BAB IV ANALISIS SAMPEL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV SAMPLING DAN UJI LABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN. energi primer yang makin penting dan merupakan komoditas perdagangan di

ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA DI DAERAH BUSUI KALIMANTAN TIMUR DAN DI DAERAH SATUI KALIMANTAN SELATAN TUGAS AKHIR

Bab IV Prosedur dan Hasil Penelitian

Studi Komposisi Mikroskopis Dan Peringkat Batubara Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur

BAB IV HASIL ANALISIS SAMPEL BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. material organik dan sebagian lain adalah material non-organik. Material-material

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENELITIAN SUMUR GEOLOGI UNTUK TAMBANG DALAM DAN CBM DI DAERAH PASER, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH AMPAH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BARITO TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB III TEORI DASAR. secara alamiah dari sisa tumbuh- tumbuhan (menurut UU No.4 tahun 2009).

BAB V PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA Analisis Pengawetan Struktur Jaringan dan Derajat Gelifikasi

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian

3 Metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Preparasi dan Laboratorim

LAMPIRAN C GAMBAR C.1 PEMBUATAN SELULOSA 1. PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PREPARASI SERAT

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan memahami kondisi geologi daerah penelitian.

Oleh. Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Preparasi Conto Mineragrafi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

Dasar Teori Tambahan. Pengadukan sampel dilakukan dengan cara mengaduk sampel untuk mendapatkan sampel yang homogen.

BAB IV METODE PENELITIAN

PERINGKAT BATUBARA. (Coal rank)

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III METODOLOGI III.1

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 2.6 Kerangka Konsep BAB III METODE PENELITIAN. atau laksanakan di Bengkel dan Laboratorium produksi Universitas Medan Area.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

Analisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

BAB III. dan RX-KING ditujukan pada diagram dibawah ini yaitu diagram alir penelitian. Rumah Kopling F1-ZR. Rumah Kopling RX-KING.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agustus 2011 di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan

BAB V EVALUASI SUMBER DAYA BATUBARA

Bab III Gas Metana Batubara

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH TABAK, KABUPATEN BARITO SELATAN PROVINSI KALIMATAN TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

PENGANTAR GENESA BATUBARA

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui dan menjelaskan karakteristik suatu komposit beton-polimer agar dapat

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE PENGUJIAN PARTIKEL RINGAN DALAM AGREGAT

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

Gambar 3.2 Resin Polyester

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan

ANALISIS VARIASI KANDUNGAN SULFUR PADA BATUBARA SEAM S DI DAERAH PALARAN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DAERAH LOA JANAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DAN KOTA SAMARINDA, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Salah satunya adalah Metode UJI MATERIAL GEDUNG melalui suatu pelatihan khusus.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

METODE PENGUJIAN KADAR AIR DAN KADAR FRAKSI RINGAN DALAM CAMPURAN PERKERASAN BERASPAL

V. KEGIATAN BELAJAR 5 PASIR CETAK. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan macam, sifat, dan pengujian pasir cetak.

BAB III METODE PENELITIAN

II. METODOLOGI 2.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji 2.2 Persiapan Pakan Uji

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Bulan September 2012 sampai dengan November

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Pilot. Plant, dan Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Lampung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Karakterisasi Material Sprocket

Bab II Teknologi CUT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai bulan

PENGGUNAAN LARUTAN MAGNETIK UNTUK MENGURANGI KANDUNGAN ABU BATUBARA BOJONGMANIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.

III. METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK BATUBARA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES PENCAIRAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol

BAB V BATUBARA 5.1. Pembahasan Umum Proses Pembentukan Batubara Penggambutan ( Peatification

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS SAMPEL 4.1 PENGAMBILAN SAMPEL (SAMPLING) Pengambilan sampel batubara untuk penelitian dilakukan pada 2 daerah yang berbeda yaitu daerah Busui yang mewakili Formasi Warukin pada Cekungan Pasir di Kalimantan Timur dan derah Satui yang mewakili Formasi Tanjung pada Cekungan Asam-asam di Kalimantan Selatan. Pengambilan sampel batubara pada 2 daerah penelitian dilakukan dengan cara yang sama yaitu dengan menggunakan metode channel sampling berbasis genetik, yaitu secara genetik interval (selang genetik). Artinya contoh diambil secara selang genetik, yaitu berdasarkan selang perbedaan karakteristik cleat (jarak antar cleat, frekuensi cleat, dan derajat fragmentasi batubara). Teknik pengamatan dan pengukuran cleat di titik vertikal berbasis genetic interval atau selang genetik, yaitu berdasarkan perbedaan jumlah frekuensi cleat atau jarak antar cleat dan kehadiran parting. Pembatas di bagian atas dan bawah lapisan batubara, masing-masing roof dan floor lapisan batubara. Pengamatan mulai dari roof hingga floor, memanjang tegak lurus lapisan batubara dengan lebar channel dibuat 40 cm. Sampel diambil dari roof sampai floor pada lapisan batubara yang kemudian dilakukan pemisahan berdasarkan genetiknya, pengambilan sampel ini dilakukan secara ply by ply (Gambar 4.1). Cleat adalah rekahan alami yang terbuka di dalam lapisan batubara, terdiri dari face cleat dan butt cleat. Kedua jenis cleat tersebut pada umumnya membentuk sudut siku atau atau agak siku satu sama lain dan tegaklurus terhadap lapisan permukaan dari batubara atau mempunyai orientasi berbeda dengan kedudukan lapisan batubara (Laubach et al., 1998). Cleat secara individu umumnya berupa bidang lurus, tetapi 40

