DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) GALERI SENI RUPA DI SURAKARTA SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI RAMAH LINGKUNGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN Wukirsari Sebagai Desa Penghasil Kerajinan Tangan

Gedung Pameran Seni Rupa di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

PASAR SENI DI DJOGDJAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Redesain Pusat Kegiatan Budaya Melayu di Pekanbaru 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.4. Tujuan dan Sasaran Tujuan Tujuan merancang dan menata penggal Jalan Garuda Mas dengan menerapkan konsep city walk.

BAB I PENDAHULUAN. Seni atau art berasal dari kata dalam bahasa latin yaitu ars, yang memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju.

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Presentase Jumlah Pecinta Seni di Medan. Jenis Kesenian yang Paling Sering Dilakukan Gol. Jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

GEDUNG PAMER DAN LAYANAN PURNA JUAL

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

BAB III METODE PERANCANGAN. Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan

STUDIO TUGAS AKHIR DOSEN PEMBIMBING : Dr. ANDI HARAPAN S., S.T., M.T. BAB I PENDAHULUAN

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN

PUSAT SENI RUPA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia. Hal itu juga terjadi di bidang perdagangan antara lain adalah

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Objek. Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan

Judul Tugas Akhir KAMPUNG SENI tema : Metafora Tari dalam Arsitektur

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid

Galeri Seni Lukis Yogyakarta

GALLERY PHOTOGRAPHY IN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang GALERI SENI RUPA SINGARAJA

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. :Bangunan untuk tempat tinggal. (

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

BAB I PENDAHULUAN CENGKARENG OFFICE PARK LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Urban Gallery Surakarta Arsitektur Kontemporer

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

KOMPLEK GALERI SENI LUKIS di DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Koentjaranigrat (seniman). Majalah Versus Vol 2 edisi Februari 2009

BAB 3 METODE PERANCANGAN. dalam studi Arsitektur, yang dilakukan secara runtun mulai dari munculnya ide

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. LP3A Teater Universitas Diponegoro, Semarang. 1.1 Latar Belakang

PUSAT SENI RUPA KONTEMPORER NYOMAN GUNARSA DI YOGYAKARTA

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul Taman dan Galeri Kota Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Pengertian Judul 2. Latar Belakang 2.1. Latar Belakang Umum Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

PUSAT KEBUDAYAAN SUNDA DI BANDUNG PENEKANAN DESAIN TRANSFORMASI ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA

PUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA

RELOKASI KAMPUS AKADEMI SENI DAN DESAIN INDONESIA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan muncul setelah melihat potensi kebudayaan di Madura

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULLUAN 1.1 LATAR BELAKANG

WEDDING CENTRE DI SURAKARTA

BAB I GALERI SENI RUPA DI YOGYAKARTA

KOMPLEK GEDUNG KESENIAN SOETEDJA PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Service), serta media alam sebagai media pembelajaran dan tempat. school melalui penyediaan fasilitas yang mengacu pada aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan. Pengembangan Kawasan Kerajinan Gerabah Kasongan BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 %

BAB I PENDAHULUAN Fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Seni Rupa di Yogyakarta dengan Analogi Bentuk Page 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Alfitrah Subuh Pusat Pendidikan Budaya Betawi Page 1

ENTERTAINMENT CENTER DI PURWODADI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SANGGAR BUDAYA KI DJAROT SARWINTO DI SUKOHARJO

TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (PPA) SANGGAR SENI RUPA DAN MUSIK TRADISIONAL ANAK DI SOLO

Transkripsi:

TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) GALERI SENI RUPA DI SURAKARTA SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI RAMAH LINGKUNGAN Diajukan sebagai pelengkap dan syarat guna Mengambil Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh: Isnaini Nur Hudin D 300 040 021 JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Judul. Galeri Seni Rupa di Surakarta Sebagai Media Komunikasi Ramah Lingkungan 1.2. Pengertian Judul. Galeri: Menurut extimologinya kata gallery atau galeri, berasal dari bahasa latin : Galleria. Galleria dapat diartikan sebagai ruang beratap dengan satu sisi terbuka. Di Indonesia, galeri sering diartikan sebagai ruang atau bangunan tersendiri yang digunakan untuk memamerkan karya seni (Ensiklopedia Nasional Indonesia, PT Cipta Adi Pustaka, Jakarta, 1986). Seni Rupa: Segala macam kesenian yang hanya dapat dinikmati keindahannya dengan penginderaan mata. Hakekat seni rupa adalah hasil budi manusia dalam pernyataan keindahan dan nilai-nilai dengan perantara garis, warna dan zat (Bambang Marhijanto, 2007). Media komunikasi: Alat (sarana) pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Bambang Marhijanto, 2007). Ramah lingkungan: Wadah dalam mengkomunikasikan gerakan alam (kawasan dsb) juga semua yang mempengaruhi pertumbuhan manusia dan lingkungan. Galeri Seni Rupa di Surakarta sebagai Media Komunikasi Ramah Lingkungan : Merupakan wadah dalam mengkomunikasikan gerakan alam melalui media visual berupa karya-karya seni rupa bertemakan alam, ditampilkan dengan konsep yang interest dalam menjaga kualitas lingkungan dan terletak di Surakarta. 1

1.3. Latar Belakang. 1.3.1. Umum. 1.3.1.1. Sejarah ISI Surakarta. Secara kelembagaan, pada mulanya STSI Surakarta berstatus akademi dengan nama Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Surakarta. Lembaga ini didirikan pada tahun 1964 dan resmi menjadi salah satu lembaga pendidikan tinggi seni pemerintah yang berdomisili di Kepatihan dan sejak tahun 1972 pindah dan menempati sebagian bangunan Keraton Surakarta. Pendidikan tinggi seni ini pembelajarannya lebih menitikberatkan kepada budaya lingkungan sebagai sumber/bahan ajar dan kajiannya. Pemikiran mendasar para pendirinya adalah mewujudkan institusi yang menekankan pada pendidikan seni secara formal. Iktikad ini merupakan wujud kepedulian terhadap keberadaan kesenian sebagai aset budaya serta jatidiri bangsa. Lembaga pendidikan tinggi seni diyakini memiliki berbagai fungsi (discovery, preservation, dan development) yang hidup subur jika didirikan di tengah ajang budayanya. Locus budaya seperti itu dapat memberikan jaminan dan dukungan terhadap perkembangan seni yang mampu memberikan umpan balik kepada masyarakat. Perkembangan atau pertumbuhannya dapat terwujud jika ditopang para kreator, inovator, pendidik yang kreatif, seniman, kritikus, dan penghayat seni yang capable, profesional dan memiliki dedikasi. Surakarta sebagai kawasan kerajaan lama sekaligus sebagai kota budaya, memiliki potensi cukup besar. Kondisi itu sangat layak dan memenuhi syarat menjadi tempat berdirinya institusi pendidikan seni. Berdasar pertimbangan dan juga keputusan strategis, terutama berkaitan dengan pendirian lembaga pendidikan tinggi seni, kemudian ditetapkanlah untuk didirikan akademi seni di Surakarta. Pada tanggal 15 Juli tahun 1964 melalui Keputusan Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 068/1964 dinyatakan berdirinya Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) di Surakarta. Lembaga ini bernaung di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Dasar dan Kebudayaan(Sumber : www.isi-ska.ac.id/sejarah/sejarah). 2

Gambar : 1.1. ISI Solo Sumber : www.isi-ska.ac.id/sejarah/sejarah 1.3.1.2. Potensi Seni di Surakarta. Tarian merupakan bagian yang menyertai perkembangan pusat baru ini. Pada masa kerajaan dulu tari mencapai tingkat estetis yang tinggi. Jika dalam lingkungan rakyat tarian bersifat spontan dan sederhana, maka dalam lingkungan istana tarian mempunyai standar, rumit, halus, dan simbolis. Jika ditinjau dari aspek gerak, maka pengaruh tari India yang terdapat pada tari-tarian istana Jawa terletak pada posisi tangan, dan di Bali ditambah dengan gerak mata. Tarian yang terkenal ciptaan para raja, khususnya di Jawa. Gambar : 1.2. Seni Yang Di Wadahi Sumber : www.isiska.ac.id/sejarah/sejarah 3

