1. Pendahuluan Gambaran umum wilayah Kejadian dampak bencana di Kalimantan Selatan Penutup...

dokumen-dokumen yang mirip
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Tabalong Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN

Propinsi KALIMANTAN SELATAN. Total Kabupaten/Kota

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

Lampiran I.63 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

16. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM BANJARMASIN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

KONDISI W I L A Y A H

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

BAB II TINJAUAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Geografi dan Demografi Kabupaten Sidoarjo

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

PROFIL SANITASI SAAT INI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN TANAH BUMBU DAN KABUPATEN BALANGAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

Transkripsi:

i

DAFTAR ISI 1. Pendahuluan... 1 a. Latar belakang... 1 b. Landasan hukum... 3 c. Maksud dan tujuan... 5 2. Gambaran umum wilayah... 7 a. Letak geografis... 7 b. Perekonomian daerah... 10 c. Sosial budaya... 12 3. Kejadian dampak bencana di Kalimantan Selatan... 14 1. Kabupaten Tapin... 22 2. Kabupaten Hulu Sungai Selatan... 28 3. Kabupaten Tabalong... 31 4. Kabupaten Tanah Laut... 37 5. Kabupaten Tanah Bumbu... 41 6. Kabupaten Kotabaru... 47 7. Kabupaten Hulu Sungai Tengah... 52 8. Kabupaten Hulu Sungau Utara... 56 9. Kabupaten Balangan... 61 10. Kota Banjarmasin... 65 11. Kabupaten Barito Kuala... 69 12. Kota Banjarbaru... 74 13. Kabupaten Banjar... 80 4. Penutup... 89 a. Kesimpulan... 89 b. Rekomendasi... 90 i

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-nya sehingga Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan dapat menyelesaikan Buku Statistik Bencana Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012. Buku ini berisi tentang statistik bencana yang terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012 dan tahun-tahun sebelumnya. Disamping itu buku ini juga sebagai pegangan bagi Pegawai Negeri Sipil khusus nya yang bekerja di Bidang Kebencanaan. Buku panduan ini dibuat sesuai dengan ruang lingkup Fakultas Ekonomi dengan tetap mengacu pada kaidah-kaidah penulisan skripsi. Namun demikian tidak tertutup kemungkinan masih adanya beberapa kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan masukan dari semua pihak selalu diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaannya. Kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi demi terwujudnya Buku Statistik ini kami ucapkan terima kasih. Banjarmasin, 31 Desember 2012 Kepala Pelaksana, Drs. H. RENDRA FAUZIE, M.AP Pembina Utama Madya NIP. 19601020 198503 1 010 ii

1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagaimana yang diamanatkan pada alinea ke-iv Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, dalam hal perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum yang berdasarkan pancasila, termasuk didalamnya perlindungan atas bencana, maka pemerintah pusat yang dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan pemerintah daerah dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Selatan bertanggung jawab untuk menyelenggarakan penanggulangan bencana, mulai dari pra bencana, saat bencana sampai dengan pasca bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Agar penanganan bencana lebih maksimal perlu didukung oleh ketersediaan data dan informasi yang valid dan akurat. Namun hingga saat ini, data dan informasi yang didapat belum sempurna sehingga dalam proses penyaluran bantuan belum bisa dilaksanakan secara maksimal. 1

Bencana alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, banjir, letusan gunung berapi, angin topan/puting beliung, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan/lahan, karena faktor alam, hama penyakit tanaman, epidemi, wabah, kejadian luar biasa dan kejadian antariksa/benda-benda angkasa. Bencana non alam antara lain kebakaran hutan/lahan/permukiman yang disebabkan oleh manusia, kecelakaan transportasi, kegagalan konstruksi/ teknologi, dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran lingkungan dan kegiatan keantariksaan. Bencana sosial antara lain berupa kerusuhan sosial politik dan konflik sosial dalam masyarakat yang sering terjadi. Peristiwa bencana alam, seperti gempa bumi merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan diprediksi. Hal tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor hingga terjadinya bencana alam baik yang terjadi secara alami maupun sebagai akibat prilaku manusia, terutama kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang hal-hal yang dapat menimbulkan bencana dan upaya untuk menanggulanginya. Jenis bencana alam yang sering terjadi di Kalimantan Selatan selama ini antara lain adalah banjir, puting beliung, kebakaran baik hutan/lahan dan pemukiman. Selama ini penanganan bencana dilaksanakan secara parsial oleh instansi-instansi teknis terkait, seperti Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen PU, dll. Begitu pula pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sehingga koordinasi antara instansi tersebut cukup sulit. Selain itu ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai 2

penanggulangan bencana yang ada belum dapat dijadikan landasan hukum yang kuat dan menyeluruh serta tidak sesuai dengan perkembangan keadaan masyarakat dan kebutuhan bangsa Indonesia sehingga menghambat upaya penanggulangan bencana secara terencana, terkoordinasi dan terpadu. Tugas penyelenggaran penanggulangan bencana tersebut ditangani oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ditingkat pusat dan Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat daerah. Adapun hubungan kerja antara BNPB dan BPBD bersifat koordinasi dan teknis kebencanaan dalam rangka upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan penanggulangan bencana. Maka sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pada pasal 25, dibentuklah Badan Penganggulangan Bencana Daerah Provinsi kalimantan Selatan dengan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 22 Tahun 2009. Pelantikan para pejabat eselon II, III dan IV dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 2009. B. LANDASAN HUKUM 1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4421); 3

2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 nomor 47, tambahan lembaran negara Republik Indonesia nomor 4286); 3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817) ; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penaggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828) ; 4

7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4829) ; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4830) ; 9. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 22 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2009 Nomor 22, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Nomor 19) ; C. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud Maksud dari penulisan buku Statistik bencana tahun 2011 ini adalah untuk memberikan gambaran kejadian bencana yang terjadi pada tahun 2011 di Provinsi Kalimantan Selatan. 5

2. Tujuan Tujuan penyusunan Buku Statistik Bencana Tahun 2011 ini adalah : 1. Menyajikan data jumlah korban. 2. Menyajikan data tingkat kerusakan. 3. Informasi dampak terhadap pertanian. 4. Informasi dampak terhadap prasarana umum. 1 6

2 GAMBARAN UMUM WILAYAH A. LETAK GEOGRAFIS Secara geografis Provinsi Kalimantan Selatan terletak antara 114 20 49,2 116 32 43,4 Bujur Timur dan 1 21 47,88 4 56 31.56 Lintang Selatan. Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa. Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makasar. Dalam konstelasi hubungan antar-wilayah, posisi geografis Provinsi Kalimantan Selatan amat strategis karena berada di posisi sentral kepulauan Nusantara, yang merupakan jalur arus barang, orang dan jasa ke seluruh Pulau Jawa, Bali, Sulawesi, bahkan ke beberapa negara lain di kawasan Asia Pasifik. Selain itu, provinsi ini diapit dua tetangga yang kaya akan sumber daya alam, yakni Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Keunggulan komparatifnya adalah, Kalimantan Selatan menjadi daerah transit arus barang, orang dan jasa dari dan ke kedua provinsi tersebut. 7