kadang setempat-setempat melengkung. Pada lapisan batubara yang horisontal, cleat dijumpai vertikal dan terorientasi tegak lurus perlapisan, meski lapisan tersebut terlipat, sehingga ada yang menyebut dengan vertical cleat. Lithology 0 Kedalaman (m) Pengambilan sampel berbasis genetik berdasarkan selang perbedaan karekteristik cleat 3 Gambar 4.1 Pengambilan sampel berbasis genetik berdasarkan selang perbedaan karekteristik cleat. 4.2 UJI LABORATORIUM Analisis Petrografi Analisis petrografi dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif untuk mengetahui komponen organik dan anorganik dalam batubara dengan bantuan mikroskop. Komponen organik terdiri dari 3 (tiga) komposisi utama yaitu : vitrinite, liptinite dan inertinite. Sedangkan komponen inorganik adalah mineral yang terdiri dari : mineral lempung, karbonat, sulfida, silika dan mineral mineral lainnya. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui jumlah atau komposisi dari maseral dan mineral pirit yang terdapat dalam batubara. Dalam hal ini setiap maseral dan mineral pirit yang ada dalam sayatan diidentifikasi dan dihitung jumlahnya dengan alat point counter. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui jenis maseral dan 41

mineral yang ada pada batubara dengan menggunakan mikroskop sinar pantul merk Carl Zeiss (Gambar 4.2). Jumlah pengamatan yang dilakukan terhadap masing masing sampel adalah sebanyak 500 x secara merata pada seluruh permukaan sayatan poles (tidak termasuk resin). Dari hasil pengamatan didapati maseral vitrinite mendominasi dibandingkan liptinite dan inertinite. Selain itu, analisis petrografi juga dapat digunakan untuk mengukur nilai reflektan dari grup maseral vitrinite guna menentukan peringkat dari batubara. Dalam hal ini, pengukuran reflektansi vitrinite dilakukan di bawah medium minyak imersi (immersion oil) yang memiliki indeks refraksi 1,52 pada panjang gelombang 546 nm dan temperatur 23 C. Gambar 4.2 Foto Mikroskop sinar pantul merk Carl Zeiss Jumlah pengukuran untuk setiap sampel dilakukan sebanyak 30 x dengan nilai reflektansi yang dipakai untuk menentukan peringkat batubara adalah nilai reflektansi rata-rata dari seluruh pengukuran. Klasifikasi maseral dan peringkat batubara yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem Australian Standart, 1986. 42

Tabel 4.1 Hubungan reflektansi vitrinite dan peringkat (rank) batubara (Australian Standart, 1986) Rv max (%) Peringkat Batubara 0,20-0,24 0,24-0,40 0,40-0,60 0,60-1,10 1,1-1,5 1,5-2,0 2,0-2,5 2,5-5,0 > 5 Gambut Brown coal / Lignite Subbituminous High volatile bituminous Medium volatile bituminous Low volatile bituminous Semi-anthrasite Anthrasite Meta-anthrasite Berikut adalah prosedur analisis petrografi (menggunakan resin) : Preparasi sampel awal : a. Sampel batubara yang diperoleh dari lapangan dikeringkan secara alami pada suhu ruangan. b. Sampel dibagi secara coning and quartering untuk mendapatkan jumlah sampel yang sesuai untuk kebutuhan analisis. c. Sampel digerus secara manual sampai dengan ukuran 1 mm dan diayak dengan menggunakan ayakan ukuran #16 mesh. Preparasi sampel untuk analisis mikroskop (pembuatan sayatan poles) : a. Sampel dimasukkan secukupnya ke dalam alat pencetak. b. Persiapkan resin (Buehler Epo Kwick Resin) sebanyak 10 ml untuk 1 sampel dalam gelas kimia. c. Teteskan katalis (larutan pengeras) sebanyak 6 tetes / 10 ml kedalam resin. d. Masukkan campuran katalis + resin kedalam alat pencetak yang berisi sampel lalu aduk hingga merata. e. Pemberian kode sampel dapat dimasukkan pada sampel dalam alat pencetak. 43

f. Keringkan sampai kurang lebih 30 menit dalam suhu ruangan (pada saat pengeringan terjadi reaksi antara katalis dan resin). g. Bila sampel telah padat, maka dapat dikeluarkan dari alat pencetak dalam bentuk briquette. h. Tahap berikutnya adalah pemolesan briquette yang dimulai dengan pemotongan menggunakan alat pemoles (grinder-polisher) sampai permukaan briquette rata. i. Briquette dihaluskan dengan menggunakan alpha micropolish alumina dalam tiga tahap : pertama dengan ukuran C : 1 mikron (kasar), kedua dengan ukuran A : 0,3 mikron (sedang) dan ketiga dengan ukuran B : 0,05 (halus) di atas selvit cloth atau kain sutra. j. Dilakukan levelling. 4.3 HASIL LABORATORIUM Dalam hal ini, hasil laboratorium adalah hasil dari analisis petrografi yang berupa komposisi maseral dan reflektansi vitrinit. Hasil analisis petrografi yang berupa komposisi maseral dapat dilihat pada lampiran. Komposisi maseral (%) terdiri dari komposisi grup maseral (vitrinite, liptinite dan inertinite), subgrup maseral, type maseral dan mineral matter (mineral lempung, mineral karbonat dan mineral pirit). Berdasarkan hasil pengukuran reflektansi vitrinit menurut tabel 4.1 diatas, maka lapisan batubara di daerah Busui A (rata rata Rv = 0,59%), Busui B (rata rata Rv = 0,56%), Satui A (rata rata Rv = 0,54%), Satui B (rata rata Rv = 0,58%) dan Satui C (rata rata Rv = 0,57%) adalah berperingkat subbituminous sedangkan Busui C (rata rata Rv = 0,61%) adalah berperingkat high volatile bituminus. Hasil reflektansi vitrinit keseluruhan dapat dilihat pada lampiran. 44