LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PASIR NOMOR: 2 TAHUN: 1999 SERI: D NOMOR: 02

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MUARA ENIM NOMOR : 18 TAHUN 1992 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KABUPATEN TINGKAT II MUARA ENIM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : TAHUN : SERI : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 1996 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MAROS NOMOR 1 TAHUN 1995

L E M B A R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LAMPUNG BARAT NOMOR 01 TAHUN 1994 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2001 SERI D.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK NOMOR 26 TAHUN 1992 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

PERATURAN DAERAH PROPINSI BANTEN NOMOR : 8 TAHUN 2003 TENTANG PENGEMBANGAN PEMANFAATAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

WALIKOTA BANJARMASIN

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU Nomor : 12 Tahun 1998 TENTANG REVISI RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PEKANBARU

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 2 TAHUN 2002 IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN INDUSTRI KECAMATAN GELUMBANG KABUPATEN MUARA ENIM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

IZIN USAHA JASA PARIWISATA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 1997 SERI D NO. 12

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 1994 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 34 TAHUN : 2000 SERI : D. 24 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 2 TAHUN 1996

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU NOMOR : 4 TAHUN 1993 T E N T A N G RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PEKANBARU

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG KAWASAN BAHARI TERPADU (KBT) KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 16 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN PASIR, KERIKIL, DAN BATU DI LINGKUNGAN SUNGAI DAN PESISIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 45 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 45 TAHUN 2005 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

Menimbang : Mengingat :

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1998 TENTANG PENERTIBAN PENEBANGAN POHON DAN BAMBU DI LUAR KAWASAN HUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 20 TAHUN 1997 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU NOMOR : 6 TAHUN 1993 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BALIKPAPAN TAHUN

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 42 TAHUN 2002 SERI D.39 NOMOR 07 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG LARANGAN DAN PENGAWASAN HUTAN MANGROVE DI KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2001 NOMOR 79 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 48 TAHUN 2001

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN DAN REHABILITASI LAHAN KRITIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 42 TAHUN : 2000 SERI : D.32 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 26 TAHUN 1998

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 39 TAHUN : 2000 SERI : D.29 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 1997

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG NOMOR 1 TAHUN 1997 SERI B NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 10

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG HUTAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENEBANGAN POHON PADA PERKEBUNAN BESAR DI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PASIR NOMOR: 2 TAHUN: 1999 SERI: D NOMOR: 02 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PASIR NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PASIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II PASIR Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan kemudahan dalam melaksanakan pembangunan di daerah dan untuk meningkatkan keseimbangan pemanfaatan ruang, diperlukan adanya arahan mengenai pemanfaatan ruang secara pasti; b. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a tersebut diatas dipandang perlu menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Pasir dalam suatu peraturan daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-undang Nomor 3 Darurat Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara RI Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-undang; 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara RI Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 2043);

3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Kehutanan (Lembaran Negara RI Tahun 1967 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 2823); 4. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuanketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara RI Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3831); 5. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1972 tentang Transmigrasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1972 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2988); 6. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037); 7. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara RI Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3046); 8. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Desa (Lembaran Negara RI Tahun 1979 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara 3153); 9. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara RI Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara 3186); 10. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara RI Nomor 22 Tahun 1984, Tambahan Lembaran Negara 3274); 11. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Hayati (Lembaran Negara RI Nomor 49 Tahun 1990, Tambahan Lembaran Negara 3419); 12. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara RI Nomor 78 Tahun 1990, Tambahan Lembaran Negara 3427);

13. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman (Lembaran Negara RI Nomor 46 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara 3478); 14. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara RI Nomor 115 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara 3274); 15. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara RI Nomor 68 Tahun 1997, Tambahan Lembaran Negara 3699); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air (Lembaran Negara RI Nomor 37 Tahun 1982, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3225); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1982 tentang Irigasi (Lembaran Negara RI Tahun 1982 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3226); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan (Lembaran Negara RI Tahun 1985 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3293); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara RI Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3294); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisa Dampak Lingkungan (Lembaran Negara RI Tahun 1986 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3338); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan di bidang Pekerjaan Umum Kepada Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1987 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3353); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1987 tentang Kecamatan Penajam;

23. Peraturan Pemerintah RI Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3373); 24. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; 25. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1991 tentang Penggunaan Tanah Bagi Kawasan Industri; 26. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan; 27. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 1992 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi Daerah Tingkat I dan Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Daerah Tingkat II; 28. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 171 Tahun 1997 tentang Prosedur Pengesahan Peraturan Daerah; 29. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pasir Nomor 24 Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintaha Kabupaten Daerah Tingkat II Pasir. Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PASIR MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PASIR TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PASIR.