Namun demikian, posisi strategis ini bisa berubah menjadi ancaman, terutama bila keunggulan komparatif itu tidak mampu diubah dan dikelola menjadi keunggulan kompetitif, yang dapat meningkatkan daya saing kewilayahan dan ekonomi. Secara administratif, Provinsi Kalimantan Selatan mencakup 11 kabupaten dan dua kota, yaitu Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan, Tabalong, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kabupaten Kotabaru, Kota Banjarbaru dan Kota Banjarmasin. Kota Banjarmasin sekaligus berfungsi sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan. Luas wilayah daratan dan perairan darat Provinsi Kalimantan Selatan sesuai dengan Perda No.9 Tahun 2000 adalah seluas 3.753.052 Ha yang terbagi dalam alokasi peruntukan ruang kawasan lindung adalah 20,81% dan luasan kawasan budidaya 79,19% dari luas wilayah daratan Propinsi Kalimantan Selatan. Selain itu Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai kawasan laut sejauh 12 mil adalah 1.234.847 Ha yang juga merupakan salah satu jalur pelayaran nasional dan internasional pada Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II). Dibandingkan dengan wilayah provinsi lain di pulau ini, Provinsi Kalimantan Selatan menempati wilayah tersempit, yakni hanya 6,98% dari luas Pulau Kalimantan. Sebagian besar wilayah Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai ketinggian kurang dar 100 meter di atas permukaan laut (dpl). Kemiringan lahan di wilayah ini dikelompokkan dalam kelas datar, landai, agak curam, curam dan sangat curam. Areal yang datar (0-8 %) meliputi 8

areal seluas 9.154,27 Km2 atau 24,39%, yang tersebar di sepanjang Pantai Timur dan Selatan, sepanjang aliran sungai Barito dan sungai-sungai lainnya. Daerah landai (8-15%) meliputi areal seluas ± 6.462,50 Km2 atau 17,22%, yang berada di daerah antara Pegunungan Meratus dengan Sungai Barito, di bagian Barat dan Pantai Timur dan dengan Pantai Selatan. Daerah agak curam (15-25%) meliputi areal seluas ± 17.424,72 Km2 atau ± 46.43%, yang tersebar di sebelah Timur dan Selatan mendekati pegunungan Meratus. Daerah curam (25-40%) meliputi areal seluas ± 881,53 Km2 atau 2,35 %. Daerah sangat curam (> 40 %) meliputi areal seluas ± 3.607,50 Km2 atau 9,61% yang merupakan punggung-punggung pegunungan Meratus dan bagian bahu dari sungai - sungai yang ada. Geologi Wilayah Kalimantan Selatan tersusun dari berbagai satuan batuan atau litologi yang dikelompokkan menjadi beberapa formasi, urutan dari tua ke muda, yakni sebagai berikut Kelompok Batuan Pratersier, yang terbentuk pada zaman Mesozoikum. Kelompok ini terdiri atas batuan granit, granodiorit, gabro, diabas, batuan ultramafik sekis, batuan sedimen dan metasedimen, memperlihatkan indikasi mineralisasi bijih/ore. Formasi ini mendominasi di sepanjang Pegunungan Meratus. Kelompok Batuan Tersier, yang terbentuk pada zaman Kenozoikum (Eosen-Plitosen). Kelompok ini terdiri atas formasi Tanjung, Berai, Warukun, Dahor, dan merupakan batuan sedimen yang mendominasi hamparan berbentuk perbukitan dan memberikan kontribusi bahan galian batubara dan 9

batu gamping yang sangat potensial. Formasi ini mendominasi di bagian sayap barat dan timur pegunungan meratus. Kelompok Aluvial dikenal sebagai satuan batuan hasil endapan sungai Purba danberbentuk undak serta tersebar dan sebagian menutupi batuan yang lebih tua. Formasi ini mendominasi kawasan di sebelah barat Pegunungan Meratus. B. PEREKONOMIAN DAERAH Salah satu indikator penting kondisi ekonomi makro suatu wilayah dalam periode tertentu adalah Produk domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB merupakan jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu. Sektor-sektor ekonomi yang relatif dominan dalam memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Provinsi Kalimantan Selatan meliputi sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan serta perdagangan dan jasa. Sementara sektor listrik dan air minum merupakan sektor yang paling kecil kontribusinya. Hasil eksploitasi sumberdaya alam sampai sekarang memagang peranan amat penting dalam pertumbuhan ekonomi provinsi ini. Pertumbuhan ekonomi (tanpa migas) Kalimantan Selatan pada 1998 sebesar -6,53%. Pada periode 2002 2004 tumbuh berturut-turut sebasar sebesar 3,39%, (2002); 4,52% (2003), dan 4,94% (2004). Kemampuan sumbersumber ekonomi mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun 10

sebelumnya. Nilai PDRB tanpa migas meningkat dari Rp. 21.821.592 juta pada 2003 menjadi Rp. 23.863.776 juta pada 2004. Kecenderungan perbaikan perekonomian daerah secara makro di provinsi ini akan lebih sehat bila diiringi oleh perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah. Dukungan perkembangan sarana perdagangan dan prasarana infrastruktur ekonomi, seperti prasarana transportasi udara (bandara udara), transportasi laut (pelabuhan laut), dan transportasi darat (jalan raya dan terminal) akan memberi dampak perkembangan yang signifikan. Di masa mendatang, kecenderungan perkembangan kondisi ekonomi yang positif harus pula didukung oleh perangkat hukum yang jelas dan konsisitenn Ekonomi biaya tinggi baik yang disebabkan oleh ketidakjelasan peraturan yang menjamin kelangsungan usaha bagi investor, proses ganti rugi dalam pengembangan usaha investasi yang tidak tuntas, maupun maraknya pungutan liar pada dunia usaha akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan laju penanaman modal. Kesenjangan antara pasokan dan kebutuhan energi listrik di daerah ini karena rendahnya kemampuan investasi dan pengelolaan penyediaan tenaga listrik masih tetap akan menjadi kendala utama perkonomian daerah. Aktivitas ekonomi dan sosial penduduk akan terhambat, karena masih banyak masyarakat yang belum mendapat pelayanan energy listrik. Kelangkaan BBM, bila belum dapat diatasi dengan segera, juga akan memberi tekanan terhadap roda ekonomi daerah. Ekspor hasil tambang, terutama batubara merupakan komoditas ekspor andalan provinsi ini, tetapi dampaknya terbatas pada penduduk yang terakit 11

