HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN TIMBULNYA GASTRITIS PADA PASIEN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MEDICAL CENTER (UMC)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. paling mengangguan kesehatan dan sering dijumpai di klinik karena diagnosanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

Satuan Acara penyuluhan (SAP)

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:

BAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012).

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

Dewi Karwati 1) Nur lina, SKM, M.Kes dan Kiki Korneliani, SKM, M.Kes 2)

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya

ABSTRAK HUBUNGAN FREKUENSI MAKAN TERHADAP GEJALA MAAG PADA MAHASISWA AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GASTRITIS RAWAT INAP DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum

Keluhan dan Gejala. Bagaimana Solusinya?

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak,

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KADAR ASAM URAT DARAH DI DUSUN PILANGGADUNG KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

PENGARUH IKLAN AUDIO TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG GASTRITIS PADA PENDERITA GASTRITIS

Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN JENIS GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI PUSKESMAS BONE-BONE KECAMATAN BONE-BONE KABUPATEN LUWU UTARA

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016 KAITAN POLA MAKAN SEIMBANG DENGAN PRODUKSI ASI IBU MENYUSUI

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

PENGETAHUAN PASIEN DENGAN GASTRITIS TENTANG PENCEGAHAN KEKAMBUHAN GASTRITIS

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8-2,1 juta

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA SISWA DI SMAN 1 SOOKO MOJOKERTO ROSI HERDIANTO SUBJECT: Perilaku, Gastritis, Siswa

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN. peradangan pada mukosa lambung. Gejala umum pada penyakit gastritis yaitu

Inilah 10 Gejala Serangan Jantung di Usia Muda

kelompok rawan gizi kategori WUS,karena pada fase remaja terjadi berbagai macam perubahanperubahan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ISPA(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) ( Dedeh,2010). Masa remaja. buruk serta kurangnya pengetahuan gizi ( Benun dan Ani,2014).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK. ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta

LEMBAR KERJA. Lembar kerja ini intinya diadopsi dari tulisan karya DR. SUS WIDAYANI, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN POLA MAKAN DALAM KEJADIAN GASTRITIS PADA REMAJA DI SMP NEGERI 1 SEKAYAM KABUPATEN SANGGAU

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

Jurnal Kesehatan Kartika 7

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG GASTRITIS TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN GASTRITIS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 7 MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR DI SMP NEGERI 13 KOTA MANADO.

ABSTRAK. Kata kunci : Balita, Status gizi, Energi, Protein PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL

ABSTRAK. Kata Kunci : karies gigi, nutrisi, dewasa muda. Universitas Kristen Maranatha

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PELAJAR SMA NEGERI 2 TOMPASO Claudya Momongan*, Nova H Kapantow*, Maureen I Punuh*

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

Transkripsi:

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN TIMBULNYA GASTRITIS PADA PASIEN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MEDICAL CENTER (UMC) Correlation Between Diet With Gastritic Incidence On Patient In Medical Center Of Muhammadiyah Malang Rona Sari Mahaji Putri 1, Hanum Agustin 2, Wulansari 3 1,2,3) Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang Jl. Telaga Warna, Tlogomas, Malang 65144 *) e-mail: putrirona@gmail.com ABSTRAK Gastritis merupakan masalah kesehatan di masyarakat. Di Indonesia prevalensi gastritis sebanyak 0,99% dan insiden gastritis sebesar 115/100.000 penduduk. Ketidakseimbangan faktor agresif dan defensif lambung dapat menyebabkan gastritis. Faktor ini dipengaruhi antara lain oleh pola makan, kebiasaan merokok, konsumsi NSAID dan kopi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan dengan timbulnya gastritis pada pasien di Universitas Muahammdiyah Malang Medical Center (UMC). Metode penelitian analitik observasional dengan pendekatan case control. Subyek penelitian adalah semua pasien gastritis di UMC, dengan menggunakan tehnik total sampling. Instrumen menggunakan recall 2 x 24 jam dan kuesioner. Analisis data menggunakan uji spearman rank correlation dengan program komputer. Hasil analisis didapatkan p value = 0,009 yang berarti ada hubungan antara pola makan dengan timbulnya gastritis pasien di UMC. Direkomendasikan pada pasien gastritis dan masyarakat agar mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan jumlah makanan yang cukup, jenis makanan yang bervariasi serta frekuensi makan yang sedikit tapi sering sesuai dengan kebutuhan tubuh. Kata kunci: pola makan, gastritis ABSTRACT Gastritis is a kind of health problem in society. In Indonesia, the prevalence of gastritis is about 0,99% and the incidence of gastritis is about 115/100.000 people. The unbalance of aggressive factors and ulcer defensive can cause gastritis. This factor is influenced by the eating habit, smoking habit, consuming NSAID and coffee. This study aims to identify the relationship of eating habit with the arising of gastritis. In this research, the population is all of the gastritis patients; the sampling technique used is sampling total which take all of the gastritis patients as samples, whereas it uses recall 2 x 24 hours and questionnaire as the instrument of the research. Then the result of the questionnaire is analyzed by computer program for windows with spearman rank test. The result of spearman rank test, it is founded that value = 0,009 so which states there is a relationship of eating habit with the arising of gastritis. Because of the existence of the relationship between eating habit and the arising of gastritis, it is recommended for the gastritis patient and society to consume healthy food with proportional amount, eat various foods and have a few portions but often of eating accord with bodily needs. Keywords: eating habit, gastritis LATAR BELAKANG Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain (Rafani, 2009). Gastritis merupakan masalah kesehatan di masyarakat. Di Indonesia prevalensi gastritis sebanyak 0,99% dan 156 Juli 2010: 156-164

Volume 1, Nomor 2 Versi online: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/406 insiden gastritis sebesar 115/100.000 penduduk. Ketidakseimbangan faktor agresif dan defensif lambung dapat menyebabkan gastritis. Faktor ini dipengaruhi antara lain oleh pola makan, kebiasaan merokok, konsumsi NSAID dan kopi (Rafani, 2009). Dari hasil penelitian para pakar, didapatkan jumlah penderita Gastritis antara pria dan wanita, ternyata gastritis lebih banyak pada wanita dan dapat menyerang sejak usia dewasa muda hingga lanjut usia. Di Inggris 6-20% menderita gastritis pada usia 55 tahun dengan prevalensi 22% insiden total untuk segala umur pada tahun 1988 adalah 16 kasus/1000 pada kelompok umur 45-64 tahun. Insiden sepanjang usia untuk Gastritis adalah 10% (Riyanto, 2008). Berdasarkan data yang diperoleh dari studi pendahuluan ditemukan 431 orang pasien pada tahun 2009 sehingga dapat diambil ratarata 36 pasien per bulan dengan gastritis yang datang berobat ke UMM Medical Center, jumlah pasien terbanyak ada di Bulan Oktober-Desember 2009 yaitu 61 pasien dalam Bulan Oktober, sebanyak 46 pasien di Bulan November, dan 47 pasien di Bulan Desember totalnya 154 pasien. Dari total 154 pasien, sebanyak 21 pasien datang dengan keluhan mual, sehari belum makan, sebanyak 34 pasien dengan keluhan mual, telat makan, muntah disertai nyeri perut.15 orang dengan keluhan nyeri perut dan perut kembung, tadi pagi habis makan masakan pedes, sebanyak 11 orang dengan keluhan mual, tadi pagi habis minum kopi. Sedangkan 73 pasien lainnya datang dengan keluhan mual muntah nyeri perut saja. Berarti masih cukup banyak jumlah penderita gastritis dengan pola makan yang kurang benar saat ini. Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan pola makan dengan timbulnya gastritis. Gastritis (inflamasi mukosa lambung) sering akibat diet yang salah. Kadang, gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi luka kronis pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan muntah darah atau terdapat dar ah pada feces dan memerlukan perawatan segera (Rafani, 2009). Pola makan yang tidak teratur, lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Produksi HCl (asam lambung) yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah kalau lambung dalam keadaan kosong akibat makan tidak teratur yang pada akhirnya akan mengakibatkan perdarahan pada lambung (Rafani, 2009). METODE Jenis penelitian adalah penelitian analitik observasional dengan desain case control. Menggunakan tehnik total sampling dengan jumlah sample adalah pasien gastritis sebanyak 36 responden yang memenuhi kriteria (tidak menderita penyakit kronis lain dan bersedia menjadi responden). Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2009 di UMM medical centre Malang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner mengenai pola makan yang meliputi jumlah, jenis, dan frekuensi makan yang diperoleh dengan cara recall 2 x 24 jam (menanyakan secara langsung yang dikonsumsi oleh responden dengan cara bertanya mundur ke belakang selama 2 x 24 jam). Kemudian hasil diolah dan dimasukkan ke dalam kategori skor, dengan rincian sebagai berikut: kategori pola makan sangat baik (81,25-100%), baik (62,5-81,24%), cukup baik (43,75-62,4%), dan kurang baik (25-43,74%). Sedangkan timbulnya gastritis diper oleh dengan menggunakan kuesioner, yang kemudian hasilnya dimasukkan skor, dengan rincian sebagai berikut: gastritis akut (1-7), dan gastritis kronis (8-14). Penelitian menggunakan uji analisa statistik spearman rank correlation dengan menggunakan program komputer for windows dengan alpha 0,05 dengan uji. Hubungan Pola Makan dengan Timbulnya Gastritis pada Pasien di Universitas Muhammadiyah Malang Medical Center (UMC) 157