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Daerah Tingkat II Pasir. b. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pasir. c. Kepala Daerah adalah Bupati Kepala Daerah Tingkat II Pasir. d. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah yang selanjutnya disingkat RTRWK Daerah adalah kebijaksanaan Pemerintahan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pasir yang menetapkan lokasi dari kawasan yang harus dilindungi, lokasi pengembangan kawasan budidaya termasuk kawasan produksi dan kawasan pemukiman, pola jaringan prasarana dan wilayah-wilayah dalam Kabupaten yang akan diprioritaskan pengembangannya dalam kurun waktu perencanaan. e. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara termasuk didalamnya lahan/tanah, air, udara dan benda lainnya serta daya dan keadaan, sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan makhluk hidup lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta kelangsungan hidupnya. f. Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik direncanakan maupun tidak, yang menunjukkan adanya hirarki dan keterkaitan pemanfaatan ruang. g. Penataan ruang adalah proses perencanaan, tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. h. Rencana Tata Ruang adalah hasil Perencanaan Tata Ruang berupa rencanarencana kebijaksanaan pemanfaatan ruang secara terpadu untuk berbagai kegiatan. i. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan

aspek/pengamatan administrasi pemerintah dan atau aspek/pengamatan fungsional. j. Kawasan adalah suatu wilayah yang mempunyai fungsi dan atau aspek/pengamatan fungsional tertentu; Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II berdasarkan fungsi utama kawasan terbagi habis menjadi kawasan lindung dan kawasan budidaya, sedangkan berdasarkan aspek kegiatan meliputi kawasan perkotaan, kawasan pedesaan dan kawasan tertentu. k. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utamanya melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. l. Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan, kawasan budidaya terdiri atas kawasan pemukiman, perkotaan dan pedesaan serta kawasan produksi. BAB II AZAS, TUJUAN, SASARAN DAN FUNGSI Bagian Pertama Azas Pasal 2 RTRWK Daerah didasarkan atas azas: (1). Manfaat yaitu pemanfaatan ruang secara optimal yang tercermin dalam penentuan jenjang fungsi pelayanan kegiatan dan sistem jaringan. (2). Keseimbangan dan keserasian yaitu menciptakan keseimbangan dan keserasian fungsi dan intensitas pemanfaatan ruang dalam suatu wilayah. (3). Kelestarian yaitu menciptakan hubungan yang serasi antara manusia dan lingkungan yang tercermin dari pola intensitas pemanfaatan ruang. Bagian Kedua T u j u a n

Pasal 3 RTRWK Daerah bertujuan untuk: (1). Merumuskan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang. (2). Wujud keterikatan dan keseimbangan perkembangan antar Wilayah di Daerah. (3). Menetapkan lokasi investasi yang dilaksanakan Pemerintah dan Masyarakat. (4). Menyusun rencana rinci tata ruang kawasan di Daerah serta pelaksanaan pembangunan dalam memanfaatkan ruang bagi kegiatan pembangunan dan merupakan dasar dalam pengeluaran perijinan lokasi pembangunan. (5). Mengatur mekanisme penguasaan, pengendalian dan pemanfaatan tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya. Bagian Ketiga Sasaran Pasal 4 Sasaran RTRWK Daerah adalah: (1). Tertatanya jenjang pusat-pusat pelayanan. (2). Tertatanya sistem transportasi. (3). Tertatanya prasarana dan sarana fasilitas sosial, ekonomi dan lainnya. (4). Tertatanya tata jenjang pusat-pusat pelayanan. (5). Tertatanya kawasan pemukiman perkotaan dan pedesaan. (6). Tertatanya kawasan lindung. (7). Tertatanya kawasan budidaya. (8). Tertatanya kawasan tertentu dan kawasan yang diprioritaskan. (9). Tertatanya kawasan lingkungan perkotaan dan pedesaan. Bagian Keempat Fungsi Pasal 5 Fungsi RTRWK Daerah adalah untuk:

(1). Sebagai dasar bagi Pemerintah Daerah Tingkat II Pasir untuk menetapkan lokasi dalam penyusunan program-program dan proyek-proyek pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang di daerah. (2). Sebagai dasar dalam memberikan rekomendasi pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Pasir yang sudah ditetapkan. BAB III KEDUDUKAN, WILAYAH DAN JANGKA WAKTU RENCANA Pasal 6 Kedudukan RTRWK Daerah adalah: a. Merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I (RTRWP DATI I) dan dari Pola Dasar Pembangunan Daerah. b. Merupakan dasar pertimbangan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Lima Tahun Daerah. c. Merupakan dasar penyusunan rencana rinci Tata Ruang kawasan di daerah. Pasal 7 Wilayah perencanaan dalam RTRWK Daerah adalah daerah dalam pengertian wilayah administrasi seluas 1.493.700 Ha. Pasal 8 Jangka waktu RTRWK Daerah adalah 10 (sepuluh) tahun, dari tahun 1993 sampai tahun 2003. BAB IV STRUKTUR TATA RUANG Bagian Pertama Tata Jenjang Pusat-Pusat Pelayanan

Pasal 9 Pusat-pusat pelayanan sub regional di Daerah adalah: a. Kota Tanah Grogot berfungsi sebagai pusat pelayanan Sosio-ekonomi dan Pemerintahan tertinggi di wilayah Kabupaten. b. Kota Penajam Sepaku berfungsi sebagai pusat pelayanan Industri agro forestry dan Tanaman Pertanian Lahan Basah (TPLB). c. Kota Waru, Babulu, Long Ikis, Long Kali, Kuaro dan Muara Komam berfungsi sebagai pusat pelayanan lebih tinggi dari kecamatan yang melayani beberapa wilayah kecamatan. d. Kota Karang, Pasir Belengkong dan Batu Kajang berfungsi sebagai pusat pelayanan lingkup kecamatan, yang melayani desa-desa di Kecamatan bersangkutan. Bagian Kedua Sistem Transportasi Pasal 10 Sistem Transportasi diarahkan untuk menunjang perkembangan sosial ekonomi, perdagangan, pariwisata dan pertahanan keamanan nasional. Pasal 11 (1). Jaringan perhubungan darat terdiri dari: a. Jalan arteri primer, yang menhubungkan Penajam ke Karang melalui Kuaro dari Kuaro ke Muara Komam melalui Batu Kajang dan Tanah Grogot ke Pelabuhan Pondong. b. Jalan arteri sekunder menghubungkan Batu Kajang ke Tanjung Aru melalui Muara Biu Muser Kerang Senipah. c. Jalan kolektor primer menghubungkan Muara Komam ke Penajam melalui Muara Payang dan Petung ke Samoi melalui Sepaku.

d. Jaln kolektor sekunder menghubungkan Muara Biu ke Kuaro, Long Kali ke Muara Lambakan dan Suliliran Baru ke Laburan. e. Jalan lokal menghubungkan desa ke desa tersebar di Kecamatan Tanah Grogot, Penajam Waru, Long Kali, Long Ikis, Kuaro, Batu Sopang, Muara Komam, Pasir Belengkong, Tanjung Aru. f. Angkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan yang menghubungkan Penajam ke Balikpapan. (2). Lokasi dan fungsi pelabuhan laut: a. Di Tanah Grogot berfungsi sebagai Pelabuhan Lokal. b. Di Pondong berfungsi sebagai pelabuhan general kargo antar pulau c. Di Tanah Merah dan Teluk Apar berfungsi sebagai dermaga khusus antar pulau batubara dan minyak kelapa sawit. d. Di Tanjung Aru berfungsi sebagai dermaga lokal wilayah selatan. (3). Lokasi dan fungsi Bandar Udara: Di Kuaro yang berfungsi sebagai lapangan terbang Perintis. (4). Penentuan Lokasi Pelabuhan Laut dan Bandar Udara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) wajib memenuhi kriteria studi Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Bagian Ketiga Pengembangan Prasarana dan Sarana Lain Pasal 12 Penyediaan dan pengaturan prasarana dan sarana irigasi dilakukan dengan memperhatikan sebesar-besarnya upaya konservasi tanah dan air dari kawasan budidaya pertanian. Pasal 13 (1). Pengembangan energi listrik ditujukan untuk menambah jumlah kapasitas terpasang serta kapasitas terpakai.