dengan kegiatan tersebut. Kegiatan ekonomi ini juga padat modal, sehingga kemampuan penyerapan tenaga kerjanya bagi tenaga kerja setempat juga sangat terbatas. Kegiatan penambangan, selain berdampak negatif terhadap kondisi lingkungan hidup, juga menciptakan enclave dan kantong-kantong kemiskinan di sekitar areal tambang. Tantangan lain yang cukup berat adalah mengaitkan pesatnya pertumbuhan ekonomi daerah dengan pengentasan kemiskinan. Selama ini, pertumbuhan ekonomi daerah tidak secara otomatis mampu menurunkan jumlah penduduk miskin. Pemerataan kesempatan berusaha dan hasil-hasil pembangunan baik antar wilayah mapun antargolongan ekonomi sangat strategis untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dan pengangguran. C. SOSIAL BUDAYA Kondisi demografi, pendidikan, kesehatan, kehidupan beragama, dan sosial budaya merupakan indikator penting perkembangan sosial budaya. Jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Selatan pada 2002 sebanyak 3.055.198 jiwa. Jumlah ini kemudian berubah menjadi 3.201.962 jiwa (2003) dan 3.267.282 jiwa (2004). Ini berarti, jumlah penduduk provinsi ini dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dengan laju peningkatan pertumbuhan berturut-turut sebesar 1,42% (2000) dan 2,04% (2003). Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan pada 2004 sebanyak 3.2 juta jiwa, yang terdiri atas penduduk laki-laki sebesar 1.597.548 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 1.621.850 jiwa. Dilihat secara geografis/wilayah administratif, Kota Banjarmasin merupakan wilayah yang 12

mempunyai jumlah penduduk terbesar, yakni sebesar 572.942 jiwa, sedangkan wilayah yang mempunyai jumlah penduduk terkecil adalah Kota Balangan, yakni sebesar 98.648 jiwa. Dalam kurun waktu 1980 1990 laju pertumbuhan penduduk per tahun mencapai 2,32 % dan pada kurun waktu 1990 2000 sebesar 1,42 %, sedangkan kurun waktu 2000 2004 sebesar 2,53 %. Kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Kota Banjarmasin, yaitu 7.884,16 per Km2, yang diikuti oleh Kota Banjarbaru (390 orang per Km2). Karena wilayah Kabupaten Kotabaru Tingkat paling luas dan jumlah penduduk paling sedikit, maka tingkat kepadatan penduduk di kabupaten ini paling rendah, yaitu 26,56 orang per Km². Proporsi penduduk usia muda (0 14 tahun) meningkat dari 30,73% pada (2002) menjadi 30,97% pada (2003). Proporsi jumlah penduduk usia produktif (15 64 tahun ) menurun dari 66,30% menjadi 65,83%, sedangkan penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas ) meningkat dari 2,97% menjadi 3,20%. 13

3 KEJADIAN DAMPAK BENCANA DI KALIMANTAN SELATAN Kalimantan Selatan memiliki beberapa wilayah yang rawan bencana, baik bencana alam maupun bencana yang disebabkan oleh ulah manusia. Bencana itu terdiri dari banjir, angin puting beliung, kebakaran hutan, kerusakan lingkungan, hutan gundul, kebakaran, tanah longsor, wabah demam berdarah dengue, malaria, diare, konflik, dan lainnya. Bencana dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti kondisi geografis, geologis, iklim maupun faktor-faktor lain seperti keragaman sosial, budaya dan politik. Kejadian bencana di Kalimantan Selatan terus meningkat dari tahun ke tahun. Data bencana sampai saat ini menyebutkan bahwa tahun 2009 telah terjadi 250 kejadian bencana alam, dengan perincian bencana banjir 13 kejadian, tanah longsor 3 kejadian dan angin ribut 34 kejadian, kebakaran sebanyak 199 kejadian dan paling sering terjadi di Kota Banjarmasin sebanyak 66 kejadian, sedangkan yang terendah di Kab. Tanah Bumbu dan Balangan sebanyak 2 kejadian. Selain itu juga merebaknya bahaya demam berdarah dengue, malaria, busung lapar, HIV/Aids, narkoba, dan lainnya. 14

Belum bencana yang diakibatkan oleh kondisi udara yang melebihi ambang batas sebagai akibat debu-debu batubara terutama di kawasan-kawasan pertambangan, pemukiman, dan jalan raya tertentu. Angkutan-angkutan hasil pertambangan, seperti batubara, biji besi yang melalui jalan raya dan juga sebagian pemukiman masyarakat, menjadi potensi terjadinya konflik karena masyarakat yang dilalui angkutan tersebut kadang tidak menerima manfaat, justru dampak negatifnya seperti kemacetan, debu yang melebihi ambang batas, dan lainnya. Banjir Banjir merupakan bencana yang selalu terjadi setiap tahun di Kalimantan Selatan terutama pada musim hujan. Berdasarkan kondisi morfologinya, bencana banjir disebabkan oleh meluapnya aliran sungai yang sangat bervariasi dan banyaknya sungai yang mengalir di antaranya. Banjir di Kalimantan Selatan pada umumnya terjadi di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Tanah Laut, Banjar dan Tanah Bumbu yang menerima curah hujan lebih banyak dibandingkan dengan wilayah Kalimantan Selatan lainnya. Populasi penduduk Kalimantan Selatan yang semakin padat dengan sendirinya membutuhkan ruang yang memadai untuk kegiatan penunjang hidup yang semakin meningkat. Secara tidak langsung hal ini merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya banjir. Penebangan hutan yang tidak terkontrol dan usaha pertambangan yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan dapat menyebabkan peningkatan aliran air permukaan yang tinggi dan tidak 15

terkendali sehingga terjadi kerusakan lingkungan di daerah satuan wilayah sungai. Tanah Longsor Bencana tanah longsor di Kalimantan Selatan banyak terjadi di daerah yang memiliki derajat kemiringan lereng tinggi. Bencana ini umumnya terjadi pada saat curah hujan tinggi. Berdasarkan catatan kejadian bencana, daerah yang sangat rawan terjadi bencana longsor adalah di jalan raya melintas pegunungan seperti : Jalan Kandangan ke Batulicin, yaitu Kecamatan Loksado (Kabupaten Hulu Singan Selatan), Kecamatan Batu Ampar (Kabupaten Tapin), Kecamatan Paramasan (Kabupaten Banjar) dan Kecamatan Mantewe (Kabupaten Tanah Bumbu). Begitu juga jalan antara Tanjung melintas Kecamatan Jaro (Kabupaten Tabalong) ke Balikpapan, dan jalan pegunungan di Kecamatan Batang Alai Timur dan Kecamatan Hantakan di kabupaten Hulu Sungai Tengah. Hampir sebagian besar tanah di daerah tropis bersifat mudah longsor karena tingkat pelapukan batuan di daerah ini sangat tinggi dan komposisi tanah secara fisik didominasi oleh material lepas dan berlapis serta potensial longsor. Kestabilan tanah ini sangat dipengaruhi oleh kerusakan hutan penyangga yang ada di Kalimantan Selatan. Karena banyaknya penambangan batubara. 16