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Responden Berdasar Berat Badan Data Umum 60 40 BB responden Karakteristik Responden Berdasarkan Umur 20 0 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 BB berdasarkan AKG 10% 0 47% 43% 16-18 th 19-29 th Gambar 3. Grafik perbandingan BB aktual responden dengan BB berdasarkan AKG 30-49 th Gambar 1. Diagram distribusi frekuensi responden menurut umur Dari gambar 1 didapatkan hasil penelitian bahwa sebanyak 13 responden (43%) berusia antara 16-18 tahun, 14 responden (47%) berusia antara 19-29 tahun, dan tiga responden (10% ) berusia antara 30-49 tahun. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 0% 100% Perempuan Gambar 2. Diagram distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin Dari grafik 1 dapat diketahui perbandingan berat badan aktual responden dengan berat badan berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG), yaitu sebanyak 19 responden (63%) memiliki berat badan kurang dari berat badan berdasarkan AKG, 6 responden (20%) memiliki berat badan lebih dari AKG, dan 5 responden (17%) memiliki berat badan sama dengan berat badan berdasarkan AKG. Data Khusus Pola Makan Jumlah makanan : Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa semua responden (100%) mengonsumsi makanan yang kurang dari kebutuhan tubuh. Jenis makanan: Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa semua responden (100%) mengonsumsi jenis makanan yang tidak bervariasi. Frekuensi makan 0 0 Dari gambar 2 didapatkan hasil penelitian bahwa seluruh responden (100%) berjenis kelamin perempuan. 47% 53% Baik kurang Gambar 4. Diagram distribusi frekuensi responden berdasar frekuensi makan 158 Juli 2010: 156-164

Volume 1, Nomor 2 Versi online: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/406 sebanyak 16 responden (53%) memiliki frekurensi makan baik dan 14 responden (47%) memiliki frekuensi makan kurang. 21 reponden (70%) mempunyai nilai gizi protein kurang. Nilai lemak berdasarkan AKG Konsumsi Makan Berdasarkan Unsur Zat Gizi Nilai karbohidrat berdasarkan AKG 77% 23% Baik Kurang 73% 27% Baik Kurang Gambar 7. Diagram distribusi frekuensi responden berdasarkan nilai lemak Gambar 5. Diagram distribusi frekuensi responden berdasarkan nilai karbohidrat sebanyak 8 responden (27%) mempunyai nilai gizi karbohidrat baik, dan 23 responden (73%) mempunyai nilai gizi kabohidrat kurang. Nilai protein berdasarkan AKG sebanyak 7 responden (23%) mempunyai nilai gizi lemak baik, sedangkan 23 responden (77%) mempunyai nilai gizi lemak kurang. Pola Makan Pasien Gastritis di UMM Medical Center Malang 47 % 27 % 20% 6% Pola makan sangat baik Pola makan baik Pola makan Cukup baik 70% 30% Baik Kurang Gambar 8. Diagram distribusi frekuensi responden berdasarkan pola makan pasien gastritis di UMM Medical Center Malang Gambar 6. Diagram distribusi frekuensi responden berdasarkan nilai protein bahwa sebanyak 9 responden (30%) mempunyai nilai gizi protein baik, sedangkan sebanyak 6 responden (20%) dalam kategori pola makan sangat baik, sebanyak 2 responden (6%) dalam kategori pola makan baik, sebanyak 8 responden (27%) dalam kategori pola makan cukup baik, dan 14 responden (47%) dalam kategori pola makan kurang baik. Hubungan Pola Makan dengan Timbulnya Gastritis pada Pasien di Universitas Muhammadiyah Malang Medical Center (UMC) 159

