LEMBAR FAKTA SEJUMLAH FAKTA TENTANG PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG. MITOS 1 Biaya Penyelenggaraan Pemilukada Langsung Mahal dan Boros Anggaran.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015

TANTANGAN DAN STRATEGI PARPOL DALAM PILKADA SERENTAK

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA INDEKS KERAWANAN PILKADA 2015

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PENELITIAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau rakyat selalu berada. terbaik dalam perkembangan organisasi negara modern.

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah).

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. rakyat indonesia yang berdasarkan pancasila dan undang undang dasar negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

I. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

I. PENDAHULUAN. diperuntukkan untuk rakyat. Pemilihan umum merupakan bagian dari

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Naskah Rekomendasi KEBIJAKAN ANGGARAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH EFISIEN DAN DEMOKRATIS. Disusun oleh:

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI

SINERGI PEMERINTAH DALAM RANGKA MENDUKUNG IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PILKADA SERENTAK TAHUN 2015

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah)

PEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PILKADA lewat DPRD?

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, serta Pelaksanaan Cuti Pejabat Negara dalam Kampanye Pemilu

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM,

Pemilu yang ada bahkan tidak membawa perubahan orang. Sebagian besar akan tetap orang dan muka lama.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PILKADA LANGSUNG SERENTAK: HARAPAN DAN TANTANGAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu

BAB V PENUTUP. sistem-sistem yang diterapkan dalam penyelenggaraan Pemilu di kedua Pemilu itu

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Pengawasan dalam..., Ade Nugroho Wicaksono, FHUI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara

FORMULIR PEMANTAUAN TAHAPAN AKSES PEMILU BAGI PENYANDANG DISABILITAS

Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

OLEH : DR. SURANTO DOSEN JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN UMY

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat, maka kekuasaan harus dibangun dari bawah. diantaranya adalah maraknya praktik-praktik money politics.

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan system pemerintahan. Dimana para calon pemimpin. PP NO 6 Tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

PEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008

Pengantar. Purnomo S. Pringgodigdo

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat. Pada pasal 1 ayat 2 Undang-

Drs. LUTFI TMA, M.Si. Direktur Politik Dalam Negeri Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

Transkripsi:

LEMBAR FAKTA SEJUMLAH FAKTA TENTANG PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG MITOS 1 Biaya Penyelenggaraan Pemilukada Langsung Mahal dan Boros Anggaran. Faktanya:Pemilukada Langsung yang Demokratis Bisa Murah dan Tidak Harus Mahal. Berdasarkan hasil penelitian FITRA (Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran) bahwa anggaran Pemilukada pada tingkat kabupaten/kota untuk satu kali putaran berkisar antara Rp. 5-28 Miliar. Sementara pada tingkat provinsi anggaran Pemilukada membutuhkan dana antara Rp. 60-78 Miliar. 1 P a g e o f 5 - Menurut FITRA (2012), b iaya penyelenggaraan pilkada provinsi Rp 100 M; pilkada kota/kabupaten Rp 25 M. Total untuk menyelenggarakan seluruh pilkada adalah sekitar Rp 17 triliun. Jika Pilkada dilakukan secara serentak, anggaran yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan pilkada sekitar Rp 10 triliun. Menghemat sekitar Rp 7 triliun tanpa mencabut hak pilih warga. - Efisiensi anggaran dalam pelaksanaan pemilukada bisa dilakukan dengan tidak mengesampingkan nilai-nilai demokratis. - Tujuan utama demokrasi tidak boleh tereliminasi oleh permasalahan teknis seperti anggaran. - Pemerintah dan parlemen harus menjawab tantangan melalui agenda perubahan undang-undang. Perubahan itu diharapkan mampu menciptakan disain baru, sehingga efisiensi anggaran pilkada dapat terwujud tanpa harus mengabaikan prinsip utama partisipasi warga. Pemilukada Secara Serentak Beberapa alternatif dapat dikembangkan, seperti penggabungan pemilukada dalam satu waktu atau dilaksanakan serentak. Jika Pemilukada dilaksanakan secara serentak seperti Pemilu Presiden dan Legislatif.Mekanisme ini memungkinkan bagi Komisi Pemilihan Umum (KPU), KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota, bekerja dalam satu waktu.dengan disain ini, ke depan KPU hanya akan melaksanakan pemilu 2 kali, yakni Pemilu Lokal dan Pemilu Nasional. Mekanisme ini sangat mungkin dilakukan jika pemerintah dan parlemenserius untuk menata disain pilkada yang efisien, tapi tetap demokratis.dengan pelaksanaan pilkada