Kekeringan Kekeringan sering pula melanda Kalimantan Selatan, sehingga menyulitkan untuk memperoleh air bersih, Kekeringan juga mengakibatkan terjadinya kebakaran lahan dan hutan, rusaknya produksi pertanian khususnya beras yang jadi kebutuhan pokok masyarakat. Bila terjadi kekeringan maka suplai air untuk PLN menjadi sulit dan biaya tinggi. Kebakaran Hutan dan Lahan Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk bencana yang sering terjadi. Kebakaran hutan menimbulkan dampak negatif cukup besar dalam hal kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global, menurunnya kesehatan masyarakat dan terganggunya transportasi darat, sungai, danau, laut dan udara.kebakaran hutan yang cukup besar terjadi di Kalimantan Selatan pada tahun 1997-1998. Asap yang ditimbulkan bahkan meluas sampai ke negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Kondisi litologi daratan Kalimantan Selatan yang terbakar pada umumnya mengandung gambut. Gambut menjadi mudah terbakar akibat pembukaan lahan yang tidak terkendali. Selain itu, kebakaran pemukiman juga sering terjadi terlebih di Kota Banjarmasin sehingga sangat besar merugikan masyarakat. Sering padamnya listrik menjadi salah satu penyebab terjadinya sebakaran. Kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh faktor alam maupun kegiatan manusia seperti pembukaan lahan. Tingkat kesejahteraan dan 17

pendidikan masyarakat di sekitar hutan yang masih rendah merupakan faktor yang dapat turut menyebabkan kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran hutan lebih diperparah lagi oleh banyaknya pengusaha/pemegang hak pengusahaan hutan yang melakukan penebangan kayu tanpa mengindahkan peraturan dan lingkungan. Epidemi, Wabah dan Kejadian Luar Biasa Epidemi, Wabah dan Kejadian Luar Biasa merupakan ancaman yang diakibatkan oleh menyebarnya penyakit menular yang berjangkit di suatu daerah tertentu. Pada skala besar, epidemi/wabah/klb dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah penderita penyakit dan korban jiwa. Beberapa wabah penyakit yang pernah terjadi di Kalimantan Selatan dan sampai sekarang masih harus terus diwaspadai antara lain demam berdarah, malaria, flu burung, anthraks, busung lapar dan HIV/AIDS. Wabah penyakit pada umumnya sangat sulit dibatasi penyebarannya, sehingga kejadian yang pada awalnya merupakan kejadian lokal dalam waktu singkat bisa menjadi bencana nasional yang banyak menimbulkan korban jiwa. Kondisi lingkungan yang buruk, perubahan iklim, makanan dan pola hidup masyarakat yang salah merupakan beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya bencana ini. Kerusuhan Sosial Kondisi sosial budaya masyarakat Kalimantan Selatan yang terdiri dari beraneka ragam suku, ras, golongan, bahasa, agama dan etnis merupakan salah satu aset daerah yang bernilai tinggi sekaligus merupakan kondisi 18

yang sangat rawan. Kondisi ini sering dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang mempunyai kepentingan tertentu untuk memulai terjadinya konflik. Kerawanan terhadap konflik dalam masyarakat Kalimantan Selatan diperburuk dengan adanya kesenjangan ekonomi dalam masyarakat serta rendahnya kualitas pendidikan masyarakat. Hal ini juga terkait dengan menurunnya rasa nasionalisme dalam masyarakat. Tahun 1997 terjadi konflik vertikal dan horizontal di beberapa daerah di wilayah Kalimantan yang ditandai dengan timbulnya kerusuhan sosial, misalnya di Kabupaten Sambas dan Ketapang (Provinsi Kalimantan Barat), Kabupaten Kotawaringin Timur Kota Sampit Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Timur. Kerusuhan sosial ini telah mengakibatkan lebih dari ratusan ribu jiwa di empat provinsi di Kalimantan terpaksa meninggalkan kediamannya. Meskipun saat ini masalah pengungsi sebagian besar telah teratasi, potensi berulangnya bencana ini akibat konflik sosial baru bisa sewaktu-waktu terjadi. Kesiapan dan kewaspadaan perlu untuk dapat mengurangi terjadinya risiko tersebut. Kebakaran Permukiman Provinsi Kalimantan Selatan pada umumnya sering terjadi kebakaran dikarenakan pada umumnya bangunan yang ada terbuat dari bahan kayu, sehingga rawan sekali akan terjadi kebakaran pada umumnya dimusim kemarau dan adanya pemadaman listrik secara bergilir. Sedangkan untuk mengantisipasi hal tersebut di atas pemerintah daerah maupun swasta/masyarakat mengadakan suatu wadah organisasi barisan 19

pemadam kebakaran yang tersebar pada setiap kabupaten/kota se Kalimantan Selatan. Abrasi Pantai dan Gelombang Pasang Laut Abrasi pantai yang sering terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan adalah di daerah pantai seperti di Kabupaten Banjar Kecamatan Aluh-Aluh Desa Bakambat, di Kabupaten Tanah Laut Kecamatan Jorong; Desa Muara Asam-Asam dan Pantai Harapan, Kecamatan Kurau; Desa Bawah Layung dan Sungai Bakau, Kecamatan Takisung; Pantai Takisung. Di Kabupaten Tanah Bumbu juga sering terkena bencana abrasi pantai, seperti di Kecamatan Kusan Hilir Desa Sungai Lembu, sedangkan di Kabupaten Kotabaru Kecamatan Pamukan Selatan, Pulau Laut Selatan dan Pulau Laut Barat. Abrasi pantai pada umumnya terjadi diakibatkan oleh tingginya air laut angin yang sangat kencang, dan juga adanya perubahan cuaca dari musim kemarau ke musim penghujan sering terjadi pada bulan Oktober-Novemberdan Desember. Badai Angin Badai angin sering terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan April terutama pada daerah persawahan terbuka seperti di daerah Danau Panggang Kabupaten Hulu Sungai Utara karena di Kabupaten ini masih banyak lahan terbuka sehingga angin badai sering terjadi. 20

Disamping itu angin badai juga sering terjadi di daerah tepian sungai sungai Barito dan tepian Laut Jawa. Frekuensi kejadiannya cukup tinggi tercatat 15 kejadian pada tahun 2007 dan 22 kejadian pada tahun 2008, serta pada tahun 2009 terjadi sebanyak 34 kali kejadian. Kalau dilihat dari tipologi bencana yang terjadi di Kalimantan Selatan, masing-masing daerah lokasi bencana memiliki karakteristik masing-masing yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 21