Gastritis Di UMM Medical Center Malang Timbulnya gastritis sebanyak 16 r esponden (54%) dalam kelompok gastritis akut, dan 14 responden (47%) dalam kelompok gastritis kronis. 47% 53% gastritis akut gastritis kronis Hubungan Pola Makan Dengan Timbulnya Gastritis di UMM Medical Center Malang Gambar 9. Diagram distribusi frekuensi responden berdasarkan timbulnya gastritis di UMM Medical Center Malang Tabel 1. Hubungan pola makan dengan timbulnya gastritis di UMM Medical Center Malang No Skor pola makan Gastritis akut Gastritis kronis Total n % n % n % 1 Sangat 5 (16,7%) 1 (3,3%) 6 (20%) baik 2 Baik 2 (6,7%) 0-2 (6,7%) 3 Cukup 4 (13,3%) 4 (13,3%) 8 (26,7%) baik 4 Kurang 5 (16,7%) 9 30% 14 (46,7%) baik Total 16 (53,3%) 14 (46,7%) 30 (100%) Dari tabel 1 didapatkan hasil penelitian bahwa pada kategori pola makan sangat baik yang menderita gastritis akut sebanyak 5 responden (16,7%) dan satu responden (3,3%) menderita gastritis kronis, pada kategori pola makan baik terdapat 2 responden (6,7%) yang menderita gastritis akut dan tidak ada yang menderita gastritis kronis, pada kategori pola makan cukup baik terdapat 4 responden (13,3%) yang menderita gastritis akut dan 4 responden (13,3%) menderita gastritis kronis, sedangkan untuk kategori pola makan kurang baik terdapat 5 responden (16,7%) menderita gastritis akut dan 9 responden (30%) menderita gastritis kronis. Dari hasil analisis statistik menggunakan spearman rank correlation dengan menggunakan bantuan program komputer for windows, didapatkan nilai p value = 0,009 dan kekuatan hubungan sebesar r = 0,472. Pembahasan responden menurut umur menunjukkan sebanyak 14 responden (47%) penderita berusia 19-29 tahun. Ini berarti gastritis lebih banyak diderita pada usia dewasa muda. Sependapat dengan teori bahwa gastritis menyerang sejak usia dewasa muda hingga lanjut usia (Riyanto, 2008). Pada usia tersebut semua responden yang masih berstatus mahasiswa sering tidak terkontrol dalam asupan makannya, disebabkan antara lain oleh karena kesibukan, dan sudah adanya ketertarikan terhadap lawan jenis sehingga pada usia tersebut berusaha semaksimal mungkin untuk melangsingkan tubuh dengan mengurangi makan. Yang perlu dipahami bahwa pada usia ini sebenarnya sangat diperlukan adanya pemenuhan semua zat gizi 160 Juli 2010: 156-164