serentak, efisiensi anggaran khususnya honorarium bagi penyelenggara dapat dihemat. Penelitian FITRA untuk Pemilukada Sumatera Barat 2010 misalnya, disebutkan bahwa penyelenggaraan pemilukada serentak menjadi murah dibandingkan dengan provinsi lain disebabkan dua hal, yaitu Sumatera Barat menyelenggarakan Pemilukada serentak dilebih banyak kabupaten/kota, dan dalam struktur anggaran Provinsi Sumatera Barat tidak ada anggaran yang dialokasikan untuk kabupaten/kota yang menyelenggarakan Pemilukada. MITOS 2 Pemilukada Langsung Memerlukan Biaya Politik Pencalonan yang Tinggi sehingga Mendorong Calon Pemimpin Kepala Daerah Melakukan Korupsi. Faktanya :Partai politik berperan besar dalam mempengaruhi tingginya biaya politik pencalonan kepala daerah. Perkembangan 5 tahun terakhir menunjukkan Kepala Daerah yang dihasilkan dari Pemilukada Langsung justru dekat dengan rakyat dan mengeluarkan ongkos politik yang relatif kecil. Pertama, biaya perahu pencalonan kepala daerah.sudah menjadi rahasia umum, kandidat harus merogoh kocek dalam-dalam untuk membeli perahu politik.lebih-lebih perahu politik partai non-kursi DPRD.Untuk mencapai batas pencalonan 15% suara, partai non-kursi harus berkoalisi dengan beberapa partai. Akibatnya, masing-masing memiliki posisi tawar sama kuat satu dengan lainnya. Artinya kandidat harus mengeluarkan ongkos lebih besar untuk seluruh partai pengusung. Untuk biaya pencalonan kepada partai politik (ongkos perahu politik), Kompas (18/1) 2014 pernah menyebut angka Rp. 60 hingga 100 miliar rupiah.angka yang fantastis dan tak sebanding dengan pendapatan resmi yang bakal diterima Kepala Daerah.Siapa yang yang berperan besar membuat ongkos politik kandidasi menjadi besar?tentu saja partai politik. Kedua,dana kampanye untuk politik pencitraan. Pemilukada langsung merupakan tantangan bagi kandidat.menuntut kandidat memilikikedekatan dan dikenal oleh rakyat untuk memperoleh suara mayoritas.tujuannya agar kepala daerah terpilih memiliki tanggung jawab serta memiliki kepedulian lebih besar dengan pemilih.namun persoalan muncul ketika partai politik dan kandidat tidak bekerja secara maksimal peran dan fungsinya sebagai sarana sosialisasi dan mobilisasi dukungan.cara-cara instan justru menjadi pilihan utama, pencitraan melalui media cetak, elektronik dan ruang-ruang publik lainya dengan hanya menampilkan gambar wajah semata.pemilih diposisikan semata-mata sebagai komoditi politik. Pemilih disuguhkan iklan politik tanpa dapat mengenal lebih jauh kandidat. Konsekuensinya, kekuatan modal menjadi pendukung utama.ongkos konsultasi dan survei pemenangan menjadi sesuatu yang tidak terhitung murah.tentunya tidak sedikit anggaran yang dikeluarkan.untuk satu 2 P a g e o f 5

kalisurvei di satu kabupaten/kota biaya survei bisa minimal 150 Juta, sementara survei dilakukan bisa hingga tiga kali untuk satu kandidat. Kandidat yang tidak memiliki kedekatan dengan rakyatnya, cenderung menggunakan uang untuk mengangkat popularitasnya agar bisa dikenal dalam waktu sekejap. Sementara pola dan kecenderungan tahun-tahun belakangan, pemimpin yang dihasilkan dari Pemilukada Langsung justru dekat dengan rakyat dan mengeluarkan ongkos politik yang relatif kecil. Bahkan semangat kerelawanan warga yang mulai terbentuk bisa mendorong partisipasi warga, bahkan membantu biaya kandidasi secara swadaya. MITOS 3 Pemilukada Langsung Rawan Konflik dan Mengancam Persatuan Bangsa. Faktanya :Pemilukada Langsung selama 10 tahun mampu meredam berbagaipotensi konflik separatis. Pemahaman tentang konflik harus dilihat secara jernih.misalnya perbedaan pendapat.perbedaan pilihan, hingga sengketa hasil pemilukada tidak dapat serta merta dianggap sebagai konflik.hal tersebut adalah wujud dari kebebasan untuk berbeda pendapat secara terbuka.kebebasan berbeda pendapat secara terbuka merupakan inti dari demokrasi.ini hanya dimungkinkan terjadi dalam Pemilukada langsung. International Crisis Group (ICG): dari 244 pilkada yang terjadi pada tahun 2010, 20 pilkada terjadi peristiwa kekerasan jumlahnya memang sedikit tapi tahun 2010 angka kekerasan dalam pilkada meningkat. Tercatat ada 13 kasus kekerasan yang terjadi dalam pilkada antara tahun 2005-2008. Untuk menurut ICG perlu dilakukan beberapa perbaikan agar konflik Pemilukada tidak meningkat menjadi konflik dengan peristiwa kekerasan, seperti: - Netralitas polisi dan peningkatan kemampuan polisi untuk mengidentifikasi dan bergerak untuk mencegah potensi peristiwa kekerasan terjadi. - Peningkatan kapabilitas dan independensi KPUD dan Panwaslu agar bisa mengeluarkan kebijakan yg adil dan memiliki kemampuan untuk menangani situasi krisis saat konflik untuk mencegah konflik meningkat jadi konflik dengan peristiwa kekerasan. RISET YANG DIRILIS JUNI 2014 OLEH Jan H. Pierskalla (The Ohio State University) menunjukan Walaupun ada sedikit peningkatan dalam jenis kekerasan pemilu yang dilaksanakan setiap lima tahun, tapi statistik lengkap dan analisis kuantitatif penelitan ini menunjukkan bahwa 3 P a g e o f 5