1. Kabupaten Tapin Berdasarkan letak geografisnya, Kabupaten Tapin terletak di antara 20.32 43 30.00 43 Bujur Timur dan 1140.46 13 1150.30 13 Lintang Selatan. Batas Kabupaten Tapin : Sebelah utara dengan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, sebelah Selatan dengan Kabupaten Banjar, sebelah barat dengan Kabupaten Barito Kuala dan sebelah timur dengan Hulu Sungai Selatan. Luas daerah Kabupaten Tapin 2.626,72 km². Kabupaten Tapin terbagi atas 12 Kecamatan dengan 133 desa. Daerah yang paling luas adalah Candi Laras Utara dengan luas 730,48 km² atau sebesar 27,05 persen dari luas keseluruhan Kabupaten Tapin, sementara daerah yang paling sempit adalah Kecamatan Tapin Utara dengan luas 71,49 km² atau sebesar 2,65 persen dari luas Kabupaten Tapin. Berdasarkan letak ketinggiannya dari permukaan laut diketahui, hampir seluruh area atau 67,34 persen dari total area Kabupaten Tapin berada pada ketinggian 0-7 m, sedangkan ketinggian dari 500 m dari permukaan laut hanya berkisar 1,21 persen. Jika dilihat dari kelas kemiringannya diketahui bahwa kemiringan di Kabupaten ini banyak terletak pada kemiringan 0-2 persen yaitu sekitar 82,93 persen dari total area Kabupaten Tapin, sedangkan kemiringan antara 2,1 22

sampai 8 persen hanya sekitar 0,62 dari keseluruhan luas daerah di Kabupaten Tapin. Seperti halnya daerah lain di Indonesia, Kabupaten Tapin juga mempunyai dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan. Curah hujan di suatu daerah di pengaruhi oleh iklim, topografi, perputaran arus udara. Oleh karena itu, rata-rata curah hujan di Kabupaten Tapin tahun 2008, rata-rata curah hujan per hari di Kabupaten Tapin berkisar antara 10,00 mm sampai dengan 24,17 mm, dimana rata-rata curah hujan terendah di bulan September dan tertinggi di bulan April. Kelembaban udara dan temperature ditentukan oleh ketinggian dan jarak dari permukaan air laut. Rata-rata kelembaban udara tahun 2008 berkisar antara 67,00% di bulan Agustus sampai dengan 85,00% di bulan Mei, Nopember dan Desember. Sedangkan rata-rata temperature udara berada pada kisaran 27,10 C pada bulan Desember sampai dengan 28,70 C pada bulan Februari dan Maret. Tahun 2008 ini angin bertiup dengan kecepatan maksimum sebesar 189,40 pada bulan Agustus dan rata-rata kecepatan angin maksimum masih terjadi di bulan Agustus yaitu sebesar 64% dan rata-rata minimum terjadi di bulan Desember yaitu sebesar 34,60%. 23

Secara administrasi sejak tahun 2009 wilayah Kabupaten Tapin terdiri dari 12 Kecamatan yang meliputi 133 desa yang sebelumnya berjumlah 131. Keduabelas Kecamatan tersebut meliputi Binuang, Hatungun, Tapin Selatan, Salam Babaris, Tapin Tengah, Bungur, Piani, Lokpaikat, Tapin Utara, Bakarangan, Candi Laras Selatan dan Candi Laras Utara. Keduabelas kecamatan tersebut terdiri dari 133 desa, dimana wilayah Kecamatan Binuang meliputi 10 desa, Kecamatan Hatungun meliputi 8 desa, Kecamatan Tapin Selatan meliputi 10 desa, Kecamatan Salam Babaris meliputi 6 desa, Kecamatan Tapin Tengah 17 desa, Kecamatan Bungur 12 desa, Kecamatan Lokpaikat 9 desa, Kecamatan Tapin Utara 16 desa, Kecamatan Bakarangan 12 desa, Kecamatan Candi Laras Selatan 12 desa dan Candi Laras Utara meliputi 13 desa. Berdasarkan klasifikasinya, sebanyak 52 desa tercatat sebagai desa dengan klasifikasi swadaya, 56 desa dengan klasifikasi Swakarsa dan 23 desa dengan klasifikasi Swasembada. Selama 2009, semua Kecamatan di Kabupaten Tapin menerima bantuan untuk pembangunan desa sebesar Rp. 4.322.185.000,00. Bantuan ini bersumber dari Pemerintah Kabupaten Tapin sebesar Rp. 3.930.000,00 dan dari dana Swadaya atau dari Kecamatan. 24

Sebagai Lembaga yang mewakili rakyat Kabupaten Tapin 2009, beberapa kegiatan yang dilakukan DPRD Kabupaten Tapin. Kegiatan ini dilalukan dalam rangka penyampaian aspirasi masyarakat, peningkatan kinerja anggota DPRD dan penyamaan visi dan misi dengan instansi pemerintah. Pada periode April Desember tahun 2009, adapun kegiatan yang dilalukan oleh DPRD Kabupaten Tapin terdiri dari rapat dengan komisi 9 kali, dengan panitia anggaran 11 kali, dan 47 kali dengan yang lain. Banyaknya sidang yang dilalukan oleh DPRD Kabupaten Tapin sebanyak 35 kali yang terdiri dari Sidang Paripurna 34 kali dan Sidang Komisi/Gabungan 1 kali. Selain itu, DPRD Kabupaten Tapin juga melakukan kunjungan kerja di dalam daerah 18 kali, kunjungan keluar daerah sebanyak 6 kali dan kunjungan kerja luar provinsi sebanyak 6 kali. DPRD Kabupaten Tapin juga melaksanakan dengar pendapat dengan instansi pemerintah sebanyak 11 kali pada periode ini. Dari sekian banyak kegiatan tersebut, DPRD Kabupaten Tapin pada tahun ini menghasilkan 24 surat Keputusan DPRD, dan 24 Peraturan daerah. Berdasarkan dan statisik BPS Kabupaten Tapin, jumlah rumah tangga pada tahun 2010 mencapai 47.444 rumah tangga, dengan populasi 25

penduduknya 167.796 orang yang terdiri dari 84.532 laki-laki dan 83.264 perempuan. Jika dilihat dari sebaran penduduk Kabupaten Tapin, dapat diketahui bahwa penduduk Kabupaten Tapin banyak berada di Kecamatan Binuang yaitu sekitar 15,24 persen. Kemudian disusul dengan jumlah penduduk mencapai 13,21 persen dan Kecamatan Tapin Tengah sebesar 10,96 persen. Sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan Piani yaitu sebesar 3,27 persen. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Tapin Utara yaitu 286 orang per km². kemudian diikuti oleh Kecamatan Binuang dengan tingkat kepadatan 108 orang per km². Sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Candi Laras Utara yaitu sebesar 22 per orang km². Oleh karena area Candi Laras Utara terlalu besar, maka kepadatan penduduk didaerah itu menjadi rendah. Jika dilihat berdasarkan kelompok umurnya, diketahui bahwa penduduk Kabupaten Tapin merupakan penduduk muda, artinya penduduk Kabupaten Tapin sebagian besar terdiri dari penduduk dengan usia muda. Ini berate untuk tahun depan, Pemerintah Kabupaten Tapin masih harus memperhatikan tersedianya fasilitas kesehatan dan pendidikan yng cukup untuk penduduk usia mudanya. 26

