STUDI KELIMPAHAN DAN JENIS MAKROBENTHOS DI SUNGAI CANGAR DESA SUMBER BRANTAS KOTA BATU. *

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KOMUNITAS DAN PREFERENSI HABITAT GASTROPODA PADA KEDALAMAN BERBEDA DI ZONA LITORAL DANAU SINGKARAK SUMATERA BARAT TESIS OLEH: YULI WENDRI

KELIMPAHAN MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SITU PAMULANG

Keanekaragaman dan Kelimpahan Makrozoobentos di Sungai Naborsahan Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara

III. METODA PENELITIAN. Kabupaten Indragiri Hilir terletak pada posisi 102*52,28-103*18,9' BT dan

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SUNGAI BINGAI KECAMATAN BINJAI BARAT KOTA BINJAI

KELIMPAHAN MAKROZOOBENTHOS DI PERAIRAN SITU PAMULANG EDWARD ALFIN FTMIPA UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI. Abstrak.

Studi Makrozoobenthos di Perairan Situ Pamulang

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

JENIS-JENIS GASTROPODA DI SUNGAI KUYUNG DESA KUMBUNG NAGARI LUNANG UTARA KECAMATAN LUNANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

KAJIAN DISTRIBUSI DAN KEBERADAAN MAKROBENTHOS DALAM HUBUNGANNYA DENGAN SUHU DI ALIRAN SUNGAI AIR PANAS CANGAR KOTA BATU

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

POSTER KERAGAMAN JENIS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SUNGAI OGAN, SUMATERA SELATAN 1 Marson 2

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN MAKROZOOBENTOS DI PANTAI KARTIKA JAYA KECAMATAN PATEBON KABUPATEN KENDAL

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB V PEMBAHASAN. hari dengan batas 1 minggu yang dimulai dari tanggal Juli 2014 dan

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

Unnes Journal of Life Science. Distribusi dan Keanekaragaman Jenis Makrozoobentos di Sungai Damar Desa Weleri Kabupaten Kendal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

KEANEKARAGAMAN GASTROPODA DI PERAIRAN PESISIR TANJUNG UNGGAT KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG

Studi Komunitas Makrozoobenthos di Perairan Hilir Sungai Lematang Sekitar Daerah Pasar Bawah Kabupaten Lahat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

III. METODE PENELITIAN

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen lingkungan yang sangat penting bagi. kehidupan. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi,

KEPADATAN DAN DISTRIBUSI BIVALVIA PADA MANGROVE DI PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATRA UTARA

STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA (MOLUSKA) DI PERAIRAN BENDUNGAN MENAMING KABUPATEN ROKAN HULU RIAU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI ZONA INTERTIDAL PULAU TOPANG KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU. Oleh:

KARAKTERISTIK FISIKA-KIMIA PERAIRAN DAN STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (BIVALVIA DAN GASTROPODA) DI PANTAI CERMIN SUMATERA UTARA SKRIPSI

KEANEKARAGAMAN DAN DOMINANSI PLANKTON DI ESTUARI KUALA RIGAIH KECAMATAN SETIA BAKTI KABUPATEN ACEH JAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Latar Belakang (1) Ekosistem mangrove Produktivitas tinggi. Habitat berbagai organisme makrobentik. Polychaeta

BAB 2 BAHAN DAN METODE

IDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI PERAIRAN MUARA BADAK, KALIMANTAN TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS SEBAGAI INDIKATOR PERUBAHAN KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI BELAWAN KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG

DINAMIKA NUTRIEN DENGAN SEBARAN MAKROZOOBENTOS DI LAGUNA SEGARA ANAKAN

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN MOROSARI, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK

KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS PERAIRAN DANAU SIOMBAK KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

PENGARUH AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI SUNGAI BELAWAN MEDAN

