyari lebih banyak. Cairan penyari yang digunakan untuk ekstraksi adalah air, karena tanin yang merupakan golongan polifenol memiliki kelarutan yang baik dalam pelarut polar yaitu air (Galanakis, Goulas and Gekas, 2011). Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi digesti. Maserasi digesti adalah maserasi yang dilakukan pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan yaitu secara umum dilakukan pada suhu 40 o -50 o C (Ditjen POM, 2000). Pemilihan penggunaan metode ekstraksi maserasi digesti dikarenakan aktivitas antioksidan meningkat pada suhu ekstraksi 40 o C hingga 50 o C (24 jam). Peningkatan aktivitas antioksidan disebabkan oleh kelarutan dan laju difusi analit dengan pelarut meningkat pada suhu antara 40 o C hingga 50 o C (Anonim, 2013). Pada saat sebelum ekstraksi, kulit pisang direndam dengan natrium metabisulfit 0,2% untuk mencegah terjadinya perubahan warna ekstrak menjadi lebih gelap yang disebabkan oleh terjadinya oksidasi (Nuramanah, Sholihin dan Siswaningsih, 2013). Ekstrak yang dihasilkan selanjutnya dilakukan pengeringan dengan menggunakan waterbath. Ekstrak kental yang diperoleh distandarisasi sesuai dengan persyaratan dari Parameter Standar Ekstrak BPOM (2000) untuk memastikan keamanan, kualitas dan efektivitas ekstrak yang akan digunakan. Konsentrasi ekstrak air kulit pisang yang akan digunakan dalam formulasi adalah 4%. Pemilihan konsentrasi ini didasarkan pada konsentrasi dimana aktivitas antioksidannya mencapai 75% berdasarkan pengujian 5

dengan metode 2,2-diphenylhydrazylpicryl (DPPH) (Shodehinde and Oboh, 2013). Berdasarkan konsentrasi terpilih tersebut selanjutnya dilakukan formulasi sediaan masker gel peel-off. Sebagai basis masker wajah dipilih bentuk gel peel-off, mengacu pada formula dasar masker wajah gel tipe peel-off, dimana formula tersebut memiliki viskositas yang tinggi dan akan memberikan efek mengencangkan kulit (Mitsui, 1997). Komponen basis yang digunakan meliputi PVA yang berfungsi sebagai pembentuk film, gliserin sebagai plastisaiser, HPMC sebagai thickening agent dan etanol sebagai pelarut. Penggunaan kombinasi PVA dan gliserin ini bertujuan untuk meningkatkan elastisitas sediaan dan memperbaiki kemampuan pembentukan lapisan film masker gel peel-off (Pu-you et al., 2014). Penggunaan PVA dengan konsentrasi lebih dari 15% diketahui dapat meningkatkan elastisitas sediaan terutama bila dikombinasi dengan gliserin. Gliserin yang digunakan berturut-turut untuk formula I, II dan III adalah 15%, 20% dan 25%. Variasi konsentrasi gliserin yang digunakan didasarkan pada konsentrasi ideal penggunaan gliserin sebagai plastisaiser yaitu 15-30% menurut penelitian Bertuzzi, Gottifredi and Armada (2012). Pada penelitian tersebut, disimpulkan bahwa dengan peningkatan kandungan gliserin akan mempengaruhi karakteristik lapisan film yang terbentuk yaitu menurunkan sifat lapisan film yang kaku (rigidity) dan meningkatkan sifat keelastisitas film. Selain itu lapisan film yang dihasilkan menjadi lebih fleksibel. Plastisaiser memfasilitasi pertumbuhan kristal dan rekristalisasi selama pergerakan rantai polimer dan memberikan pengaruh pada proses keringnya lapisan film. Lapisan film yang terlalu tipis membutuhkan waktu kering yang lebih lama dikarenakan membutuhkan waktu pengaturan rantairantai polimer lapisan film. Evaluasi yang dilakukan adalah uji mutu fisik yang meliputi pemeriksaan organoleptis, uji ph, pengujian homogenitas, uji viskositas dan 6