Tabel 3. Tabel frekuensi bencana Kabupaten Tabalong Jenis Bencana Frekuensi KK Jiwa RT RB RS RR Keterangan Kebakaran 22 66 195 8 24 20 Miliar Banjir Puting Beliung 15 15 46 Tanah Longsor Gelombang Pasang (ROB) Kekeringan Gempa Bumi 27

2. Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah salah satu Kabupaten dari tiga belas Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak 135 km kearah utara ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Hulu Sungai Selatan berbatasan dengan : a. Sebelah Utara dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah b. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tapin c. Sebelah Timur dengan Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Kota Baru d. Sebelah Barat dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Tapin Secara astronomis Kabupaten Hulu Sungai Selatan terletak diantara : - 02 29 59 sampai dengan -02 56 10 Lintang Selatan dan 114 51 19 sampai dengan 115 36 19 Bujur Timur. Ibukota dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah Kandangan. Kabupaten ini terbagi menjadi 11 (sebelas) Kecamatan yaitu Padang Batung, Loksado, Telaga Langsat, Angkinang, Kandangan, Sungai Raya, Simpur, Kalumpang, Daha Selatan, Daha Utara dan Daha Barat. Kandangan sebagai ibu Kota Kabupaten Hulu Sungai Selatan terletak : -02 47 Lintang Selatan dan 115 40 Bujur Timur serta dilewati oleh sungai Amandit anak Sungai Barito. 28

Luas wilayah Hulu Sungai Selatan 1.804,94 km² atau 180.494 hektar. Kecamatan Loksado merupakan Kecamatan terluas yaitu memiliki 338,89 km² atau 18,78 persen dari wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan, sementara Kecamatan yang paling kecil adalah Kecamatan Telaga Langsat yang memiliki luas 58,08 km² atau 3,22 persen dari wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Morfologi wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebagian besar berada di kelas ketinggian 0-7 meter dan di kemiringan 0-2 persen. Menurut kelas ketinggian dari permukaan laut 58,3 persen wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan berada pada ketinggian 0-7 meter dan hanya 0,9 persen berada pada ketinggian di atas 1000 meter. Daerah tinggi tersebut sebagian besar termasuk dalam jalur barisan pegunungan Meratus. Iklim sepanjang tahun 2011 kelembaban udara berkisar antara 53 persen sampai dengan 100 persen. Rata-rata kelembaban udara terendah terjadi pada bulan Nopember sebesar 76,5 persen sedang yang tertinggi terjadi pada bulan April sebesar 87,65 persen Suhu udara yang tercatat sepanjang tahun 2011 berkisar antara 18 derajat celcius sampai dengan 36,1 derajat celcius. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu sebanyak 22 mm dan hanya terjadi dalam 1 hari. Curah hujan tertinggi terjadi sepanjang bulan Desember dimana selama 30 hari Kabupaten Hulu Sungai Selatan diguyur hujan sebanyak 416,1 mm. 29

Secara geologis Kabupaten Hulu Sungai Selatan mempunyai pegunungan yang memanjang dari arah Timur ke Selatan. Sedang dari Barat sampai ke Utara merupakan daratan rendah alluvial dan berawa-rawa dan berpengaruh sekali terhadap suhu udara. Tabel 3. Tabel frekuensi bencana Kabupaten Tabalong Jenis Bencana Frekuensi KK Jiwa RT RB RS RR Keterangan Kebakaran 49 80 279 19 6,6 Miliar Banjir Puting Beliung 12 12 33 400 Juta Tanah Longsor Gelombang Pasang (ROB) Kekeringan Gempa Bumi 30

3. Kabupaten Tabalong Kabupaten Tabalong dengan Ibu kota nya Tanjung terletak paling utara dari provinsi Kalimantan Selatan dengan batas-batas : sebelah utara dan timur dengan provinsi Kalimantan Timur, sebelah selatan dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara dn Kabupaten Balangan, kemudian sebelah barat dengan provinsi Kalimantan Tengah. Dengan posisi geografis berada pada 115 9-115 47 Bujur Timur dan 1 18-2 25 Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Tabalong yang meliputi 12 Kecamatan adalah 3.946 km² atau sebesar 10,61% dari luar provinsi Kalimantan Selatan. Kecamatan yang terluas adalah kecamatan Muara Uya dengan 924,16 km², kemudian Kecamatan Jaro dengan 819,00 km². Sedangkan daerah terkecil adalah Kecamatan Muara Harus dengan 62,90 km². Bentuk morfologi wilayah dapat di bagi menjadi 4 bentuk, yaitu: Daratan Alluvial, Dataran, Bukit dan Pegunungan. Jika dilihat dari persentasenya ternyata wilayah ini didominasi oleh dataran sebesar 41,34 persen dan Pegunungan sebesar 29,79 persen. Wilayah Kabupaten Tabalong banyak di aliri oleh sungai antara lain Sungai Tabalong, Sungai Anyar, Sungai Jaing, Sungai Kenarum, Sungai Ayou, Sungai Mangkupum, Sungai Tamunti, Sungai Walangkir, Sungai Gendawang, Sungai Awang, Sungai Masingai, Sungai Lumbang, Sungai Juran, Sungai Hunangin, Sungai Umbu, Sungai Karawili, dan lain-lain. 31