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

BAB 2 BAHAN DAN METODA

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI DANAU PONDOKLAPAN DESA NAMAN JAHE KECAMATAN SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT

bentos (Anwar, dkk., 1980).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KEPADATAN, KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI GASTROPODA DI DANAU DIATAS, KABUPATEN SOLOK, PROVINSI SUMATERA BARAT

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI PERAIRAN INTERTIDAL BUKIT PIATU KIJANG, KABUPATEN BINTAN

KANDUNGAN BAHAN ORGANIK SEDIMEN DAN KELIMPAHAN MAKROZOOBENTHOS SEBAGAI INDIKATOR PENCEMARAN PERAIRAN PANTAI TANJUNG UBAN KEPULAUAN RIAU

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber bagi kehidupan manusia. Salah satu sumber air

Indeks Keanekaragaman (H )

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Aliran sungai dari sumber Kuluhan banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar warga

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS PERAIRAN SUNGAI SAIL KOTA PEKANBARU

ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI DANAU PONDOK LAPAN KECAMATAN SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT DESY ARISKA

POLA DISTRIBUSI DAN KEPADATAN POPULASI GASTROPODA Terebralia sulcata DI PERAIRAN MUARA SUNGAI PUTRI SEMBILAN KECAMATAN RUPAT UTARA

BAB III METODE PENILITIAN. Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara,

2.2. Struktur Komunitas

I. PENDAHULUAN. sehingga menghasilkan komunitas yang khas (Pritchard, 1967).

Makrozoobenthos di Sugai Wonorejo, Surabaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dihitung

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN PERIFITON DI PERAIRAN SUNGAI DELI SUMATERA UTARA SUSANTI LAWATI BARUS

KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTHOS DI BAGIAN HULU SUNGAI HORAS KECAMATAN HATONDUHAN KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA SKRIPSI

KAJIAN STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI SUNGAI KUALA TUHA KECAMATAN KUALA PESISIR KABUPATEN NAGAN RAYA

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

3. METODE PENELITIAN

STRUKTUR KOMUNITAS ECHINODERMATA DI PADANG LAMUN PERAIRAN DESA PENGUDANG KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Sungai merupakan salah satu sumber air utama bagi masyarakat luas baik

ANALISIS MAKROZOOBENTOS PADA EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU

Analisis Substrat dan Indeks Keanekaragaman Makrozoobentos di Aliran Sungai Babura Kota Medan

BAB 2 BAHAN DAN METODA

Komunitas Makrozoobentos di Sungai Batang Ombilin Sumatera Barat. Macrozoobenthic Communitiy in Batang Ombilin River West Sumatera

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode penelitian

PENYUSUNAN MODUL SMA KELAS X MATERI EKOSISTEM BERBASIS KEANEKARAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN MAKROZOOBENTOS DI ALIRAN SUNGAI KALI ASIN MADIUN

BAB III METODE PENELITIAN. Sistematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

Preferensi Substrat dan Kepadatan Populasi Faunus Ater Di Perairan Ekosistem Mangrove Sungai Reuleung Leupung Kabupaten Aceh Besar

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

KOMPOSISI INSEKTA DI BATANG KURANJI KOTA PADANG SUMATERA BARAT ABSTRACT

DIVERSITAS GASTROPODA DI SUNGAI SUKAMADE, TAMAN NASIONAL MERU BETIRI, JAWA TIMUR

Transkripsi:

STUDI KELIMPAHAN DAN JENIS MAKROBENTHOS DI SUNGAI CANGAR DESA SUMBER BRANTAS KOTA BATU Hendra Febbyanto*, Bambang Irawan, Noer Moehammadi, Thin Soedarti Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Kampus C Mulyorejo Surabaya (60115) *e-mail: Hendra.febbyanto@gmail.com ABSTRACT This study aims to determine the type macrobenthos, makrobenthos abundance, and diversity macrobenthos Cangar River. This is a descriptive study. Samples were taken at 35 stations on the River Cangar using Surber net. Samples were analyzed to determine the species name, character, abundance, species diversity value, dominance Cangar River. Macrobenthos species were obtained from the study site as much as 5 species, namely: Melanoides tuberculata, Melanoides rustica, Sulcospira testudinaria, Thiara scabra, Pomacea canaliculata. Diversity of species at each station varies from 0.11 to 1.09. Concluded: Species diversity is low. Macrobenthos species in the Cangar River obtained five species, the highest diversity tends to station 32. Keywords : Abundance, Diversity, Macrobenthos, Cangar River, Batu City. PENDAHULUAN Indonesia memiliki wilayah perairan lebih luas dari pada wilayah daratan. Dilihat dari segi ekosistem perairan, dapat dibedakannya menjadi air tawar, air laut, dan air payau seperti yang terdapat pada muara sungai yang besar. Dari ketiga ekosistem perairan tersebut, air laut dan air payau, merupakan bagian yang tersebar, yaitu lebih dari 97%. Sisanya adalah air tawar dengan jumlah dan kondisi yang terbatas, tetapi sangat dibutuhkan oleh manusia dan banyak organisme hidup lainnya untuk keperluan hidup (Barus, 2004).

Benthos adalah organisme yang mendiami dasar perairan dan tinggal di dalam atau melekat pada sedimen dasar perairan. Berdasarkan ukuran tubuhnya benthos dapat dibagi atas makrobenthos yaitu kelompok benthos yang berukuran >2 mm, meiobenthos yaitu kelompok benthos yang berukuran 0,2 2 mm, dan mikrobenthos yaitu kelompok benthos yang berukuran <0,2 mm (Barus, 2004). Makrobenthos merupakan organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar atau hidup pada sedimen dasar (Hariyanto et al., 2008). Perairan yang tercemar akan mempengaruhi kelangsungan hidup makrobenthos karena makrobenthos merupakan organisme air yang mudah terpengaruh oleh adanya bahan pencemar, baik pencemar fisik maupun kimia. Kelimpahan makrobenthos juga mempengaruhi suatu perairan karena pola kemerataan kelimpahan makrobenthos di setiap stasiun sungai berbeda beda. Suatu perairan yang sehat atau belum tercemar akan menunjukkan jumlah individu yang seimbang dari hampir semua spesies yang ada. Sebaliknya suatu perairan tercemar, penyebaran jumlah individu tidak merata dan cenderung ada spesies yang mendominasi (Odum, 1994). Penelitian tentang makrobenthos pada sumber air panas di Indonesia, khususnya di Jawa Timur masih kurang. Penelitian Novrita (1995 dalam Elvina et al., 2012) yang dilakukan pada aliran air panas Bukik Gadang Koto Anau Solok, Sumatera Barat dengan suhu 30-47 o C terdapat 22 genus benthos yang tergolong dalam 6 kelas yaitu Arachnida, Crustacea, Gastropoda, Hirudinae, Insecta, dan Oligochaeta. METODE PENELITIAN BAHAN, LOKASI DAN CARA KERJA Bahan penelitian berupa makrobenthos yang diambil di Sungai Cangar pada 35 stasiun sampling dengan menggunakan surber net. Peta lokasi pengambilan sampel disajikan pada Lampiran 2 dan peta lokasi pengambilan sampling disajikan pada Lampiran 3. Sampel diidentifikasikan, dianalisis kelimpahan, dominansi, dan nilai keanekaragaman. Untuk mengetahui kelimpahan dengan cara mengkonversi jumlah individu yang didapatkan dibagi dengan luas cakupan surber-net yaitu sebesar 0,1125 pada setiap stasiun. Untuk mendapatkan jumlah individu rata-rata/plot digunakan rumus : jumlah individu dalam seluruh plot jumlah plot = A. Setelah mendapatkan jumlah individu rata-rata/plot kemudian dihitung kerapatan individu/m 2 1 yaitu dengan cara luas surber net x A = individu/m2.