1.3.1.3. Tema Lingkungan. Lingkungan adalah tema yang bisa menjadi sebuah kritik reflektif bagi kehidupan insan manusia yang memiliki sisi beda dibandingkan dengan kehidupan organisme yang lain. Kita jelas membutuhkan air, udara, api, tanah, dan juga membutuhkan adanya binatang dan tumbuh-tumbuhan untuk bisa menopang kehidupan kita. Namun, sebaliknya butuhkah binatang, tumbuhan, dan makhluk lainnya akan peran serta manusia dalam kehidupan mereka? Secara alami tidak ada resiprokalitas yang imbang pada kebutuhan itu, karena manusia adalah makhluk tertinggi yang memiliki "kemanjaan" untuk dicukupi lingkungannya. Ritme kehidupan kota Surakarta diwarnai dengan nilai-nilai luhur yang terus dijaga dan dilestarikan. Keterikatan dengan lingkungan senantiasa ada dalam keseharian masyarakatnya, dalam nilai-nilai budaya dan adat kebiasaan yakni "suasana sepeda", "lesehan" dan "pendopo" yang menjadi ciri kesehariannya. Itu semua akan tetap menjadi nyaman jika lingkungan yang ada mendukung. Suasana rindang kota, tingkat polusi yang rendah, pembangunan yang memperhatikan tata ruang, industri yang ramah lingkungan adalah semua hal yang harus diwujudkan. Menijau kembali masalah pemerintahan dan Administrasi-legislasi, pada tahun 2003 dikatakan dalam harian Kompas Selasa, 29 Juli 2003 bahwa Kota Surakarta dijadikan pilot proyek parliament watch di bidang lingkungan karena dianggap paling responsif terhadap masalah lingkungan. Parliament watch ini bertugas untuk melihat, mengawasi, dan mencatat anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang peduli, tidak peduli, maupun anti lingkungan. Tujuan dari pembentukan parliament watch ini adalah untuk mendorong setiap pemerintah daerah agar mempunyai good governance di bidang lingkungan. Selain itu juga untuk menumbuhkan kepekaan mereka terhadap tuntutan masyarakat di bidang lingkungan. Pada tahun 2006 juga tumbuh perhatian pemerintah dalam hal lingkungan sebagaimana dilansir dalam Kompas edisi Jumat, 17 Maret 2006. dikatakan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Solo, Kamis (16/3), menetapkan rancangan peraturan daerah tentang Pengendalian Lingkungan Hidup menjadi Perda Pengendalian Lingkungan Hidup. 4

Dengan adanya wadah yang dapat menampung kegiatan seni dalam pembelajaran mengenai lingkungan, maka diharapkan dapat menunjang kehidupan wisata, kesenian maupun budaya bagi masyarakat dan pilot icon media lingkungan di Indonesia dengan pengembangan kota yang berwawasan lingkungan. Wadah yang dimaksud adalah Galeri Seni Rupa di Surakarta dengan kegiatan pameran mengenai lingkungan, kegiatan pendidikan seni mengenai lingkungan. 1.4. Permasalahan Dan Persoalan. 1.4.1. Permasalahan. Bagaimanakah menciptakan Galeri Seni Rupa di Surakarta bertemakan Ramah lingkungan yang mencakup lingkungan sosial, alam dan keruangan? 1.4.2. Persoalan. Dari permasalahan di atas dapat direncanakan dalam merancang Galeri Seni Rupa di Surakarta yang ramah lingungan, antara lain : 1. Sistem peruangan Galeri yang memenuhi fungsi sebagai wadah fasilitas kegiatan pameran demonstrasi seni yang bernuansa ramah lingkungan. 2. lokasi yang strategis dan mendukung kehadiran galeri sebagai wadah seni berwawasan lingkungan. 3. Ungkapan fisik yang berkarakter khas pada konsep penampilan bangunan yang diwadahi serta utilitas. 4. Konsep seni rupa berwawasan lingkungan. 1.5. Tujuan Dan Sasaran. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam merencanakan dan merancang Galeri Seni Rupa di Surakarta yang bertemakan Ramah lingkungan. 1.5.1. Tujuan. Mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan Galeri Seni Rupa di Surakarta yang bertemakan Ramah lingungan dengan pendekatan ekologi arsitektur sehingga mampu menyelaraskan tema bangunan dengan wadah yang mengikutinya. 5