uji daya sebar; uji efektivitas yang meliputi uji waktu kering, uji kekencangan masker, uji elastisitas lapisan film dan uji kemudahan masker dilepaskan; dan uji keamanan/iritasi (Vieira et al., 2009; Anggraini, Malik dan Susiladewi, 2011; Aswal, Karla and Rout, 2013). Hasil pengamatan akan diolah dengan menggunakan metode analisis statistik secara parametrik maupun non parametrik. Metode analisis statistik parametrik yang digunakan yaitu Analysis of Variance (ANOVA) one-way untuk data antar bets dan antar formula, dimana pengujian yang menggunakan metode ini yaitu uji ph, viskositas, daya sebar dan waktu kering. Sedangkan metode analisis non parametrik yang digunakan yaitu Friedman test, dimana metode ini digunakan untuk data antar formula dan pengujian yang menggunakan metode ini meliputi uji kekencangan masker, uji elastisitas lapisan film serta uji kemudahan masker dilepaskan (Jones, 2010). 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain: 1. Apakah ekstrak air kulit pisang kepok (Musa acuminata L.) dapat diformulasi sebagai masker wajah dalam bentuk gel peel-off? 2. Bagaimana pengaruh konsentrasi gliserin sebagai plastisaiser terhadap efektivitas formula masker wajah ekstrak air kulit pisang kepok (Musa acuminata L.) dalam bentuk gel peel-off? 3. Pada formula berapakah yang menghasilkan formula terbaik sediaan masker wajah ekstrak air kulit pisang kepok (Musa acuminata L.) dalam bentuk gel peel-off yang memenuhi persyaratan mutu fisik, efektivitas dan keamanan/iritasi sediaan? 7

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui apakah ekstrak air kulit pisang kepok (Musa acuminata L.) dapat diformulasi sebagai masker wajah dalam bentuk gel peel-off. 2. Mengetahui pengaruh konsentrasi gliserin sebagai plastisaiser terhadap efektivitas pada formula masker wajah ekstrak air kulit pisang kepok (Musa acuminata L.) dalam bentuk gel peel-off. 3. Menentukan formula terbaik sediaan masker wajah ekstrak air kulit pisang kepok (Musa acuminata L.) dalam bentuk gel peel-off yang memenuhi persyaratan mutu fisik, efektivitas dan keamanan/iritasi sediaan. 1.4. Hipotesis Penelitian Hipotesis dari penelitian ini adalah ekstrak air kulit pisang kepok (Musa acuminata L.) dapat diformulasi sebagai masker wajah dalam bentuk gel peel-off serta diharapkan penggunaan gliserin sebagai plastisaiser dalam formulasi masker wajah gel peel-off ekstrak air kulit pisang kepok (Musa acuminata L.) yang dapat membentuk lapisan film dengan kekuatan menarik wajah yang lebih besar dan elastisitas yang lebih baik serta mudah diaplikasikan dan mudah dilepaskan dari kulit yang akan mempengaruhi hasil evaluasi uji efektivitas yang meliputi waktu kering, elastisitas lapisan film, kemudahan dilepaskan dari sediaan masker gel peel-off ekstrak air kulit pisang kepok (Musa acuminata L.) yang tidak menyebabkan iritasi pada kulit dan dapat dipilih satu formula terbaik dari sediaan tersebut. 8

1.5. Manfaat Penelitian Mengetahui bahwa ekstrak air kulit pisang kepok (Musa acuminata L.) dapat diformulasi sebagai masker wajah dalam bentuk gel peel-off serta mengetahui pengaruh konsentrasi gliserin sebagai plastisaiser terhadap evaluasi efektivitas dan mengetahui formula terbaik sediaan masker wajah ekstrak air kulit pisang kepok (Musa acuminata L.) dalam bentuk gel peeloff yang memberikan efektivitas dan sifat mutu fisik yang baik dan aman untuk digunakan, serta dapat memberikan informasi dan data-data ilmiah mengenai cara penggunaan dan manfaat masker wajah kepada masyarakat dan dapat diproduksi oleh produsen kosmetika serta menjadi informasi bagi penelitian selanjutnya. 9