Indeks dominansi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai jenis makrobenthos yang mendominasi pada suatu komunitas pada tiap habitat, indeks dominansi yang dikemukakan oleh (Simpson, 1949 dalam Odum, 1971) yaitu : Di = ni x 100% N Keterangan : Di= Indeks Dominansi ni= Jumlah individu tiap spesies N= Total individu semua spesies Kriteria dominansi ditentukan sebagai berikut (Torgensen dan Baxter, 2006) : Dominan jika Di > 50% Subdominan (Umum) jika Di 10-50% Tidak dominan (Jarang) jika Di < 10% Untuk mengukur indeks keanekaragaman makrobenthos menggunakan rumus keanekaragaman Shannon-Winner berdasarkan (Romimohtarto dan Juwana, 2001) : H = - Ʃ Pi Ln Pi Keterangan : H = Indeks Diversitas Shannon-Winner Pi = Perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis (ni/n) Ln = Logaritma natural N = Total individu semua spesies ni = Jumlah individu spesies ke-i Indeks keanekaragaman yang didapatkan kemudian dimasukkan dalam kriteria keanekaragaman (Lee et al., 1978 dalam Arisandi 1999) : H < 1,0 = Keanekaragaman sangat rendah. 1,0 < H < 1,5 = Keanekaragaman rendah. 1,6 < H < 2,0 = Keanekaragaman sedang. H > 2,0 = Keanekaragaman tinggi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Sungai Cangar Kecamatan Bumiaji Kota Batu ditemukan makrobenthos kelas Gastropoda. Hasil gastropoda yang ditemukan pada saat penelitian terdapat 5 spesies yaitu : Melanoides tuberculata, Melanoides rustica, Sulcospira testudinaria, Thiara scabra, Pomacea canaliculata. Tabel kelimpahan, Dominansi, dan Keanekaragaman makrobenthos dapat di lihat pada Lampiran 2. Berdasarkan penelitian, menunjukkan bahwa kelimpahan tertinggi berada pada stasiun 21 dengan nilai 1991 individu/m 2 dan terendah pada stasiun 33 dan 35 dengan nilai 9 individu/m 2. Hal ini dikarenakan faktor fisika dan kimia yaitu jenis atau tekstur substrat yang berpengaruh terhadap kelimpahan makrobenthos. Menurut Handayani et al., (2001) menyatakan bahwa organisme makrobenthos