1.5.2. Sasaran. Mendapatkan konsep dasar perencanaan dan perancangan Galeri Seni Rupa di Surakarta bertemakan Ramah lingkungan yang meliputi: a. Konsep penentuan besaran ruang, konsep organisasi ruang dan konsep persyaratan ruang. b. Konsep penentuan lokasi site c. Konsep tampilan fisik bangunan yang meliputi: konsep orientasi dan tata massa, konsep bentuk bangunan, konsep sistem bangunan mencakup sistem struktur dan utilitas. 1.6. Lingkup Dan Batasan Pembahasan. a. Pembahasan hanya meliputi disiplin ilmu arsitektur, sedangkan disiplin ilmu lain hanya sebatas pendukung, yang akan dibahas secara garis besar yang diselaraskan dengan tujuan dan sasarannya. b. Pemilihan lokasi merupakan lokasi yang dianggap paling sesuai dengan proyek ini, dengan kriteria-kriteria yang mendukung keberadaannya. 1.7. Metodologi. 1.7.1. Metode Pengumpulan dan pembahasan Data. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan meliputi metode pengumpulan data, metode pengolahan data, metode pembahasan dan perumusan konsep: 1.7.2. Pengumpulan data. Dengan cara observasi dan survey, wawancara, studi literatur. a. Observasi meliputi: Survey: 1. Survey eksisting site 2. Survey mengenai perkembangan budaya di surakarta dan sekitarnya yang menunjang pembanguan galeri di surakarta. 3. Wawancara atau interview meliputi: 6

Wawancara mengenai perkembangan budaya di surakarta terutama di ISI Surakarta, yang berpengaruh dalam pembangunan galeri di surakarta. b. Studi literatur meliputi: 1. Peraturan daerah yang terangkum dalam RUTRW dan RDTRK Surakarta. 2. Buku-buku yang mendukung dalam pembangunan galeri 3. Buku-buku yang menunjang pembahasan secara arsitektural. 4. Buku-buku tentang seni I.7.3. Metode Pembahasan. c. Studi Kasus. Pembahasan dengan berpedoman pada standar yang ada sehingga menghasilkan unsur-unsur yang berperan dalam program desain. d. Metode Sintesis Membuat suatu kesimpulan tentang pemecahan masalah yang dapat digunakan sebagai pendekatan konsep yang selanjutnya menuju konsep desain. 7

I.8. Sistematika Penulisan. Bab yang mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan Galeri Seni Rupa di Surakarta Sebagai Media Komunikasi Ramah Lingkungan. Secara garis besarnya sistematika laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Menjabarkan mengenai pengertian judul, latar belakang, permasalahan, tujuan dan sasaran, metode pembahasan, sistematika pembahasan serta kerangka pikiran pembahasan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan teori yang terkait dengan judul Galeri Seni Rupa di Surakarta Sebagai Media Komunikasi Ramah Lingkungan,(pengertian, Galeri, Seni Rupa, Media Komunikasi, Ramah Lingkungan) dan teori arsitektur. BAB III DISKRIPSI TENTANG SURAKARTA SEBAGAI LOKASI GALERI SENI RUPA DI SURAKARTA SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI RAMAH LINGKUNGAN YANG AKAN DIRENCANAKAN. Tinjauan mengenai kondisi dan potensi Galeri Seni Rupa di Surakarta, secara umum, kondisi dan potensi yang berkaitan dengan Budaya BAB IV ANALISA PENDEKATAN DAN KONSEP PERANCANGAN GALERI SENI RUPA DI SURAKARTA SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI RAMAH LINGKUNGAN Menjabarkan analisa permasalahan baik analisa fisik maupun non fisik dan pendekatan konsep Galeri Seni Rupa di Surakarta yang menyatu dengan masyarakat, mengungkapkan konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil akhir dari proses analisa untuk kemudian ditransformasikan dalam wujud desain fisik bangunan. 8