Volume 1, Nomor 2 Versi online: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/406 karena tumbuh kembang yang belum mencapai maksimal. responden menurut jenis kelamin menunjukkan semua responden adalah perempuan. Gastritis lebih banyak diderita perempuan, karena kaum perempuan lebih peduli dan perhatian pada berat badan dan penampilan, sehingga perempuan berusaha menurunkan berat badan melalui jalan mengatur frekuensi, jumlah dan jenis makanan konsumsi sebisa mungkin agar tidak menjadi gemuk. Hal ini sependapat dengan teori yang menyatakan bahwa jumlah penderita gastritis lebih banyak perempuan dibanding pria (Riyanto, 2008). Dari grafik perbandingan berat badan aktual responden dengan berat badan berdasarkan AKG menunjukkan sebanyak 19 responden (63%) memiliki berat badan kurang, sebanyak 6 responden (20%) memiliki berat badan lebih dan 5 responden (17%) memiliki berat badan sama dengan berat badan berdasarkan AKG. Berat badan yang kurang disebabkan karena asupan jumlah makanan yang kurang dari kebutuhan tubuh dan jenis makanan yang kurang bervariasi. Dari hasil distribusi frekuensi jumlah makanan, dari seluruh responden sebanyak 100% mengonsumsi jumlah makanan yang kurang dari kebutuhan tubuh. Jumlah asupan makanan yang kurang menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan dan kecukupan kalori tubuh. Hal ini mengakibatkan kurang terpenuhinya energi dan unsur-unsur gizi lain yang dibutuhkan oleh tubuh. Berdasarkan jenis makanan, seluruh responden mengkonsumsi jenis makanan yang tidak bervariasi. Namun demikian telah memenuhi komposisi makanan yang baik. responden berdasar frekuensi makan menunjukkan bahwa sebanyak 16 responden (53%) memiliki frekuensi makan baik dan 14 responden (47%) memiliki frekuensi makan kurang. Frekuensi atau jumlah makan dalam sehari yang baik disebabkan karena kesadaran yang tinggi oleh para responden akan pentingnya makan dengan frekuensi yang teratur. Sedangkan frekuensi makan yang kurang pada responden dipengaruhi karena faktor kebiasaan makan, diet serta menjaga ber at badan tetap ideal agar penampilan tetap terjaga. Frekuensi makan yang tidak teratur membuat lambung sulit beradaptasi, sehingga asam lambung menjadi meningkat. Asam lambung yang meningkat akan mengiritasi dinding mukosa lambung sehingga timbul gastritis. responden berdasarkan nilai karbohidrat menunjukkan bahwa sebanyak 8 responden (27%) mempunyai nilai gizi karbohidrat baik, dan 23 responden (73%) mempunyai nilai gizi kabohidrat kurang. Nilai gizi kabohidrat yang kurang dapat disebabkan karena asupan jumlah makanan yang kurang dari kebutuhan tubuh. Karbohidrat merupakan salah satu unsur gizi yang berfungsi sebagai energi utama, kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan sebesar 60% dari total kalori dengan perincian 90% dari selain gula dan 10% gula Kekurangan karbohidrat dalam konsumsi makanan dapat menyebabkan keadaan malnutrisi. Dari data responden dapat dilihat berat badan sample kurang dari standart ditunjukkan dengan tubuh yang kurus. responden berdasar kan nilai protein menunjukkan bahwa sebanyak 9 responden (30%) mempunyai nilai gizi protein baik, sedangkan 21 reponden (70%) mempunyai nilai gizi protein kurang. Asupan protein yang kurang dapat disebabkan karena jumlah makanan yang kurang dari kebutuhan tubuh serta kurang bervariasinya jenis makanan. Dimungkinkan jenis makanan yang dikonsumsi oleh responden tergolong rendah protein. Protein merupakan salah satu unsur zat gizi yang berfungsi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kulit dan kuku, mengatur keseimbangan cairan, memelihara netralitas tubuh, pembentukan antibodi dan sumber energi. Kekurangan protein menyebabkan Hubungan Pola Makan dengan Timbulnya Gastritis pada Pasien di Universitas Muhammadiyah Malang Medical Center (UMC) 161