yang mempunyai kisaran penyebaran pada jenis substrat berpasir, maupun berlumpur, tetapi organisme ini cenderung menyukai substrat berpasir hingga berlumpur. Menurut Suin (2002) bahwa faktor lingkungan sangat menentukan penyebaran dan kepadatan populasi suatu organnisme, apabila kepadatan satu genus di suatu daerah sangat melimpah, maka menunjukkan abiotik di stasiun itu sangat mendukung kehidupan genus tersebut. Dominansi pada spesies Melanoides tuberculata memiliki tingkat dominansi tidak dominan (jarang) pada stasiun 14, 30, 33, dan 35 namun pada stasiun 23 menunjukkan subdominan (umum) sedangkan pada stasiun 17 menunjukkan tingkat dominansi yang cukup tinggi yaitu 91%. Spesies Melanoides rustica memiliki tingkat dominansi tidak dominan (jarang) pada stasiun 14, 17, 21, 22, dan 31 namun pada stasiun 16, 25-30, 32, 34, 35 menunjukkan subdominan (umum) sedangkan pada stasiun 15, 18, dan 33 menunjukkan tingkat dominansi yang cukup tinggi yaitu pada stasiun 15 dan 18 dengan nilai dominansi 100% sedangkan pada stasiun 33 nilai dominansi sebesar 57%. Spesies Sulcospira testudinaria memiliki tingkat dominansi tidak dominan (jarang) pada stasiun 21, 28-30 namun pada stasiun 14, 23, 25, 26, dan 32-34 menunjukkan subdominan (umum) sedangkan pada stasiun 22, 24, 27, dan 31 menunjukkan tingkat dominansi yang cukup tinggi yaitu pada stasiun 22 dengan nilai dominansi 88%, stasiun 24 dengan nilai dominansi 97%, stasiun 27 dengan nilai dominansi 54% dan pada stasiun 31 dengan nilai dominansi 94%. Spesies Thiara scabra memiliki tingkat dominansi tidak dominan (jarang) pada stasiun 24, 31 namun pada stasiun 16, 23, 25, 26, 27, 32-34 menunjukkan subdominan (umum) sedangkan pada stasiun 21, 28-30, dan 35 menunjukkan tingkat dominansi yang cukup tinggi yaitu pada stasiun 21 dengan nilai dominansi 98% sedangkan pada stasiun 28 nilai dominansi sebesar 84%, pada stasiun 29 nilai dominansi sebesar 75%, pada stasiun 30 nilai dominansi sebesar 73%, pada stasiun 35 nilai dominansi sebesar 68%. Spesies Pomacea canaliculata memiliki tingkat dominansi 74% pada stasiun 14. Kriteria tingkat dominansi pada beberapa stasiun yang menyatakan tidak dominan (jarang) dan subdominan (umum), menurut Fachrul, (2007) dapat di indikasikan bahwa penyebaran jenis makrobenthos tergolong merata, sehingga tidak ada jenis makrobenthos yang mendominasi. Berdasarkan Lee et al., (1978 dalam Arisandi 1999) tingkat keanekaragaman makrobenthos di Sungai Cangar tergolong sangat rendah yaitu berkisar antara 0,11-1,09. Clark (1974) menyatakan bahwa semakin tinggi indeks keanekaragaman dalam ekosistem maka makin tinggi pula keseimbangan ekosistem tersebut. Sebaliknya, semakin rendah keanekaragaman ekosistem tersebut maka mengindikasikan bahwa ekosistem tersebut semakin tertekan atau mengalami penurunan kualitas lingkungan. Hasil penelitian yang diperoleh dapat terjadi karena keanekaragaman, kelimpahan dan dominansi makrobenthos dipengaruhi dan ditentukan oleh sifat fisika dan kimia. Sifat fisika yang cukup berpengaruh pada penelitian ini yaitu tekstur substrat. Menurut Hakim et al., (1986) jenis substrat sangat mempengaruhi