(2). Areal lintasan jaringan transmisi listrik tegangan tinggi dibebaskan dari bangunan dan pepohonan yang mengganggu jaringan. Pasal 14 Pengembangan jaringan telekomunikasi ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan: a. Pemerintahan. b. Perdagangan dan jasa. c. Industri. d. Pemukiman penduduk. e. Rekreasi, hiburan, sekolah dan lain-lain. BAB V ALOKASI PEMANFAATAN RUANG Bagian Pertama Kawasan Lindung Pasal 15 Kawasan Lindung di Kabupaten Pasir terdiri atas: a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya. b. Kawasan perlindungan setempat. c. Kawasan suaka alam dan cagar alam d. Kawasan rawan bencana. Pasal 16 Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud pada pasal 15 huruf a mencakup: a. Kawasan, hutan lindung yang terletak di Kecamatan Muara Komam, Long Kali dan Batu Sopang. b. Kawasan bergambut yang terletak di Kecamatan Tanah Grogot Kuaro dan Waru. c. Kawasan Rawan Bencana yang terletak di Kecamatan Penajam Batu Sopang dan Muara Komam.

Pasal 17 Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada pasal 15 huruf b mencakup: a. Kawasan Sempadan Pantai yang meliputi dataran sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah barat. b. Kawasan Sempadan Sungai yang meliputi kawasan selebar 100 meter di kiri kanan sungai besar. c. Kawasan sekitar danau/waduk yang meliputi dataran sepanjang tepian danau/waduk antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi kearah barat. d. Kawasan sekitar mata air yang meliputi kawasan sekurang-kurangnya dengan jarijari 200 meter disekitar mata air. Pasal 18 Kawasan suaka alam dan cagar alam sebagaimana tercantum pada pasal 15 huruf c mencakup: a. Kawasan suaka alam yang meliputi: 1. Cagar Alam Cagar Alam Hutan Bakau (Mangrove) terletak di Kecamatan Penajam, Waru, Long Kali, Long Ikis, Kuaro, Tanah Grogot, Pasir Belengkong dan Tanjung Aru. 2. Suaka Margasatwa Suaka Margasatwa (Penangkaran) Rusa terletak di Kecamatan Waru. 3. Taman Buru Taman Buru Babi terletak di Kecamatan Kuaro, Long Ikis dan Pasir Belengkong. b. Kawasan Pantai Berhutan Bakau yang mencakup kawasan dengan jarak minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan pasang tinggi dan terendah tahunan diukur dari garis surut terendah kearah darat.

Pasal 19 Kawasan rawan bencana sebagai tercantum pada pasal 15 huruf d terletak di kecamatan Penajam, Batu Sopang dan Muara Komam, merupakan rawan bencana alam. Pasal 20 Kawasan budidaya di Kabupaten Pasir terdiri atas: a. Kawasan Hutan Produksi. b. Kawasan Pertanian. c. Kawasan Pertambangan d. Kawasan Perindustrian. e. Kawasan Pariwisata. f. Kawasan Pemukiman Pasal 21 Kawasan Hutan Produksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 huruf a terdiri dari: a. Kawasan Hutan Produksi terbatas terletak di Kecamatan Muara Komam, Batu Sopang dan Long Kali. b. Kawasan Hutan Produksi tetap terletak di Kecamatan Muara Komam, Long Kali, Tanjung Aru, Tanah Grogot, Long Ikis dan Penajam. c. Kawasan Hutan Produksi Konservasi terletak di Kecamatan Tanjung Aru, Long Kali, Long Ikis dan Penajam. Pasal 22 Kawasan Pertanian sebagaimana tercantum pada pasal 20 huruf b terdiri atas: a. Kawasan Pertanian Pangan Lahan Basah terletak di Kecamatan Tanjung Aru, Waru, Tanah Grogot, Pasir Belengkong, Penajam, Long Kali, Long Ikis dan Kuaro. b. Kawasan Tanaman Pangan Lahan Kering terletak di Kecamatan Batu Sopang, Muara Komam, Kuaro, Long Kali, Long Ikis, Penajam, Tanjung Aru, Pasir Belengkong, Waru dan Tanah Grogot.