banyak masalah seperti kehilangan berat badan, kelemahan, penyusutan jaringan otot dan edema. Sindrom lain termasuk luar biasa tekanan darah rendah, denyut jantung sangat rendah, anemia dan pigmentasi pada kulit. Tingkat metabolisme juga cenderung menurun. Hal ini juga diyakini menyebabkan infiltrasi lemak dan sirosis hati (Erfandi, 2009). responden ber dasarkan nilai lemak menunjukkan bahwa sebagian besar responden (77%) mempunyai nilai gizi lemak yang kurang. Kurangnya nilai gizi lemak responden disebabkan salah satunya karena kurangnya jumlah asupan makanan dalam tubuh, adanya kesukaan responden terhadap jenis makanan, serta jenis makanan sebagai sumber lemak yang dikonsumsi kurang bervariasi. Pada dasarnya lemak berfungsi sebagai sumber dan cadangan energi. Lemak disimpan di jaringan bawah kulit (Pratiwi, 2009). Jika kekur angan lemak dapat menimbulkan gangguan saraf dan penglihatan, menghambat pertumbuhan pada bayi dan anak-anak, kegagalan reproduksi serta gangguan pada kulit, ginjal dan hati (Erfandi, 2009). Asupan karbohidrat, lemak dan protein yang kurang akan ber akibat tidak terpenuhinya fungsi-fungsi dari unsur-unsur gizi tersebut. Dari konsumsi makan beberapa unsur gizi di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien gastritis mempunyai pola makan yang salah. Perilaku konsumsi makan pada diri seseorang, satu keluarga atau masayarakat dipengaruhi oleh wawasan dan cara pandang dan faktor lain yang berkaitan dengan tindakan yang tepat. Di sisi lain nutrisi sangat berguna untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit. Selain karena faktor kekurangan nutrisi, akhir-akhir ini juga muncul penyakit akibat salah pola makan seperti kelebihan makan atau makan makanan yang kurang seimbang. Bahkan, kematian akibat penyakit yang timbul karena pola makan yang salah atau tidak sehat belakangan ini cenderung meningkat. responden berdasarkan pola makan pasien gastritis menunjukkan bahwa sebanyak 14 responden (47%) memiliki pola makan kurang baik. Pola makan dipengaruhi oleh budaya, agama atau kepercayaan, status sosial ekonomi, personal preference, rasa lapar, nafsu makan, rasa kenyang dan kesehatan. Pola makan yang kurang baik pada responden salah satunya disebabkan karena statusnya yang masih mahasiswa dan relatif berusia muda. Mahasiswa biasanya sangat mementingkan penampilan sehingga beberapa dari mereka melakukan diit ketat agar tetap terlihat langsing, selain itu juga bisa disebabkan karena makan yang tidak terkontrol karena jauh dari orang tua serta sibuk dengan kegiatan kampus, jauhnya dari tempat makan atau warung juga bisa mempengaruhi pola makan. responden berdasarkan timbulnya gastritis menunjukkan bahwa sebanyak 16 responden (54 %) dalam kategori gastritis akut, sebanyak 14 r esponden (47%) dalam kelompok gastritis kronis. Hal ini dapat disebabkan karena sebagian besar responden memiliki pola makan kurang baik dengan pemenuhan karohidrat, protein maupun lemak yang kurang. Sebagian besar responden (54%) menderita gastritis akut, disebabkan karena sebagian besar responden (47%) yang masih berusia dewasa muda dan berstatus sebagai mahasiswa, dengan kesibukan kuliah serta keterbatasan waktu maupun jauhnya dari tempat makan, mereka sering meninggalkan jadwal makan sehingga pola makan mereka menjadi kurang baik dan timbul keluhan penyakit gastritis. Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain (Setyono, 2001). Gastritis bisa disebabkan karena beberapa faktor (wartawarga, 2010) yaitu jadwal makan yang tidak teratur membuat lambung sulit beradaptasi dan dapat 162 Juli 2010: 156-164