adanya pemilukada (langsung)menurunkan jumlah kasus kekerasan yang bersifat umum bahkan yang terpenting adalah menurunnya konflik dan kekerasan separatis di daerah. Hal ini karena desentralisasi yang diterapkan mendapatkan ruhnya melalui Pemilukada Langsung, sebagai sarana penyaluran dinamika politik lokal. MITOS 4 Masyarakat Indonesia belum siap untuk pemilukada langsung karena dianggap belum rasional dan rentan terlibat politik transaksional (jual beli suara), hal mana menyuburkan politik uang. Faktanya :Hasil riset Puskapol UI di sejumlah daerah yang melakukan Pemilukada Langsung menunjukkan masyarakat/pemilih semakin rasional. Pemilih yang menerima politik uang tidak lebih dari 30%, dan hanya 18% yang bisa dimobilisasi untuk memilih sesuai kandidat yang memberi uang. Dalam pilkada langsung setidaknya ada dua transaksi politik non programatik yang terjadi.pertama, transaksi antar elit untuk biaya 'sewa perahu', 'mahar' dan istilah lain utk biaya pembentukan koalisi untuk mengusung kandidat kepala daerah. Kedua, transaksi antara kandidat dengan warga dalam bentuk jual beli suara. Artinya, politik uang dalam pilkada itu bersumber dari para elit yang mengalir ke elit itu sendiri dan juga ke warga.warga tidak bisa serta merta disalahkan sebagai penyebab terjadinya politik uang.politik uang lebih mengarah ke perilaku elit yang membeli suara warga karena kandidat yang diusung bukan figur yang dikenal warga dan tidak memiliki rekam jejak atau kerja masyarakat yang baik bagi warga setempat sehingga mereka mencoba membeli suara untuk melancarkan langkah mereka. Dalam 10 tahun pelaksanaan pilkada langsung, kelompok masyarakat sipil dan akademisitelah melakukan beragam pendidikan politik kepada warga untuk membendung politik uang antara warga dengan kandidat. Pilkada lewat DPRD bisa saja menghilangkan transaksi antara kandidat dengan warga, tapi akan meningkatkan transaksi antara kandidat dengan DPRD. TRANSAKSI KANDIDAT DENGAN ELIT PARPOL ATAU ANGGOTA DPRD AKAN MEMUNCULKAN KERUGIAN YANG SANGAT BESAR DAN BERSIFAT JANGKA PANJANG. PEMILIHAN LANGSUNG AKAN MEMPERSULIT BENTUK TRANSAKSI POLITIK ATAU POLITIK UANG KARENA MASYARAKAT YANG SEMAKIN RASIONAL BELUM TENTU MEMILIH CALON YANG MEMBERIKAN UANG. 4 P a g e o f 5

BANYAK KANDIDAT YANG TIDAK MEMILIKI REKAM JEJAK BAIK DAN KEDEKATAN DENGAN WARGA MULAI KESULITAN DENGAN PEMILIHAN LANGSUNG, MEREKA MENGANGGAP LEBIH MUDAH MELAKUKAN POLITIK UANG KEPADA DPRD. MITOS 5 Penggantian Pemilukada langsung dengan Pemilukada oleh DPRD merupakan masalah perubahan mekanisme semata yang dianggap sama-sama konstitusional dan demokratis. Faktanya: - Kita sudah melewati proses sejarah yang panjang diantaranya Pemilukada oleh Presiden dan oleh DPRD. Evaluasi terhadap mekanisme ini menunjukkan Pemilukada tidak langsung selama puluhan tahun telah menghasilkan tidak dimungkinkannya pengawasan oleh rakyat, dominasi partai dan elit politik dalam menentukan kepala daerah, praktek korupsi, dan melanggengkan oligarki partai. - Hanya melalui Pemilukada langsung rakyat bisa ikut menentukan secara langsung siapa yang akan menjadi pemimpinnya di daerah. Tidak ada satupun sistem yang dapat menjamin secara menyeluruh tidak akan terjadi korupsi. Namun, perbedaan yang sangat tegas terletak pada peluang rakyat untuk melakukan partisipasi politik dan melakukan pengawasan secara langsung terhadap kepala daerah terpilih.hal ini hanya terdapat dalam Pemilukada Langsung. *Lembar Fakta diolah dari berbagai sumber hasil riset : Perludem, FITRA, Puskapol, ICG, ICW dll. Depok, 7 Oktober 2014 5 P a g e o f 5