c. Kawasan Tanaman Tahunan/Perkebunan terletak di Kecamatan Tanjung Aru, Pasir Belengkong, Kuaro, Batu Sopang, Long Ikis, Long Kali, Waru, Penajam, Tanah Grogot dan Muara Komam. d. Kawasan Peternakan terletak di Kecamatan Tanah Grogot, Penajam, Waru, Tanjung Aru dan Muara Komam. e. Kawasan Perikanan/Tambak terletak di Kecamatan Waru, Penajam, Long Kali, Long Ikis, Kuaro, Tanjung Aru, Tanah Grogot dan Pasir Belengkong. Pasal 23 Kawasan Pertambangan sebagaimana dimaksud pada pasal 20 huruf d terdiri atas: a. Pertambangan Batubara terletak di Kecamatan Tanjung Aru, Batu Sopang, Pasir Belengkong dan Kuaro. b. Pertambangan Minyak dan gas bumi terletak di Kecamatan Long Kali, Waru dan Penajam. c. Pertambangan Emas di Kecamatan Batu Sopang dan Muara Komam. Pasal 24 Kawasan Perindustrian sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 huruf d terdiri atas: a. Kawasan Industri Pengembangan Perkapalan Rakyat terletak di Kecamatan Penajam, Kuaro dan Tanjung Aru. b. Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian dan Rumah Tangga terletak di Kecamatan Tanah Grogot, Penajam, Waru, Kuaro, Long Ikis, Long Kali, Tanjung Aru, Batu Sopang, Pasir Belengkong dan Muara Komam. c. Kawasan Lokasi Pabrik Kelapa Sawit terletak di Kecamatan Pasir Belengkong dan Kecamatan Long Ikis. Pasal 25 Kawasan Pariwisata sebagaimana dimaksud pada pasal 20 huruf e terdiri atas: a. Kawasan Wisata Pantai terletak di Kecamatan Penajam dan Kuaro. b. Kawasan Wisata Alam terletak di Kecamatan Long Ikis, Long Kali, Batu Sopang dan Muara Komam.

c. Wisata Budaya terletak di Kecamatan Pasir Belengkong, Muara Komam, Long Ikis dan Long Kali. Pasal 26 (1). Kawasan Pemukiman sebagaimana dimaksud pada pasal 20 huruf f terdiri atas: (2). Kawasan pemukiman perkotaan terletak di Kecamatan Penajam, Tanah Grogot, Waru, Long Kali, Long Ikis, Kuaro dan Muara Komam. (3). Kawasan pemukiman pedesaan terletak di Kecamatan Waru, Long Kali, Long Ikis, Kuaro, Batu Sopang, Muara Komam, Pasir Belengkong, Tanjung Aru, Penajam dan Tanah Grogot. Pasal 27 Pengembangan wilayah prioritas pada dasarnya mengacu pada kepentingan sektor/sub sektor atau permasalahan yang mendesak penanganannya. Pasal 28 (1). Wilayah Prioritas di Kabupaten Daerah Tingkat II Pasir yang perlu mendapat perhatian untuk dikembangkan terdiri atas: (2). Kawasan kritis yang perlu dipelihara fungsi lindungnya untuk menghindarkan kerusakan lingkungan terletak di Kecamatan Tanah Grogot, Kuaro, Pasir Belengkong, Long Kali, Long Ikis, Batu Sopang dan Muara Komam. (3). Kawasan yang berperan menunjang kegiatan sektor-sektor strategis/unggulan, terletak di Kecamatan Penajam, Tanah Grogot, Pasir Belengkong, Batu Sopang, Tanjung Aru, Long Kali, Kuaro dan Muara Komam. (4). Kawasan yang pertumbuhannya cepat, terletak di Kecamatan Tanah Grogot, Penajam dan Kuaro. (5). Kawasan perbatasan, terletak di Kecamatan Tanjung Aru, Batu Sopang, Muara Komam, Long Kali dan Penajam.