Volume 1, Nomor 2 Versi online: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/406 mengkibatkan kelebihan asam lambung dan akan mengiritasi dinding mukosa lambung, makanan yang teksturnya keras dan dimakan dalam keadaan panas misalnya bakso, mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein seperti kopi dan teh, makanan pedas dan asam, dan makanan yang mengandung gas seperti ubi, buncis, kol dll. Dari tabel hubungan pola makan dengan timbulnya gastritis menunjukkan bahwa sebagian besar responden (47%) memiliki pola makan kurang baik, mengakibatkan 5 responden (16,7%) menderita gastritis akut dan 9 responden (30%) menderita gastritis kronis. Pola makan yang tidak baik dilihat dari segi jumlah, jenis dan fungsi dalam jangka waktu lama menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan unsur-unsur gizi (termasuk di dalamnya karbohidrat, protein, lemak). Frekuensi makan yang tidak teratur dalam jangka waktu yang lama juga bisa menimbulkan gastritis. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa ada hubungan pola makan dengan timbulnya gastritis di UMM Medical Center Malang, dengan nilai p value 0,009. Kesehatan seseorang salah satunya dipengaruhi oleh pola makan yang kurang baik (tidak teratur) menyebabkan lambung menjadi sensitif, sehingga asam lambung meningkat. Produksi HCl (asam lambung) yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah kalau lambung dalam keadaan kosong akibat makan tidak teratur yang pada akhirnya akan mengakibatkan perdarahan pada lambung (Rafani, 2009). Gastritis (inflamasi mukosa lambung) pada umumnya terjadi karena diet yang salah. Yaitu dengan mengonsumsi jumlah makanan yang kurang dari kebutuhan tubuh, jenis makanan yang kurang bervariasi dan tidak sehat, serta frekuensi makan yang tidak teratur dapat mempermudah terjadinya gastritis. Kebiasaan makan makanan yang terlalu pedas, terlalu dingin atau panas, terlalu cepat, juga mendukung timbulnya gastritis. Jika keadaan itu dibiarkan akan memperparah penderita karena dapat menyebabkan perforasi atau gangren (Smeltzer, 2000). Gastritis bukanlah suatu penyakit tunggal, namun beberapa kondisi-kondisi yang berbeda yang semuanya mempunyai peradangan lapisan lambung. Kadang, gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi borok pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan muntah darah atau terdapat dar ah pada feces dan memerlukan perawatan segera (Rafani, 2009). KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan bahwa di UMM Medical Center Malang sebagian besar responden dalam kategori pola makan kurang baik. Sebagian besar responden menderita gastritis akut dan sebagian kecil dalam kelompok gastritis kronis. Pola makan yang kurang baik menyebabkan sebagian kecil responden menderita gastritis akut dan sebagian besar responden menderita gastritis kronis. Dapat disimpulkan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara pola makan dengan timbulnya gastritis. Saran yang dapat diberikan yaitu perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan sample yang lebih besar. Direkomendasikan pada pasien dan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan jumlah makanan yang cukup, jenis makanan yang bervariasi, frekuensi makan dengan porsi sedikit tapi sering sesuai dengan kebutuhan tubuh. DAFTAR PUSTAKA Aziz, A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Hubungan Pola Makan dengan Timbulnya Gastritis pada Pasien di Universitas Muhammadiyah Malang Medical Center (UMC) 163

Auliana, R. 2001. Gizi dan Pengolahan Pangan. Yogyakarta: Adicita. Baughman, D.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC. Dewa, I., dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Djaeni, A. 2000. Ilmu Gizi. Jakarta Timur: Dian Rakyat. Erfandi. 2009. Protein, Lipid dan Vitamin. Jakarta: EGC. Farida, Y., dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya. Inayah, I. 2004. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika. Lies, A. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Jakar ta: Salemba Medika. Rafani. 2009. Askep Anak dengan Gastritis. www.rafani.co.id. Diakses tanggal 2 Januari 2009 jam 18.15 WIB. Riyanto, H. 2008. Gastritis. www.wordpress.co.id. Diakses tanggal 2 januari 2009 jam 18.25 WIB. Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Setyono, J. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Smeltzer. 2002. Keperawatan Medikal bedah. Jakarta: EGC. Suhardjo.1990. Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat. Bogor: IPB. Suharsimi, A. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Sylvia, A.P., Lorraine. 1994. Patofisiologi Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC. 164 Juli 2010: 156-164