jumlah keberadaan makrobenthos, yaitu dengan tipe substrat pasir hingga berlumpur sangat cocok bagi kehidupan makrobenthos. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan disungai Cangar pada pengambilan sampel pada bulan Januari-Maret 2014, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Jenis makrobenthos yang ditemukan di Sungai Cangar adalah Melanoides tuberculata, Melanoides rustica, Sulcospira testudinaria, Thiara scabra, Pomacea canaliculata. 2. Tingkat kelimpahan rata-rata makrobenthos di Sungai Cangar Melanoides tuberculata 44 individu/m 2, Melanoides rustica 533 individu/m 2, Sulcospira testudinaria 995 individu/m 2, Thiara scabra 1413 individu/m 2, Pomacea canaliculata 71 individu/m 2. Dominansi total makrobenthos di Sungai Cangar Melanoides tuberculata 2%, Melanoides rustica 17%, Sulcospira testudinaria 33%, Thiara scabra 46%, Pomacea canaliculata 2%. 3. Tingkat keanekaragaman spesies makrobenthos di Sungai Cangar tergolong sangat rendah yaitu berkisar 0,11-1,09. SARAN Sebaiknya penelitian mengenai studi kelimpahan dan keanekaragaman makrobenthos dilakukan secara berkala dan rutin untuk memantau perubahan kondisi lingkungan di objek wisata pemandian air panas. Hal ini perlu dilakukan agar mengetahui tingkat pencemaran di objek wisata pemandian air panas Cangar. Karena termasuk daerah hutan lindung yang perlu dikonservasi. DAFTAR PUSTAKA Arisandi, P. 1999. Studi Struktur Komunitas dan Keanekaragaman Mangrove Berdasarkan Tipe Perubahan Garis Pantai di Pantai Utara Jawa Timur. Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Airlangga. Surabaya. Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi Studi tentang Ekosistem Sungai dan Danau. Program Studi Biologi. Medan : Fakultas MIPA USU. Clark, J. 1974. Coastal Ecosystems Ecological Considerations For Management Of The Coastal Zone. Washington D. C. Publications Department The Conservation Foundations. Elvina R., Nurhadi., Armien Lusi Z. 2012. Komposisi Benthos yang Ditemukan di Sumber Air Panas Bukik Gadang Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok. Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Hakim, N., Nyapka, M. Y. Lubis., A. A. Nugroho., S. G. Diha., H. A. Hong., G. B. Bailey, H. H. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. 60-71. Handayani, S.T., B. Suharto dan Marsoedi. 2001. Penentuan Status Kualitas Perairan Sungai Brantas Hulu dengan Biomonitoring Makrozoobentos: Tinjauan dari Pencemaran Bahan Organik. Hariyanto, S., B. Irawan, dan T. Soedarti. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Airlangga University Press. Surabaya. Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. Philadelphia : W. B. Saundres Company. Odum, E. P. 1994. Dasar-dasar Ekologi (Edisi ketiga). Gadjah Mada University Press. 697 hlm. Romimohtarto, K. S. Juwana. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta. Suin, N. 2002. Metoda Ekologi. Bah Bolon Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. [Skripsi]. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Torgensen, C. E. dan Baxter C. V. 2006. Landscape Influences on Longitudinal Patterns of River Fishes : Spatially continous Analysis of Fish-Habitat Relationships. American Fisheries Society.

Lampiran 1. Kelimpahan, dominansi dan keanekaragaman STASIUN No. Nama spesies 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 total ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di ni Di 1 Melanoides tuberculata 18 5 0 0 0 0 89 91 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 44 4 0 0 0 0 9 2 0 0 9 5 178 1,47 2 Melanoides rustica 36 9 53 100 18 50 9 9 53 100 0 0 0 0 18 1 9 4 0 0 0 0 418 32 80 15 98 17.4 53 11 169 17.9 204 19 27 2 347 28 267 57 178 37 53 27.2 2089 17,34 3 Sulcospira testudinaria 44 11.6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 27 1 204 88.4 36 40 791 96.7 631 49 213 41 302 53.9 27 5 62 7 44 4 916 93.6 471 38 62 13 107 22.2 0 0 3938 32,69 4 Thiara scabra 0 0 0 0 18 50 0 0 0 0 0 0 0 0 1991 97.8 18 8 44 50 27 3 240 19 231 44 160 28.5 409 84 711 75.4 800 73 36 4 409 34 133 28 196 40.7 133 68.1 5556 46,13 5 Pomacea canaliculata 284 74.4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 284 2,35 TOTAL 382 100 53 100 36 100 98 100 53 100 0 0 0 0 2036 99.8 231 100.4 89 100 818 99.7 1289 100 524 100 560 99.8 489 100 942 100 1093 100 978 99.6 1227 100 471 100 480 99.9 196 100.3 12044 99,98 Keanekaragaman (H') 0,83 0 0,69 0,30 0 0 0 0,11 0,43 0,94 0,14 1,02 1,01 1 0,54 0,69 0,80 0,28 1,09 1,02 1,06 0,75 1,16

Lampiran 2. Peta Lokasi Sungai Cangar dan Peta lokasi sampling di Sungai Cangar

Lampiran 3. Peta lokasi sampling di Sungai Cangar