Kelembaban udara maksimum di antara ini berkisar antara 95 100 persen dan kelembaban minimum antara 57 94 persen, sedangkan kelembaban rata-rata tiap bulan adalah 86 97 persen. Temperatur udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Temperatur maksimum di Kabupaten Tabalong pada tahun 2009 berkisar antara 26 C sampai 31 C, temperatur minimum berkisar antara 18 C - 28 C dan rata rata temperatur udara tiap bulan berkisar antara 20 C - 25 C. Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan geografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Curah hujan maksimum terjadi pada bulan Desember yaitu 130 mm sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan Desember yaitu 0,2 mm. Jumlah seluruh curah hujan selama tahun 2011 adalah 2.603,2 mm dan jumlah hujan adalah 123 hari. Antara curah hujan dan keadaan angin biasanya ada hubungan erat satu sama lain. Walaupun demikian di beberapa tempat, hubungan tersebut agaknya tidak selalu ada. Keadaan angin pada musim hujan biasanya lebih kencang dan angin bertuip dari barat dan barat laut. Oleh karena itu musim 32

tersebut dikenal juga dengan musim barat. Pada musim kemarau angin bertiup dari benua Australia dan keadaan angin saat itu bisa juga kencang. Kecepatan angin di Kabupaten Tabalong tiap bulannya berkisar antara 0-5,4 knot. Dan rata-rata penyinaran matahari yang dipantau pada pukul 06.00-18.00 terlihat intensitas cukup bervariasi tiap bulannya. Penyinaran matahari dengan intensitas tertinggi terjadi pada bulan Juli yaitu 62,5 persen dan intensitas terendah terjadi pada bulan Maret yaitu 17 persen. Wilayah administrasi Kabupaten Tabalong dengan ibukotanya Tanjung terdiri 12 Kecamatan yang terbagi atas 3 wilayah pengembangan pembangunan ( WPP ), bagian Utara meliputi Kecamatan Haruai, Bintang Ara, Upau, Muara Uya dan Jaro. Bagian Tengah meliputi Kecamatan Tanta, Tanjung dan Murung Pudak serta bagian Selatan meliputi Kecamatan Banua Lawas Pugaan, Kelua dan Muara Harus. Banyaknya desa/kelurahan di Kabupaten Tabalong ini sebanyak 122 desa dan 9 kelurahan, dimana Kecamatan Tanjung dan Banua Lawas mempunyai desa terbanyak yaitu 15 desa dan yang paling sedikit adalah Kecamatan Upau dengan 6 desa. Seluruh desa/kelurahan ini sudah sampai pada tingkat Swa Sembada. Jarak terjauh menuju ibukota pemerintahan Kabupaten dari Kecamatan adalah Kecamatan Jaro 60 km. dan yang terdekat adalah Kecamatan Tanjung yaitu 2 Km. 33

Penduduk Kabupaten Tabalong tahun 2009 berjumlah 206.830 jiwa yang terdiri dari laki-laki 104.271 jiwa dan perempuan 102.559 jiwa dan jumlah rumah tangga adalah 51.268 rumah tangga. Penduduk terbanyak adalah pada Kecamatan Murung Pudak sebanyak 39.222 jiwa, disusul Kecamatan Tanjung 30.437 jiwa. Dan yang paling sedikit adalah Kecamatan Muara Harus 5.756 jiwa. Kepadatan penduduk per km² di Kabupaten Tabalong adalah 52 jiwa, dimana Kecamatan Murung Pudak adalah yang terpadat dengan 330 jiwa per km² disusul Kecamatan Kelua 183 jiwa per km², sedangkan Kecamatan Upau yang terjarang penduduknya yaitu 7 jiwa per km². Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tabalong dari tahun 2008 ke tahun 2009 adalah 6,81 persen. Kecamatan Murung Pudak adalah Kecamatan yang mengalami laju pertumbuhan yang terbesar yaitu 22,09 persen. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk akan berpengaruh pada tingginya penyediaan tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja yang tinggi tanpa diikuti penyediaan kesempatan kerja yang cukup akan menimbulkan akan pengangguran. Banyaknya pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan yaitu SD sebanyak 175 orang, SLTP 539 orang, SLTA 2.552 orang, DI DIII 807 orang dan D IV atau S1 sebanyak 915 orang. 34

Banyaknya pegawai negeri sipil daerah se-kabupaten Tabalong adalah 5.246 orang yang terdiri dari laki-laki 2.839 orang dan perampuan 2.407 orang. Sedangkan jumlah pegawai golongan I 166 orang, golongan II 1.380 orang, golongan III 2.196 orang dan golongan IV 1.504 orang. Jumlah pegawai pusat (instansi vertical) kepolisian di Kabupaten Tabalong adalah 1.206 orang, terbagi dalam golongan I 7 orang, golongan II 603 orang, golongan III 532 orang dan golonga IV 64 orang. Banyaknya akte yang dikeluarkan tahun 2009 menurut jenisnya adalah kartu keluarga sebanyak 31.827 buah, KTP 48.348 buah, akte kelahiran 10.576 buah, akte perceraian 0, akte perkawinan 48 buah, akte kematian 700 buah, dan akte pengesahan/pengakuan anak 752 buah.. 35

Tabel 3. Tabel frekuensi bencana Kabupaten Tabalong Jenis Frekuensi KK Jiwa RT RB RS RR Keterangan Bencana Kebakaran 21 23 36 13 13 4 1 orang meninggal Banjir Puting Beliung Tanah Longsor Gelombang Pasang (ROB) Kekeringan Gempa Bumi 36

4. Kabupaten Tanah Laut Kabupaten Tanah Laut dengan Ibukota kecamatan Pelaihari dibatasi: Sebelah Barat dan Sebelah Selatan oleh Laut Jawa, Sebelah Timur oleh Kabupaten Tanah Bumbu dan Sebelah Utara oleh Kabupaten Banjar.Secara letak Geografis, Kabupaten Tanah Laut terletak diantara 114 30 20 BT 115 23 31 BT dan 3 30 33 LS -4 11 38 LS. Luas wilayah Kabupaten Tanah Laut adalah 3.631,35 km2 (SK. Gubernur) atau hanya 9,71% dibandingkan dengan luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Tanah laut meliputi 11 Kecamatan. Daerah yang paling luas adalah Kecamatan Jorong dengan luas 628,00 km2, kemudian kecamatan Batu Ampar seluas 548,10 km2 dan Kecamatan Kintap dengan luas 537,00 km2, sedangkan kecamatan yang luas daerahnya paling kecil adalah kecamatan Kurau dengan luas hanya 127,00 km2. Temperatur udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Temperatur maksimum di daerah Tanah Laut pada tahun 2009 berkisar antara 34,6 C sampai 35,0 C, temperature minimum berkisar antara 21,2 C sampai 23,1 C dan rata-rata temperatur udara tiap bulan berkisar antara 26,3 C sampai 28,1 C. Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan geografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Antara curah hujan dan keadaan angin biasanya terdapat 37

hubungan erat satu sama lain. Walaupun demikian di beberapa tempat, hubungan tersebut agaknya tidak selalu ada. Keadaan angin pada musim hujan biasanya lebih kencang dan angin bertiup dari barat dan barat laut. Oleh karena itu musim tersebut dikenal juga dengan musim barat. Pada musim kemarau angin bertiup dari benua Australia, keadaan angin saat itu bisa juga kencang. Jumlah penduduk Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2009 bedasarkan hasil proyeksi sebesar 274.526 jiwa. Dari rasio jenis kelaminnya dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin Kabupaten Tanah Laut kelamin Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2099 sebesar 103. Besarnya rasio jenis kelamin yang lebih dari 100 dapat juga memberikan gambaran bahwa Kabupaten Tanah Laut merupakan daerah penerima imigran, yang artinya bahwa kabupaten ini merupakan daerah yang memiliki potensi ekonomi yang cukup besar sehingga menjadi daerah tujuan migrasi. Dilihat dari perbandingan per kecamatan, maka yang terbanyak penduduknya adalah kecamatan Pelaihari yaitu sebanyak 58.889 orang, dengan kepadatan penduduk 155 orang per km2. Kemudian Kecamatan Bati- Bati berpenduduk 34.057 orang dengan kepadatan penduduk 145 orang per km2. 38

Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial jumlah pencari kerja di Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2009 sebesar 6.001 orang. Latar belakang pendidikan dari pencari kerja ini sebagian besar adalah lulusan SLTA yakni sekitar 53,34 persen dan disusul lulusan D3/S1/S2 sekitar 29,56 persen. Lulusan SLTP mencapai 14,41 pesen, sisanya berpendidikan di bawah SLTP. Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ada di Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2009 menurut catatan KPPN Pelaihari yaitu PNS pusat sebanyak 1.078 orang dan PNS daerah otonom sebanyak 5.991 orang. 39

Tabel 4. Tabel frekuensi bencana Kabupaten Tanah Laut Jenis Bencana Frekuensi KK Jiwa RT RB RS RR Keterangan Kebakaran 21 10 Banjir 1 314 1456 Puting Beliung 2 80 347 5 40 36 Tanah Longsor Gelombang Pasang (ROB) 1 217 954 22 6 39 Sawah 55 (Ha) Kekeringan Gempa Bumi 40

5. Kabupaten Tanah Bumbu Secara geografis Kabupaten Tanah Bumbu terletak di antara : 2º52-3º47 Lintang Selatan dan 115º15-116º04 Bujur Timur. Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu kabupaten dari 13 (tiga belas) kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak persis di ujung tenggara Pulau Kalimantan. Wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Kotabaru di sebelah utara dan timur, Laut Jawa di sebelah selatan, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut di sebelah barat. Kabupaten yang beribukota di Batulicin ini memiliki 10 (sepuluh) Kecamatan yaitu Kecamatan Kusan Hilir, Sungai Loban, Satui, Kusan Hulu, Batulicin, Karang Bintang, Simpang Empat, Mantewe, Kuranji dan Angsana. Lima Kecamatan yang terakhir disebutkan adalah kecamatan hasil pemekaran pada pertengahan 2005 lalu. Kabupaten Tanah Bumbu memiliki luas wilayah sebesar 5.066,96 km2 (506.696 Ha) atau 13,50 persen dari total luas Provinsi Kalimantan Selatan. Kecamatan Kusan Hulu merupakan kecamatan terluas yang mencakup 31,76 persen dari luas keseluruhan Kabupaten Tanah Bumbu, sedangkan Kecamatan Kuranji memiliki luas wilayah terkecil sebesar 110,42 Km2 atau hanya 2,18 persen dari wilayah Kabupaten Tanah Bumbu. Berturut turut dari kecamatan terluas setelah Kusan Hulu adalah Mantewe, Satui, Kusan 41

Hilir, Sungai Loban, Simpang Empat, Angsana, Batulicin, Karang Bintang dan Kuranji. Morfologi wilayah Kabupaten Tanah Bumbu sebagian besar berupa PMKL dan PMK. Selain itu sebagian besar wilayah Kabupaten Tanah Bumbu berada di kelas ketinggian 25 100 meter dan di kemiringan 2 15 persen. Geologi wilayah Kabupaten Tanah Bumbu yang mempunyai ketinggian di atas 100 meter sebesar 31,01 persen dari wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, sehingga terdapat beberapa daerah yang merupakan dataran tinggi. Daerah dataran tinggi tersebut sebagian besar termasuk dalam jalur barisan pegunungan Meratus. Tercatat setidaknya ada 18 puncak pegunungan yang berada di wilayah ini. Gunung Mariringin, Mengili, Baturaya dan Gunung Gara Kunyit merupakan puncak pegunungan yang puncaknya mencapai 600 meter lebih di atas permukaaan air laut (dpl). Sebagian besar wilayah Kabupaten Tanah Bumbu masih merupakan hutan yaitu seluas 319.470 Ha atau 63,05 persen dari keseluruhan wilayah Kabupaten Tanah Bumbu. Hanya 19,56 persen atau 99.111 Ha saja yang sudah dimanfaatkan untuk pertanian sawah, ladang dan perkebunan. Penduduk Kabupaten Tanah Bumbu menempati 7.831 Ha yang digunakan sebagai pemukiman, selebihnya digunakan untuk pertambangan, perairan darat, padang rumput dan tanah terbuka. Tahun 2009 Kabupaten Tanah Bumbu terdiri dari 10 (sepuluh) kecamatan, dengan 133 desa dan 1 (satu) kelurahan, dengan ibukota 42

kabupaten di Kecamatan Batulicin. Dari 133 desa tersebut, 17 (tujuh belas) di antaranya adalah desa persiapan yang merupakan hasil pemekaran desa. Desa desa persiapan tersebut adalah Emil Baru di kecamatan Mantewe, Batu Bulan dan Tamunih di Kecamatan Kusan Hulu, dan Batu Ampar di Kecamatan Simpang Empat yang mekar pada tahun 2006. Sedangkan selama tahun 2007 adalah desa Gunung Besar, Sumber Wangi, Madu Retno, Makmur, Mantawakan Mulia, Makmur Mulia, Pulau Panjang, Al Kautsar, Baroqah dan Mekar Jaya. Tahun 2008 adalah desa Sejahtera, Bersujud dan Gunung Antasari di Kecamatan Simpang Empat. Kecamatan Kusan Hilir yang memiliki 34 desa dan 1 (satu) kelurahan merupakan kecamatan yang memiliki desa paling banyak, sebaliknya Kecamatan Batulicin hanya memiliki 3 (lima) desa dan 2 (dua) kelurahan. Untuk menjalankan roda pemerintahan, dibentuklah Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) yang telah beberapa kali mengalami perubahan. Sampai tahun 2009, Struktur Organisasi Tata Kerja Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu, terdiri dari 1 (satu) Sekretaris Daerah, 1 (satu) Sekretariat DPRD, 14 Dinas, dan 6 Badan, 2 (dua Kantor) ditambah dengan Kantor Kecamatan dan Kelurahan. Lembaga teknis lain yang mempunyai tugas khusus dan langsung bertanggung jawab kepada Bupati adalah RSUD Amanah Husada dan PDAM Tanah Bumbu. Ke dua lembaga ini dipimpin oleh seorang Direktur. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tanah Bumbu mencatat jumlah penduduk Kabupaten Tanah Bumbu pada tahun 2010 43