BAB VI PELAKSANAAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PASIR Pasal 29 Penyusunan dan pelaksanaan program-program serta proyek-proyek dikawasan budidaya dan kawasan yang berfungsi lindung, yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah, swasta, masyarakat harus berdasarkan pada pokok-pokok kebijaksanaan sebagaimana dimaksud dalam BAB V Peraturan Daerah ini. Pasal 30 Peta rencana alokasi pemanfaatan ruang, struktur tata ruang dan kawasan prioritas dengan skala ketelitian 1 : 5.000 sebagaimana terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Pasal 31 RTRWK Daerah bersifat terbuka untuk umum dan ditempatkan di kantor Pemerintah Daerah dan tempat-tempat yang mudah dilihat oleh masyarakat. Pasal 32 Masyarakat berhak untuk mendapat informasi mengenai RTRWK Daerah secara cepat dan mudah. BAB VII PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PEMANFAATAN RENCANA UMUM TATA RUANG Pasal 33 (1). Pengendalian dan pengawasan RTRWK Daerah menurut Peraturan Daerah guna menjamin tercapainya tujuan dan sasaran rencana sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 3 dan 4 dalam Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Kepala Daerah. (2). Keterpaduan pelaksanaan RTRWK Daerah dikoordinasikan oleh Kepala Daerah.

Pasal 34 (1). Pengendalian pembangunan fisik di kawasan Budidaya dilakukan melalui kawasan perijinan yang ada pada instansi Pemerintah Daerah Tingkat II Pasir. (2). Pelaksanaan tindak penertiban dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Pasir, berdasarkan atas RTRWK Daerah. (3). Pemantauan dan pencegahan segala kegiatan pembangunan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini, menjadi wewenang Camat/Kepala Wilayah Kecamatan setempat dan dalam waktu selambat-lambatnya 3 x 24 jam wajib melaporkan kepada Bupati Kepala Daerah Tingkat II Pasir. BAB VIII PERUBAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN Pasal 35 (1). RTRWK Daerah yang telah ditetapkan dapat diubah untuk disesuaikan dengan keadaan. (2). Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan dengan Peraturan Daerah. BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 36 (1). Barang siapa melanggar pemanfaatan alokasi yang ditetapkan dalam BAB V Peraturan Daerah ini diancam Pidana kurungan selama-lamanya 10 (sepuluh) bulan atau denda sebesar-besarnya Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah). (2). Selain tindak pidana sebagaimana tersebut ayat (1) pasal ini, tindak pidana yang mengakibatkan perusakan dan pencemaran lingkungan diancam pidana sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 37 (1). Selain oleh pejabat Penyidik Umum, Penyidik atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh PPNS dilingkungan Pemerintah Daerah, yang pengangakatannya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. (2). Dalam melaksanakan tugas penyidikan, penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal ini berwenang: a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana. b. Melakukan tindak pertama pada saat itu ditempat kejadian serta melakukan pemeriksaan. c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka. d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat. e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang. f. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka. g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungan dengan pemeriksaan perkara. h. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik umum memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya. i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (3). Penyidik Pegawai Negeri Sipil membuat berita acara setiap tindakan tentang: a. Pemeriksaan rumah. b. Pemasukan rumah. c. Penyitaan benda. d. Pemeriksaan surat. e. Pemeriksaan saksi.

f. Pemeriksaan ditempat kejadian dan mengirimnya kepada Kejaksaan Negeri melalui Penyidik Polri. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 38 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka: a. Kegiatan budidaya yang telah ditetapkan dan berada di kawasan lindung dapat diteruskan sejauh tidak mengganggu fungsi lindung. b. Dalam hal kegiatan budidaya yang telah ada dan dinilai mengganggu fungsi lindung dan atau terpaksa mengkonversi kawasan berfungsi lindung, diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisa Dampak Lingkungan. c. Kegiatan budidaya yang sudah ada dikawasan lindung dan dinilai mengganggu fungsi lindungnya, harus segera dicegah perkembangannya. Pasal 39 Ketentuan mengenai arahan pemanfaatan ruang lautan dan ruang udara akan diatur lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundangannya. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 40 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah. Pasal 41 Segala Peraturan Daerah yang materinya bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 42 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan dan agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pasir. Ditetapkan di Tanah Grogot Pada tanggal 27 Januari 1999 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PASIR KETUA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II PASIR D.T.T D.T.T (Drs. ABDURRAHMAN PARTI) (Drs. AHMAD RAMLI) DISAHKAN Dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Timur Tanggal : 10 Maret 1999 Nomor : 650/IV/SK 09/1999 DIUNDANGKAN DALAM LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PASIR Nomor : Tanggal : SEKRETARIS WILAYAH DAERAH Ir. H. IBNU NIRWANI PEMBINA TINGKAT I NIP. 550007499